Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT

Status
Please reply by conversation.
karena di tempat yang bayar sudah episode 34 maka di sini sudah bisa update lagi

*
*
*

BAB. 10 Lolos Dari jurang Maut

Andini sang Bidadari Hati Beku yang melompat ke dalam jurang melihat muridnya Sadawira dan Telasih meluncur cepat mendekati dasar jurang. Pendekar wanita berjuluk Bidadari Hati Beku itu mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk bisa menyusul mereka namun muridnya dan gadis itu lebih dulu terhempas ke dalam sungai di dasar jurang itu. Andini baru bisa sampai di dalam sungai beberapa saat kemudian dan melihat Telasih berjuang melewati pusaran air yang sangat kuat seolah menghisap benda-benada yang melewatinya. Andini dengan cepat berusaha mendekati mereka namun dia harus menerima kenyataan bahwa Sadawira dan Telasih telah tertelan oleh pusaran air itu. Andini meluncur menuju pusaran air itu agar ikut terhisap namun dia tidak melihat lagi tubuh Sadawira dan Telasih.

Andini sangat panik karena mengingat keselamatan muridnya. Dia sudah sangat menyayangi muridnya itu lebih-lebih karena mereka sudah beberapa kali berhubungan badan. Tapi rasa sayang Andini bukan semata-mata karena itu, tetapi dia sudah mulai mencintai muridnya itu seperti cinta seorang wanita kepada laki-laki.

Setelah bersusah payah bertarung melawan pusaran air Andini mendapati dirinya telah berada disebuah goa dan Andini merasa sangat lelah sekali hingga dia tertidur dengan pakaian basah kuyup.

***

Ki Semar Mesum diam-diam bersyukur dalam hati karena musuh-musuhnya telah jatuh kedalam jurang. Dia tidak perduli meski mereka masih bisa selamat di dasar jurang itu. Karena kalau tidak demikian belum tentu pertarungan ini berakhir dengan kemenangan dipihaknya. Bahkan ketika dia merasakan kibasan tangan gadis cantik berbaju biru tadi Ki Semar Mesum mau tidak mau harus mengakui kesaktiannya jauh dibawah gadis itu. Apalagi dia sampai terhempas menghantam lereng gunung. Bahkan dia sempat jadi bulan-bulanan gadis itu sebelum dengan licik Ranggawuni menghantam Sadawira yang mereka tahu telah lumpuh.

Ki Semar Mesum baru menyadari bahwa ternyata di rimba persilatan masih banyak pendekar-pendekar yang tak dia kenal yang memiliki ilmu sangat tinggi. Bahkan Ki Sancaka yang telah dia bunuh tadi kalau seandainya bertarung satu lawn satu belum tentu dia bisa membunuhnya. Dia makin bersemangat untuk lebih sering menyedot tenaga dalam dan kesaktian tokoh papan atas meski harus dengan cara pengecut dan licik sekalipun.

Ki Semar Mesum dan rombongan sebenarnya hendak melanjutkan perjalanan mencari tokoh-tokoh pendekar yang menjadi musuh istana untuk dihabisi sekaligus menyedot kesaktian dan tenaga dalam mereka. Hanya dengan cara itu dia bisa meningkatkan ilmunya dengan cepat. Namun melihat dia sudah banyak kehilangan anak buah maka dia harus kembali ke istana untuk menambah pasukannya. Dia juga harus kembali menghimpun tokoh-tokoh persilatan yang mau bekerja sama dengannya untuk diajak membasmi kaum pendekar yang memusuhi istana. Dia butuh bantuan orang-orang sakti agar mudah menaklukan pendekar yang kesaktiannya lebih tinggi seperti Bidadari Hati Beku dan gadis berbaju biru tadi.

***

Sebenarnya Telasih yang bisa berenang tidak akan kesulitan kalau hanya tercebur kedalam sungai meski dia berarus deras dan memiliki pusaran air seperti yang sekarang dihadapinya. Namun dia bersama Sadawira dan dia merasa harus menyelamatkan anak muda yang lumpuh itu. Apalagi pusaran air yang ini terasa begitu kuat menyedot tubuh mereka berdua. Telasih hanya bisa menahan tubuh Sadawira agar tidak terlepas dari genggamannya. Ketika Telasih dan Sadawira berhasil meloloskan diri dari pusaran air mereka mendapati diri mereka telah berada di dalam sebuah gua.

Mereka hanya bisa melihat mulut gua itu sudah tertutup oleh bongkahan batu yang besar yang entah kenapa bergeser dan langsung menutup gua, jadi pintu gua itu telah tersumbat menjadi buntu, sekilas mereka tidak melihat ada jalan keluar yang lain selain yang telah tertutup batu itu.

“Guru,,,guru ! Di mana kau?” Teriak Sadawira.

Suara Sadawira hanya menghasilkan gema didalam gua yang luas ini. Sadawira sedih harus berpisah dengan gurunya yang sangat dia sayangi meski dia telah pulih ingatannya. Dia teringat ketika pertama bertemu dengan gurunya saat di rumah makan. Andini sang Bidadari Hati Beku dengan bengis menebas leher dua lelaki mesum yang menggodanya. Sadawira yang lugu ingat saat itu dia sok jagoan hendak menantang Bidadari Hati Beku. Untung saat itu Wanita cantik yang terkenal kejam itu tidak melayanai tantangan Sadawira.

Telasih mencari-cari jalan keluar agar mereka bisa pergi dari dalam goa. Untung goa ini masih ada cahaya masuk. Di ujung lain gua ini ada sebuah lubang besar di bagian atas gua yang dari tempat itu bisa terlihat langit dan lubang itulah yang memberi sedikit cahaya di dalam gua ini. Tetapi sebagian besar gua ini terlihat remang-remang.

“Pintu gua tersumbat oleh batu besar itu Sadawira. Padahal itulah satu-satunya jalan keluar!” ujar Telasih.

“Aku mencemaskan guruku.” Sahut Sadawira.

“Kamu tidak usah khawatir. Guru kamu mampu menghajar mereka semua!”

“Tapi ... “

“Kamu tenang saja. Kita pikirkan dulu bagaimana kita selamat dari gua ini.”

Telasih mengerahkan tenaga dalamnya kemudian dia memukul batu yang menutup pintu gua ini tapi batu itu laksana sebuah batu karang yang kokoh, sedikit pun tidak bergerak meski Telasih menggunakan sepenuh tenaga dalamnya.

Kini tinggal sebuah lubang di atas sudut gua ini yang bisa diharapkan jadi jalan keluar lain, tapi lubang yang lebarnya sekitar tiga tumbak itu ujungnya sangat jauh di atas sana. Andai Telasih mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dia hanya akan bisa menjangkau setengah tinggi lubang itu. Apalagi dia harus membopong Sadawira. Kalau saja dia hanya seorang diri dia bisa melompat zig-zag kiri kanan dari bawah agar terus bisa sampai di atas. Namun tentu saja sangat tidak baik meninggalkan Sadawira begitu saja meski lelaki muda itu baru saja dikenalnya.

Telasih terus memikirkan cara untuk meloloskan diri dari goa ini. Karena Kalau tidak bisa keluar mereka tidak memiliki sesuatu yang layak untuk di makan di tempat ini. Hewan yang ada di dalam goa ini palingan hanya tikus atau katak. Sangat menjijikan bagi Telasih kalau sampai harus makan kedua binatang itu.

Berkali-kali Telasih hantamkan pukulan bertenaga dalam yang hebat dan batu yang menutup pintu goa itu tidak juga bergeser. Hanya menimbulkan goncangan yang membuat susanan dalam goa seakan terjadi gempa besar. Sebuah hantaman terakhir mengakibatkan salah satu bagian dinding goa runtuh. Nampak terbukalah semacam lorong yang memberi harapan bagi Telasih dan Sadawira.

Demikianlah, maka dengan cepat Telasih membopong tubuh Sadawira. Dia merasa lorong yang akan mereka lalui ini akan menjadi jalan keluar. Setelah berjalan berapa lama Telasih merasa mereka seperti berkelok-kelok kadang ke kiri kadang ke kanan, semakin jauh semakin naik ke atas. Dalam hati dia berharap telah menuju keluar goa hanya saja karena gelap belum terlihat kalau mereka sudah sampai di mana.

Tak lama jalanan menjadi lebih sulit dilalui, kini mendaki dengan posisi yang mereka lalui sangat curam. Syukur ilmu Telasih sangat tinggi, maka dia tidak sampai terpeleset, jika orang Iain, tentu sejak tadi sudah jatuh. Apalagi dia berjalan sambil membopong tubuh Sadawira yang lebih besar dari tubuhnya.

Sesudah berjalan mendaki agak lama, akhirnya Telasih merasakan bahwa tempat dia berjalan mulai terasa rata. Tapi lama kelamaan jalan yang dilalui malah menurun hingga kakinya tanpa sadar terasa pula menginjak tempat becek. hanya rasa basah itu semakin banyak hingga akhirnya terdengar suara gemerciknya air, lalu betis Telasih pun terendam dalam air. Tidak hanya begitu, makin jauh air makin dalam, dari betis bertambah sampai paha, dari paha terus perut dan per-lahan-lahan naik lagi sampai setinggi dada.

Dalam pada itu, mendadak Telasih merasakan kaget karena dipinggulnya ada sesuatu yang keras. Telasih terkejut karena itu adalah milik Sadawira. Meski dia sudah lumpuh tetapi kemaluannya bisa mengeras.

Telasih menjadi malu sendiri karena diam diam dia terangsang oleh kemaluan Sadawira yang dia yakin sangat besar dibanding dengan milik gurunya Dewa Maut dan milik pemerkosa yang merenggut kehormatannya.

Dengan terus membopong Sadawira yang lumpuh Telasih berjalan dalam genangan air. Tak lama kemudian mulai terdengar suara air bergemuruh. Mungkin di ujung lorong ini mereka akan bertemu dengan sungai yang deras.

Syukur lambat laun air mulai rendah, keadaan tanah pun kini semakin tinggi, tidak lama kemudian mereka dapat berjalan tanpa gangguan air. Telasih terus berjalan sambil membopong Sadawira yang baru saja dikenalnya, makin jauh keadaan di depan sana bertambah terang, akhirnya mereka pun menemukan jalan keluar.

Tidak kepalang rasa letih Telasih, boleh dikatakan tenaganya sudah habis, apa lagi berjalan lama di dalam air sambil membopong Sadawira.

Tiba-tiba sinar matahari menyilaukan mata mereka, sekarang Telasih dan Sadawira betul-betul telah berada di alam terbuka. Bila ingat tadi terkurung di dalam gua mau tak mau Sadawira merasa ngeri pula. Apalagi tubuhnya dalam keadaan lumpuh karena ajian Penyerdot Sukma, tapi hatinya kini jauh lebih lega dari pada tadi saat masih di goa.

Telasih melepas pakaiannya yang basah. Pakaian satu-satunya karena pakaian lain ada dikantong yang tergantung di kuda tunggangannya. Entah bagaimana nasib kuda pemberian gurunyanya itu. Kini Telasih yang sangat cantik itu terlihat telanjang bulat dihadapan Sadawira yang lumpuh. Dia tidak merasa perlu untuk malu pada lelaki yang lumpuh. Sejak mengalami pemerkosaan dan juga hidup dengan gurunya maka dia menjadi wanita yang berpikir apa adanya. Kalau terpkasa harus telanjang mengapa harus pura-pura malu. Apalagi telanjang dihadapan orang yang cukup menyenangkan baginya. Walau baru kenal beberapa saat Telasih merasa Sadawira adalah lelaki yang menyenangkan meski dia lumpuh.

Setelah menggantung pakaiannya yang basah di ranting pohon gadis cantik itu berjalan mendekati Sadawira. Tubuh indahnya itu terlihat jelas dibawah sinar mentari sore. Payudara yang berdiri tegak dengan puting mengeras karena dingin akibat basah. Pinggul yang membulat indah dan kencang terlihat tanpa malu-malu.

“Kamu juga harus melepas pakaian kamu dik Sadawira. Karena tidak baik pakai baju basah. Mending telanjang dan bajunya dikeringkan dulu.”

“Tapi...?”

Telasih langsung melepas pakaian yang dikenakan oleh Sadawira. Lelaki muda itu malu karena kontolnya telah berdiri tegak dihadapan seorang wanita cantik yang baru dikenalnya. Wanita muda dan cantik itu terpana melihat kontol Sadawira yang berdiri gagah padahal tubuh lainnya lumpuh. Dalam keadaan bugil Telasih mengumpulkan ranting kering dan denga menggunakan kepandaiannya wanita cantik itu menyalakan tumpukan ranting kering yang segera memberi rasa hangat pada tubuh Telasih dan Sadawira.

Setelah menyalakan api Telasih dengan gesit bergerak melesat ke arah batu batu yang menonjol di tengah sungai kemudian dia menggunakan sepotong ranting yang cukup panjang untuk menangkap ikan. Gadis cantik itu mendapatkan berapa ekor ikan yang lumayan besar. Ketika kembali ke tempat Sadawira berbaring Telasih melihat lagi kemaluan Sadawira yang mengacung tegak. Telasih merasa jengah juga. Tapi dia berusaha menutupinya dengan bersikap seolah-olah tidak perduli dan dia segera membakar ikan-ikan itu.

“Sadawira ayo kita makan!” Seru Telasih.

“Tapi aku gak bisa menggerakan tanganku.”

“Oh iya aku lupa. Aku suapin saja kalau gitu!”

“Aku benar-benar telah menjadi orang tak berguna dan menyusahkan.”

“Kamu jangan merasa seperti itu. Kamu harus tetap semangat dik!”

Telasih menyuapi Sadawira dengan telaten. Dia mengeluarkan tulang-tulang ikan itu untuk memudahkan Sadawira memakannya.

Setelah makan keduanya tidur di atas rumput di tepi sungai dengan tanpa berpakaian sama sekali. Untuk saja ada begitu banyak ranting kering yang menyala hingga memberi rasa hangat bagi tubuh telanjang mereka berdua.

Pagi harinya mereka terbangun dan melanjutkan menyusuri tepi sungai. Telasih kembali membopong Sadawira untuk melanjutkan perjalanan. Keduanya telah mengenakan pakaian masing-masing yang sudah lumayan kering. Telasih yakin kalau terus menyusuri sungai ini akan bertemu dengan perkampungan hingga mereka bisa makan selain ikan saja. Tapi sampai siang lewat dan malam menjelang mereka belum menemukan perkampungan atau setidaknya rumah orang. Ini menandakan bahwa mereka sedang jauh dari pemukiman penduduk. Mereka masih dihutan lebat.

Telasih memutuskan untuk mandi sembari mencari ikan untuk makan malam. Dengan santai dia melepas pakaiannya di depan Sadawira. Langit senja masih memberi cahaya yang membuat Sadawira bisa melihat tubuh indah Telasih tanpa sehelai benangpun. Kembali kemaluan Sadawira berdiri tegak.

Telasih yang telah selesai mandi dan menangkap ikan kembali menyalakan ranting-ranting kering untuk menghangatkan tubuh mereka sekaligus untuk membakar ikan hasil tangkapannya. Saat mengengok Sadawira yang berbaring Telasih kembali melihat kemaluan Sadawira yag begitu gagah berdiri kokoh.

Tak terasa sudah dua hari dua malam Telasih dan Sadawira menyusuri sungai. Dan Telasih semakin terbiasa bertelanjang di depan Sadawira untuk mandi dan menelanjangi Sadawira karena memandikan pemuda lumpuh itu. Telasih juga semakin terbiasa melihat kemaluan besar Sadawira saat sedang berdiri kokoh. Hingga akhirnya Telasih tiba–tiba teringat sesuatu yang menurut dia bisa membantu Sadawira.

“Sadawira aku yakin kamu masih bisa disembuhkan.” Kata Telasih dengan senyum indahnya menatap wajah Sadawira yang malu-malu.

“Kak Telasih bisa tahu darimana kalau aku masih bisa sembuh?”

“Punya kamu masih bisa berdiri seperti itu berarti ada harapan untk sembuh.”

“Ih kak Telasih bicara seperti itu aku jadi malu!”

“Kenapa malu. Kamu harusnya senang punya kamu masih bisa berdiri seperti itu. Semoga tubuh kamu yang lain akan kembali sembuh. Yang penting kamu harus yakin dan terus semangat.”

“Emang kakak yakin aku bisa sembuh?”

“Yakin.... dan aku tahu caranya!”

“Tahu caranya?”

“Iya tapi aku tak tahu apa kamu mengerti dan mau melakukan cara yang aku maksud.”
"Cara apa itu kak?"
"Cara yang cukup sulit karena dia harus benar-benar dilakukan secara bersama!"
"Iya kak tapi apa itu?"
"Susah menjelaskannya , tapi ini satu-satunya cara."
"Ya aku bingung juga kalau begitu!"

Bersambung.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd