Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Dema dan Dunia Zombie

5. Fabiolla Hertanti: Big Girls Dont Cry



Setelah berhasil menaklukkan Juni, jiwa don juanku sudah tak bisa kukendalikan, hampir tiap hari aku membayangkan bisa menyetubuhi rekan salesku yang lain. Kali ini Fabiolla Hertanti, seniorku yang juga mentor paling baik, ia banyak mengajarkan ilmu marketing di awal aku bergabung.

Kurang lebih 2 minggu setelah hubungan badanku dengan Juni, pagi itu seperti biasa aku dan rekanku berada di ruangan sales sebelum jam kerja dimulai. Aku yang sedang sarapan melihat kedatangan mbak olla, begitu aku menyebutnya, dengan mimik wajah yang tidak biasa. Aku yang memang dekat dan sudah berteman lama dengannya membaca gelagat yang kurang baik, ah mungkin habis cekcok dengan suaminya, pikirku saat itu sambil meneruskan sarapanku.

Kulihat ia duduk sambil sesekali menyeka airmatanya dengan tisu, aku pun setelah habis sarapan berinsiatif menghampiri mejanya.

"Mbak, all good?" ucapku sambil memegang pundaknya.

Ia lalu menoleh padaku dan tersenyum, namun tetap saja ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya.

"I'm fine, Dem. Thank you for asking." Jawabnya sambil tersenyum agak memaksa

"I know yo so well, mbak, kita udah kenal berapa tahun? Atau apakah aku selama ini bukan teman curhat yang baik buat mbak?" jawabku sambil tersenyum padanya

"Dem, it's no problem, ya biasalah cuma sedikit cekcok," ucapnya sambil masih mempertahankan senyuman palsunya

"Oke then, kalo ada apa-apa, lemme know ya," aku pun menepuk pundaknya dua kali sebelum kembali ke mejaku

Hari itu seperti biasa kuhabiskan di depan komputer, membereskan administrasi tentang penjualan mobil sambil sesekali menerima telepon dari klien. Tak terasa hari pun sudah memasuki jam makan siang

"Dem, makan siang di luar yuk?" Olla menghampiriku yang sedang serius di depan komputer

"Eh, tumben nih? Pasti ada maunya" aku membercandainya untuk mencairkan suasana

"Hahaha aku traktir deh, aku lagi pengin steak," ucapnya

"Yaudah yuk"

Kami pun beranjak menuju tempat makan dengan mobilku

Selama di mobil kulihat Olla hanya scroll handphonenya, sempat kulihat ia kembali menyeka airmatanya dengan tisu.

"Mbak, lemme know what is actually happen?" ucapku

"Mbak gak tau Dem harus mulai dari mana" ucapnya sambil sesenggukan, kali ini tangisnya sudah tak tertahankan lagi

Aku pun mengambil beberapa helai tisu dari dashboard mobil lalu menyeka airmatanya

"this what are friends for right? So lemme know" kuelus rambutnya lembut

"Koh Daniel cheated on me," ucapnya sambil agak tercekat.

Aku pun agak kaget mendengarnya. Aku mengenal suami Olla sebagai family man, seringkali ia posting kebersamaan dengan Olla dan kedua anaknya. Aku pun mengenalnya secara personal karena beberapa kali aku berkunjung ke rumahnya.

"Mbak??? Really??? Koh Daniel kan sayang banget sama mbak, how come???"

Ia kembali menangis, di tengah kemacetan menuju tempat makan, Olla tak kuasa menahan kesedihannya, ia tak menyangka, rumah tangganya yang sudah 12 tahun dibangun harus berakhir seperti ini.

"Aku lihat di WA Dem, chat dia sama pramugarinya, bahkan beberapa kali check in," kembali ia sesenggukan

"I'm sorry to hear that, wish you both nothing but the best, gotta get through this. Yaudah yuk makan dulu, udah mau nyampe" ucapku sambil tetap mengelus lembut kepalanya

Kami pun berdua turun dan menuju tempat makan.

"Mbak harus makan yang banyak, pokoknya gak boleh sedih ya, kan ada aku" aku mencoba menghiburnya

"Thanks for listening ya Dem," ia mulai bisa tersenyum

Aku pun tersenyum balik tanpa menjawab, selang beberapa saat pesanan kami pun tiba.

"Dem Fina gimana kabarnya? Baik kah?"

"Alhamdulillah mbak, baik banget." ucapku singkat

"Gimana udah isi belum?"

"Haha belum mbak, belum rezeki kali ya, tapi aku sama Fina juga santai sih mbak," ucapku

"Udah pernah dicek ke dokter?"

"Udah sih, istriku ada gangguan hormonal gitu mbak, jadi mensnya gak teratur banget,"

"Kamu sendiri udah pernah dites spermanya?"

"Udah kok mbak, aku aman aman aja, mbak mau ngetes juga? Hahaha" ku mencoba melemparkan candaan seksis untuk membuatnya melupakan kesedihan

"Yuk," ucapnya singkatnya

Aku pun agak kurang mengerti maksud pembicaraannya

"Katanya mau ngecek sperma? Ayo aku cek hahaha," ucapnya

"Hahaha bisa aja," aku jawab sekenanya

Aku hanya menganggap Olla hanya membalas bercandaanku, kami pun setelah makan kembali menuju kantor

"Dem, kamu having sex sama Fina seminggu berapa kali?" tanya Olla di mobil

Sebenarnya sudah tidak ada kecanggungan di antara kami perihal pembahasan seks, karena ketika ngumpul di kantor pun pembahasannya tak jauh dari urusan selangkangan. Namun aku berusaha menjaga pembahasan waktu itu karena suasannya agak kurang pas.

"hmmm tiap hari mbak hahaha," aku menjawab serius namun diselingi tawa sehingga Olla agak sedikit kurang percaya

"Really? Gila sih kamu, pantes ya badannya bagus banget, mompa mulu kerjaannya," jawabnya sambil mencubit lenganku

"Iya mbak mau gimana lagi kan kebutuhan biologis, emang mbak sendiri gimana?" aku balik bertanya

"Hehe jangan ditanya Dem, ini aja aku sebulan belum disentuh lagi, padahal kemaren suamiku pulang, eh malah berantem, sedih deh," lirih Olla

"Wah, rugi banget ya koh Daniel, punya istri kayak mbak malah dianggurin" jawabku

"Hehe misal nih ya, mbak jadi istri kamu bakal tiap hari juga gak kayak Fina?" Olla mengerling genit kepadaku

"Hmmm gimana ya, kupikir dulu deh hahaha," ucapku diiringi cubitan gemas di lenganku

"Ya tiap hari lah mbak, to be honest mbak ini tipeku banget lho," entah kenapa aku malah bicara seperti itu

"Ah kamu bisa aja deh Dem, jangan bikin geer ya kamu," balasnya sambil menatapku penuh arti

Jakarta siang itu sangat macet dikarenakan ada perbaikan fiber optik di beberapa titik yang kulalui.

"tuuuut...tuuuut" telepon Olla berdering

"Hallo dengan siapa saya berbicara? ada yang bisa dibantu?" jawab Olla di telepon

"Saya dengan Anwar, ingin bertanya soal unit mobil," ucap seseorang di ujung telepon

"Oh boleh Pak silakan"

"Bisa ke Hotel Purina? Kebetulan sore ini saya ada meeting di situ, kita ngobrol langsung ya biar enak," ucap Anwar

"Oh baik Pak, saya menuju ke sana,"

"Baik terima kasih"

Olla pun menutup telepon lalu memintaku untuk mengantarnya ke Purina

"Dem kamu pulang dulu aja gapapa, nanti jemput aku lagi ya di sini?" ucapnya sesampainya di lobby

"Oke mbak santai aja, nanti kabarin aja kalo udah beres, nanti kujemput lagi," balasku

Aku pun kembali ke kantor meninggalkan Olla di Purina bersama dengan customernya.

Hotel Purina memang sangat dekat dengan kantorku, hanya berjarak 500 meter, makanya jadi hotel favorit rekan-rekan salesku untuk melakukan aktivitas marketingnya.

Aku pun kembali ke kantor, sekitar jam 4 sore Olla pun meneleponku, memintaku untuk menjemputnya.

"Dem, jemput ya, aku udah selesai."

"Ok mbak, on the way," jawabku singkat

Aku pun sampai ke Purina dalam 15 menit, sesampainya di lounge aku pun meneleponnya

"Mbak, di mana? Aku di lounge" ucapku

"Sini Dem, aku di kamar 102," ucapnya

"Eh kok di kamar? Hayo tadi ngapain sama Pak Anwar??" godaku

"Haha nggak, aku buka kamar setelah dia pulang, tadi kepalaku pening gak tau kenapa, kamu sini dulu aja Dem, tadi aku beli wine juga 2 botol, sayang kalo gak diabisin," ucapnya

"Oh gitu, yaudah deh aku ke situ ya,"

Aku pun merasa mendapat angin segar dengan ajakan Olla, aku pun senyum sendiri membayangkan kejadian yang akan terjadi.

"Tok...tok..."

Olla pun membukakan pintu dan mempersilakanku masuk

"Santai dulu ya dem, nih wine, anggep aja rasa terima kasihku ya karena kamu mau perhatian banget." ucapnya membuka obrolan sambil menyodorkan gelas berisi wine

"Iya mbak, santai aja kali kayak ke siapa aja hehe," aku pun mengambil wine yang ia sodorkan

"Dem minta tolong boleh?" ucapnya

"Apa tuh mbak?"

"Tolong pijitin kepalaku dem, pening banget rasanya,"

"Oke mbak."

Aku pun menaruh gelas wineku lalu mendekat ke arah Olla yang duduk menyender ke dipan, aku duduk di sebelahnya dan mulai memijat kepalanya

"Iya Dem just like that"

Aku yang sedang memijat kepalanya sesekali melirik belahan payudaranya yang terekspos, dan Olla pun rupanya mengetahuinya.

"Hayo liat apa??" ucapnya sambil tersenyum

"Eh...eee gimana mbak maksudnya?" jawabku gelagapan

"Udah gak usah pura-pura, emang aku gak merhatiin dari tadi?" ucapnya menggodaku

"Hahaha iya iya sorry ya mbak abisnya seksi banget sih mbak hari ini" ucapku memujinya

"Tumben muji, biasanya kalem nih kamu" ucapnya genit

"Sesekali mbak" ucapku singkat

"Dem kamu bisa kan pijet full body, tanggung nih kalo kepalanya doang" ucapnya

"Wani piro?" candaku sambil tersenyum

"Yaudah mbak kalo mau dipijet, ada olive oilnya gak atau minyak telon?" tanyaku

"Ada nih minyak telon,"

"Yaudah buka dulu aja pakaiannya, aku ke kamar mandi dulu," ucapku sambil melengos ke kamar mandi

Sekembalinya dari kamar mandi, aku melihat Olla sudah dalam keadaan telanjang dalam posisi telungkup, hanya bagian pantatnya saja yang tertutup oleh handuk hotel. Darahku berdesir, semakin tak sabar menunggu apa yang terjadi setelahnya.

Aku pun mengambil minyak telon dan kemudian membasahi punggungnya

"Mau sekalian kukerokin?" tawarku

"Hmmm boleh Dem,"

"Ok ok"

Setelah mengolesinya dengan minyak telon, aku pun perlahan mengerok punggungnya, tak terasa semua bagian belakang sudah kukerok, tampak sangat merah. Setelah itu aku pun memijat tubuhnya lembut, kuurut dari bagian punggung atas sampai ke area pantat yang masih ditutup oleh handuk.

"Mbak, may I take the towel off?" aku dengan sopan meminta izin untuk mengangkat handuknya

"Sure, Dem," jawabnya singkat

Aku pun menyingkap handuknya dan terpampanglah pantat yang selama ini sering kukhayalkan, pantat sintal dan semok yang membuat jantungku berdetak lebih cepat.

Kukucurkan minyak telon ke area pantatnya lalu kupijat dengan lembut, aku tak bisa mengontrol diriku lagi ketika ku lihat lubang anus dan memeknya dari belakang, bersih dan nyaris tanpa bulu. Aku perlahan mencoba untuk menyentuh dua bagian itu dengan jariku, namun aku masih ragu dengan reaksi yang akan kudapatkan. Akhirnya aku memberanikan diri memainkan lubang anus dan memeknya karena aku memang sudah di puncak berahi, kukilik sesaat sambil kulihat reaksinya, diam saja tak ada penolakan. Merasa mendapat lampu hijau, kulebarkan kakinya untuk memudahkan jariku menjelajahi lubang memeknya. Kumainkan pelan, lalu akhirnya kedua jariku kini masuk ke dalam lubang memeknya.

"shhhhh mmmmmh," ia mendesah pelan

Kutambahkan pelicin ke lubang memeknya, kali ini bukan minyak telon, kuludahi kedua jariku, lalu kumainkan lubang vagina sekali lagi, kali ini kupercepat temponya..

"Aaaaah yes slap my ass baby," racaunya

Kini akulah yang memegang arena, kutepok pantatnya yang semok berkali-kali

"Yes just like that baby"

Olla semakin terhanyut, kumasukkan kembali kedua jariku ke memeknya

"Aahhhh enak banget sayaaaang sshhhhh aaaah," racau Olla

Kurasakan jariku menghangat, rupanya cairan cintanya keluar meskipun belum banyak

"Turn around," ucapku singkat

Olla pun berbalik badan dan gundukan susunya yang menantang membuatku tercekat dan menelan ludah, sambil menatapku dan menggigit bibir bawahnya ia memainkan kedua susunya seakan menantangku.

Kutambahkan lagi minyak telon ke atas tubuhnya lalu perlahan kupijat dengan lembut bagian perutnya, lalu perlahan kupijat payudaranya, kumainkan puting kiri dan kanannya bersamaan.

"Aaaah yes enak banget sayang shhhh," ucapnya ketika kumainkan putingnya

Perlahan tangannya mulai membuka kancing kemejaku satu per satu. Setelah terlepas, akhirnya kulepas kemeja dan kaos dalamku, sehingga kini hanya celana bahan hitam yang masih menempel di tubuhku.

Kudekatkan kepalaku ke puting susunya, kujilati putingnya dengan gaya memutar, ia semakin kelojotan menerima serangan lidahku. Sambil kumainkan puting yang satunya dengan jariku, kali ini kuhisap putingnya dengan lembut

"Aaaaaaah ssshhhh" desahnya

Tangannya mulai bergerak menuju gundukan celanaku, perlahan diturunkan celanaku dan terlihatlah kontolku yang sudah sangat ereksi.

"OMG Dem, gede banget" pujinya sambil mengurut pelan kontolku

Olla lalu memiringkan badannya, bersiap memasukkan kontolku ke dalam mulutnya.

"Sluuuurp...sluuurp...sluuurp," ia dengan lihai mengulum kontolku

"Emmmmhhh shit," racauku keenakan

Setelah kurang lebih 5 menit menyepongku, ia pun bangkit dari kasur, lalu kami berciuman.

Setelah puas berciuman, kubaringkan Olla di atas kasur, lalu aku pun menindihnya, bersiap menghujamkan kontolku ke memeknya yang sudah basah.

"Bleeees!" dengan mudah kontolku masuk ke memeknya diiringi desahan Olla

"Aaaahh sshhhh enak banget kontol kamu sayang yessss fuck me aaaah"

Kupercepat tempo genjotanku hingga kemudian ia pun squirt

"Ohhhhhh yes yes yes aku keluaaaar aaaah"

"cuuurr....seeeerrr..." cairan cintanya memenuhi kasur, banyak sekali, wajar ia sudah lama tak mendapat kenikmatan seperti ini.

Aku pun memelankan tempo sodokanku, lalu kulumat bibirnya, Olla pun tak kalah ganas meladeni permainan lidahku.

Aku pun melepas kontolku lalu berdiri di ujung kasur, Olla lalu menungging di kasur dan menghadap kontolku, permainan lidahnya di lubang kencingku membuatku sangat terhanyut dan menikmati persetubuhan kali ini.

"sluuurp...sluuurp.." ia kembali menyepong kontolku dengan lahap

Kubalikkan posisi badannya, terlihat memek yang begitu basah bekas squirt tadi, kuhunuskan lagi kontolku ke lubang memeknya

"Ah yes yes enak banget fuuuuck" racaunya

Aku pun agak mengatur ritme karena belum puas mengentot seniorku yang satu ini. Kulepaskan kontolku dari memeknya. Aku sedikit membungkuk dan kuludahi lubang anusnya, perlahan kumainkan dengan kepala kontolku.

"You wanna fuck my ass baby?" ucapnya

Tanpa menjawab aku pun terus menggesekkan kepala kontolku ke lubang anusnya, sambil sesekali ku spank bongkahan pantatnya hingga kemerahan.

Kucoba perlahan memasukkan kepala kontolku ke anusnya, perlahan lubang anusnya terbuka karena sedari tadi ku pancing, hingga akhirnya kepala kontolku bisa masuk.

Kuludahi lagi lubang anusnya agar melumasi batang kontolku yang belum masuk. Perlahan kumajukan kontolku.

"Aaaah so tight, enak banget mbak bool kamu,"

"Sssshhh pelan-pelan sayang,"

Dengan perlahan akhirnya seluruh batang kontolku telah masuk ke lubang anusnya.

Dengan pelan kumaju mundurkan kontolku, membiarkannya untuk beradaptasi dulu di lubang bool seniorku yang masih rapet ini.

Mukaku mulai memerah karena saking nikmatnya, tampaknya aku akan segera mencapai klimaks.

"Plok...plok...plok..plokk..." kupercepat sodokanku di lubang anusnya

"Ah yes fuuuck gede banget sayang kontol kamu shhhh fuccck meeee,"

"omaygad I wanna cum baby shit,"

"Yes di dalem bool mbak aja sayang shhhh aaah"

"Omaygad here we come aaaaaaaaaah,"

"Crooot...crooot...croooot...crooot..crooot"

Semburan spermaku memenuhi lubang boolnya, sebagian ada yang meleleh keluar saking banyaknya.

Olla pun berbalik badan, lalu kami berciuman dan ia membersihkan sisa sperma di kontolku dengan mulutnya, kemudian kudorong kepalanya ke lelehan sperma yang ada di kasur, lalu dengan lahap ia membersihkan lelehan sperma yang ada di kasur.

Aku pun merebahkan diri ke kasur, Olla lalu merebah di sampingku dan memelukku.

"Thanks ya Dem, udah lama banget aku gak dienakin kayak gini, sekali lagi makasih ya, you're the real man," sambil menatapku ia menyeka airmatanya

"Mbak, are you ok?" aku memeluknya lebih erat setelah melihatnya menangis

"Yes im ok, aku cuma kayak bahagia gitu, udah lama gak dibikin enak kayak gini," ucapnya sambil tersenyum

"Next time lagi ya dem? Are you ok kalo aku minta lagi?" lanjutnya

Aku pun hanya tersenyum dan kembali memeluknya

"Anityme, mbak"

"Tapi Fina..." ucapnya agak tercekat

"Rasa cintaku sama Fina gak akan berubah sedikit pun mbak, but this is something else," aku menambahkan

"Well then berarti bukan cuma aku ya yang udah kamu tidurin? Nakal," ia tersenyum manis sambil membelai dadaku

Aku hanya tersenyum, di sisi lain aku merasa sangat berdosa dengan istriku, but I swear to god, I love her so much, but this is out of my control, lagi-lagi alibi itu kuucapkan dalam hati.

Bertambah lagi rekan salesku yang berhasil kunikmati tubuhnya. Aku merasa tambah berdosa dengan istriku tapi lagi-lagi aku tak bisa berbuat apa pun untuk memperbaikinya. Jiwa Don Juan ku sudah menguasai diriku sepenuhnya.
 
Terakhir diubah:
6. Tania Larasati: Suatu Pagi yang Basah di Pantry



Tania Larasati

Tak berselang lama setelah persetubuhanku dengan Olla, aku berhasil menikmati tubuh rekan salesku. Ya, Tania Larasati, aku biasa memanggilnya mbak Tan.

Hari itu seperti biasa, aku pergi ngantor. Pagi itu cuaca sedang mendung dan kemudian turun hujan agak deras. Aku membuat kopi di pantry, tak lama kemudian Tania mampir ke Pantry juga untuk merokok.

"Pagi Dem, eheeem kayaknya cerah banget auranya padahal lagi mendung lho hihi," ucapnya terkesan menggodaku

"eh mbak Tan, tumben pagi udah ke pantry?" tanyaku

Aku agak aneh dengan sikap Tania yang tak seperti biasanya, seperti menyembunyikan suatu hal dariku. Kucoba menerka-menerka, namun belum mendapat petunjuk apapun.

Aku pun mengambil kopi lalu bersiap kembali ke meja kerjaku, tapi ditahan Tania.

"Mau ke mana siiih kamu, temenin mbak napa Dem, nih rokok?" ia menawariku rokok

Kuambil sebatang rokoknya lalu kunyalakan.

Pagi itu semua rekan kerjaku belum datang karena hujan deras dan terjebak macet. Aku pagi itu kebetulan tak memakai mobil dan lebih memilih naik ojek online, sebuah keputusan yang cukup tepat. Di samping itu, Fina istriku tak masuk kerja karena tak enak badan, otomatis aku tak mengantarnya hari ini.

"Kehujanan mbak?" ucapku memulai obrolan

"Iya nih, liat aja lepek banget baju sama rambutku" ucapnya sambil kembali menghisap rokoknya

Kuperhatikan hari itu seperti biasa Tania tak memakai BH, otomatis putingnya tercetak jelas di balik baju kuning yang ia pakai, ditambah lagi cuaca sedang dingin-dinginnya.

"Gimana kemaren, enak?" ucap Tania genit sambil mengerlingkan matanya melemparkan pertanyaan yang sebenarnya aku tak mengerti arah dan tujuannya.

"Eh...gimana mbak maksudnya?" ucapku agak kebingungan. Aku memang beneran bingung dan tak mengerti apa yang Tania ucapkan.

"Gak usah sok bingung deh kamu Dem, tinggal jawab aja enak apa nggak?" ujarnya sambil terkekeh

Aku pun yang benar-benar tak mengerti apa yang dia ucapkan hanya tertawa kecil, sambil mencoba mencari tau arah pembicaraan.

"Ini yang lain belum pada dateng ya?" ujarku mengalihkan topik

"Belum Dem, tuh di grup pada bilang kejebak macet,"

Aku pun scroll grup WA, terlihat dari mulai mommy dan rekanku yang lain kompak mengabari kalo mereka terjebak macet, hanya Rani saja yang tak terlihat berkabar.

"Oiya gila sih ya pagi ini, untung aku naik Ojol tadi," ucapku meneruskan obrolan sambil menyeruput kopi

"Pagi-pagi gini morning sex enak kali ya Dem, tau gitu gue gak buru-buru tadi padahal laki gue minta hahaha," ucapnya sambil tertawa

"Hahaha aku juga hari ini gak ritual (baca:morning sex) soalnya istriku lagi kurang enak badan" jawabku

Aku pun lanjut scroll hape sambil mengabari istriku kalo aku sudah sampai

"Sayangku mas udah sampe ya, jangan lupa bubur ayamnya dimakan ya😘" ucapku pada istriku di WA

"Iya mas sayang, ini aku mau makan, semangat suamiku kerjanya, jangan nakal,😘" balas Fina

"Abis itu obatnya diminum terus bobo ya, mas mau lanjut ngopi dulu di pantry, dah sayang, love you😘"

"Love more maaaas sayang😘😘😘" balasnya

Aku pun mengakhiri chatku, kulihat Tania melihat ke arah luar pantry, menoleh kanan kiri seperti sedang memastikan situasi.

"Kenapa mbak Tan?" tanyaku yang bingung melihat tingkahnya

Tania pun membuang puntung rokok dan meletakkan gelas kopi yang tadi ia seruput, lalu tanpa disangka, ia bersimpuh, persis di depan resleting celanaku.

Aku agak terkejut dengan situasi ini, sambil terus memikirkan tingkah Tania yang memang sudah aneh dari awal tadi.

"Uuuuuh kasian nih pagi ini gak dapet jatah, sini sama tante," ucapnya seakan berbicara dengan kontolku yang perlahan mengeras karena elusan lembutnya.

"Eh mbak Tan apa-apaan ini," ucapku yang masih bingung, kutaruh gelas kopiku di meja

"Udah gak usah sok polos deh Dem, makin gemes kan akunya, aku udah tau kok semuanya," ucapnya sambil mendongak ke arahku

"Maksudnya gimana sih mbak sumpah aku masih bingung?" ucapku yang sekarang mulai mengerti perubahan tingkah laku dari Tania. Aku beranggapan salah satu dari Mom Nadine, Jihan, Poppy, Juni atau yang terakhir Olla menceritakan pengalaman persetubuhannya denganku.

"Wah, sial, sepertinya Olla nih cerita" batinku menyimpulkan

Aku menebak Olla yang cerita karena dia orang terakhir yang aku entot.

"Ah bodo lah, yang penting gak sampai Fina tau," batinku masih terus gundah antara kubiarkan kejadian ini berlanjut atau kuhentikan saja, mengingat ini pun sedang di pantry, sangat berisiko kalo sampai ke-gap.

"Kok ngelamun? Dem?" ucap Tania yang masih bersimpuh di hadapanku

"Eh, mbak Olla udah cerita semuanya?" ucapku akhirnya menyebut nama Olla.

Aku langsung tembak aja namanya karena kalau kutanya "Siapa yang cerita?" nanti asumsi Tania malah aku udah ngentot sama yang lain juga, aku untungnya masih bisa berpikir jernih di tengah kekalutan.

"Enak gak dia?" ia lontarkan lagi pertanyaan yang tadi ia tanyakan sambil tersenyum genit

"Hehe of course" ucapku singkat

Ia pun membuka resleting celanaku, lalu membuka sabuk celana, dan akhirnya ia melorotkan celana bahan dan celana dalamku.

"Uuuuuh pantes Olla berapi-api banget ceritanya, shhhh ini mah mentok nih di memek aku," ucapnya genit

Tania pun meludahi telapak tangannya, lalu melumasi kontolku sambil mengurutnya pelan.

"Shhhhh mbak, nanti kalo ada orang gimana?" ucapku masih agak ragu untuk meneruskan

"Aman sayang, itu liat aja di grup WA pada share loc, masih pada jauh kan mereka." ucap Tania menenangkan

"Sluuurp...sluuurp..." tanpa babibu kontolku pun disepong oleh Tania, god mimpi apa gue semalem bisa dapet memek temen salesku lagi, kali ini bahkan effortless.

Aku mendorong belakang kepalanya untuk melakukan deepthroat, lalu aku mendiamkan kepalanya, kumaju-mundurkan kontolku di dalam mulutnya. Ah, pagi yang indah dan intim di tengah cuaca yang mendukung.

Tania agak tersedak menerima hujaman kontolku di mulutnya, aku pun lalu menghentikan gerakanku, mempersilakannya untuk mengambil alih permainan. Tania lanjut menyepong kontolku, aku lalu menggamit susunya yang bergetar karena gerakan maju mundurnya, kusingkap dressnya sehingga sekarang payudaranya menyembul bebas. Kumainkan putingnya selagi ia menyepongku.

"Sssshh shhhrrrkk...shrrrk, suara sepongannya membuatku semakin horny. Sambil memainkan putingnya, tangan kiriku menjambak rambutnya dan memaju mundurkannya.

"Shhhh aaah enak banget mbak sepongannya" ucapku mulai terbawa suasana

Tania lalu berdiri dan melumat bibirku, kuladeni permainan lidahnya, kami pun melakukan french kiss sambil tangannya terus mempertahankan kocokannya di kontolku.

Aku lalu membalikkan badannya, kusingkapkan rok hitamnya sehingga kini terpampang bongkahan pantat sintal yang masih tertutup CD warna putih. Aku pun tak berlama-lama langsung melorotkan CD-nya, lalu kubasahi memeknya dengan ludahku.

Pagi ini aku merasa horny sekali karena istiku tak memberiku jatah karena sedang tak enak badan. Aku pun langsung menghujamkan kontolku ke memeknya yang sudah basah. "Blesss" dengan mudah kontolku sudah masuk ke dalam memeknya.

"aaaaah penuh banget memek mbak sayang, cepetin sayang" Tania menyuruhku mempercepat sodokanku.

Kupercepat sodokanku, aku pun tak memainkan ritme karena aku berniat ingin mengakhirinya secara cepat, takut rekanku yang lain pada datang.

"Shhhh ah enak banget sayang fuck," dengan suara agak tertahan Tania meracau dan membuatku semakin horny, kami berdua seperti tak mempedulikan keadaan sekitar, ditambah lagi derasnya hujan yang menghantam asbes mau pun seng bangunan membuat suara desahan jadi agak menyaru.

Kupercepat lagi sodokanku di memeknya dalam posisi doggy

"Shhh ah ah ah mbak mau keluar sayang aaaahh," "Cuuuur...seeeer" ia squirt untuk pertama kali. Aku seperti kesetanan pagi itu, aku tak memberinya napas, kusodok lagi dengan tempo cepat dan benar saja, tak lama kemudian ia squirt kembali hingga kedua kakinya bergetar hebat saking enaknya, badannya mengejang dan kutahan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Aaaaah enak banget sayang kontol kamu" ucapnya

"Entotin bool aku sayang, aku mau dianal kayak Olla" Tania membasahi jarinya lalu memainkan lubang anusnya, aku pun lalu membasahi kontolku, kugesekkan kepala kontolku di lubang anusnya. Perlahan kucoba memasukkan kepala kontolku, agak lebih longgar dari temenku yang lain, Taniaemang sering dianal entah itu sama suaminya atau pun partner seksnya yang lain.

"Blesss" setengah batang kontolku sudah masuk ke lubang boolnya, kudorong lagi dan kini seluruh batang kontolku sudah masuk seluruhnya.

"Ssssshh enak banget sayang, dont stop baby" ujarnya meracau tak jelas

Aku pun semakin mempercepat sodokan kontolku di luabng anusnya.

"Aaaah yes yes enak banget sayang ooooh fuck," ucap Tania

Di tengah Tania yang sedang kuentot di pantry dalam posisi doggy, rupanya ada sepasang mata yang secara tak sengaja menyaksikan persetubuhan kami. Ya, orangnya adalah Rani, satu satunya orang yang tak berkabar di grup WA, rupanya memang dia tak telat, dia sudah sampai 5 menit yang lalu, dan ke pantry untuk membuat kopi.

Rani terdiam seribu bahasa saat kugenjot tubuh Tania di pantry.

Kugambarkan sedikit, posisi pantry berjarak beberapa pintu dari pintu ruangan sales, pantry yang lebarnya 3x3m memang cukup memadai untuk melakukan proses persetubuhan tersebut.

Saat Rani memergokiku, posisi Tania bersandar ke wastafel, dan aku membelakangi pintu masuk pantry. Suara hujan yang deras menghantam seng ditambah suara lenguhan Tania membuat kami tak menyadari ada seseorang yang membuka pintu pantry, posisi pintunya sendiri tak tertutup rapat.

Aku terus saja menggenjot lubang bool Tania. Tanpa sepengetahuanku, Rani terus saja melihat persetubuhan kami di celah pintu pantry yang ia buka sedikit.

"Shhh fuuuuck aku mau keluaaar mbak," ucapku sambil mempertahankan sodokanku.

"Yes keluarin aja di bool mbak sayang aaaaah,"

"Omaygad fuuuuckin heeeell shittttt," "Crooot...crooot...crooot...crooot..."

Kutumpahkan pejuhku di dalam lubang boolnya Tania, terlihat sebagian lelehan spermanya keluar dari lubang boolnya.

Tania lalu berbalik badan, kami berciuman beberapa saat, lalu ia bersimpuh dan membersihkan sisa sperma di kontolku.

Rani yang melihat pergumulan kami berdua hanya terdiam, Rani cepat-cepat kembali ke ruangan sales begitu Tania selesai membersihkan tubuhnya dengan tisu yang ada di pantry.

Kammi pun lalu kembali memakai pakaian masing masing, Tania langsung menuju kamar mandi, sedangkan aku kembali ke ruangan sales.

Aku agak kaget ketika melihat Rani ternyata sudah datang, "duh apa dia lihat?" batinku.

"Eh, Ran, udah dateng dari kapan?" ucapku basa-basi.

"Eh baru aja kok mas, tadi macet banget, kamu dari abis dari mana?" ucapnya melontarkan pertanyaan

"Eeeee tadi abis di pantry, ngopi" ucapku

"Oh gitu, mbak Tan ke mana ya? Gak bareng kamu mas di pantry" ucapnya dengan senyum manisnya ke arahku

Aku agak terintimidasi dengan senyum penuh artinya, "apa dia lihat ya? Terus sekarang pura-pura gak tau?" pertanyaan itu terus berkecamuk di tengah pagi yang dingin.

"Mas, ngelamun aja?" ucapnya menyadarkanku dari lamunanku

"Eh nggak kok Ran, ini masih agak ngantuk aja tadi," ucapku ngeles

"Oh gitu, mau aku bikinin kopi lagi gak? Ini aku mau ke pantry lagi" ucapnya menawarkan

"Oh boleh Ran, makasih ya. Seperti biasa ya" ucapku yang tentu sudah dimengerti olehny

Rani memang perhatian padaku, dia memang sales paling bontot yang bergabung, dulu mommy selalu mentandemkanku dengan Rani dan membantu kerjaanku. Rani pula lah yang membereskan tanggungan pekerjaanku ketika ku dirumahkan pas pandemi.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd