Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DETERMINATION

hari update lebih prefer hari apa?


  • Total voters
    30
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Makasih updatenya Kokoh @tecoomz,

Tetap semangat koko dalam bekerja dan berkarya.:semangat:
Sukses selalu menyertaimu dan sehat selalu.

Tadinya cuma mau nengokin hotel punya saya, gak taunya kokohnya sudah update.
Mau ngaso dulu dah koh di dalam panas banget hawanya kalo di luar gini.:top:
 
Makasih updatenya Kokoh @tecoomz,

Tetap semangat koko dalam bekerja dan berkarya.:semangat:
Sukses selalu menyertaimu dan sehat selalu.

Tadinya cuma mau nengokin hotel punya saya, gak taunya kokohnya sudah update.
Mau ngaso dulu dah koh di dalam panas banget hawanya kalo di luar gini.:top:
wah om kuciah, thanks support nya


eh yang mana suaranya??? yang minta khilaff?? ga rame ahhh. colek yang bikin rame dulu ahhh @gadissoyu @RSP27 @Cinthunks @mtroyes @disast @deqwo @L-co @sedotan212 biar ada yang jualan minyak dulu:pandaketawa::pandaketawa:
 
Episode 4. Percikan



Pov Apheng



Sementara Lily masih memelukku, aku masih tetap berenang ke tepian. Sesampainya di tepian kududukan Lily dan aku duduk di sebelahnya.

Tiba-tiba....

Lily memelukku lagi dan berkata, "Terima kasih ya, Pheng. Mungkin kalau nggak ada lu, gw udah tenggelam tadi." Dan di akhiri dengan sebuah kecupan manis tepat di bibirku, itu bonusnya!"

"Li, lu gak apa-apa, 'kan?" tanya Vero cemas.

Tampak dari ekspresi muka Vero, ia terlihat khawatir pada keadaan Lily.

"Tuh sepertinya, Nggak apa-apa, Ver!" tunjuk Aling ketus. "Tadi aja masih sempat-sempatnya, pelukan dan ciuman."

Aling memperlihatkan kekesalannya, atau lebih tepatnya cemburu, setelah melihat kejadian tadi.

Sontak aku mengerti akan situasi saat ini. Bahwa, kehadiranku di sini adalah sebuah kesalahan.

Aku segera memunguti pakaianku yang berserakan di lantai. Kemudian, beranjak meninggalkan gadis-gadis itu.

"Li, Ling, Ver. Gw balik ke kamar dulu, ya. Sepertinya, sebentar lagi kita semua udah harus ngumpul lagi. Kalian juga mesti siap-siap, ya!" ujarku memberitahu, sambil berjalan meninggalkan mereka bertiga.

Sekilas aku masih sempat melihat mereka. Tampak Aling dan Lily masih saja ngobrol dan belum berniat beranjak dari sana. Entah apa yang dibicarakan keduanya?

Sesampainya aku, di dalam kamar penginapan. Aku menjumpai Cinthunks, sahabatku. Dan ternyata, ia sedang memilih-milih celana dalam beraneka corak warna dari berbagai karakter disney frozen. Cinthunks memang penyuka karton disney frozen, mulai dari putri salju, cinderela, bahkan sampai boneka barbie.

"Thunks..!" seruku padanya mengajak ia berbicara. "Barusan, gw dicium Lily."

"Wah...! Berarti, Lily juga suka tuh sama lu, Pheng." sahutnya menanggapi.

"Ah, lu jangan bikin bingung gw dong, Thunks. Sudahlah, mendingan lu siap-siap aja, bentar lagi mau ngumpul lagi, 'kan. Buruan, ntar telat lu ditimpuk pake panci sama Bu Gadis."

Aku dan Cinthunks segera bersiap-siap untuk berkumpul kembali di lobby hotel.

Semua siswa/siswi dan guru sudah berkumpul di lobby hotel. Lalu terdengarlah suara Bu Gadis via TOA. "Anak-anak, kalian sudah kumpul semua?"

"Sudah, Bu...." jawab kami semua kompak bak paduan suara.

"Anak-anak, ibu akan memperkenalkan pemandu kita selama berada di pulau ini. Perkenalkan ini Pak Senja." ucap Bu Gadis dengan pengeras suaranya.

Lalu Bu Gadis mempersilahkan Pak Senja untuk memperkanalkan dirinya terlebih dulu pada kami semua.

"Hai semua, perkenalkan nama saya, 'Roganda Senja Pasaribu' biasa di panggil 'Senja'. Kalian boleh memanggil saya, 'Bang Senja' supaya lebih akrab. Oiya, pekerjaan saya sehari-hari adalah sebagai pemilik cafe, mengelola dan mengurusi Mantili Cafe dan Resto. Kebetulan tadi, wakil Kepala Sekolah kalian, Ibu Gadis. Meminta bantuan saya, untuk memandu kalian ke beberapa objek wisata di pulau ini. Dan hari ini, kita akan pergi melihat dan mengunjungi makam Raja dan Si Gale-gale di Tomok. Setelah itu dilanjutkan dengan berkeliling di pasar wisata di Tomok. Ayo kita berangkat anak-anak!" ujar Pak Senja menjelaskan semua rencana perjalanan wisata kali ini.

Kemudian, semua peserta wisata pun segera masuk ke dalam bus dan perjalanan wisata segera dimulai.
.
.
.
Aku melihat sosok Bang Senja adalah seorang pria yang kutaksir berumur 35 tahun. Dia memiliki muka yang bersahaja dan ramah.

"Ahh akan kucoba untuk lebih dekat pada abang itu agar rencanaku nanti malam dapat berjalan dengan lancar." gumamku dalam hati.

Aku segera menghampiri Bang Senja yang duduk di depan samping supir bus.

"Bang Senja, kenalin, Bang. Namaku 'Geraldo' biasa dipanggil 'Apheng'."


"Ya, Apheng," sahutnya ramah. "Ada yang bisa, abang bantu?"

"Begini, Bang. Tadi abang memperkenalkan diri sebagai pemilik Mantili Cafe and Resto, jadi begini bang.........."

Aku mulai menceritakan maksud dan rencanaku pada Bang Senja, sekaligus meminta izin darinya untuk memakai pangung di cafenya nanti.

"Jadi begitu bang ceritanya. Gimana bang, boleh nggak, Bang?"

"Hahaha....." tawanya lebar

"Ada-ada saja ide anak muda sekarang. Jadi ingat masa-masa muda dulu, setelah tadi mendengar cerita kau, Pheng. Oke, abang dukung rencanamu. Tapi, kau juga mau 'kan, sekalian bantu abang hibur pengunjung cafenya. Jangan cuma nyanyi satu lagu, doang. Setelah cewek dapat, habis tuh, main tinggal aja. Nyanyi-nyanyilah dua atau tiga lagu. Kalau bagus penampilannya, nanti abang berikan Bonus untuk kalian. Gimana, Pheng?"

"Sip bang." sahutku percaya diri sambil mengacungkan jempolku. "Tenang aja, Bang. Kami akan tampilkan yang sebagus mungkin, kami tidak mengecewakan abang."

"Aku pergi nemenin pujaan hati dulu ya, Bang."

Aku berjalan meninggalkan Bang Senja untuk menjumpai Aling yang telah menungguku di tempat yang sama.

Namun, ekspresi wajah Aling tampak sedikit kesal, sehingga aku merasa bukan saat yang tepat untuk mencandainya. Aku lebih memilih untuk duduk di sebelahnya tanpa bersuara.

"Enak ya, yang dapet ciuman tadi." sindirnya ketus. "Pasti enak banget ya, Pheng?"

"Nggak ah, biasa aja. Itu cuma smooch gitu, doang. Itu bukan ciuman, kok." sahutku menjelaskan. "Ciuman itu, harus ketemu lidah sama lidah. Itu baru namanya ciuman, Ling. Kalau yang tadi, itu cuma kecupan, doang."

"Cuiittt...." sebuah cubitan dari Aling langsung menyambar perutku.

"Dasar cowok kegatelan. Baru lihat yang gede dikit aja, langsung main sosor aja." omelnya geram. "Lu 'kan bisa nolak, atau ngehindar, kek. Ketika, Lily mau cium lu."

"Gw 'kan nggak sadar, Ling. Lagian mana ada kucing nolak, dikasih ikan! Lu mau dicium juga Ling?" ucapku menggodanya. "Cemburu ya, Lily nyium gw? Yaudah, lu balas aja sekarang. Ayo cium gw!"

"Yey, enak aja. Enak di elu, nggak enak di gw. Kan, lu yang udah bikin perjanjian sama gw. Kalau lu tuh, milik gw selama trip ini. Ya, gw berhak sepenuhnya atas lu. 'TITIK'."

"Yaudah, jangan ngambek, dong. Anggap aja tadi bonus dari Lily karena udah gw tolongin. Sekarang udah, ya. Lu senyum, dong. Jangan ngambek-ngambek mulu, jelek banget muka lu, kalo lagi ngambek." ucapku mencoba menenangkan Aling.

Kemudian, aku langsung memeluk Aling dan mengecup bibirnya.

"Nah ini rasanya, lu nggak bisa ngehindarkan." ucapku memberitahu. "Ya, ini yang gw rasakan tadi, so please, Ling. Berhenti ya, lo nyalah-nyalahin gw."

Aling sempat kaget dengan apa yang baru saja kulakukan, dan diwajahnya mulai tampak tersenyum lebar.

"Ling, ntar malam kita nongkrong yuk di cafe." ucapku membisikinya. Gw punya kejutan buat lu. Lu ajakin, Lily dan Vero juga, ya."

"Ajak Lily dan Vero juga?" tanya Aling bingung. "Awas aja, kalo berani ciuman lagi!"

"Nggak deh gw janji, nggak ada skenario cium-ciuman lagi." jawabku serius. "Tapi, kalau lu, yang cium gw sih, gw mau banget."
.
.
.
Bus yang kami tumpangi, akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Tujuan perjalanan pertama kami adalah makam Raja Batak.

Terlihat Bang Senja sedang menjelaskan tentang sejarah Raja-Raja di Pulau Samosir ini.

Kemudian dilanjutkan dengan Patung Si Gale-Gale. Boneka yang dahulu bisa bergerak dan menari, menggunakan mantra-mantra. Tetapi sekarang, tetap di lestarikan, walau sekarang sudah tidak digerakan lagi dengan menggunakan mantra-mantra. Namun, sekarang berganti dengan menggunakan teknologi, sambil di iringi musik khas Batak.

Kemudian sampai lah ke agenda kami selanjutnya, yaitu berkeliling pasar wisata. Dikarenakan aku tidak begitu suka berbelanja dan juga uang yang terbatas. Maka, aku mengajak Cinthunks untuk pergi ke warung kopi, berdiskusi tentang rencanaku nanti malam.

Aku memutuskan untuk membawakan lagu 'Pelangi Dimatamu' yang di populerkan oleh grup band rock Jamrud.

Sementara Cinthunks ingin membawakan lagu andalannya, 'Jadikan Aku Pacarmu' by Sheila on Seven.


Aku dan Cinthunks segera kembali ke rombongan kami. Dan kudapati Aling sudah membeli banyak sekali souvenir dan pakaian.

"Pheng, lu ke mana sih? Kok, nggak temenin aku." omelnya sedikit kesal. "Nih bawain, berat tau!"

Aling menyodorkan barang belanjaannya, memintaku membawa belanjaannya yang cukup banyak.

Aku lalu menerima barang-barang itu, membatu membawakan belanjaan Aling yang lumayan banyak.

Sementara Bang Senja memberi arahan serta menginstruksikan kami semua untuk berkumpul kembali, karena kunjungan wisata hari ini sudah selesai dan kembali lagi ke hotel tempat kami menginap.

Sesampainya di hotel, aku mengantarkan Aling sampai ke kamarnya, sekaligus membawakan barang-barang belanjaannya.

"Ling ingat, ya! Ntar, kita nongkrong di Mantili Cafe and Resto. Nanti kita ketemuan aja, ya di sana! Sekarang kamu istirahat dulu, mandi dan siap-siap dulu, ya. Gw juga, mau balikin motor." ujarku mengingatkan pada Aling.

Kemudian aku segera kembali ke kamarku untuk bersiap-siap menjalankan rencanaku.
.
.
.
Lokasi: Mantili Cafe and Resto

Aku dan Cinthunks telah berada di dalam cafe.

Bang Senja telah membantuku, menyiapkan semua persiapan untuk kami tampil nanti.

Mulai dari tempat duduk, lalu setting stage-nya diatur sedemikian rupa oleh Bang Senja.

Sepertinya, Bang senja sudah sangat ahli dalam hal ini. Tidak heran kalau Bang Senja sanggup memiliki tiga istri seperti yang dikatakan BD.

"Bang Senja, bagus sekali setting-nya, Bang. Abang memang hebat, deh." ucapku memujinya. "Ngomong-ngomong, katanya abang punya tiga istri, ya?"

"Ah, kau tahu dari mana, Pheng?" tanyanya sedikit kaget.

"Dari anak kecil yang tinggal di sebelah hotel, nama bocah itu, BD." jawabku jujur.

"Hahahaha..." tawanya lebat.

"Memang betul, istriku ada tiga, Pheng. Tetapi, dua istriku sudah dipanggil Yang Maha Kuasa. Itu istri ketigaku dan istriku satu-satunya saat ini." kata Bang Senja memberitahuku, sambil memperkenalkan istrinya.

"Cinta, Kesini dulu!" panggilnya pada sang istri. "Ini adek yang tadi Abang ceritakan."

"Kenalkan saya, 'Cinta Rosita Pangaribuan' istri Bang Senja. Kamu pasti, Apheng 'kan? Bang Senja tadi, semangat sekali ceritain kamu, Dek. Katanya, ia serasa sedang bernostalgia di masa lalunya." ujarnya memberitahu.

"Iya, Kak Cinta. Kenalin namaku, 'Geraldo' biasa dipanggil 'Apheng'." ucapku memperkenalkan diriku dan juga mengenalkan Cinthunks padanya. "Dan ini temanku, 'Chen Tian Long' biasa dipanggil 'Cinthunks'. Salam kenal, Kak Cinta."

Aku, Cinthunks, Bang Senja dan Kak Cinta duduk-duduk sambil ngobrol. Bang Senja seperti sedang bernostalgia, lalu ia mengajariku dan Cinthunks cara menarik hati wanita.

Dan tak terasa Aling, Lily dan Vero sudah datang. Aku mempersilahkan mereka bertiga untuk duduk di tempat yang telah disediakan oleh Bang Senja untuk mereka.

Aling, Lily dan Vero sudah selesai memesan makanan dan minuman. Aku memberikan kode pada Cinthunks untuk standby di tempatnya. Aku segera menyusul Cinthunks yang telah duduk manis di stage atau panggung.

Tampak suasana cafe terlihat sudah cukup ramai oleh para pengunjung.

"Selamat malam, perkenalkan nama saya 'Apheng' dan ini, teman saya 'Cinthunks'. Malam hari ini, kami akanmenghibur Anda sekalian!" ucapku melalui microphone yang masih menempel di stand mic.

"Lagu pertama ini, saya persembahkan untuk gadis cantik yang duduk di sana!" ucapku memberitahu sambil menunjuk Aling.

Kemudian aku memainkan melodi di keyboarddan mulai bernyanyi.


Tiga puluh menit kita disini
tanpa suara
dan aku resah
harus menunggu lama ..
kata darimu


mungkin butuh kursus
merangkai kata,
untuk bicara
dan aku benci
harus jujur padamu,
tentang semua ini


jam dinding pun tertawa,
karna kuhanya diam dan
membisu
ingin kumaki
diriku sendiri, yang tak
berkutik di depanmu


ada yang lain
disenyummu
yang membuat lidahku
gugup tak bergerak
ada pelangi
di bola matamu
dan memaksa diri
tuk bilang
"aku sayang padamu" (2x)
(seakan memaksa dan
terus memaksa)
mungkin sabtu nanti
kuungkap semua,
isi di hati
dan aku benci
harus jujur padamu
tentang semua ini ......



Kunyanyikan lagu tersebut dengan penuh perasaan dan kutatap mata Aling sambil bernyanyi. Dan tepuk tangan dari pengunjung cafe ini, menyempurnakan penampilanku barusan.

Terlihat Bang Senja mengacungkan jempolnya sebagai tanda bahwa penampilanku bagus.

Kemudian, Cinthunks mulai melanjutkan dan membawakan lagu 'Jadikan Aku Pacarmu'. Terlihat Cinthunks sudah sangat terampil bermain gitar, dan mulai memainkan lagunya sampai selesai.

Tak terasa sudah hampir satu jam, aku dan Cinthunks bernyanyi dan ternyata, responnya sangat bagus. Itu terlihat dari para pengunjung cafe yang merasa terhibur atas penampilan kami berdua. Bang Senja bertepuk tangan, lantas merangkulku dan Cinthunks

"Wow...! Ternyata kalian berdua jago juga." serunya sambil mengacungkan jempolnya.

"Iya dong, Bang. Kami dari kecil sudah belajar musik di Gereja." sahutku menjawab. "Namun, belum pernah mangung-manggung. Dan, inilah kesempatan pertama kami mangung, Bang."

"Wah, untuk ukuran pertama, bagus juga penampilan kalian. Ayo kalian makan dan minum, pesan saja! Gratis, untuk kalian semua."

"Hore, gratis ya Bang, Terima kasih ya Bang." seruku senang.

Aku dan Cinthunks lantas kembali ke meja menemui Aling, Lily dan Vero. Cinthunks tampak semangat sekali, ia memesan apa saja yang terlihat.

"Wah Thunks, Pheng. Ternyata kalian berdua, bisa nyanyi juga ya, keren." kata Lily memuji.

"Gimana bagus nggak, penampilan kami tadi, Li?" tanyaku pada Lily.

"Hmmm....! Tanyain aja sendiri, sama yang lagi senyum-senyum terus dari tadi. Pasti hatinya lagi berbunga-bunga tuh!" Lily menyindir sambil menunjuk Aling.

"Akhh nggak kok. Cuma lucu aja lihat Cinthunk, mukanya gitu tapi bisa nyanyi juga." ucap Aling berkilah.

"Oh...! Jadi gara-gara Cinthunks, bukan karena gw? Ok fine!" ujarku berpura-pura marah.

"Nggak Pheng. Nyanyian lu bagus kok. Bagus banget malahan." ralat Aling cepat.

Tiba-tiba....

Bang Senja datang dengan membawa makanan dan minuman sesuai pesanan kami tadi.

"Ayo dinikmati makanan dan minumannya semua, harus habis ya semuanya! Kalo nggak habis bayar, kalo nambah gratis!!" ucap Bang Senja menggoda kami.

"Ini bonus untuk kalian, dimakan juga, ya! Pasti habis makan ini, kalian pasti langsung happysemua." Kak Cinta datang membawa sepiring fu yung hai.

"Iya, yang ini kalian wajib habiskan. ini menu paling mahal, di sini! Bule-bule suka sekali karena habis makan ini, kalian pasti jadi bahagia!" ujar Bang Senja menjelaskan.

"Loh-loh kok, bisa bikin bahagia Bang. Gimana caranya?"Aku bertanya pada Bang senja dan Bang Senja pun menarikku dan membisikiku. "Di dalam fu yung hai itu, ada magic mushroom-nya, Pheng. Itu sejenis jamur psikotropika. Jadi bisa bikin fly, Pheng. Tapi, aman kok. Kalo cuma dikit makannya."

Aku sedikit mengerti apa itu magic mushroom dan terlihat teman-temanku sedang sibuk menyantap makanan yang tersedia. Lalu aku pun ikut nimbrung, menikmati semua makanan dan minumannya sampai semua makanan dan minumannya habis.

Setelah selesai makan, kami masih duduk-duduk santai. Berbincang-bincang sambil bercanda ria.

Aku merasa masih ada yang kurang untuk menemani kami ngobrol di malam yang cukup dingin ini.

Aku memanggil Bang Senja dan meminta bir untuk sekedar menghangatkan badan.

Tak menunggu lama Bang Senja pun membawa 2 botol bir bergambar 'Jangkar Kapal'.

Cinthunks terlihat sangat antusias sekali dan segera membuka botol bir tersebut, dia minum bir itu langsung dari botolnya.

"Ah, parah lu Thunks." ucapku menegurnya. "Mau lu habisin sendirian tuh bir?"

"Lu tenang aja, Pheng. Segalon pun gw sanggup, kok. Kalo cuma bir gini doang!" kata Cinthunks menyombongkan diri.

Kami pun masih terus bercerita dan terus tertawa-tawa, sampai Vero merasa ngantuk dan ingin tidur.

Dan kami pun memutuskan untuk kembali ke hotel.

Aku menyuruh Cinthunks untuk kembali ke kamar, sementara aku mengantar gadis-gadis ini kembali ke kamarnya.

Sesampainya di kamar 77....

Aku hendak pamit dan kembali ke kamarku, namun Aling mencegahku dengan menarik tanganku mendekat padanya.


"Pheng, aku mau ngomong berdua aja." ucapnya serius.

Aku menggandeng tangan Aling dan membawanya ke sebuah gazebo dekat danau.

"Napa Ling?" tanyaku penasaran.

Baru saja duduk dan belum sempat berbicara dengannya. Aling seketika menangis dan berkata padaku. "Yang tadi itu, kamu serius?"

"Iya, aku serius, Ling. Aku 'kan udah nyanyi dengan sepenuh hati buat kamu. Ya, aku tau kamu baru putus dan aku nggak lagi nembak kamu, cuma mengungkapkan perasaanku biar kamu tau perasaanku padamu. Udah jangan nangis lagi, dong!" ucapku memberitahunya dengan semua kejujuran.

Cukup lama Aling menangis dalam pelukanku.

Sampai akhirnya, aku dan Aling saling berpandangan.

Dan Aling memejamkan matanya.

"Ah, ini lampu hijau bagiku!" gumanku dalam hati.

Kucium bibir kecil milik Aling dan lidah kami pun saling membelai satu dengan yang lain.

Dan Aling membimbing tanganku ke payudaranya, aku segera menyentuh dan meremas payudara Aling dan ciuman kami semakin lama semakin panas.

Namun, ciuman kami tidak bisa berlangsung lama.

Tiba-tiba....

Datang seorang lelaki berkulit eksotis, membawa gitar sambil bernyanyi lagu-lagu yang aneh dan terus berteriak-teriak.

Aku memperhatikan dengan teliti dan ternyata, dia adalah sahabatku Cinthunks.

Sepertinya dia sedang mabuk berat, karena efek bir dan jamur itu. Dan entah dari mana? Dia mendapatkan gitar tersebut.

"Oi THUNKS , oiii." seruku memanggil sedikit berteriak.

Aku memanggil namanya, namun masih tetap tidak dipedulikannya. Dia masih asik dengan gitarnya, sambil terus berteriak-teriak bernyanyi.

Aku memutuskan untuk mengejar dan merebut gitarnya.

Ternyata, setelah gitarnya kurebut. Cinthunks sedikit tersadar dan berkata. "Eh, Apheng. My best friend, dari mana aja lu? Dari tadi gw cariin. Eh, Danau Pheng. Lihat tuh Danau, Pheng, berenang yuk!"

Cinthunks berlari, sambil membuka semua pakaiannya. Hingga tersisa hanya celana Boxer Frozen kesayangannya dan ia langsung masuk ke dalam danau dan berenang.

"Apheng. Ayo berenang temani aku! Airnya dingin enak, Pheng." teriak Cinthunks terus mengajakku berenang di tengah malam ini.

Aku yang masih sadar jelas tidak mau mengikuti Cinthunks.

"Ling, bantuin gw narik Cinthunks balik ke atas." ucapku memberitahu. "Kasian, ntar dia sakit berenang malam-malam."

Akhirnya, aku dan Aling berhasil mengeluarkan Cinthunks dari dalam air.

Aku dan Aling membopong tubuh Cinthunks kembali ke kamar dan merebahkannya di kasur dan dia langsung terlelap tidur.

Kemudian aku mengantarkan Aling kembali ke kamarnya dan Aling kembali menciumku, sambil berbisik pelan. "Kita lanjutkan lain kali ya, Pheng."

"Dasar bikin susah aja, udah lagi enak-enakan sama Aling ada saja ganguan yang datang." ucapku berbicara dalam hati.




Bersambung......

next episode
 
Terakhir diubah:
wah om kuciah, thanks support nya


eh yang mana suaranya??? yang minta khilaff?? ga rame ahhh. colek yang bikin rame dulu ahhh @gadissoyu @RSP27 @Cinthunks @mtroyes @disast @deqwo @L-co @sedotan212 biar ada yang jualan minyak dulu:pandaketawa::pandaketawa:
ngahaha:konak:haha...
ane nggak sengaja..





nyelem lagi eahh, Ko!?
8ad715858437144.jpg

Puanasse pol nich hari!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd