5. Fabiolla Hertanti: Big Girls Dont Cry
Setelah berhasil menaklukkan Juni, jiwa don juanku sudah tak bisa kukendalikan, hampir tiap hari aku membayangkan bisa menyetubuhi rekan salesku yang lain. Kali ini Fabiolla Hertanti, seniorku yang juga mentor paling baik, ia banyak mengajarkan ilmu marketing di awal aku bergabung.
Kurang lebih 2 minggu setelah hubungan badanku dengan Juni, pagi itu seperti biasa aku dan rekanku berada di ruangan sales sebelum jam kerja dimulai. Aku yang sedang sarapan melihat kedatangan mbak olla, begitu aku menyebutnya, dengan mimik wajah yang tidak biasa. Aku yang memang dekat dan sudah berteman lama dengannya membaca gelagat yang kurang baik, ah mungkin habis cekcok dengan suaminya, pikirku saat itu sambil meneruskan sarapanku.
Kulihat ia duduk sambil sesekali menyeka airmatanya dengan tisu, aku pun setelah habis sarapan berinsiatif menghampiri mejanya.
"Mbak, all good?" ucapku sambil memegang pundaknya.
Ia lalu menoleh padaku dan tersenyum, namun tetap saja ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
"I'm fine, Dem. Thank you for asking." Jawabnya sambil tersenyum agak memaksa
"I know yo so well, mbak, kita udah kenal berapa tahun? Atau apakah aku selama ini bukan teman curhat yang baik buat mbak?" jawabku sambil tersenyum padanya
"Dem, it's no problem, ya biasalah cuma sedikit cekcok," ucapnya sambil masih mempertahankan senyuman palsunya
"Oke then, kalo ada apa-apa, lemme know ya," aku pun menepuk pundaknya dua kali sebelum kembali ke mejaku
Hari itu seperti biasa kuhabiskan di depan komputer, membereskan administrasi tentang penjualan mobil sambil sesekali menerima telepon dari klien. Tak terasa hari pun sudah memasuki jam makan siang
"Dem, makan siang di luar yuk?" Olla menghampiriku yang sedang serius di depan komputer
"Eh, tumben nih? Pasti ada maunya" aku membercandainya untuk mencairkan suasana
"Hahaha aku traktir deh, aku lagi pengin steak," ucapnya
"Yaudah yuk"
Kami pun beranjak menuju tempat makan dengan mobilku
Selama di mobil kulihat Olla hanya scroll handphonenya, sempat kulihat ia kembali menyeka airmatanya dengan tisu.
"Mbak, lemme know what is actually happen?" ucapku
"Mbak gak tau Dem harus mulai dari mana" ucapnya sambil sesenggukan, kali ini tangisnya sudah tak tertahankan lagi
Aku pun mengambil beberapa helai tisu dari dashboard mobil lalu menyeka airmatanya
"this what are friends for right? So lemme know" kuelus rambutnya lembut
"Koh Daniel cheated on me," ucapnya sambil agak tercekat.
Aku pun agak kaget mendengarnya. Aku mengenal suami Olla sebagai family man, seringkali ia posting kebersamaan dengan Olla dan kedua anaknya. Aku pun mengenalnya secara personal karena beberapa kali aku berkunjung ke rumahnya.
"Mbak??? Really??? Koh Daniel kan sayang banget sama mbak, how come???"
Ia kembali menangis, di tengah kemacetan menuju tempat makan, Olla tak kuasa menahan kesedihannya, ia tak menyangka, rumah tangganya yang sudah 12 tahun dibangun harus berakhir seperti ini.
"Aku lihat di WA Dem, chat dia sama pramugarinya, bahkan beberapa kali check in," kembali ia sesenggukan
"I'm sorry to hear that, wish you both nothing but the best, gotta get through this. Yaudah yuk makan dulu, udah mau nyampe" ucapku sambil tetap mengelus lembut kepalanya
Kami pun berdua turun dan menuju tempat makan.
"Mbak harus makan yang banyak, pokoknya gak boleh sedih ya, kan ada aku" aku mencoba menghiburnya
"Thanks for listening ya Dem," ia mulai bisa tersenyum
Aku pun tersenyum balik tanpa menjawab, selang beberapa saat pesanan kami pun tiba.
"Dem Fina gimana kabarnya? Baik kah?"
"Alhamdulillah mbak, baik banget." ucapku singkat
"Gimana udah isi belum?"
"Haha belum mbak, belum rezeki kali ya, tapi aku sama Fina juga santai sih mbak," ucapku
"Udah pernah dicek ke dokter?"
"Udah sih, istriku ada gangguan hormonal gitu mbak, jadi mensnya gak teratur banget,"
"Kamu sendiri udah pernah dites spermanya?"
"Udah kok mbak, aku aman aman aja, mbak mau ngetes juga? Hahaha" ku mencoba melemparkan candaan seksis untuk membuatnya melupakan kesedihan
"Yuk," ucapnya singkatnya
Aku pun agak kurang mengerti maksud pembicaraannya
"Katanya mau ngecek sperma? Ayo aku cek hahaha," ucapnya
"Hahaha bisa aja," aku jawab sekenanya
Aku hanya menganggap Olla hanya membalas bercandaanku, kami pun setelah makan kembali menuju kantor
"Dem, kamu having sex sama Fina seminggu berapa kali?" tanya Olla di mobil
Sebenarnya sudah tidak ada kecanggungan di antara kami perihal pembahasan seks, karena ketika ngumpul di kantor pun pembahasannya tak jauh dari urusan selangkangan. Namun aku berusaha menjaga pembahasan waktu itu karena suasannya agak kurang pas.
"hmmm tiap hari mbak hahaha," aku menjawab serius namun diselingi tawa sehingga Olla agak sedikit kurang percaya
"Really? Gila sih kamu, pantes ya badannya bagus banget, mompa mulu kerjaannya," jawabnya sambil mencubit lenganku
"Iya mbak mau gimana lagi kan kebutuhan biologis, emang mbak sendiri gimana?" aku balik bertanya
"Hehe jangan ditanya Dem, ini aja aku sebulan belum disentuh lagi, padahal kemaren suamiku pulang, eh malah berantem, sedih deh," lirih Olla
"Wah, rugi banget ya koh Daniel, punya istri kayak mbak malah dianggurin" jawabku
"Hehe misal nih ya, mbak jadi istri kamu bakal tiap hari juga gak kayak Fina?" Olla mengerling genit kepadaku
"Hmmm gimana ya, kupikir dulu deh hahaha," ucapku diiringi cubitan gemas di lenganku
"Ya tiap hari lah mbak, to be honest mbak ini tipeku banget lho," entah kenapa aku malah bicara seperti itu
"Ah kamu bisa aja deh Dem, jangan bikin geer ya kamu," balasnya sambil menatapku penuh arti
Jakarta siang itu sangat macet dikarenakan ada perbaikan fiber optik di beberapa titik yang kulalui.
"tuuuut...tuuuut" telepon Olla berdering
"Hallo dengan siapa saya berbicara? ada yang bisa dibantu?" jawab Olla di telepon
"Saya dengan Anwar, ingin bertanya soal unit mobil," ucap seseorang di ujung telepon
"Oh boleh Pak silakan"
"Bisa ke Hotel Purina? Kebetulan sore ini saya ada meeting di situ, kita ngobrol langsung ya biar enak," ucap Anwar
"Oh baik Pak, saya menuju ke sana,"
"Baik terima kasih"
Olla pun menutup telepon lalu memintaku untuk mengantarnya ke Purina
"Dem kamu pulang dulu aja gapapa, nanti jemput aku lagi ya di sini?" ucapnya sesampainya di lobby
"Oke mbak santai aja, nanti kabarin aja kalo udah beres, nanti kujemput lagi," balasku
Aku pun kembali ke kantor meninggalkan Olla di Purina bersama dengan customernya.
Hotel Purina memang sangat dekat dengan kantorku, hanya berjarak 500 meter, makanya jadi hotel favorit rekan-rekan salesku untuk melakukan aktivitas marketingnya.
Aku pun kembali ke kantor, sekitar jam 4 sore Olla pun meneleponku, memintaku untuk menjemputnya.
"Dem, jemput ya, aku udah selesai."
"Ok mbak, on the way," jawabku singkat
Aku pun sampai ke Purina dalam 15 menit, sesampainya di lounge aku pun meneleponnya
"Mbak, di mana? Aku di lounge" ucapku
"Sini Dem, aku di kamar 102," ucapnya
"Eh kok di kamar? Hayo tadi ngapain sama Pak Anwar??" godaku
"Haha nggak, aku buka kamar setelah dia pulang, tadi kepalaku pening gak tau kenapa, kamu sini dulu aja Dem, tadi aku beli wine juga 2 botol, sayang kalo gak diabisin," ucapnya
"Oh gitu, yaudah deh aku ke situ ya,"
Aku pun merasa mendapat angin segar dengan ajakan Olla, aku pun senyum sendiri membayangkan kejadian yang akan terjadi.
"Tok...tok..."
Olla pun membukakan pintu dan mempersilakanku masuk
"Santai dulu ya dem, nih wine, anggep aja rasa terima kasihku ya karena kamu mau perhatian banget." ucapnya membuka obrolan sambil menyodorkan gelas berisi wine
"Iya mbak, santai aja kali kayak ke siapa aja hehe," aku pun mengambil wine yang ia sodorkan
"Dem minta tolong boleh?" ucapnya
"Apa tuh mbak?"
"Tolong pijitin kepalaku dem, pening banget rasanya,"
"Oke mbak."
Aku pun menaruh gelas wineku lalu mendekat ke arah Olla yang duduk menyender ke dipan, aku duduk di sebelahnya dan mulai memijat kepalanya
"Iya Dem just like that"
Aku yang sedang memijat kepalanya sesekali melirik belahan payudaranya yang terekspos, dan Olla pun rupanya mengetahuinya.
"Hayo liat apa??" ucapnya sambil tersenyum
"Eh...eee gimana mbak maksudnya?" jawabku gelagapan
"Udah gak usah pura-pura, emang aku gak merhatiin dari tadi?" ucapnya menggodaku
"Hahaha iya iya sorry ya mbak abisnya seksi banget sih mbak hari ini" ucapku memujinya
"Tumben muji, biasanya kalem nih kamu" ucapnya genit
"Sesekali mbak" ucapku singkat
"Dem kamu bisa kan pijet full body, tanggung nih kalo kepalanya doang" ucapnya
"Wani piro?" candaku sambil tersenyum
"Yaudah mbak kalo mau dipijet, ada olive oilnya gak atau minyak telon?" tanyaku
"Ada nih minyak telon,"
"Yaudah buka dulu aja pakaiannya, aku ke kamar mandi dulu," ucapku sambil melengos ke kamar mandi
Sekembalinya dari kamar mandi, aku melihat Olla sudah dalam keadaan telanjang dalam posisi telungkup, hanya bagian pantatnya saja yang tertutup oleh handuk hotel. Darahku berdesir, semakin tak sabar menunggu apa yang terjadi setelahnya.
Aku pun mengambil minyak telon dan kemudian membasahi punggungnya
"Mau sekalian kukerokin?" tawarku
"Hmmm boleh Dem,"
"Ok ok"
Setelah mengolesinya dengan minyak telon, aku pun perlahan mengerok punggungnya, tak terasa semua bagian belakang sudah kukerok, tampak sangat merah. Setelah itu aku pun memijat tubuhnya lembut, kuurut dari bagian punggung atas sampai ke area pantat yang masih ditutup oleh handuk.
"Mbak, may I take the towel off?" aku dengan sopan meminta izin untuk mengangkat handuknya
"Sure, Dem," jawabnya singkat
Aku pun menyingkap handuknya dan terpampanglah pantat yang selama ini sering kukhayalkan, pantat sintal dan semok yang membuat jantungku berdetak lebih cepat.
Kukucurkan minyak telon ke area pantatnya lalu kupijat dengan lembut, aku tak bisa mengontrol diriku lagi ketika ku lihat lubang anus dan memeknya dari belakang, bersih dan nyaris tanpa bulu. Aku perlahan mencoba untuk menyentuh dua bagian itu dengan jariku, namun aku masih ragu dengan reaksi yang akan kudapatkan. Akhirnya aku memberanikan diri memainkan lubang anus dan memeknya karena aku memang sudah di puncak berahi, kukilik sesaat sambil kulihat reaksinya, diam saja tak ada penolakan. Merasa mendapat lampu hijau, kulebarkan kakinya untuk memudahkan jariku menjelajahi lubang memeknya. Kumainkan pelan, lalu akhirnya kedua jariku kini masuk ke dalam lubang memeknya.
"shhhhh mmmmmh," ia mendesah pelan
Kutambahkan pelicin ke lubang memeknya, kali ini bukan minyak telon, kuludahi kedua jariku, lalu kumainkan lubang vagina sekali lagi, kali ini kupercepat temponya..
"Aaaaah yes slap my ass baby," racaunya
Kini akulah yang memegang arena, kutepok pantatnya yang semok berkali-kali
"Yes just like that baby"
Olla semakin terhanyut, kumasukkan kembali kedua jariku ke memeknya
"Aahhhh enak banget sayaaaang sshhhhh aaaah," racau Olla
Kurasakan jariku menghangat, rupanya cairan cintanya keluar meskipun belum banyak
"Turn around," ucapku singkat
Olla pun berbalik badan dan gundukan susunya yang menantang membuatku tercekat dan menelan ludah, sambil menatapku dan menggigit bibir bawahnya ia memainkan kedua susunya seakan menantangku.
Kutambahkan lagi minyak telon ke atas tubuhnya lalu perlahan kupijat dengan lembut bagian perutnya, lalu perlahan kupijat payudaranya, kumainkan puting kiri dan kanannya bersamaan.
"Aaaah yes enak banget sayang shhhh," ucapnya ketika kumainkan putingnya
Perlahan tangannya mulai membuka kancing kemejaku satu per satu. Setelah terlepas, akhirnya kulepas kemeja dan kaos dalamku, sehingga kini hanya celana bahan hitam yang masih menempel di tubuhku.
Kudekatkan kepalaku ke puting susunya, kujilati putingnya dengan gaya memutar, ia semakin kelojotan menerima serangan lidahku. Sambil kumainkan puting yang satunya dengan jariku, kali ini kuhisap putingnya dengan lembut
"Aaaaaaah ssshhhh" desahnya
Tangannya mulai bergerak menuju gundukan celanaku, perlahan diturunkan celanaku dan terlihatlah kontolku yang sudah sangat ereksi.
"OMG Dem, gede banget" pujinya sambil mengurut pelan kontolku
Olla lalu memiringkan badannya, bersiap memasukkan kontolku ke dalam mulutnya.
"Sluuuurp...sluuurp...sluuurp," ia dengan lihai mengulum kontolku
"Emmmmhhh shit," racauku keenakan
Setelah kurang lebih 5 menit menyepongku, ia pun bangkit dari kasur, lalu kami berciuman.
Setelah puas berciuman, kubaringkan Olla di atas kasur, lalu aku pun menindihnya, bersiap menghujamkan kontolku ke memeknya yang sudah basah.
"Bleeees!" dengan mudah kontolku masuk ke memeknya diiringi desahan Olla
"Aaaahh sshhhh enak banget kontol kamu sayang yessss fuck me aaaah"
Kupercepat tempo genjotanku hingga kemudian ia pun squirt
"Ohhhhhh yes yes yes aku keluaaaar aaaah"
"cuuurr....seeeerrr..." cairan cintanya memenuhi kasur, banyak sekali, wajar ia sudah lama tak mendapat kenikmatan seperti ini.
Aku pun memelankan tempo sodokanku, lalu kulumat bibirnya, Olla pun tak kalah ganas meladeni permainan lidahku.
Aku pun melepas kontolku lalu berdiri di ujung kasur, Olla lalu menungging di kasur dan menghadap kontolku, permainan lidahnya di lubang kencingku membuatku sangat terhanyut dan menikmati persetubuhan kali ini.
"sluuurp...sluuurp.." ia kembali menyepong kontolku dengan lahap
Kubalikkan posisi badannya, terlihat memek yang begitu basah bekas squirt tadi, kuhunuskan lagi kontolku ke lubang memeknya
"Ah yes yes enak banget fuuuuck" racaunya
Aku pun agak mengatur ritme karena belum puas mengentot seniorku yang satu ini. Kulepaskan kontolku dari memeknya. Aku sedikit membungkuk dan kuludahi lubang anusnya, perlahan kumainkan dengan kepala kontolku.
"You wanna fuck my ass baby?" ucapnya
Tanpa menjawab aku pun terus menggesekkan kepala kontolku ke lubang anusnya, sambil sesekali ku spank bongkahan pantatnya hingga kemerahan.
Kucoba perlahan memasukkan kepala kontolku ke anusnya, perlahan lubang anusnya terbuka karena sedari tadi ku pancing, hingga akhirnya kepala kontolku bisa masuk.
Kuludahi lagi lubang anusnya agar melumasi batang kontolku yang belum masuk. Perlahan kumajukan kontolku.
"Aaaah so tight, enak banget mbak bool kamu,"
"Sssshhh pelan-pelan sayang,"
Dengan perlahan akhirnya seluruh batang kontolku telah masuk ke lubang anusnya.
Dengan pelan kumaju mundurkan kontolku, membiarkannya untuk beradaptasi dulu di lubang bool seniorku yang masih rapet ini.
Mukaku mulai memerah karena saking nikmatnya, tampaknya aku akan segera mencapai klimaks.
"Plok...plok...plok..plokk..." kupercepat sodokanku di lubang anusnya
"Ah yes fuuuck gede banget sayang kontol kamu shhhh fuccck meeee,"
"omaygad I wanna cum baby shit,"
"Yes di dalem bool mbak aja sayang shhhh aaah"
"Omaygad here we come aaaaaaaaaah,"
"Crooot...crooot...croooot...crooot..crooot"
Semburan spermaku memenuhi lubang boolnya, sebagian ada yang meleleh keluar saking banyaknya.
Olla pun berbalik badan, lalu kami berciuman dan ia membersihkan sisa sperma di kontolku dengan mulutnya, kemudian kudorong kepalanya ke lelehan sperma yang ada di kasur, lalu dengan lahap ia membersihkan lelehan sperma yang ada di kasur.
Aku pun merebahkan diri ke kasur, Olla lalu merebah di sampingku dan memelukku.
"Thanks ya Dem, udah lama banget aku gak dienakin kayak gini, sekali lagi makasih ya, you're the real man," sambil menatapku ia menyeka airmatanya
"Mbak, are you ok?" aku memeluknya lebih erat setelah melihatnya menangis
"Yes im ok, aku cuma kayak bahagia gitu, udah lama gak dibikin enak kayak gini," ucapnya sambil tersenyum
"Next time lagi ya dem? Are you ok kalo aku minta lagi?" lanjutnya
Aku pun hanya tersenyum dan kembali memeluknya
"Anityme, mbak"
"Tapi Fina..." ucapnya agak tercekat
"Rasa cintaku sama Fina gak akan berubah sedikit pun mbak, but this is something else," aku menambahkan
"Well then berarti bukan cuma aku ya yang udah kamu tidurin? Nakal," ia tersenyum manis sambil membelai dadaku
Aku hanya tersenyum, di sisi lain aku merasa sangat berdosa dengan istriku, but I swear to god, I love her so much, but this is out of my control, lagi-lagi alibi itu kuucapkan dalam hati.
Bertambah lagi rekan salesku yang berhasil kunikmati tubuhnya. Aku merasa tambah berdosa dengan istriku tapi lagi-lagi aku tak bisa berbuat apa pun untuk memperbaikinya. Jiwa Don Juan ku sudah menguasai diriku sepenuhnya.