Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Di Alam Terbuka

begawan_cinta

Guru Semprot
Daftar
27 Oct 2023
Post
550
Like diterima
9.352
Bimabet

Di Alam Terbuka



MAMI ditawari sebidang tanah seluas 400 meter persegi dari salah seorang teman arisannya.

Teman arisan Mami menjual tanahnya tersebut karena ingin membayar hutang suaminya.

Kalau dihitung-hitung harga tanah yang ditawarkan pada Mami menurutku tidak terlalu mahal dibandingkan dengan harga tanah di pasaran saat ini, bisa sampai 3 atau 4 juta rupiah per meter persegi.

Karena teman arisan Mami berharap teman arisan Mami berharap cepat mendapatkan uang tunai, ia menjual tanah itu hanya seharga 2 juta rupiah permeter persegi.

Tetapi kalau kupikir-pikir lagi dari mana Mami mendapat uang sebanyak hampir 800 juta rupiah untuk membeli tanah tersebut, walaupun Mami menjual semua simpanan perhiasannya di lemari, Mami belum tentu sanggup membeli tanah itu.

Yakin...!

Tetapi kalau Mami bernasib baik, siapa tau kan, hu... Mami bisa saja membeli tanah itu entah besok, atau lusa...

"Kita lihat dulu tanahnya itu, Jo. Mau nggak?" tanya Mami. "Mami nggak janji sama dia mau membeli tanahnya itu kok... tetapi siapa tau Mami bisa tawarkan pada orang lain? Dapat komisi kan lumayan..."

"Oke deh Mi, Mami mau kapan perginya?" tanyaku.

"Secepatnya, kalau bisa... Sabtu ini... kamu punya waktu nggak?"

"Aku usahakan ya Mi, demi Mami... tapi kalau Mami dapat komisi, ingat akan daku ya, Mi... he..he.." jawabku.

Lokasinya tidak sangat dekat. Kami membutuhkan waktu sekitar 4 jam perjalanan untuk sampai di lokasi tanah itu sesuai dengan peta yang di share oleh si pemilik tanah ke hapeku.

Mami berangkat cantik sekali memakai blouse lengan panjang berwarna putih polos dan celana jeans biru yang ketat membungkus bokongnya yang bulat bahenol.

Kuku kaki maupun kuku tangannya di cat dengan kutek berwarna merah. Dari sononya Mami memang sudah cantik meski di wajahnya sudah tumbuh flex hitan, namun flex hitam itu justru menambah kecantikan Mami.

Tetapi di sepanjang perjalanan aku tidak bisa konsentrasi membawa mobil bukan karena terpesona dengan kecantikan Mami, melainkan Mami yang duduk di sampingku kancing blousenya terbuka satu sehingga menampakkan belahan buah dadanya.

Payudara Mami tidak besar-besar amat. Sesuai dengan ukuran postur tubuh Mami yang tinggi kurus, payudara Mami besarnya kira-kira hanya segenggaman telapak tanganku.

Inilah menariknya menurutku! Kecil-kecil cabe rawit.

BH-nya, Mami memilih BH '
push-up bra' berwarna hitam tanpa tali, sehingga payudara Mami tampak sexy menyembul seperti ditampung di sebuah mangkok kecil.

Kalau mobil melaju di jalan raya yang tidak rata payudara Mami yang ringan berkulit putih nan mulus itu akan kelihatan bergetar.

O... oo....




Push-up Bra - bagian cup bra rendah, tapi mampu mengangkat payudara ke atas supaya terlihat lebih berisi.
 
Brothers cerita yg lain tamat kan dulu


Yang lain tamat, seingat saya, saya masih hutang satu cerita... nulisnya tersendat... biasanya cerita baru.

Jika ada tanda () di akhir cerita, berarti cerita tsb tamat, mau minta saya melanjutkan lagi... maaf... ada yang tidak saya sanggupi dengan berbagai pertimbangan.

Terima kasih untuk koreksinya.
 
Terakhir diubah:

Darah mudaku berdesir-desir melihatnya dan tanganku rasanya gatal ingin masuk ke dalam blouse Mami meremas payudaranya yang nan sexy itu.

Apalagi Mami lebih suka tidur-tiduran di dalam mobil sambil santai mendengarkan musik kalau perjalanan panjang.

Sampai pada suatu saat aku melihat Mami sudah benar-benar tenggelam ke alam mimpinya yang indah, kesempatan yang baik ini tidak kusia-siakan.

Aku mencari tempat yang aman di tepi jalan tol untuk meminggirkan mobilku.

Setelah meminggirkan mobilku di tepi jalan tol, perlahan-lahan aku membuka kancing blouse Mami satu lagi yang berada di bawah kancingnya yang sudah terbuka itu.

Nah...

Lalu aku mencoba membuka lebar bagian atas blouse Mami yang telah kubuka kancingnya itu, sehingga tersingkaplah payudara Mami yang mulus putih bersama BH-nya.

Wawww...

Meyakini Mami tidak akan terbangun, aku menjulurkan telapak tanganku menggenggam payudara Mami dari luar bra-nya.

Ohh... itupun sudah membuat otakku rasanya nyut-nyutan belum sampai aku memegang putingnya, apalagi kalau aku pegang putingnya...

Kukecup payudara Mami yang menyembul keluar dari bagian atas cup BH-nya itu. Payudara Mami sangat-sangat lembut dan wangi.

Setelah itu aku melanjutkan perjalanan. Tak lama Mami terbangun. "Sampai dimana kita, Jo?" tanya Mami.

Aku tidak segera memberitahukan pada Mami bahwa kancing bajunya terbuka dua. Aku biarkan saja.

"Hampir sampai rest area, Mi." jawabku. "Apa Mami mau mampir?"

"Mau dong, kita cari makan dulu, perut Mami lapar, nih." jawab Mami.

Mobilku masuk ke rest area dan segera aku mencari tempat parkir yang aman.

Turun dari mobil, aku melihat seorang laki-laki paruh baya sedang kencing di samping mobilnya.

Biar kutunjukkan penisku pada Mami, batinku.

Kapan lagi, kalau tidak sekarang!

Lalu aku membuka ritsleting celana jeansku. Setelah itu aku keluarkan penisku dari celana dalamku.

"Hehh...!!" tegur Mami melihat penisku yang sedang mengeluarkan air kencing. "Bukan di toilet... ngerusak lingkungan aja...!"

"Tadi di situ aku melihat ada orang yang kencing, Mi..."

"Meniru bukan yang baik..." omel Mami.

"Bagaimana Mi, menurut Mami...?"

"Bagaimana apa?"

"Panjang atau terlalu kecil...?"

"Nggak tau...! Bukannya cepat dimasukin..."

"Minta tissu, Mi..."

Mami mengambil tissu di tasnya, lalu memberikannya padaku sekalian dengan bungkusan tissu, tetapi aku hanya mengambil selembar.

Kemudian aku membersihkan sisa air kencing di ujung penisku.

"Uhh... malah dimainin..." kata Mami.

"Mami suka kan?"

"Suka apa? Jangan kayak orang gila kamu...!" gerutu Mami.

Kumasukkan kembali penisku ke celana dalamku, lalu menutup ritsleting celana jeansku.

Mami yang berjalan duluan, kupanggil, "Mi... sini..."

Mami menghampiriku, lalu kujulurkan tanganku memegang blousenya yang kancingnya masih terbuka.

"Kamu yang buka, ya...?" kata Mami.

"Sudah dari tadi begini..." jawabku, lalu kudekatkan wajahku ke belahan payudara Mami.

"Nggak, masa di tempat umum begini...? Nanti kelihatan orang."

"Nggak ada orang di sekitar sini, Mi..." kataku nekat. "Mami lihat aja..."

Mami memandang ke kiri dan ke kanan, lalu Mami menunduk melihat aku mencium belahan payudaranya.

"Mmmm... kesempatan..." kata Mami.

"He.. he... kecil, tapi merangsang, Mi..."

"Sudah kendor!" kata Mami. "Biasanya Mami masih suka pergi ngurut, sekarang Mami sudah males... mau jelek, jelek deh... biarin aja, Mami sudah tua ini..."

"Mami kok ngomong gitu, sih...? Mami kecewa, ya...? Kecewa sama siapa...? Papi, ya...? Mami masih cantik...! Sungguh, aku nggak bohong..."

"Sudah deh..." kata Mami mengancing blousenya. "Yuk, ajak Mami cari toilet, sekalian kita makan..."

Lalu kudekatkan bibirku ke bibir Mami. Mami mendorong pergi bibirku. "Nggak mau...!" kata Mami. "Mulut Mami gak enak, belum minum."

Selesai Mami kencing, kami makan burger, french fries dengan segelas minuman ringan. Setelah itu Mami membeli untuk dibawa kesana, karena kata Mami Om dan Tante yang punya tanah juga akan datang ke lokasi.

Perjalanan dilanjutkan.
 


Sekitar 1,5 jam kemudian kami tiba di lokasi.

Ternyata... sepanjang mata memandang, yang terlihat hanya hamparan tanah kuning yang berhektar-hektar. Gersang, tidak tampak pohon sebatang pun. Akan tetapi mata kami masih sedikit terhibur sewaktu melihat di ujung sana, masih tampak samar-samar beberapa tower apatemen yang sebagian tertutup awan kelabu.

"Mami pengen tanah seperti ini?" tanyaku.

"Menurut kamu, prospeknya bagus nggak?"

"Mungkin 10 tahun lagi, sekarang nggak... kalau buat investasi sih bolehlah, di ujung sana sudah berdiri apartemen." tunjukku. "Mami pengen banget?"

"Mami harus menjual perhiasan dulu..."

"Sudah keburu dibeli orang Mi..."

"Ya sudah, bukan nasib kita... di sini panas, kita cari tempat yang teduh nunggu Tante Ellis dan Om Prapto, yuk..." ajak Mami.

Aku dan Mami kembali duduk di mobil menelusuri jalan yang sunyi. Entah bagaimana seandainya mobilku dihadang oleh begal, batinku

Tak lama kemudian kami menemukan sebuah danau tak jauh dari lokasi dan sewaktu aku dan Mami berdiri di tepi danau yang jernih airnya itu, sekali-sekali kami mendengar kicauan burung di atas pohon. Sangat damai dan tenang.

Kami lalu menghampar plastik mirip plastik taplak meja di atas rumput untuk duduk, kemudian Mami menaruh makanan dan minuman yang tadi dibeli di rest area.

"Mmm... Jo, Mami pengen kencing... dimana, ya?"

Dunia polos begini, tidak ada tempat untuk melindungi memek Mami saat Mami berjongkok kencing, woww... seruku dalam hati senang.

"Jongkok di situ aja, Mi..." tunjukku ke arah danau dengan jantung berdebar-debar kencang, "...atau di belakang mobil sana..."

"Aman nggak...?"

"Ya, amanlah Mi... ayo, Jojo temenin kalau Mami gak berani sendiri..."

Aku ajak Mami ke samping mobil. Mami berdiri membelakangiku kira-kira 2 meter menurunkan celana jeans bersama celana dalamnya.

Jantungku berputar-putar di atas rel seperti rooller coaster saat itu, apalagi sewaktu terlihat olehku pantat Mami yang mulus, bulet dan putih... wawww... mataku terbelalak lebar dan glekk... glekk... glekk... aku sampai menelan ludah berkali-kali.

Lalu Mami berjongkok, sebentar kemudian terdengar suara air kencingnya berdesir, shhheeeee....eee... shheeee... sheee...

Jantungku bergemuruh... seandainya Mami bersedia mengguyur air kencing ke mulutku, aku tidak bakal menolaknya...
 
Terakhir diubah:

Setelah Mami selesai Mami kencing, lalu bangun mengambil tissu hendak membersihkan vaginanya, aku datang memeluk Mami dari belakang.

Aku melumat lehernya dan pantatnya yang telanjang kuelus serta kuremas dengan sepenuh napsu.

"Ohhh... Joo... jangan Jo, ini Mamimu..." kata Mami sama sekali tidak memberontak, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.

Di lokasi kejadian perkara tidak ada manusia, kecuali kami berdua, Mami terpaksa pasrah, sehingga membuat tanganku pun semakin meliar dari pantat menuju ke vagina Mami di depan.

"Jangan Jo, Mami nggak sanggup melayani kamu, penismu besar... Mami sudah hampir satu setengah tahun nggak pernah begitu lagi dengan Papi..."

Vagina Mami tidak memiliki bulu, sehingga tanganku bisa langsung memegangnya.

"Kalau kamu mau tidurin Mami, ayo deh..." kata Mami akhirnya mengalah. "Di plastik sana aja, jangan di sini, ayo..."

Tantangan Mami membuat nyaliku yang tadi gagah perkasa menjadi ciut.

Soalnya sebagai manusia aku masih punya perasaan, apalagi ia adalah ibuku yang menggendong aku sampai 9 bulan di perutnya, kemudian melahirkan aku dengan sakit sampai menjerit-jerit di kamar bersalin dan sampai berdarah-darah.

Aku melepaskan Mami. Mami menaikkan celana dalam dan celana jeansnya. Wajahnya kelihatan pucat karena ketakutan.

"Apa Mami takut?"

"Ya Jo, misalnya kamu khilaf, Mami kamu perkosa... kan sudah banyak kejadiannya anak perkosa ibunya..."

"Nggak sampai gitulah, Mi..."

"Maaf ya Jo, kalau Mami berpikiran jelek terhadap kamu..."

"Jojo memang napsu sama Mami sejak tadi di mobil sewaktu Jojo melihat baju Mami terbuka..." balasku. "...maka itu tadi... sebenarnya Jojo sengaja menunjukkan penis Jojo sama Mami sewaktu Jojo kencing itu, apalagi Jojo melihat pantat Mami..."

"Ayo deh Jo, kalau kamu mau, Mami ikhlas memberikan padamu..." kata Mami. "Mami senang kamu berkata jujur sama Mami..."

Aku dan Mami berjalan bergandengan tangan ke lembaran plastik yang terhampar di tepi danau yang sunyi...

Sesampai di tepi lembaran plastik, Mami melepaskan sandalnya, lalu melangkahkan kakinya yang telanjang mulus ke lembaran plastik menurunkan ritsleting celana jeansnya.

"Mi, jangan Mi..." kataku dengan jantung berdebar antara takut dan malu.

"Jangan nolak..." balas Mami. "Kalau kamu nolak Mami akan kecewa..."

Tanpa bisa kutahan, Mami mdlepaskan celana jeans bersama dengan celana dalamnya.

O....

Bergetar tubuhku dan berdebar jantungku melihat lipatan vagina Mami yang terselip di antara kedua pahanya yang putih mulus.

Apakah aku masih mampu berkata 'jangan' pada Mami...?
 

Impossible kalau kutolak... vagina Mami akan menjadi mubazir.

Dan masih adakah perasaan kasihanku, atau rasa hormatku pada wanita itu? Rontok dalam sekejap imanku.

Sontak aku memeluk Mami dan tanpa jedah lagi aku segera melumat bibir tipisnya, serta Mami juga meresponnya dengan cepat, dan pada akhirnya kita sama-sama berpagutan.

Mami meladeni permainan lidahku di dalam mulutnya, sesekali Mami menggigit lidahku dengan gemas. Setelah beberapa menit kami berpagutan bibir, tangan Mami mulai sibuk membuka ritsleting celana jeansku.

Setelah berhasil dibuka, Mami mengeluarkan penisku yang tegang dari balik celana dalamku dan digenggamnya dengan telapak tangannya yang hangat.

Sesekali terdengar desahan dari Mami, “Aaaahhhh…. Joo..oo…. aaaahhhh…”

Aku rebahkan Mami di atas lembaran plastik yang di sebelahnya terdapat makanan dan minuman, tetapi tidak kuhiraukan lagi. Aku buka selangkangan Mami lebar-lebar. Aku mengelus-elus vagina Mami yang terasa keriput di lembaran bibir vaginanya.

Lalu aku memasukkan jari tengahku ke lubang vagina Mami dan kukocok-kocok lubang yang sudah basah itu, sambil aku buka kancing-kancing blouse Mami untuk mengeluarkan teteknya dari balik BH-nya.

Sambil sekarang aku menghisap puting Mami yang mancung, aku masih terus mengocok lubang vaginanya. “Aaahhhhh…. aaaahhhh… Joo..oo… mmmm.... Mami mau keluaaaaarrrr….. ahhhh...” lenguh Mami.

Aku mempercepat kocokanku, dan akhirnya “Aaaaahhhhhhh.........”

Mami orgasme dengan tubuh gemetar seperti demam, lubang vaginanya basah kuyup, tubuhnya lemas untuk seketika setelah kenikmatan orgasmenya berakhir.

Kugenggam batang penisku yang tegang dan kuarahkan masuk ke lubang vagina Mami, dan seketika bleeessss…. masuklah semua batang penisku ke dalam lubang vagina Mami yang sudah tanpa palang pintu itu dan pernah melahirkan aku serta adikku, Yanto.

Aku langsung terbang melayang tinggi karena nikmat saat kukocok penisku di lubang vagina Mami maju-mundur-keluar-masuk sambil mulutku menghisap satu putingnya dan satu susunya kuremas-remas.

“Aaaahhhh… aaaahhhh… masukin lebih dalam lagi, sayang..” Mami berkata binal padaku.

Aku mempercepat sodokan penisku di lubang vagina Mami. Plookk… plokk…plokk… sampai terdengar suara benturan paha kami di alam terbuka yang sunyi itu, sementara di dalam lubang vagina Mami kepala penisku berbenturan dengan rahimnya.

Aku semakin tidak mampu menguasai diriku karena nafsuku pada Mami sudah tak terbendung, "Sayang, nikmat banget..." kata Mami. "Bertahan, ya.. jangan terburu-buru..."

Remasan lembut dinding vagina Mami yang mengelilingi batang penisku menambah nikmat persetubuhan incest kami sambil bergerak menarik dan memasukkan kembali batang penisku berulang-ulang.

"Shheeettss... oohhh...." jerit Mami. "Tahan Jo, nikmat..."

"Jojo gak bisa bertahan lama Mi, memek Mami begitu nikmat buat Jojo, Jojo benar-benar birahi pada Mami..." kataku sembari mempercepat genjotan penisku, plesss... plessss... plesss... plessss...

"Mamm... Mami mau kluarr lagii...iiih, Jooo..."

"Jojo juga sudah mau keluar, Miii... ooouughhhh.... crroootttt....."

Aku perketat penetrasi penisku di liang vagina Mami dengan satu hentakkan kuat seperti ingin menjebolkan rahim Mami, sroootttt... sroottttt....srrooottt... croootttt...

"Ohh... sayang..." desah Mami terkulai lemas diikuti oleh aku.

"Bagaimana, Mi...? Berikan pendapat Mami dong, puas apa nggak bersetubuh dengan anak sendiri?" kataku.

Mami menjepit hidungku. "Dasar play boy, Mami juga kamu embat..."
 

Mami mencuci vaginanya dengan air minum dari botol sambil berjongkok.

Karena tadi aku sangat napsu dengan Mami sehingga aku tidak sempat memperhatikan vagina Mami, baru sekarang saat dicuci.

Belahan vagina yang berbentuk seperti ini () terbuka dan lubang vaginanya yang berwarna kemerahan ternganga bolong.

Sedangkan di atas pohon bambu yang tumbuh di seberang danau terlihat 2 ekor monyet sedang mengunyah daun bambu muda tertawa terkekeh menunjukkan giginya seolah mentertawakan aku dan Mami sama dengan mereka yang hidup incest.

Aku ingin melempar mereka dengan batu, tetapi Mami menyuruh jangan.

Selesai mencuci vaginanya dan dengan binalnya Mami menyuruh aku menyetubuhinya sekali lagi dengan posisi Mami nungging telanjang bulat di atas lembaran plastik.

Aku terima tantangan itu dengan pikiran yang binal juga, biar Mami hamil walaupun usia Mami sudah 45 tahun asal ia masih menstruasi dengan lancar, pasti ia hamil!

Aku masukkan penisku ke lubang vagina Mami dari belakang, bleesss... tanpa kudiamkan lagi terus kuguncang-guncang lubang itu, kusodok-sodok... kutikam-tikam dan ketika tertikam rahimnya, masih berseru, "...adduu...uuhh... nikmat sekali, Jooo...ooo..."

Bagaimana aku tidak semakin napsu padanya? Pada saat ia bersetubuh muncul kebinalannya... aku sungguh-sungguh tidak bisa menghentikan persetubuhan incest ini meski sudah kembali ke rumah.

Kalau beberapa bulan kemudian Mami membawa perut besarnya membeli sayur di luar bergabung dengan para ibu-ibu, perut besar Mami tersebut adalah hasil perbuatanku.

Pada waktu Mami melahirkan, para tetangga datang ke rumah sakit bersalin menjenguk Mami, mereka melihat wajah bayi Mami, mereka pasti memuji aku, "Wah... Wik, bayimu wajahnya persis Jojo, ya..." tapi mereka tidak pernah tau kalau bayi itu hasil hubungan iscestku dengan Mami.

Sesstt... tolong jangan diviralkan ya, nanti aku bisa berurusan dengan aparat keamanan
(@bc_022024)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd