Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Part IX: Awal Mula (bag 4)


Masih Flashback ± 2 Tahun Silam

PoV Catherine
Jangan tanya apakah aku ngentotin Ben di kamar mandi pagi ini.
Jawabannya jelas: Tidak! Gak perlu kecewa.
Aku, dan juga Ben, sengaja menyimpan energi untuk permainan setelah sarapan.
Tak ada keraguan pada Lina kalau bicara seks. Kita tunggu saja. Aku pun penasaran.

Usai mandi, dan sarapan, kami berkeliling menikmati pemandangan di seputar vila.
Lina mengajakku berpakaian seseksi mungkin. Tujuannya biar menarik perhatian orang sekitar.
Kata dia sih sekaligus membangkitkan kepercayaan diri perempuan.

Ya aku sih setuju. Setelah kami sepakat ada dalam relasi terbuka begini, perlu lebih percaya diri donk.
Kan aneh kalau aku membuka tubuhku seutuhnya ke orang lain tapi gak confidence.
Aku tahu tubuhku begitu seksi. Banyak lelaki menginginkanku. Kenapa gak pede ya kan?

Seperti dugaan aku dan Lina, kami tentu menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar.
Jelas hanya pendatang seperti kami yang berani tampil begitu menggoda nan menggairahkan.
Mungkin banyak yang menggoda, tapi sepertinya tak menggairahkan seperti aku dan sahabatku ini.

Rasanya cukup memberikan kesempatan tubuh kami bermetabolisme.
Kami kembali ke vila untuk siap-siap berenang.
Ben dan Isal seperti laki-laki pada umumnya cukup dengan celana renang saja.
Sementara aku sungguh-sungguh total berpenampilan seksi.

Aku memilih microkini berwarna hitam untuk berenang.
Jauh lebih seksi dibandingkan bikini two pieces biasa.
Bagian atasku benar-benar hanya berniat menutupi puting merah payudaraku.
Sementara di bawah hanya segitiga kecil yang menutupi lubang memek saja.
Pantat dan area lainnya benar-benar terekspose mengundang.

Sementara Lina justru tak berupaya berpakaian seminim aku.
Dia memilih halter polkadot merah-putih.
Namun tetap saja, single strap di lehernya seakan tak mampu menahan toked jumbonya.
Halter justru membuat citra Lina menjadi gadis baik-baik nan lucu.
Namun jangan salah, di dalamnya tersimpan gairah yang siap meledak.

Ben dan Isal sudah lebih dulu berenang.
Sementara aku mengajak Lina untuk saling mengoleskan sunscreen di tubuh kami.
“Eh cowok-cowok, sini dulu deh. Make yourself useful! Kata Lina.

Namun ketika Ben dan Isal naik, Lina buru-buru menyodorkan sunscreen ke Ben, lalu menariknya ke kursi.
Tak ada pilihan lain, aku memberikan pada Isal. Pun tiduran di kursi samping Lina. Foreplay sudah dimulai, pemirsaaaaah!

“Iiiiiih. Beeeeen. Gosok sunscreennya. Bukan grepe-grepe doooonk.
Kamu senangnya ambil kesempatan sama istri orang deeeeeh,” ujar Lina menggoda.
Aku menahan diri untuk tidak terpancing. Biar aja dia yang kegatelan... Awas aja nanti.

Kubiarkan Isal menggosok bagian belakang tubuhku.
Hingga akhirnya dia memintaku membalikkan badan.
Langsung kubuka microkini bagian atasku.
Sekalian saja kupamerkan toked mamah mudaku ini.

“Sekalian gosokin, Sal... Yang agak lama di bagian sini ya, sayang,” ujarku sambil meremas kedua gunung payudaraku.
Aku tak mau kalah centil dari Lina.
“Ciyeeeee... Ada yang panaaaaas,” goda Lina lagi. Terlihat Ben dan Isal hanya senyum-senyum terjepit.

“Udah ya. Aku berenang dulu,” kata Ben...

“Gendong, Beeeeeeen. Yang mesra donk sama istri muda,” Lina benar-benar niat memanaskan suasana.
Ben benar-benar menggendong Lina ke kolam.
Namun ganti Lina yang dikerjain Ben dengan langsung melemparkannnya ke kolam.

Byuuuuuuuurrrr.... “Ben jahaaaaaat! Awas lho gak dapat jatah dari istri muda!” Teriak Lina kesal.

Melihat kegenitan istrinya, Isal pun berupaya terlihat gentle dengan memegang mesra tanganku.
Ditariknya aku ke kolam renang.
Kolam renang vila ini pun penuh dengan kami berempat.
Empat insan yang sudah saling bertukar ludah dan cairan kelamin.


PoV Lina
Di kolam renang pagi jelang siang ini aku sungguh berniat menggoda Katy.
Tujuanku memang untuk memanas-manasi dia.
Kulihat kemarin saat dia cemburu, nafsu seksnya bisa lebih maksimal.
Jadi biar kucoba lagi membuatnya dengki. Hehehehee.

Memang soal nafsu sudah kami sepakati di tukar pasangan ini.
Biar natural saja. Bukan karena alkohol. Bukan juga karena obat-obatan.
Rasanya di usia seperti kami, hormon-hormon seksual kami masih lebih dari cukup.

Di kolam renang, kami bergantian saling memancing, menggoda, dan memanasi.
Tentunya melibatkan rabaan, belaian, bahkan jilatan.
Aku menjilat Ben, Isal meraba Katy. Isal merabaku, Ben mencium Katy.
Eh kayaknya tadi aku juga sempat mencaplok puting Katy. Sahabatku itu ganti meremas bokong chubbyku.

“Kalo renangnya udahan, aku ada permainan nih.
Tuh pada pake handuk dulu. Pakaian jelas ga penting di permainan ini.
Termasuk bikini gemesmu ini, Kat,” kataku sambil menarik jatuh talinya.

“Eh Lina, apaan sih?” Katy spontan menutupi penampang memeknya meski tak begitu niat.
“Lin kamu yakin ya ini gak ada yang ngintipin kita?
Kalo ngintipin doank sih gapapa. Rezeki dia aja. Kalo pakai videoin segala kan repot,” Katy berkomentar.

“Aman kok. Isal kemaren juga udah ngecek keliling gak ada spot buat mengintip.
Biarin aja kalo ada yang ngintip terus rekam. Kita berempat bisa viral tuh. Xixixixi.
Lagian, vila-vila di sini memang udah disewain buat privasi. Kalo gak ada privasi, gak laku,” jelasku.

“Ini nih peralatannya,” aku membuka kotak make up besarku.
Kukeluarkan dua buah penutup mata dan dua buah borgol bdsm koleksiku.
Semuanya berwarna merah jambu.
Yup. Kotak make up milikku ini sudah beralih fungsi jadi tempat penyimpanan koleksi alat bantu seksku.

“Untuk sementara cukup empat alat ini yang akan kami gunakan bermain.
“Oke. Siap ya. Pada ke sini deh. Kita mau main blind foreplay.
Bergantian kita nebak siapa lawan main kita.
Kalau giliran cewe-cewe yang ditutup mata dan diborgol. Berarti cowo-cowo yang aksi.

Nah! cewe nebak ini siapa yang cium?
Siapa yang isep tokednya? Kontol siapa yang disepong?
Lidah siapa yang ngejilmek? Sampai kontol siapa yang nyolokin ke memeknya.

Begitu juga sebaliknya. Cowok yang tutup mata. Terus tebak siapa yang cium?
Siapa yang isep puting? siapa yang nyepong?
Sampe memek sapa yang ngejepit kontolnya? Jelas dan menarik donk?” Tanyaku ke mereka

Katy, Ben, dan Isal terdiam dan hanya saling pandang.
“Oke. Siapa takut,” jawab Ben.
“Siaaaap” Respons Isal singkat.
“Bentar dulu donk. Kalau permainan, ada hadiah sama hukumannya donk,” usul Katy.

“Oh iya. Kok gak kepikiran ya?” jawabku meniru Mang Tisna di Pengkolan Tukang Ojek.
“Oke. Gini deh,” lanjutku sambil membuka kotak make up-ku.
Kuambil sepasang penjepit nipple dari dalam kotak.
Kalau cewek salah, nipple-nya dijepit ya.
Kalau cowok, pantatnya aja kali ya. Hehehehe. Gak yakin nipple-nya cowo cukup dijepit.

“Satu lagi. Nyepongnya harus sampe punya kita berdiri kaaan? Supaya bisa penetrasi donk," tutur Ben.
"Oke deh. Karena cewek-cewe udah naked duluan, kalian aja ya yang ditutup mata duluan,” usul Ben cepat.

“Iiiiih Beeen. Kamu gak sabar banget sih pengen ngentotin mulut sama memekku siiiih,” godaku.

Katy kontan melemparku dengan handuk yang ia pegang.
“Sal. Maafin sahabatku ini ya. Kalo kamu nyesel nikah sama dia, aku ngerti kok.
Mumpung masih baru, tukar tambah aja. Dituker sama Supra kepala getar masih dapat lah,” canda Katy.

“Eeeeeh. Enak saja ditukar Supra. Si Isal mau cari di mana toked sama memek grade MotoGP begini, Keeeet? Balasku.

“Dah pada duduk sini, girls...” Kata Isal.
Ia pun mulai memasangkan borgol dan penutup mata pada Katy.
Sedangkan Ben memasangkannya padaku.

Hening sejenak.
Aku tahu para suami sedang mengatur strategi.
“Siap yaaaaa?” Kata Isal.
Aku pun jadi ikut deg-degan penasaran siapa yang akan menciumku lebih dulu.
Namun batinku seakan berteriak: Siapa pun yang mencium, aku siaaap.

Tiba tiba.... “Mmmmmuuaaacccccch... Mmuuaacchh... Mmuuach... muaach. Slurrp... slurp muaccchh.”
Kami hanyut dalam ciuman ala-ala Prancis dari Isal dan Ben.

“Eeeeeeh... eeeeeh,” ujar Katy dan aku nyaris bersamaan.
Para suami ternyata tidak hanya mencium, kedua tangan mereka ikut dimaksimalkan.
Awalnya kedua tangan meremas kedua tokedku.
Bahkan beberapa saat kemudian, satu tangan mulai menggerayang ke bagian tubuh yang lain.

Kejutan belum berhenti.
Serangan pada tubuhku berhenti.
Sepertinya mereka bertukar tempat.
Toked kiriku dicaplok, dijilat dan diisap mesra.
Sementara toked kanan diremas-remas sambil penuh nafsu.

Sambil meremas toked, tangan lawan mainku turun ke bawah.
Seakan ingin merasakan halus kulit di perutku, terus turun mengelus paha, lutut, hingga betisku.
Dia kembali naik ke atas, meraba paha kembali, berhenti di selangkangan. “Oh shit,”kataku singkat.

Jemarinya menghampiri memekku. Mengelusnya manja.
Jari tengahnya menggesek naik turun belahan memekku.
Seakan memastikan lubangnya siap dipermainkan lebih lanjut.
Bener kan. Dua jarinya tiba juga di klitorisku.

Aaaarrgghhhh Kalau sudah begini, otak agak sulit untuk berpikir, apa lagi mengingat.
Aku yakin Katy mengalami hal yang sama.
Kudengar dia mulai merintih menikmati.
agaimana mungkin bisa bisa berpikir jernih kalau bibir dicipok, toked dipelintir, klitoris dipermainkan.

Tunggu! Ini jelas baru permulaan.
Dia mendorongku tidur di kursi kolam ini.
Aaaarrghhh. Dalam ketidakberdayaan tangan diborgol. Mata ditutup.
Aku masih bisa menebak selanjutnya memekku yang jadi sasaran.

Tapi mereka bertukar kembali.
Kali ini pahaku dinaikkan dan diregangkan secukupnya.
Aku yakin memekku terekspose sempurna di depannya.
Hingga yang kurasakan hangat menyapu memek andalanku ini.
Dilanjutkan dengan jilatan, cucupan, dan sedotan pada klitoris.

Ah... Ah Ooh.. Ooh.. Aaaah. Aaaaaaahhh. Eranganku bersahut-sahutan dengan Katy.
Aku jelas tak peduli siapa yang melakukan jilatan nikmat ini.
Soal nanti bisa nebak atau gak, sudah tak penting lagi bagiku.

Lawan mainku seakan tak mengenal lelah mempermainkan memekku.
Jilatan pada klitorisnya kini dikombinasikan dengan tusukan jarinya keluar masuk.
Lalu mulai menekan ke atas. Mengejar titik kenikmatan memekku.

“Aaaaaaaah. Aduuuuuh. Terusssshshhhh. Shamphai kheluar ya....,” masih sempat kuutarakan harapanku.

“Oooooooohhh... Ooooohhhh.... Ben. Enaaaaaak. Dikit lagi keluar nih, Ben. Terusiiiin,” suara Katy di sampingku.
Jelas dia hapal permainan suaminya sendiri. Hehehehe.

Tapi belum sempat kami mendapat orgasme, jilatan berhenti.
Siaalaaaaan! Kini aku ditarik duduk kembali.
Di depan mulutku sudah tersandar kepala kontol.

Aku paham waktu penetrasi makin dekat.
Memekku juga sudah berkedut merindukan hujaman kontol.
Kubuka mulutku mengizinkan kontol itu memasukinya.
Aha! Aku tahu ini kontol Isal.
Slooooghhh.. Slooogggh... Gloooogghh.. Gloooogghhh.
Kukerahkan seluruh upayaku membuat kontolnya berdiri.
Kugunakan tanganku sedapatnya karena masih terborgol.

Sedang asyik-asyiknya mengisap, kontol ditarik.
Aku kembali deg-degan apa yang mereka lakukan selanjutnya. Ternyata dia melanjutkan Jilatan di memekku. Terasa biasa saja.
Sampai jilatan itu berhenti lalu badanku ditarik turun semakin mendekati tepi kursi.

Akhirnya dientot juga pikirku.
Kurasakan benda tumpul itu sudah di menyentuh bibir memekku.
Ooooooooohhh... Aaarrghhhh....
Aku dan Katy bersahut-sahutan saat merasakan kontol membelah memek kami masing-masing.

Eh. Pake kondom. Rugi banget Isal kalo pakai kondom donk.
Bentuknya sih ini jelas kontol Ben.. Panjang dan terasa bengkok ke atas.
Memekku tentu hapal bentuk kontol suamiku.
Ini jelas kontol suami Katy yang punya jangkauan sensasi berbeda.
Kontol baru yang mengisi relung terdalam keperempuananku sekarang.
Aaaaah. Entah apa yang kubicarakan sekarang. Pokoknya enaaaak.

Aku yakin tak lama aku dan Katy akan segera menjemput orgasme.
Sahabatku di sebelah sudah mulai memaki-maki keenakan. Kebiasaan dia.
“Aaaargggghhh. Anjiiing. Memek aku sesaaaak, Saaal. Heenaaaaakkhhh. Jangan dicabut lagi ya, pleaseeee,” mohon Katy.

“Aduuuuuh. Itu pas banget, Beeeeen.
Terus, Ben... Kocokin teruuuuus,” aku memelas pasrah.
Plaaaaak... Ploooookhhh... Plaaakh... Ploookh.
Benturan dua pasang paha ini terasa merdu mengiringi kenikmatan yang kian dekat.

“Saaaaal... Keluar... Huuuufffftttt... Huuuufffttt,” akhirnya Katy lebih dulu klimaks.
Disusul lolonganku mendapat orgasme dari Ben, suami Katy...
“Oooooorgggggghhh. Ah... Hah... Haaah.. Aduuuuh.....”erangku puas.

Dalam kondisi lemas karena ejakulasi, borgolku dibuka oleh Ben.
Aku langsung membuka penutup mataku.
Kuberikan kode pada Ben untuk bergeser ke istrinya.
“Sssstttt.. cium dulu donk, Ben,” pintaku sambil tertawa.

“Sini, sayang. Udah cukup sama istri orang. Come to Mama!” Kupanggil Isal dengan canda bahagia.



PoV Catherine

Ben yang mendatangiku dengan sedikit membungkuk langsung kutarik.
Kucium dia sepenuh jiwa ragaku.
Aku menoleh ke Lina dan Isal yang juga sedang berciuman mesra.
“Lin. Bentar lagi ya lanjutin permainannya.
Aku mau lanjut ngentot dengan suami aku dulu nih. Ben.
Aku mau donk keluar sekali lagi,” pintaku sambil mencabut kondom yang dipakai ngentotin Lina.

Lina tidak menjawab.
Dia menungging, mengarahkan kontol Isal ke memeknya lalu mengerang nikmat “Aaaarrggggggh,”
Setelah itu dia menoleh padaku, “Ya udah. Liat ntar deh. Aku juga nanggung nih,” jawab Lina.


Kembali ke Masa Kini
Hari itu kita habiskan ngentot berempat, Mba Eno. Sampe tetes orgasme penghabisan.
Lupa berapa kali tukeran. Lupa berapa kali orgasme, Mba.
Kayaknya lebih dari 3 kotak kondom dihabisin si Ben sama Isal.
Pulang kembali ke rumah lega banget. Mission accomplished!

Terus, sejak saat itu kami mulai rutin ngatur jadwal untuk main berempat.
Pelan-pelan udah saling ngerti, baru lanjut main bertiga aja.
Sampai percaya untuk lepas kunci main berduaan kalau lagi cari selingan.

Aku malah pernah nyusulin Isal pas di tugas luar kota.
Si Lina juga pernah diajak Ben nginap keluar pas ada kerjaan.
Semuanya ya komunikasi dan saling pengertian aja.
Kalau memang gak bisa, ya bilang gak bisa.
Kalau memang gak mau, bilang gak mau. No pressure and no hard feeling.

“Duuuh, Mba Katy. Saya dengar ceritanya malah jadi panas dingin.
Keinget malam kemarin juga. Hehehehe. Mana Mas Soni pulang masih lama,” ujar Eno polos.

“Mba. Telepon aja Mas Soni suruh pulang makan siang di rumah. Hehehehe,” Goda Lina pada Mba Eno.

“Kalau perlu bantuan, ntar disusulin Lina tuh,” tambahku.

“Eh iya, boleh kok, Mba. Main bertiga kan? Tapi aku yang duluan dicelupin ya, Mba Lina,” usul Mba Eno.

*bersambung*

Part X: Terobosan Eno (bag 1)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd