Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Dewi Anjani

CHAPTER 2





Wulan

Wulan, gadis cantik yang hanya berani kumiliki sebatas dalam imajinasi, kini berdiri malu-malu di depanku tanpa sehelai benang pun.

Tak berbeda jauh dengan apa yang kubayangkan selama ini, selain berwajah cantik, Wulan juga ternyata memiliki tubuh yang sempurna bagai bidadari yang baru turun dari surga.

Meskipun aku sering bermasturbasi membayangkan Wulan, tapi tak pernah sekalipun aku bermimpi kalau aku bisa melihat tubuh bugil Wulan secara jelas seperti saat ini.

Kalau para fans Wulan tahu dengan apa yang kualami malam ini, pasti mereka mengutuk ku dengan sumpah serapah yang membabi buta. Hihihi mungkin ini lah yang dinamakan ketiban durian runtuh.

Sebagai kembang kampus, kecantikan Wulan memang sudah membius banyak pria sejak hari pertama ospek.

Dari anak pejabat hingga anak pengusaha terkenal, mereka semua saling sikut demi mencoba mendapatkan gadis cantik ini. Sama dengan mahasiswa yang lain, aku pun sebenarnya naksir berat kepada Wulan sejak pertama kami bertemu.

Meskipun naksir, selama ini aku hanya menjadi penonton melihat Wulan didekati banyak pria. Bukannya aku tidak ingin ikut berusaha memilikinya, tetapi aku sadar kalau aku tidak mungkin bersaing dengan mereka.

Berbeda dengan Santiko yang berasal dari keluarga yang kaya raya, aku terlahir dari keluarga yang cukup sederhana. Secara modal, jelas aku kalah telak kalau bersaing dengan fans-fans Wulan tersebut.

Secara fisik pun aku tidak bisa membanggakan apa-apa. Wajahku memang tidak jelek. Tapi seumur hidup, hanya Ibu ku saja yang menyebutku tampan. Apalah tampang jamet ku ini kalau dibandingkan dengan tampang cowo-cowo gaul dan keren yang ada di kampusku.

Makanya, ketika tahu kalau ternyata aku satu kosan dengan Wulan, aku girang bukan kepalang. Apalagi kini aku sampai bisa bersahabat dengan dia.

Meskipun cantik dan digilai para lelaki, Wulan ternyata sama sekali tidak angkuh dan bahkan cenderung asyik untuk diajak bercanda. Terutama oleh aku dan Santiko.

Bahkan kedekatan kami berempat, ditambah Dea, membuat aku dan Santiko sering dilirik sinis oleh mahasiswa lain di kampus. Bahkan ada beberapa pentolan kampus yang sempat melabrak kami karena mereka tidak suka melihat kami dekat-dekat dengan Wulan.

Untungnya karena kami memang tinggal satu kosan dengan Wulan, mereka tidak bisa protes berlebihan melihat Wulan sering nongkrong dengan kami.

Betapa beruntungnya dia, pria yang bisa menaklukkan hati Wulan kelak…




“Aku buka baju nya ya Kanda..” suara Wulan yang khas membangunkan lamunanku.

“Eh.. I-iya buka aja Lan.. Eh.. Jani..” ucapku kikuk karena kaget.

“Panggil aku ‘sayang’ aja biar Kanda engga bingung..” ujar Wulan sambil tersenyum manis. Ahhh.. mimpi apa aku semalam bisa memanggil Wulan dengan panggilan sayang.

Seakan tak sabar menungguku yang dari tadi mematung, Wulan mulai mendekat dan berinisiatif mencium bibirku.

Ciuman Wulan yang tiba-tiba, hampir saja membuat jantung ku copot. Jantung ku langsung berdebar kencang ketika bibir Wulan yang lembut itu hinggap di bibirku.

Tak mau kalah, aku pun segera membalas ciumannya. Ciuman yang awalnya mesra, dengan cepat berubah menjadi ciuman penuh gairah. Wulan terlihat mulai menikmati ciuman kami yang semakin panas. Selain bertukar ludah, lidah kami pun tak jarang berpagut mesra.

Tanganku pun mulai tak bisa diam, bergerak bergerilya ke tubuh polos milik Wulan. Bongkahan pantat Wulan yang begitu sintal mulai ku elus dan ku remas lembut. Di sela cumbuan kami, Wulan mulai mendesis keenakan ketika tangan ku menjamahi pantatnya.

Demikian pun Wulan, sambil terus menciumi ku, tangan Wulan dengan gesit mulai menanggalkan pakaian ku helai demi helai. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya aku menyusul Wulan bertelanjang di dalam gua yang sempit ini.

“LOH?!”

Selepas telanjang, aku langsung terkejut menyadari keanehan yang ada pada tubuhku. Tiba-tiba saja perutku berbentuk kotak-kotak, lengkap dengan otot yang terlihat macho di sekujur tubuhku.

Dan yang paling terasa berubah, penisku yang dulu hanya sepanjang 13 cm, tiba-tiba terlihat menjuntai panjang, dengan diameter yang jauh lebih besar. Mungkin panjangnya kini lebih dari 20cm. Tidak jauh berbeda dengan penis aktor-aktor bokep berkulit hitam.

“Hihihi.. tadi pas aku ngobatin kamu, aku sekalian ngerubah bentuk tubuh kamu kaya yang aku suka. Kanda suka engga?” tanya Wulan sambil terkekeh.

“Suka! Aku suka banget kok..” jawabku cepat. Gimana aku engga suka kalau kini kegagahanku meningkat berkali lipat dengan bentuk tubuh seperti ini.

“Syukurlah..” ujar Wulan lega. “Aku udah engga sabar nyobain ini” lanjut Wulan sambil tangannya yang terasa dingin tiba-tiba meremas penisku yang menjuntai seperti belalai.

“Mmmmhhh…” lenguh ku tak tertahan, merasakan sensasi remasan tangan Wulan yang seketika membuat kejantananku bergeliat.

Tak ingin berlama-lama, aku pun langsung menindih Wulan dan menciumi sekujur tubuhnya. Dari leher hingga ketiak dengan cepat terlihat mengkilap akibat sapuan lidahku.

“Mmmhhh… Shhhh… Terushin Kandha…” respon nya menikmati ciuman ku di setiap jengkal tubuhnya.

Tubuh Wulan makin menggeliat ketika ciuman ku mulai turun ke area payudaranya yang ranum. Dengus nafas Wulan makin tak karuan menahan gairah yang meletup-letup. Melihat Wulan yang semakin bernafsu, aku pun makin bersemangat menghisapi payudara Wulan yang begitu kenyal ini.

“Oughhh… iyha githuu.. gadish ini sukha penthilnya digigithin Khanda…” cerocos Wulan ketika lidahku mulai memainkan pentil nya yang berwarna coklat muda.

Mendengar bocoran Jani tentang titik rangsang Wulan, aku pun langsung melakukan apa yang diminta barusan. Kombinasi sapuan lidah serta gigitan lembut membuat pentil Wulan makin mencuat sehingga semakin mudah aku menyusu payudaranya.

"Ouughhhh... enakhhhh...."

Wulan pun kini berliuk seperti cacing kepanasan. Tangannya yang bebas, meremasi kepalaku seakan menyuruhku untuk tetap menghisapi payudaranya.

Puas menikmati payudaranya, aku pun beringsut turun ke arah memek Wulan yang belum kujamah sejak tadi. Wulan yang paham, langsung membuka lebar paha nya sehingga memudahkan ku untuk memandangi belahan memeknya yang terlihat sudah agak basah akibat permainanku di payudara nya sejak tadi.

“Langsung masukin aja Kanda.. aku udah engga tahan..” ujar Wulan tak bisa lagi menahan birahi nya.

“OOUGHHH KANDHAAAA…” pekik Wulan kencang. Alih-alih menurutinya untuk langsung penetrasi, aku malah turun untuk menciumi area selakangan Wulan yang begitu menggoda.

“JANGHAN KANDHAAA.. BAUUHHHH..” protes Wulan ketika sapuan lidahku membelah liang memeknya.




Meskipun sedikit asin karena keringat, memek Wulan sama sekali tidak berbau. Malahan harum memeknya makin membuat aku bernafsu untuk menjilati klitoris tanpa ampun sehingga Wulan semakin meliuk tak karuan.

“OUGHHH KANDHA.. TERUSHINNN… ENAKKKHHH..” ceracau Wulan kini tidak lagi memprotes aksi ku, malah kini dia begitu menikmati sampai-sampai pinggulnya ikut bergoyang menyambut sapuan lidahku di klitorisnya.

"KANDHAAA AKHUUU MAU PIPISHHHH..." pekik Wulan tak lagi kuasa menahan kenikmatan yang kuberikan. Andai saja Wulan sudah tidak perawan, mungkin sudah kumasukkan jemari ku mengocok liang memeknya supaya Wulan semakin menggila.

“AAAKKHHUUU SAMMMPPHHHEEEEEE…. OOOOOUUUUUGHHHHHHHHHHHHH….”

Lolongan panjang Wulan disertai semprotan cairan memek nya mengakhiri permainan lidahku. Wulan terlihat ngos-ngosan menikmati gelombang orgasme nya barusan.

“Tunggu sebentar Kanda.. yang tadi itu enak banget..” ujar Wulan ketika aku kini kembali menindih tubuhnya. Dengan posisi missionary, aku sudah menempatkan kepala penis ku di depan liang memek Wulan yang becek.

“Iya sayang..” jawabku hangat sambil mencium keningnya. Wulan tersenyum sambil berusaha mengatur nafasnya kembali normal. Hingga semenit kemudian, barulah kode yang kutunggu tiba.

“Ayo masukkin Kanda.. Pelan-pelan ya tapi.. Ilmu ku luntur kalau merasuk ke tubuh manusia..” ujar Wulan sedikit cemas. Meskipun umurnya sudah beribu tahun, tapi sepertinya memang baru aku, manusia yang beruntung dapat menikmati tubuh astral Dewi Anjani.

“Iya sayang..” jawabku kembali sambil mulai mencoba membelah memek Wulan dengan perlahan.

Entah karena penisku yang kini terlampau jumbo, atau memang memek Wulan yang teramat sempit, proses penetrasi ku ini terasa agak susah. Wulan terlihat meringis menahan linu dan sakit dari penetrasi ku yang lambat.

Tak tahan, aku pun langsung menyorongkan penisku agak kasar menghujam memek Wulan. Sempat terasa ada lapisan tipis yang terobek ketika penetrasi barusan. Dengan sekali hujam, penisku masuk hampir seluruhnya sampai ke ujung memek Wulan.

“KANDHAAAA… AAKKKKHHHHH SAKHHIIIIITTTTTTTTTT” teriak Wulan histeris menerima hujaman penisku tiba-tiba. Aku pun langsung panik melihat lelehan air mata Wulan dipipinya.

“Maafin aku ya.. abisnya memek nya sempit banget..” ujarku meminta maaf sambil menciumi pipi dan kening Wulan.

Wulan tidak menjawab dan hanya meringis untuk beberapa waktu. Aku yang tak tega pun kini hanya mendiamkan penisku di dalam memeknya. Liang memeknya mencengkram kuat penisku mungkin karena masih terasa nyeri.

“Iyah gapapa..” jawab Wulan setelah mulai berhasil membiasakan diri. Tidak hanya menjawab permintaan maafku, dia pun mulai mau membalas ciumanku di wajahnya. Kami pun bercumbu dengan panas kembali.

Remasan tanganku di payudara Wulan membuat gairahnya makin membumbung mengalahkan rasa nyeri di selangkangannya. Jepitan memek Wulan yang tadi terasa nyeri di batang penisku kini mulai mengendur.

Malahan, otot-otot di selangkangan Wulan mulai mengempot batang penisku hingga terasa begitu nikmat, membuatku tidak sabar untuk segera menggenjotnya.

“Ayo gerakin Kanda..” ujarnya ketika sudah benar-benar rileks.

Aku yang sudah tak sabar daritadi pun langsung merespon dengan menarik perlahan batang penisku yang tertancap dalam. Tubuh Wulan langsung bergetar ketika merasakan penisku mulai bergerak di dalam memeknya.

Setelah beberapa kali penetrasi, akhirnya Wulan mulai ikut menggerakan pinggulnya. Awalnya gerakannya agak kaku, namun lama kelamaan pinggul Wulan mulai seirama dengan sodokan penisku.

Sleebbb… Sleebbb… Slebbb…

Hentakan demi hentakan semakin membuat kami berdua kesetanan. Rasa nikmat memek Wulan tidak pernah bisa kubandingkan dengan masturbasi-masturbasi yang selama ini kulakukan.

Sleebbb… Sleebbb… Slebbb…

“Enakh bangethh sayangghh..” ujarku parau di sela hujaman penisku ke dalam memek Wulan.

“Iyahh.. enakhh bangethhh… nikmathhh… oughhh…” jawab Wulan menikmati memeknya dibelah dengan penisku yang berukuran jumbo ini.

“Mentoghh.. Kandhha…” ucap nya lagi ketika aku menghujam dalam-dalam penisku hingga terasa terganjal mulut rahimnya di dalam sana. Aku yang sudah terbakar birahi tak lagi mampu mengontrol goyanganku. Goyangan kami berdua sama-sama liar memburu puncak orgasme kami masing-masing.

Peluh keringat mulai membasahi tubuh bugil kami. Wulan terlihat begitu seksi dengan payudaranya yang bergoyang kesana kemari terdorong penetrasi yang kulakukan.

Wajah cantik Wulan makin memerah menandakan gairahnya sudah tak lagi bisa ditahan. Cengkraman tangan Wulan di lenganku pun makin lama terasa makin kuat. Lenguhan erotis dari mulutnya makin keras terdengar.

“Akhhuu.. mau keluarhh lagi Khanda…” ujar Wulan sambil kakinya menjepit pinggul ku kencang.

"Iyah keluarin sayanggg.." ujarku semangat untuk memacu sodokanku lebih dalam lagi supaya Wulan cepat menggapai orgasme nya.

Plokkk… plokkk… plokkk… plokkkk… Suara nyaring aduan kelamin kami semakin terasa kencang hingga akhirnya lolongan kami berdua bergema di dalam gua ini.

Srrrruuuuuutttttt...... semprotan kencang dari dalam memek Wulan menandakan dia sudah berhasil mencapai orgasme nya.

"Huff huff huff.. istirahat sebentar Khanda..." pinta Wulan setelah lemas usai mencapai orgasme nya barusan. Karena kurasa aku bisa memberikannya multi orgasme, aku pun melanjutkan sodokan ku tanpa jeda.

"OOOUUUGHHH.. BERENTI DULU KHANDAAA... OOOOUUUGHHHH... NGILUUUUU...." protes Wulan sambil berusaha mendorong tubuhku. Andai saja Anjani dapat menggunakan kekuatannya saat ini, mungkin aku sudah terlempar keluar gua dengan sekali jentik.

Namun, tubuh Wulan yang jauh lebih kecil dari tubuhku tak kuasa untuk menahan ku untuk terus menggenjot memek nya.

Dan... srrrrruuuuuuttttttttttt........

Orgasme Wulan kembali tiba tak lama setelah orgasme nya yang pertama. Wulan bahkan tak mampu bersuara dan hanya tubuhnya saja yang mengejang mengeluarkan cairan orgasme nya yang semakin membasahi selangkangan kami.

"Sayang.." panggilku ketika kini Wulan tak bergerak setelah orgasme hebatnya barusan.

Penisku sudah terlepas dari memeknya. Terlihat penisku yang coklat begitu mengkilap karena cairan cinta kami berdua yang membasahi batang nya. Ada pula noda merah menandakan keperawanan Wulan yang berhasil aku renggut malam ini.

"Enak bangethh.. Istrimu puashh.. Kanda hebathh.. Istrimu ketagihannn.." jawab Wulan dengan kalimat-kalimat pendek karena nafasnya masih belum beraturan.

Aku pun tersenyum puas mendengar pujian Wulan barusan. Tidak sia-sia Anjani memberikan batang kejantanan sebesar ini untuk memuaskan dirinya. Hingga beberapa menit kemudian, dia baru membuka matanya yang daritadi terpejam.

"Kanda masih lama?" tanyanya.

"Sebentar lagi kok. Kenapa sayang?" tanyaku balik sambil mengelus rambutnya.

"Tubuh gadis ini sepertinya sudah hampir sampai batasnya. Cepetan dikeluarin ya Kanda. Kanda mau posisi apa?" jawab Wulan sambil berusaha bangun karena daritadi dia berbaring pasrah menerima hujaman penisku ke dalam memek nya.

"Kamu di atas ya sayang, biar aku cepet keluar" jawabku cepat.

"Yaudah, Kanda berbaring disini ya.." Wulan menurutiku dengan kini dia merangkak naik ke atas tubuhku. Dengan posisi ini, aku bisa melihat tubuh Wulan yang seksi bersiap memposisikan penisku di depan lubang memek nya.

Sambil menunggu Wulan bersiap, aku memuaskan mataku menatap wajah Wulan yang cantik, payudaranya yang ranum, serta lekuk tubuhnya yang aduhai.

Dan... blessssshhhh....

Tidak sesulit tadi, penisku yang sudah berdiri tegak masuk dengan mudah menembus liang memek Wulan.

"Gede bangethhh.." desis Wulan sambil mencoba menaik turunkan pinggulnya dengan perlahan.

"Kan kamu yang bikin kontol ku sebesar ini.." jawabku sekenanya. Maklum, kini fokusku sudah mulai teralihkan dengan empotan memek Wulan yang terasa sangat nikmat.

"Hehehe iya yah... ouughhh enakkkhhh..." desis nya lagi sambil mulai sedikit demi sedikit menaikkan tempo goyangannya. Hingga akhirnya Wulan mulai bergerak bebas, aku mulai ikut menggerakkan pinggul ku menyambut gerakan pinggul Wulan.

Plokkk… plokkk… plokkk… plokkkk…




Kembali suara nyaring aduan kelamin kami bergema di dalam gua. Belum lagi suara desahan sensual yang saling sahut satu sama lain yang membuat suasana di dalam gua makin erotis.

Sambil menikmati goyangan pinggul Wulan, aku pun tak ingin menyia-nyiakan teteknya yang bergerak bebas. Tanganku yang kasar meremas kedua payudara ranum itu dengan penuh nafsu. Wulan pun kini makin bernafsu menggenjot pinggulnya mengejar orgasme nya yang hampir tiba.

"Enak engga khanda memek istrimuuhhh..." racau Wulan dengan wajah yang sudah terbakar birahi.

"Enakh banget sayanghhh... memek istriku enakh bangethhh.." ujarku menjawab racauan Wulan. Memek Wulan betul-betul membuat penisku kepayahan. Rasa nikmat yang terus menerus diberikan oleh memeknya membuat penisku hampir tiba ke titik penghabisan.

"Ayhoo Khandaa... Akhuu udahh enggha khuaatttt..." racau Wulan dengan gerakan pinggul yang semakin liar.

"Iyah sebentar lagihhh..." jawabku cepat karena memang sepertinya sperma yang sudah kutimbun sejak lama sepertinya akan segera membuncah ke dalam rahim Wulan.

"OOUUGHHH AYOOOHHHH....." pekik Wulan lagi tak lagi kuasa menahan orgasme nya yang sudah di depan mata.

SRUUUTTTT... SRUUUTTTT.... SRUUUUTTTT....

Semprotan hangat dari dalam memek Wulan kembali menyiram penisku yang masih terbenam di dalam memeknya.

"Akhu udah keluarhhhh..." ujar Wulan dengan nada yang lemas. Gerakannya sudah tidak seheboh tadi. Namun karena aku sebentar lagi mencapai puncak orgasme ku, aku pun terus menyorongkan penisku dalam-dalam tanpa ampun.

“Akuuhhh jugaaaa.. ayo lagi sayanghhhh..” rasa nikmat yang sudah membuncah pun membuat aku tak lagi mampu menahan dorongan orgasme yang sebentar lagi tiba.

CRRRROOTTT.. CRRRROOTTT.. CRRRROOOOOOOOOOOOOOOTTTTTT….

"OUUUGHHH AKU KELUAR LAGIHHHH..." semburan hangat sperma ku di dalam rahimnya seperti nya kembali membuat orgasme Wulan tiba. Semburan deras dari penisku disambut dengan cairan memek Wulan yang meluber hingga ke pangkal pahanya.




“Hosshh… hoshhh.. hoshhh.. nikmat banget sayang.. makasih ya..” ujarku sambil kembali mengecup mesra pipi Wulan.

“Iya sayang.. Aku engga pernah kebayang kalau ternyata bercinta bakalan seenak inihhh.. makasih juga Kanda, aku kayaknya engga salah pilih suami..” jawab Wulan sambil memeluk ku erat. Terasa degup jantung kami masih berdebar kencang seusai orgasme hebat kami barusan.

Setelah merasa cukup beristirahat dan memulihkan tenaga ku, aku pun merasa siap melanjutkan ronde ke dua.

“Sayang.. mmm.. mau ngewe lagi engga?” tanyaku hati-hati.

“Hmm.. maaf ya Kanda.. bukannya aku engga mau, tapi takutnya kalau dilanjutkan, tubuh gadis ini tidak akan kuat menahan kekuatanku.. tunggu 100 hari lagi ya Kanda..” jawabnya dengan raut wajaht yang tidak enak karena telah menolak ajakan ku.

“Iya Kanda ngerti.. gapapa sayang..” meskipun kecewa, aku paham kalau tidak mudah merasuki tubuh seseorang apalagi menggunakan tubuh itu untuk berhubungan badan. Aku pun lantas memeluknya mesra menikmati malam yang indah ini.

“Kanda..” panggil Wulan pelan di sela pelukan hangat kami.

“Apa sayang?” jawabku.

“Kayaknya aku harus narik omongan aku yang sebelumnya deh..” ujarnya lirih.

“Omongan yang mana?” jawabku bingung.

“Omonganku kalau aku bakal ngebebasin Kanda bercinta dengan wanita mana pun..” sambil berhati-hati, Jani mengutarakan isi hati nya.

“Loh.. kenapa sayang?” tanyaku heran.

“Aku.. kayaknya.. cinta mati sama Kanda..” ujarnya setengah bergetar.

“Maafin aku ya Kanda, aku kayaknya gabisa ngeliat Kanda punya banyak wanita di luar sana..” lanjutnya lagi.

“Hmmm.. terus Kanda harus apa?” tanyaku lagi meminta penjelasan.

“Kanda boleh ngewe dengan wanita mana pun yang sudah aku rasuki..” jawab Jani dengan suara pelan. Jani sepertinya takut kalau aku kecewa.

“Berarti selamanya aku hanya boleh ngewe dengan Wulan?” tanya ku memastikan.

“Bukan begitu maksud ku Kanda. Aku tidak bisa merasuki wanita yang sama lebih dari satu kali. 100 hari lagi, harus ada wanita baru yang harus aku rasuki” jelasnya.

“Berarti setiap 100 hari, Kanda nambah satu wanita?” tanyaku masih bingung.

“Iya.." jawab Jani pelan hampir tidak terdengar. Aku sebetulnya tidak masalah dengan jatah wanita berapa pun yang bisa kutiduri, tapi aku hanya tidak suka saja dengan perubahan janji Jani yang tiba-tiba seperti ini.

"Biar adil dan aku tidak serta merta meralat janjiku sebelumnya, gimana kalau setiap 100 hari Kanda bisa nambah 2 wanita? 1 wanita pilihanku yang akan aku rasuki, sedangkan 1 lagi wanita pilihan Kanda, terserah yang Kanda suka.." ujar Jani lagi mencoba bernegosiasi. Aku masih belum bergeming.

“Maafin aku Kanda.. aku sepertinya tidak serela itu ngebebasin Kanda punya wanita dimana-mana huhuhu.. aku cuma takut kalau nanti Kanda lebih tertarik bercinta dengan mereka daripada dengan aku huhuhu” tiba-tiba Wulan terisak karena aku tidak merespon tawarannya barusan.

Wajah Wulan yang cantik itu kini berderai air mata. Aku yang tidak tegaan pun akhirnya luluh dengan bujuk rayu Jani.

“Berarti selain Wulan, 100 hari ini Kanda bisa milih 1 wanita lagi untuk diajak bercinta ya maksudnya?” ujarku. Jani pun langsung sumringah mendengar aku merespon tawarannya.

“Iya Kanda.. maaf ya, aku ga bisa ngebebasin Kanda punya wanita dimana-mana huhu..” masih sambil terisak, Jani menjawab pertanyaanku.

“Hhhh.. yaudah kalo gitu.. pokoknya jangan ganti-ganti janji lagi seenaknya ya sayang” jawabanku barusan langsung disambut pelukan erat Jani.

"Iya, aku janji.."

Selain tidak tega, tawaran Jani pun lebih dari cukup untuk ku. Lagian kalau misalnya aku bisa hidup sampai 40 tahun lagi dan setiap tahun setidaknya ada 6 wanita baru yang bisa kumiliki, berarti ada 240 wanita setidaknya yang akan menjadi kekasih ku.

Duh duh duh... apa ga bahaya tha?

“Terima kasih Kanda mau mengerti. I love you..” bisiknya lembut sambil tetap mendekapku.

“I love you too sayang.. Eh bentar, kok kamu bisa bahasa inggris sih sayang?” ujarku kaget.

“Hehehe kan aku baca memori Kanda, makanya aku tadi bisa bercinta kaya tadi juga karena ngikutin film yang Kanda suka tonton” jawab Jani tidak lagi menangis seperti tadi.

Ya ampun, berarti Anjani tahu bahan coli ku selama ini...

“Oh iya, selamat ya Kanda.. Ilmu yang aku janjikan sudah Kanda dapatkan semua..” ujar Jani mengingatkan. Saking terbuai dengan nikmatnya persetubuhan barusan, aku sampai lupa kalau aku dapat beberapa ilmu dari Jani.

“Oh iya sampai lupa! Hmm.. ada syarat khusus untuk menggunakan ilmu itu engga, sayang?” tanya ku memastikan. Aku tidak ingin kalau nanti tiba-tiba ada perubahan persyaratan seperti barusan di kemudian hari.

“Apa ya? Sebentar..” jawab Jani sambil mengingat-ingat.

“Untuk ilmu kebal dan menghilang, paling syarat nya Kanda harus dalam keadaan sehat ya..” bebernya. Masuk akal. Aku kebal, bukan immortal. Kalau aku sakit, nanti gimana mau diinfus kalau aku tidak bisa ditusuk jarum.

“Kalau syarat nya ilmu membaca dan mengubah pikiran, target nya itu harus kenal Kanda dulu baru bisa digunakan” lanjut Jani.

“Kalau dipakai buat bikin orang jatuh cinta bisa engga sayang?” tanya ku lagi. Aku tadinya berniat menggunakan ilmu ini supaya membantu Santiko supaya Dea mau menerima cinta nya. Kasihan Santiko, sudah mengejar beberapa bulan ini, tapi Dea sepertinya masih belum mau menerima cintanya.

“Engga bisa Kanda, instruksi yang bisa dikasih itu terbatas pada suruhan untuk melakukan sesuatu, misalnya disuruh nyium Kanda. Tapi kalo sayang itu engga bisa diubah soalnya bukan diatur di dalam pikiran tetapi di dalam hati” jelasnya.

“Oh iya, ilmu ini juga engga bisa dipakai untuk menghapus ingatan seseorang ya Kanda..” ujarnya lagi.

Terus gimana caranya biar aku bisa membantu Santiko ya?

“Kalau itu bisa pakai ilmu yang terakhir..” jawab Jani membaca pikiranku.

“Bukannya ilmu yang terakhir itu, gadis yang disemprotkan sperma di dalam memeknya akan cinta mati kepadaku?” tanyaku lagi takut salah mengerti.

“Iya betul! Kan kalau cinta mati, wanita akan mau mengikuti apapun permintaan kekasihnya.. tanpa terkecuali..” jawab Jani.

“Termasuk menyuruh menjadi pacar orang lain?” ujarku kaget tidak percaya.

“Iya.. Termasuk itu..”

Aku agak kaget mendengar informasi itu. Apa iya aku harus meniduri Dea sebelum aku menyerahkan nya ke Santiko? Bukan kah itu artinya aku mengkhianati Santiko? Duhhh... bingung.

“Udah ya Kanda, aku pamit dulu. Ingat, jatah Kanda untuk mendapatkan kekasih baru tinggal sekali lagi sampai 100 hari ke depan..” ujar Jani mengingatkan. Tanpa diingatkan pun sebetulnya seluruh gerak gerik ku terpantau oleh nya.

“Iya.. eh sayang sebentar, syarat itu cuma berlaku untuk tidak berhubungan badan kan? Kalau sekedar cium atau minta dihisap boleh?”

“Hmm.. Boleh..”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd