Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Desa Waringin. (Terjebak kawin kontrak)

Status
Please reply by conversation.
Bab 23

POV Adit.

Aku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, bahkan tubuhku masih begitu lemas tak berdaya, aku keluar sangat banyak hingga membuat setiap sendi ku rasanya ingin copot.

Tak habis pikir, aku berhubungan dengan nenek-nenek yang sama sekali tak pernah terbesit di kepalaku.

"Gimana pak? Mantep kan?" Tanya Desi sembari tersenyum di selangkangan ku, dia masih asik memainkan penisku seolah itu adalah mainan yang begitu menarik perhatiannya.

Aku tak menjawab pertanyaan, seolah tak ada tenaga lagi untuk berbicara, aku menoleh setelahnya. Melihat kondisi Bik Sri yang masih dikerubungi anak-anak yang menunggu giliran mereka. Aku mengabaikannya, ku tatap langit siang yang begitu cerah itu.

Ada banyak hal di luar nalar yang terjadi di desa ini, bahkan aku tidak berpikir akan mendapat banyak pengalaman di desa ini.

"Woy lah! Gue cari-cari kirain ke mana! Malah asik di sini!" Pekik seorang yang suaranya sangat kukenal, aku menoleh seketika dan menemukan Adit serta Rudi yang berdiri tak jauh dari tubuh ku.

"Pesta nggak ngajak ngajak njir!" Timpal Rudi yang beranjak mendekat ke arah kami, di susul oleh Adi di belakangnya. Mereka berdiri sebentar untuk melihat keadaan.

"Gila bet njir! Liat nih bik Sri!" Tunjuk Adi ke arah Bik Sri yang di kerubungi oleh anak-anak.

"Bangke bangke, tau ada acara gini gue ke sini dari tadi njir!" Pekik Rudi yang segera menanggalkan pakaian yang dia kenakan dan segera menceburkan dirinya ke sungai.

Aku tak menjawab pertanyaan mereka, karena tubuhku yang masih lemas dan masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ku lakukan.

Adi mendekati ku lalu tersenyum kecil. Terlebih saat dia melihat Desi yang masih asik menjilati kontolku bak eskrim, lalu Ratna yang masih terkapar di sebelah tubuhku.

"Jilat teros! Udah loyo gitu neng, mending punya Abang aja!" Ujar Adi bercanda.

Desi segera mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Adi sebentar. "Besar juga nggak? Kalo besar aku mau!" Balas Desi serius.

Aku tahu Desi belum cukup puas dengan permainan kami, karena saat gilirannya tiba, nenek sum mengambil jatahnya dan akhirnya aku yang tak berdaya sekarang.

"Hehe sebelas dua belas sih, tapi nggak panjang. Mau liat?" Tanya Adi.

"Boleh-boleh, mana coba liat!"

Adi segera membuka kancing celananya lalu melorotkan ke bawah beserta celana dalamnya, terlihat penis yang masih lemas itu. Penis yang ukurannya hampir sama dengan ku namun terlihat lebih pendek, dan bengkok.

Melihat itu mata Desi langsung berbinar segera dia beranjak dari sisiku dan mendekati Adi.

"Hihi asik dapat mainan baru." Desi terkekeh, lalu segera dia raih penis yang belum tegang itu dan dia mainkan dengan tangannya, tak ketinggalan dia juga mulai memainkan penis itu dengan mulutnya, dia menjilat dan mengulum penis Adi hingga membuat penis bengkok bak pisang itu berdiri tegak.

Karena sudah tidak sabar dan mungkin sudah kentang dari tadi, Desi segera menungging di depan tubuh Adi. Yang membuat temanku itu langsung sumringah dan segera menggerakkan penisnya ke belahan vagina Desi. Di geseknya pelan penis Adi di sana sebelum akhirnya dia sodok penisnya perlahan-lahan.

"Oghhh... Ssshhh.... Emmmm!" Lenguh Desi tat Lala benda besar bengkok itu mulai menembus dinding hangatnya, matanya sampai merem melek dengan mulut berdesis pelan.

"Gimana, nggak kalah sama punya Adit kan bu." Tanya Adi sembari menggenjot pelan penisnya dalam posisi doggy.

"Shhh iyahhhh.... Enaaakkk pak.... Kontol bapak penuhhhh!" Lenguh Desi di kala genjotan Adi.

Aku yang sudah lemas hanya melihat permainan mereka saja.

Adi dengan leluasa menggenjot tubuh Desi dari belakang, tangannya bertopang pada pinggang Desi. Lalu tak lama setelahnya Adi menarik lengan Desi membuat tubuh wanita itu tegak dalam posisi nungging. Didekapnya tubuh Desi dan tangan Adi mulai bermain di payudara wanita itu. Bibirnya tak mau tinggal diam. Leher jenjang Desi menjadi sasaran empuk bagi Adi yang membuat Desi semakin menggila.

Desahan itu terus keluar dari mulutnya. Sedangkan Permainan masih Terus berlanjut, kini mereka berganti posisi. Desi rebahan menyamping dan Adi ikut rebahan di belakangnya. Tapi kali ini bukan vagina Desi yang menjadi sasaran Adi, melainkan pantat wanita itu yang menjadi sasaran.

Adi mengangkat paha Desi hingga penisnya yang keluar masuk di pantat desi terlihat jelas. Penis besar itu dengan leluasa menembus pantat desi yang membuat permainan semakin panas.

Ku biarkan permainan mereka. Kini aku menoleh ke arah sungai di mana Rudi yang terlihat sudah mendapatkan mangsa.

Ku lihat Rudi tengah asik memainkan payudara wanita tengah mencuci. Wanita dengan tubuh gumpal, gendut tapi memiliki pantat yang sangat besar dan payudara yang juga besar bak pepaya yang menggantung. Di tambah perut dan paha yang juga terlihat besar. Tidak heran. Dari dulu Rudi memang suka dengan wanita gendut. Baginya wanita bbw selalu membuatnya bernafsu.

Kulihat wajah Rudi tengah asik di tampar oleh payudara super besar dan kendur itu. Ciri khas dari wanita bbw. Sesekali wajah Rudi di jepit oleh payudara wanita itu. Mereka tertawa lepas dan Rudi terlihat sangat girang. Cukup lama Rudi bermain dengan buah dada wanita itu. Lalu mereka berganti posisi. Kini Rudi meminta wanita itu untuk menungging, dan segera dia membenamkan wajahnya di pantat wanita itu. Lidahnya menjulur menjilati vagina super tembem dan tangannya meremas kesar pantat super besar itu.

Aku tersenyum, melihat bagaimana girangnya Rudi di sana. Seolah dia mendapatkan wanita yang menjadi seleranya. Sesekali Rudi menampar pantat wanita itu. Dan tak lama posisi mereka berganti, Rudi duduk di atas tanggul dan wanita itu segera meraih penis Rudi. Menjepit dengan payudaranya sesekali mengulum penisnya.

Wanita itu terlihat lihai memainkan penis Rudi. Beberapa Kali penis Rudi di tekan ke puting wanita itu lalu di jepit dan di kocok. Hal itu terjadi berulang kali sampai akhirnya wanita itu beranjak naik dan mengangkang di atas pangkuan Rudi. Diarahkannya penis Rudi ke vaginanya dan perlahan wanita itu turun yang membuat penis Rudi meledak masuk.

Wanita itu bergirang di sana, menggoyangkan pantatnya bak di film porno yang terlihat sangat lihai. Ku lihat hanya pantat besar itu saja yang bergerak naik turun. Pinggangnya tetap diam.

Aku bisa membayangkan bagaimana rasanya di jepit oleh vagina dengan pantat besar seperti itu. Pasti sensasinya seperti di pijat dan dihisap secara bersamaan. Ku akui warga di desa ini sangat lihai dalam urusan sex. Hingga membuatku tak bisa membayangkan akan ada berapa wanita yang bisa ku setubuhi selama aku di sini.

Bahkan terbesit dalam benakku untuk menetap di desa ini saja. Toh tidak ada lagi yang ku perjuangkan di tempat asalku, di tempat ini aku merasa di sambut dan di hargai. Aku bisa melakukan apapun yang aku mau, mengabaikan norma yang ada.

Bahkan tak ada paksaan sedikitpun hanya untuk melakukan sex. Mereka cenderung mendatangi kita saat mereka ingin.

Lalu satu wanita lain datang mendekati Rudi. Wanita dengan tubuh kurus dan payudara kecil. Kami bisa menyebutnya bodi triplek. Wanita itu mulai mencumbu Rudi, lidah mereka terlihat saling beradu di sana.

Peluh mulai bercucuran. Ku lihat Adi di sebelahku yang sudah berganti posisi menjadi women on top. Desi bergerak liar di atas tubuh Adi.

Lalu ku lihat lagi bik Sri yang kini sudah bermain dengan dua anak saja, sedangkan anak yang lain sudah asik bermain air.

Ini adalah pengalaman yang benar-benar tak bisa ku dapatkan di manapun.

Aku yang sudah mendapatkan tenagaku memilih berdiri dan bejalan ke dalam air. Ku bersihkan tubuhku yang penuh peluh. Penisku yang ngilu terasa begitu dingin begitu aku menceburkan diri ke dalam air.

"Rame ya pak." Kata seorang wanita yang tengah membilas pakaian.

"Iya buk, saya aja nggak nyangka bakal jari rame gini."

"Hihi udah biasa pak, di sini mah suka gitu, setiap hari pasti ada aja yang ngewe di sungai."

"Setiap hari?" Tanyaku heran.

Wanita itu mengangguk. "Iya setiap hari. Karena bagi warga desa sini, sungai tuh menjadi tempat bebas dan penyatuan. Kami tak perlu berpikir hal-hal lain. Jika ingin ya langsung aja ajak. Kalo sama-sama mau ya langsung ngewe aja."

"Jadi hampir tiap hari buk?"

"Iya, paling sebentar lagi jadi tambah rame. Apalagi pas bapak-bapak pada pulang panen dan mandi, mereka biasanya langsung cari pasangan masing-masing buat mgewe."

"Jadi kayak tempat hiburan setelah lelah kerja ya buk?"

"Hooh, makanya desa ini tetap rukun tanpa ada selisih paham, lawong kami saling terbuka satu sama lain."

Aku mengangguk dan mulai mengerti akan arti kebersamaan yang ada di desa ini. Sungguh hal yang bertentangan dengan norma tapi mampu menyatukan banyak individu. Terkesan hidup di jaman purba, tapi ya bagaimana lagi, ada pepatah mengatakan, manusia adalah hewan paling buas yang pernah ada. Dan yah di sinilah akueluhat Bagaimana buasnya manusia di desa ini. Buas dalam artian sex.

Tak lama lama kami ngobrol, segerombol bapak-bapak yang baru saja selesai panen datang bersamaan dengan ibu-ibu yang baru pulang dari kerja harian.

Mereka tertawa bersama dan saling bercengkrama. Satu persatu orang yang melihatku menyapa dengan ramah. Lalu mereka semua menanggalkan pakaian mereka dan langsung masuk ke dalam sungai untuk berendam dan membersihkan diri.

Di sini, aku baru percaya dengan apa yang ibu tadi katakan. Mereka saling bercanda dan memilih pasangan mereka masing masing. Lalu tak lama setelahnya terjadilah pesta sex hampir semua orang yang ada di tempat ini. Tak terkecuali anak-anak yang ikut nimbrung dalam pesta yang terjadi.

Ada banyak pasangan, dari dua wanita dan saru pria. Satu pria dan dia wanita, bahkan ada yang tiga wanita dan dua pria, mereka semua membuat kelompok sendiri-sendiri untuk beradu peluh dan bercocok tanam dengan riang.

Aku yang sudah lemas dan tak bergairah lagi setelah melakukan sex dengan nenek Sumirah hanya bisa menonton sembari menunggu bik Sri yang menjadi primadona bapak-bapak yang baru pulang kerja selesai. Sebelum akhirnya aku dan bik Sri pulang ke rumah setelah hari mulai menjelang siang.

"Gimana den? Seru kan mandi di sungai?" Tanya bik Sri di saat perjalan pulang. Aku membopong baskom berisi kain basah yang cukup berat hanya mengangguk sembari tersenyum.

"Aku malah berasa kayak mimpi bik, yang orang-orang desa sini lakukan cuma ada di dalam fantasiku aja selama ini."

"Tapi di sini jadi kenyataan kan?"

"Hehe iya, jadi betah aku tinggal di sini bik."

"Hihi. Ya udah atuh pindah di sini aja!" Kata Bim Sri. Kami tertawa sembari becanda di sepanjang jalan.

Hingga kami sampai di rumah Bim Sri. Lalu aku dikejutkan oleh keributan yang terjadi tak jauh dari rumah Bik Sri.

Aku melihat ada tiga orang bertubuh kekar tengah menghajar pria tua di halaman rumah. Dan tak ada satupun orang yang menolong pria itu.

"Bayar hutang kau anjing! Berani hutang tapi nggak mau bayar! Sialan!" Pekikpria besar itu sembari menendang perut kakek yang terbaring di atas tanah.

Aku yang melihat kejadian itu menjadi geram dan ingin berlari ke sana. Tapi bik Sri mencekal tanganku. Dia menggeleng pelan seolah melarang ku untuk ke sana.

"Kenapa bik! Bisa mati bapak itu kalo dibiarkan!"

"Jangan den, kalo urusan sama mereka mending jangan. Mereka pasti menagih hutang dan mereka bisa berbahaya kalo diganggu!"

"Tapi bisa mati kakek itu!"

"Walaupun Aden ke sana masalah nggak akan selesai den, mending jangan!" Larang bik Sri. Tapi hari nurani ku tak bisa melihat hal itu terjadi.

Aku segera mengibas tangan bik Sri dan segera berlari ke arah orang-orang itu.

"Berhenti! Apa yang kalian lakukan!" Aku mendorong tubuh pria besar itu dan menatap mereka. Setelahmya aku berjongkok dan hendak membantu sang kakek.

"Hooo ada pahlawan kesiangan rupanya! Jangan ikut campur bujang!" Pekik pria itu yang hendak menendangku, tapi dengan mudah tendangan pria itu ku tangkap, dan ku tatap pria itu tajam.

"Berhenti atau saya laporkan kalian ke pihak yang berwajib!" Ucapku memberi peringatan.

"Pihak berwajib?" Tanya pria itu "hahaha nggak usah tolol, mending kau diam saja jika tidak tahu masalahnya!"

"Kalian menagih hutang kan? Jika iya, buka seperti ini caranya!" Aku yang sudah geram langsung berdiri dan menatap pria itu kasar. "Apa yang kalian lakukan bisa membunuh kakek ini. Dan jika itu terjadi kalian tidak akan mendapat uang kalian kembali."

"Heh! Dengar ya bocah! Aku tidak peduli jika uang kami tak kembali! Asal orang tua itu mati! Dari pada terus hidup tapi tak mampu membayar hutang-hutangnya!"

Aku mengepalkan tangan mendengar bedebah ini berbicara.

"Tutup mulut mu! Jangan hanya karena uang kalian menghilang nyawa. Selama saya ada di sini, tak akan kubiarkan kalian melakukan hal itu!"

"Lantas mau apa kau? Apa kau sanggup membaysr semua hutang pria tua ini? Jangan sok jadi pahlawan, atau kau akan kami hajar!"

"Berapa?" Tanyaku yang sudah sangat panas, aku tak Sudi melihat kebahagiaan yang baru saja aku dapatkan rusak oleh kehadiran manusia sampah seperti mereka

"Hoo! Mau bayar kau rupanya, banyak omong juga kau! Jangan kaget jika ku sebutkan nominalnya bujang!"

"Katakan saja!"

"11 juta! Jika kau ada maka bayar semuanya, setelah itu kami biarkan pria tua itu!"

Aku menatap sembari mendesis kecil. "Tunggu kalian di sini!" Ku berjalan kembali ke rumah Bik Sri. Ku sambar tas ransel ku dan ku ambil dua gepok uang pecahan seratus ribu dan lima putih ribuan. Setelahnya aku kembali ke sana, namun Bik Sri menahan tanganku.

Dia menggeleng pelan. "Jangan den..." Pinta Bik Sri dengan mata mulai berkaca-kaca. tapi sayangnya aku tak bisa Manahan diri lagi. "Jangan halangi aku bik, aku nggak mau kebahagiaan yang baru aja aku dapat hilang karena bajingan itu!"

Segera ku berlari ke arah tiga orang tadi. Setelah sampai di hadapan pria yang berbicara denganku tadi, ku lempar uang dua gepok ke arah wajahnya. "Total 15 juta ada di sana. Pergi dan jangan pernah usik desa ini lagi!"

Pria itu tersenyum, lalu menyuruh temannya untuk mengambil uang itu dan menghitungnya. Setelah di rasa pas, barulah tiga orang itu pergi meninggalkan kami sembari memberi ancaman. "Ka
mi akan datang satu bulan lagi untuk menagih hutang yang lainnya, tunggu saja!" Katanya sebelum pergi dengan motor mereka meninggal ku yang masih terpaku dengan penuh emosi.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd