3. Poppy Anggisari: Malam Minggu Biru
Setelah akhirnya kunikmati tubuh bu Nadine dan Jihan, jiwa petualang seksku semakin tak terbendung, aku semakin berhasrat untuk menikmati tubuh seluruh rekan sales wanitaku. Entah kenapa, aku seperti melupakan komitmenku untuk tidak bermain di belakang istriku, tapi aku juga tidak bisa mengontrol semua ini. Kisahku selanjutnya adalah dengan Anggi. Ya, Poppy Anggisari yang memang sudah baper kepadaku, sehingga aku pun tak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa tidur dengannya. Waktu itu hari sabtu, aku dan Anggi harus piket untuk menjaga booth kami di salah satu mall mewah di Jakarta Selatan. Kami baru selesai jam 8 malam karena itu weekend, lalu aku berinisiatif untuk mengantarkannya pulang ke rumahnya.
"Nggi, mau aku anterin?" kataku
"Tumben Dem, biasanya aku yang minta kamu nolak mulu nih, jangan-jangan ada maunya ya hahaha," ucapnya sambil mengejekku
"Haha nggak nggi, kebetulan gue ngantuk banget, pasti malem ini macet banget jalanan, biar ada temen ngobrol aja," ucapku ngeles
"Oh gitu yaudah oke Dem,"
Anggi hari ini terlihat seksi sekali dengan memakai dress jeans berbelahan dada rendah. Ukuran dadanya yang besar membuat payudaranya begitu terekspos.
Aku pun mengantar Anggi menuju rumahnya yang kebetulan searah denganku.
"Anak-anak gimana kabarnya nggi?" ucapku memulai percakapan di mobil
"Baik kok dem, seneng sih mereka pada gak rewel jadi aku agak tenang jadinya," ucap Anggi
"Tapi anakmu yang pertama udah SMA sih ya jadinya bisa jagain kedua adeknya," balasku
"Iya bener Dem, Mika emang sayang banget sama kedua adeknya, makanya aku gak khawatir kalo harus ninggalin mereka bertiga di rumah," ucap Anggi
"Wah untung ya, Mika kulihat juga bisa ngejaga Molly sama Molla sih." ucapku
"Papanya masih sering nengokin kah?" tanyaku
"Baru tadi ngabarin aku juga sih katanya mau ngajak anak-anak ke Bogor Dem," ucap Anggi
"Wah syukurlah kalo hubungan kalian masih terjaga," ucapku
"Masih lah dem, orang masih minta jatah ngewe juga hahaha." ucap Anggi
"Oh shit really hahahaha" ucapku
"Hahaha iya. Awalnya sih aku gak mau Dem tapi dia maksa minta terus yaudah akhirnya aku kasih, soalnya aku juga udah males dem kalo buat ngewe doang harus buka hati lagi, buat ngobrol kayak gini sama kamu aja aku udah gak pernah lho, udah mati rasa kali aku ya sama laki," ucap Anggi
"Semua butuh proses, nggi. Aku sih selalu berdoa terbaik buat kamu semoga kamu bahagia, either kamu mau terus sendiri atau pun buka hati lagi, aku doain yang terbaik ya." ucapku bijak
"Awww makasih Dema, baik banget sih tumben hahaah biasanya cuek bebek sama aku," balas Anggi
Aku pun hanya tersenyum ke arahnya lalu Anggi menyenderkan kepalanya ke bahuku.
"Beloknya ke sini ya, nggi?"
"Iya kanan situ dem, lurus aja nanti rumahku sebelah kiri, sebelahnya laundry," ucap Anggi
Akhirnya kami pun sampai di rumahnya Anggi, rumah berukuran sedang dengan satu carport.
"Dem mampir dulu kan? kumasakin ya, you have to try my ayam ungkep," ucapnya sambil membuka pintu mobil
"Oke then,"
Aku lalu memasukkan mobilku dan masuk ke rumahnya.
"Aku masak dulu ya dem, nih nonton TV biar gak bosen" ucap Anggi menyerahkan remote TV sambil meletakkan segelas air dingin di meja.
Anggi sudah mengganti bajunya tadi, ia sekarang hanya mengenakan daster motif bunga tanpa dalaman.
Setelah kurang lebih 30 menit, makanan pun sudah tersaji di atas meja, lalu kami berdua makan.
"Wah enak juga ayam ungkepnya nggi, bisa masak juga kamu." ucapku memuji
"Hehe iya dong, ini resep turun-temurun lho dari mamaku," ucap Anggi
"Iya pedesnya meresap banget," ucapku
Setelah selesai makan, kami pun duduk bersebelahan di sofa, aku pun menyalakan rokok, tak lama kemudian hape Anggi berdering.
"Hallo, kenapa mas?" ucap Anggi di balik telepon
"Nggak dek, mas cuma kangen sama kamu," ucap mantannya
Aku pun memberi kode kepada Anggi untuk mengaktifkan loud speaker sehingga aku bisa mendengar percakapannya.
"Kangen kenapa mas? Salah sasaran kangennya mas, harusnya sama istri," ucap Anggi
"Hehe gak tau nih, kebayang kamu terus sayang, hari senin aku ada meeting di hotel Purina, mas jemput ya, mas kangen kehangatan tubuhmu," ujar mantannya Anggi
"Hehe kan ada istri kamu mas, ngapain sih masih minta sama aku, istri mas kan lebih seksi daripada aku, makanya aku ditinggal hehe," ucap Anggi dengan senyumnya sambil mengerlingkan matanya kepadaku
"Hehe jangan gitu dong dek, sudahlah jangan bahas masa lalu, pokoknya senin mas jemput ya?"
"Iya mas liat nanti aja, aku gak janji. Udah dulu ya mas aku lagi sama temen, tolong anak-anak dijagain ya, bye" ucap Anggi lalu menutup telepon
Aku pun cekikikan mendengar percakapan Anggi dengan mantan suaminya.
"Tuh gitu tuh Dem mantan suamiku, kalo butuh memek doang baru mesra banget sama aku, biasanya boro-boro," ucapnya sambil tertawa
"Hahaha laki emang gitu nggi, gak usah dipercaya, makanya aku gak suka laki hahaha,"
"Haha bisa aja kamu," ucap Anggi
Kini giliran teleponku berdering, Fina meneleponku.
"Hallo istriku, ada apa sayang?" ucapku
"Mas pulang jam berapa? Mau aku masakin apa?" ucap Istriku di balik telepon
"Oiya sayang mas lupa bilang, mas mau ngopi-ngopi dulu sama temen-temen sales, biasa lah awal bulan," ucapku
"Iiiiih mas kok gak bilang, bete deh, pantes belum ngabarin pulang jam segini. Huh,"
"Hihi maaf sayang, mas lupa, ini baru mau on the way kok ke tempat ngopinya, yaudah kamu mau nitip apa sayangku?" ucapku
"Yaudah aku nitip es kopi ya mas, berati aku gak usah masak kan?"
"Gak usah sayang, nanti mas beliin nasi goreng depan komplek aja ya,"
"Shiap mas, have fun ya, love you,"
"Love you too," ucapku lalu kututup teleponku
"Gimana kabar istri kamu Dem?" ucap Anggi
"Baik kok nggi, main ke rumah dong sekali-sekali ajak anak-anak juga," ucapku
"Haha nanti ya dem, aku juga mau sih,"
Aku lalu mematikan rokokku yang hanya menyisakan puntung, lalu tiba-tiba tanpa melihat ke arahku, Anggi berbaring di atas pahaku sambil memainkan hapenya. Dasternya yang tipis dan tanpa dalaman membuat putingnya menegang menjadi terekspos dari balik dasternya.
Aku pun mulai horny melihat putingnya, kucoba untuk memulai permainan, perlahan kuarahkan tanganku ke arah payudaranya, kuremas pelan, rupanya Anggi tak menghiraukanku, ia terus saja melihat hapenya sambil sesekali tertawa cekikikan.
Kuanggap ini sebagai lampu hijau, aku pun lalu memilin putingnya dari balik dasternya, terdengar lenguhan pelan setelah kumainkan putingnya.
"shhhhmmm..."
Anggi pun manaruh hapenya dan menatap ke arahku, ia lalu memegang tanganku yang sedang memainkan putingnya, lalu jariku dijilatinya satu-satu sambil terus mempertahankan tatapannya.
Anggi pun bangkit dari tidurnya, lalu kami berciuman panas, Anggi yang sudah terpancing pun meladeni permainanku, ia lalu membuka celanaku dan mengeluarkan kontolku.
Setelah melepas dasternya, Anggi lalu menyepong kontolku dengan keadaan telanjang bulat. Aku pun membuka pakaianku dan sekarang aku dan Anggi sudah sama sama telanjang bulat. Aku lalu membaringkannya dan menindih tubuhnya, kugesekkan sebentar kepala kontolku di bibir memeknya lalu "Blesss" seluruh batang kontolku sudah masuk ke dalam memeknya.
"Aaaaaaahhh shhhhhh ini yang udah aku tunggu-tunggu sayang, fuck meeee aaah," ucap Anggia meracau
Aku pun memaju-mundurkan kontolku, kutambah kecepatannya hingga ia merem-melek menerima sodokanku. "Ah ah ah shhhh enak sayang terus sayang," ucap Anggi
Tak lama kemudian, Anggi pun squirt memenuhi sofa tempat kami bercinta. Aku pun mengeluarkan kontolku lalu menarik tubuhnya dan memintanya untuk menungging. Kudekatkan kepalaku ke lubang anusnya lalu meludahinya sampai basah. Kujilati lubang anusnya, lalu kumainkan dengan lidahku.
"Sshhhhh ahhhh you wanna fuck my ass baby huh? Ahhhh shhh terus jilatin sayang," ucap Anggi keenakan
Memek dan anus Anggi berwarna agak kegelapan, tapi bersih dan tidak menimbulkan bau, aku pun menjilatinya dengan nikmat. "Ssshhh masukin kontol kamu sayang, bool aku udah siap sayang aaahahh," ucap Anggi masih meracau
Aku pun menyudahi jilatanku lalu bersiap memasukkan kontolku ke lubang anusnya. "Aaaaahhh sssshhh yes sayang pelan pelan," ucap Anggi
Kepala kontolku sudah masuk ke dalam lubang anusnya, kudorong sedikit dan setengah batang kontolku sudah masuk di lubang anusnya.
"Aaaaaaahh sshhhhhh fuuuck," Anggi memaju mundurkan pinggulnya, ia memegang kendali permainan.
Lubang anus Anggi masih rapat dan enak karena memang ia jarang dianal. Setelah agak nyaman, aku lalu memaju-mundurkan kontolku dan kutambah kecepatannya, membuat Anggia merem melek.
"Yes yes yes aaaahh fuck my ass shhhhhss," ucap Anggia
Setelah 15 menit menghajar anusnya dengan posisi doggy aku pun menghentikan genjotanku lalu duduk, Anggi lalu duduk di atasku dan menggenjotku dengan posisi face to face.
"Plok..plok..plok...plokk..." "Sssshhh aaah ah ah enak banget kontol kamu sayang ahhhhh," ucap Anggi terus meracau.
Setelah 10 menit di posisi ini, aku mulai merasakan kedutan di kontolku, pertanda akan keluar. "Shhhhh aahhhh I wanna cum baby,"
"Yes cum in my pussy baby,"
"Aaaahhh shiiiit" "Croooot....croooot...croooot...croooot"
Semburan spermaku memenuhi rahimnya, Anggi masih saja menggenjotku meski pun aku sudah mengeluarkan spermaku. "Plok...plokk...plokk..plok," suaranya semakin nyaring karena selangakangan kami sudah dibasahi lelehan spermaku.
Anggi yang masih belum puas terus menggenjotku, setelah 5 menit akhirnya ia squirt untuk kedua kalinya. Tak cukup sampai di situ, kali ini ia meindahkan kontolku dan mengarahkannya ke anusnya. 5 menit kemudian aku keluar lagi, kali ini di dalam anusnya.
"Aaaaahhh shit aku keluar lagi aaahhh," "Croooot...crooot...crooot.." "Fuuuck enak banget shit," aku pun meracau
Anggi lalu memelankan genjotannya dan kami pun berciuman. Setelah puas akhirnya Anggi mengangkat tubuhnya... "Plop" lelehan sperma memenuhi tubuhku, Anggi pun langsung membungkuk dan membersihkan sperma di tubuhku.
Setelah bu Nadine dan Jihan, Anggi pun kini jatuh ke pelukanku. Anggi jadi salah satu cewek yang cukup rutin kuentot karena memang rumahnya searah denganku. Aku sering mengantarnya ke rumah kalo anak-anaknya sedang bersama mantan suaminya.