12. Lea Anindhita: Malam minggu, malam yang hangat
Lea Anindhita, atau yang akrab dipanggil "eya" adalah temanku selanjutnya yang berhasil kunikmati tubuhnya. Aku pada saat ini sudah di tahap "tak peduli" lagi dengan segala risiko yang mungkin akan kuhadapi. Namun yang jelas, rasa cintaku kepada istriku sama sekali tidak berkurang, justru malah makin bertambah seiring dengan perbuatanku di belakangnya yang semakin menjadi.
Kejadiannya tak lama setelah aku menyetubuhi Via, bahkan besok harinya, aku sudah menikmati tubuh rekan salesku yang satuini.
Hari sabtu, aku dan Eya kedapatan giliran untuk menjaga booth pameran di salah satu mall kalangan jetset di kawasan SCBD.
Beberapa hari sebelumnya, ia meminta untuk bareng ke mallnya, aku pun mengiyakan. Meski pun sabtu itu aku harus berjaga di booth, aku harus ke kantor dulu di pagi harinya untuk absen.
"Mas, sandwich nih, mau?" ucapnya
"Wih tau aja Eya kalo aku belum sarapan"
"Haha kan aku mau nebeng jadi harus tau diri dong" ucapnya tertawa manis
"Haha bensin sekalian ya Eya" ujarku sambil bercanda
"Hahaha" derai tawa anggunya menutup percakapan kami
15 menit kemudian, aku pun bersama Eya berangkat menuju booth pameran.
Sesampainya di sana, sudah ada SPG temporer yang perusahaanku hire juga untuk membantu jualan.
Jam hampir memasuki break makan siang, daritadi aku dan Eya meladeni orang-orang yamg sekadar bertanya atau pun yang terlihat serius ingin membeli mobil. Kuladeni sampai akhirnya waktu istirahat pun tiba.
"Mas makan di S*l*ri* yuk, aku traktir"
"Boleh, yuk"
Kami pun makan siang di restoran yang berada di dalam mall tersebut.
"Mas gimana semalem partynya? Seru gak?" ucapnya membuka obrolan
"Haha seru sih ya, noh Jihan ama Via ampe hangover parah"
"Hihi dibungkus gak tuh mas?"
"Hahaha aku bungkus pake plastik eya" ucapku sambil bergumam dalam hati, dia gak tau aja kalo Via emang aku bungkus beneran
Eya pun tertawa
"Pengen ikut banget sih aku sebenernya, tapi gimana ya risiko jadi mama muda jadi susah ke mana-mana"
"Iya eya, gapapa kan fasenya sekarang udah beda, dulu masih bebas kan kalo mau party"
"Iya mas, but I enjoy my new life as a mom"
"Sure, you deserve to be happy" aku tersenyum janggal sambil tatapanku kosong karena tiba-tiba saja terpikir bahwa pernikahanku yang sudah berjalan 6 tahun ini belum dikaruniai anak.
Eya yang melihat perubahan wajahku langsung mengerti dengan apa yang aku sedang rasakan.
"Eh, mas, I'm sorry, I didn't mean that" ucapnya sambil memegang lenganku
"Hmmm? It's oke Eya I'm fine" ucapku dengan senyum lembut sambil menatap matanya
Selama beberapa detik aku bertatapan dengan dia, kulihat ia pun agak salah tingkah setelah beberapa detik kami bertatapan.
"Mas, jangan ngelihatin aku kayak gitu, kalo baper mau tanggung jawab emang? Hahaha" ujarnya diselingi tawa
Setelah beberapa lama, kami pun meninggalkan restoran dan kembali ke booth pameran.
**
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 20:00, aku pun mengakhiri aktivitas jualan hari ini.
Aku pun mengantar pulang Eya ke rumahnya.
Jakarta, malam minggu memang selalu spesial, dengan macetnya. Mobilku yang baru keluar dari parkiran mall sudah disuguhkan dengan pemandangan yang membuatku mengernyitkan dahi, ya apalagi kalo bukan macet yang mengular.
"Ah gila sih, macetnya gak tahan ya mas"
"Iya eya, mantep sih ini" ucapku menghibur diri
Macet kali ini memag tak seperti biasa, karena macet tak ada pergerakan kendaraan sama sekali. Selidik punya selidik, ternyata ada perbaikan kabel fiber optik di sepanjang ruas jalan yang aku lalui hingga menyebabkan kemacetan yang ekstrem.
"Ini mah ke rumah nyampe jam 12 kali ya mas?"
"Hahaha, besok pagi bisa-bisa eya"
Kami berdua tertawa.
Sudah 1 jam kami berada di kemacetan ini, lalu turunlah hujan deras beserta angin kencang, membuat kemacetan semakin menjadi.
Aku yang khawatir dengan keadaan istriku yang sedang outing lalu memghubunginya, ia pun mengabarkan bahwa di tempatnya tidak terjadi hujan. Aku agak tenang.
"Aduh mau sampai jam berapa ya ini, macet banget, mana deres banget lagi ujannya ya mas"
"Kamu kabarin dulu suami kamu ya, takut nyariin"
Eya pun mengabari suaminya bahwa ia terjebak macet parah.
Jalanan semakin tak kondusif, kulihat beberapa titik genangan air yang tidak terlalu tinggi di sepanjang ruas jalan, aku agak khawatir, apalagi hujannya masih deras dan mobilku yang sudah sepuh ini mungkin hanya berjarak beberapa senti genangan air dari kejadian yang tak kuinginkan.
Selang 30 menit kemudian, suami Eya mengabarinya bahwa banjir menerjang kawasan komplek dan tak bisa dilewati mobil.
"Mas, aku gak bisa pulang nih, banjir gede di komplek aku"
"Waduh, terus gimana dong?"
"Drop aku di hotel Crystal aja mas, aku kayaknya nginep di situ aja deh"
Eya pun balik menghubungi suaminya dan mengabarkan bahwa ia menginap di hotel saja.
Aku pun jalan menuju hotel Crystal. Di sepanjang jalan menuju ke sana pun, genangan air lebih tinggi dari yang tadi kulalui, membuatku agak sedikit ragu untuk memaksakan mobilku, namun memang, tak ada pilihan lain.
"Bisa gak ya bisa gak ya" ucapku masih dengan senyum, mencoba mencairkan suasana
"Ayo mas, bisalah yok hahaha"
Aku pun lalu menerjang genangan air tersebut, sekitar 30 meter menjelang sampai, aku merasakan mesin mobilku mulai brebet.
"Wah tanda tanda nih"
"Yah mas, udah deket banget ya padahal"
Aku pun buru-buru mematikan mesin mobilku, untuk menghindari hal yang lebih buruk.
Kendaraan di belakangku pun bersahutan membunyikan klakson, aku pun menyalakan lampu hazard.
"Eya, kamu pegang kemudi ya, aku mau cari bala bantuan buat dorong"
Aku pun turun dari mobil dengan kondisi hujan yang masih cukup deras, lalu meminta bantuan dari orang-orang di sekitar, beruntung security hotel pun dengan sigap membantu.
Akhirnya mobil pun sudah terparkir di parkiran hotel
"Eya, aku nitip kunci mobil ya, aku pulang naik Gr*b aja"
"Eh mas ngapain, masih ujan deres juga, kamu mampir dulu aja ke kamarku, basah kuyup gitu, sekalian mandi air anget, nanti sakit"
"Aku gak bawa baju ganti, eya"
"Gampang, di kamar kan ada hair dryer, nanti keringin aja mas terus gantung di kamar mandi"
Aku pun mengiyakan ajakannya.
Aku pun mengiyakan karena memang tubuhku sudah basah kuyup dan tak membawa pakaian ganti
Kami pun memasuki kamar kelas deluxe yang dipesan Eya. Cukup luas dengan queen bed yang lebar.
"Kamu mandi dulu mas, sakit entar"
Aku pun masuk kamar mandi
Ada pergolakan rasa yag lagi-lagi hadir saat aku berada di kamar mandi, merasakan shower air hangat di atas ubun-ubun kepalaku, memikirkan hal yang selanjutnya terjadi, antara sepasang lawan jenis yang sedang berada di ruangan yag sama, berdua saja.
"Shit, again?" gumamku
Aku merasa bahwa aku dikutuk oleh kesempatan dan skenario yang sempurna yang membuat aku selalu berada di situasi seperti ini. Entahlah aku menyebutnya apa, namun, setiap aku berada di situasi ini, yang kupikirkan hanya satu, yakni istriku, Serafina Feriska.
"Mas, masih lama gak, aku mau eek" ucap Eya membuyarkan lamunanku
"Eh udah kok eya, bentar lagi nih"
Aku pun mengakhiri mandiku lalu mengikatkan handuk di pinggangnya.
"Eya?" aku memanggilnya dari dalam kamar mandi
"Iya mas?"
"Aku andukan doang gapapa ya, aku belum sempet ngeringin pakaianku, kasian juga kamu kalo harus nunggu lagi"
"Mas biar aku aja yang keringin gapapa"
"Oke"
Aku keluar dengan hanya menggunakan handuk, praktis perutku yang rata terekspos, saat berpapasan dengan Eya, ia seperti mengamatiku dari bawah ke atas.
"Eya, ngeliatinnya gitu?"
"Eemmm mas maaf, badan kamu bagus ya, perasaan jarang olahraga kamu"
"Kata siapa? Tiap malam jumat pasti olahraga tuh" ucapku sambil bercanda
"Heh itu mah aku juga mas haha, udah ah aku mau eek dulu"
Aku pun berbaring dan merebahkan tubuhku di kasur, rasanya sangat lelah sekali, bekerja dari pagi sampai malam, pulangnya harus.dorong mobil dan keujanan, tak terasa, aku pun ketiduran dengan hanya menggunakan handuk.
Setelah beberapa lama, eya pun keluar kamar mandi, ia melihatku sudah tertidur, namun yang tertidur hanya mataku, kontolku sebaliknya.
Posisi tidurku yang bergerak-gerak membuat ikatan handuk di pinggangku terlepas, tak pelak kontolku yang sedang ereksi menyembul cuek.
Eya hanya terdiam melihat kondisiku yang sudah telanjang. Perasaannya dag dig dug, serasa tak percaya pemandangan di depannya.
Sambil kikuk ia berjalan ke arahku yang sedang terlelap. Ia lalu duduk di pinggiran kasur, lalu tangannya menggoyangkan lenganku
"Mas, bangun mas"
Setelah beberapa kali menggoyangkan lenganku akhirnya aku pun terbangun.
Aku pun terbangun dan segera menyadari bahwa kontolku sedang ereksi dan terekspos.
"Eh..sorry eya aku ketiduran, cape banget" ucapku sambil membetulkan posisi handukku
Eya hanya tersenyum
"Maaf mas ganggu, hehe handuknya kebuka soalnya, mimpi apa sih kok bisa On gitu" ucapnya agak canggung namun diselingi tawa
"Hehehe gapapa Eya, aku juga gak sadar kok bisa gitu ya, sorry ya"
"Gapapa mas, santai, aku kan bukan pertama kali liat kayak gitu haha"
"Haha bisa aja kamu, mungkin dingin kali ya jadinya gini"
Eya yang masih memakai setelan kerjanya karena memang tak ada baju ganti tampak cantik sekali dengan tanktop pinknya.
"Mas lepas aja handuknya, masih basah juga kan itu, nanti pake selimut aja."
"Gak enak Eya, masa aku telanjang depan kamu" aku mencoba tetap rasional di tengah dorongan yang semakin kuat
"Nanti kamu gak enak pasti mas bobonya, lagian kan ada selimut, sini handuknya" Eya yang kini sudah tidur di sebelahku menarik handukku
"Eya sekalian bawain pakaianku deh, mau aku pake aja"
"Mas kayaknya masih basah banget, gak enak nanti kamu pakenya, pasti gatel-gatel"
"Oh yaudah"
"Aku juga mau lepas celanaku mas, tidur pake jeans mana enak kan"
"Oh i-iya"
Eya pun melepaskan celana jeansnya di sampingku. Meski pun terhalang selimut, tapi tetap saja membangkitkan hasratku untuk berbuat lebih jauh lagi.
Tanktop pinknya pun tak mampu menutupi tali bra putih yang terlihat di pundaknya, menambah kesan seksual.
Kami pun kini rebahan sambil menonton TV
Aku yang telanjang tak mampu menyembunyikan tonjolan kontolku di balik selimut. Eya pun melirikku.
"Mas masih dipegangin aja" ucapnya sambil senyum
"Eya, sorry ya, I can't control this, apalagi aku lagi rebahan di samping kamu juga, kan. So it happens itself"
"Emang kenapa mas kalo di samping aku? Aku bikin kamu turn on ya?"
Ya siapa yang gak ngaceng liat lo cuma pake CD doang, gumamku dalam hati
"Emmm ya gimana ya Eya, you're half-naked, homo doang kali yang gak ngaceng hahaha" jawabku sambil bercanda
"Hahaha mas ih..emmm kasian juga aku liatnya, mau aku bantu mas?"
Ucapan Eya agak sedikit mengagetkanku, kucoba mencerna kata-katanya.
"Hah? Gimana maksudnya Eya?" aku yang masih agak kaget masih berusaha rasional
"Mas" ia menatapku tajam sambil tersenyum
"hmmm?"
"Sini aku bantu"
Sesaat setelah berucap seperti itu, tangannya mulai meraba tonjolan kontolku di balik selimut.
"Eya"
"Kenapa mas?" ia menatapku
"Cuuuuup" dengan cepat kukecup bibirnya, 10 detik kami hanya saling mengecup tanpa memainkan bibir kita masing-masing, masih mencoba mencerna situasi canggung ini.
"Eya, are you oke with this?"
"Sure, mas, aku juga lagi pengen" ia tersenyum penuh arti
"DHEG!"
Luruh sudah kerasionalanku ketika ku dengar ucapannya, kini hanya ada sisi liarku yang muncul, seperti seekor singa yang terlepas dari kandang, aku melumat bibirnya lagi, eya pun sudah terbawa suasana, masih sambil memegang kontolku, kali ini ia menyingkap selimutku dan kontolku pun sudah terpampang gagah. Eya pun mengocok pelan kontolku, kami pun masih berciuman, aku suka sekali bibir tipisnya. Tali tanktop dan behanya pun sudah kuturunkan, hingga nampak susu indahnya yang menggantung menggoda.
Sambil terus berciuman, kumainkan puting susunya, lenguhannya semakin membuatku bernapsu. Lalu kutindih badannya, dan sekarang posisiku sudah berada di atasnya.
Jujur, aku suka sekali bibirnya yang tipis.
Setelah puas dengan bibirnya, perlahan ciumanku turun ke leher, lalu ke puting susunya. Kuhisap pelan dan lembut.
"Aaaaaaaah mas ooooouh"
Lalu ciumanku semakin turun ke pusar, hingga akhirnya ke memeknya yang masih terhalang CD putihnya, terlihat cdnya sudah basah sekali.
Kulepaskan cd-nya lalu kudekatkan kepalaku, kulumat memek tanpa bulu yang terlihat indah di mataku.
"Maasss aaaaah enak banget mas"
Kulumat bibir memek dan kelentitnya dengan ganas, tak lupa kedua ruas jariku pun ku hunuskan untuk membuka dinding pertahanannya.
Kusodok memeknya dengan dua ruas jariku hingga menimbulkan suara khas.
"Aaaaah oooouh yeeees mas"
Tak berselamg lama Eya pun orgasme
"Mas enak banget mas aku keluarrrr aaaah"
Eya orgasme pertama, aku lalu bangkit dari kasurku, lalu berdiri di pinggiran kasur dan menarik tubuhnya.
Eya menyepong kontolku dengan bibir kincupnya. Sambil menungging di atas kasur, mulutnya sangat lihai dan lincah naik turun tanpa kena gigi.
"Ouuuh shit enak banget"
Eya pun terus menyepong kontolku, aku yang sudah cukup lalu agak menahan kepalanya eya, lalu kuposisikan selangkangannya tepat di depan kontolku.
Kugesek-gesek labia mayoranya.
"Ouh mas"
Aku masih teasing dia, belum kumasukkan kontolku, aku mencoba memainkan psikologisnya.
"Mas aaaah masukkin aku mau itu" sambil menunjuk kontolku
"Mau apa hmmm?"
"Itu mas aaaah please"
"Itu apa eya?"
"Mas you're so annoying, aku mau kontol kamu mas please masukkin aaaaah" ucapnya meninggi
Aku audah puas dengan jawabannya, lalu kumasukkan kontolku ke memeknya.
"Blesss"
"Ouuuuh mas enakkkkk banget sayang"
Ku awali dengan tempo pelan, sambil kuremas kedua susunya dengan tanganku, kumaju-mundurkan kontolku.
"Aaaahhh fuck shhhhhs" eya semakin meracau
Mendadak kupercepat tempo sodokanku.
"Aaaaah yes masssss aaaaa ah,"
Eya berisik sekali ternyata pas lagi diewe.
"Mas aaaah aku mau keluar mas"
"Cuuuur...seeeer"
"Ouuuuh my god" ucapnya
Tubuhnya gemetar, merasakan nikmatnya orgasme untuk kedua kalinya.
Kucabut kontolku, lalu kucium bibirnya kembali.
"Mas aku mau di atas"
Aku lalu terlentang, Eya duduk di atas tubuhku, lalu memasukkan kontolku ke dalam memeknya
"Oouuuuuh"
Kami saat ini bersenggama dengan gaya WOT
"Plok...plok...plok..plok.."
Suara selangkangan kami yang beradu membuatku semakin di puncak berahi.
Ku hentakkan kontolku ke memeknya yang berada di atasku. Sontak ia pun merasakan kenikmatan yang luar biasa.
"Ouuuuh mas mentok baget sayang aaaah"
"Plok..plok...plok...plokk..."
"Mas aku keluar lagi mas aaaaah"
Orgasme ketiganya pun tiba, tubuhnya pun ambruk, terlihat sangat lemas sekali. Aku yang tadi tidur sebentar, merasa bahwa tubuhku sudah terecovery, sehingga staminaku fit sekali untuk menggagahi temanku ini.
Ku miringkan badannya, aku yang berada di belakangnya memasukkan kontolku ke memeknya dengan posisi menyamping.
"Oouuuuuh fuuuck mas enak banget sayang"
"Sssshhh shit" aku mendesis pelan
Kuganti posisiku, kubaringkan tubuhnya, lalu dalam posisi missionary, kusodok lagi memeknya.
"Ouh shit aku mau keluar eya" kupercepat tempo sodokanku
"Yes massss keluarin di luar mas"
"Ooooouh here we come baby"
Kucabut kontolku sesaat sebelum kusemburkan spermaku
"Croooot...crooot...crooot...ooouh shit fuck" aku pun meracau sambil mengocok kontolku
Spermaku memenuhi perut dan dada Eya, sebagian ada yang terkena dagunya.
"Amazing mas, kamu kuat banget" puji Eya yang masih berbaring dan mengocok kontolku.
Aku lalu bangkit dari kasur, Eya pun sama, lalu bersimpuh dan membersihkan sisa sperma di kontolku dengan mulutnya.
Eya lalu berdiri dan memelukku.
"Mas, thank you, such a good sex" ujarnya memujiku
Aku pun melepas pelukannya.
"Sama-sama, Eya"
Kami berciuman lagi untuk beberapa saat.
"Mas mau langsung mandi apa bobo aja? Aku ngantuk banget mas, nanti aja ya mandinya abis bangun tidur, siapa tau mas masih pengen lagi kan biar sekalian hahaha" ucapnya genit sambil merebahkan tubuhnya.
Kami pun tertidur tanpa mengenakan sehelai benang pun dan hanya tertutup selimut. Setelah bangun, kami ngewe lagi di bathub, dan, selesai.