Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT

Status
Please reply by conversation.
Update lagi sekalian mohon dukungan untuk cerita ini di lapak sebelah sudah episode 42


BAB. 14 PERTEMUAN DENGAN YANG LAMA DAN PERPISAHAN DENGAN YANG BARU


Sadawira dan Telasih terlibat pertengkaran kecil karena perkara cemburu. Telasih curiga Sadawira menjalin kasih dengan Andini gurunya bahkan sampai berpikir kalau pasangan guru murid itu mungkin sudah berhubungan badan. Kecurigaan itu berdasar pengalamannya sendiri yang bersebadan dengan gurunya. Juga karena cara Sadawira bercinta yang seperti sudah sangat mahir untuk memuaskan wanita. Tapi pertengkaran itu berakhir di sebuah kali kecil. Mereka sepakat mandi bersama karena hari sudah sore.

Tanpa sungkan Telasih terjun terjun ke kali yang jernih itu, setelah dia menangalkan semua pakaiannya dan membuangnya kepinggir kali. Sadawira ikut melepaskan pakaiannya hingga bugil. Kali itu tidak telalu dalam dan arusnya juga tidak begitu deras.

Terlihat bagaimana bentuk tubuh Telasih dengan payudara dan bokongnya sangat indah di suasana senja menjelang malam.

Sadawira dengan cepat terjun ke kali menyusul istrinya. Setelah berenang kesana-kemari Sadawira menarik Telasih dan mencium tangannya perlahan. Selanjutnya lelaki muda itu mencium bibir istrinya. Keduanya kemudian saling bercumbu di tengah kali.

“Ssstthh…, aahh…, Ooomm…, aahh…”, erangan Telasih terdengar lirih, dia mulai terbuai birahi. Apalagi saat jemari Sadawira bermain di selangkangannya. kemaluannya telah benar-benar sangat terangsang .

Setelah Sadawira merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu. Dia mengangkat tubuh istrinya ke sebuah batu besar di tepi kali. badannya ditundukan ke bawah di antara kedua kaki telasih yang terkangkang. Kepala Sadawira berada tepat di atas kemaluan Istrinya dan Sadawira dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkangan Telasih, kedua paha mulus istrinya itu dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamnya seperti menjepit kepala Sadawira.

“aa…, Sadawira…!”Telasih mendesah, walaupun lidah Sadawira terasa lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat kemaluan Telasih dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Sadawira menjilati habis-habisan bibir kemaluan istrinya, lalu lidahnya masuk ke dalam lubangnya, dan menari-nari di dalam kemaluan istrinya itu. Lidah Sadawira mengait-ngait ke sana-ke mari menjilat-jilat seluruh dinding liang nikmat itu. Tentu saja Telasih makin menjadi-jadi, badannya menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tangannya mencoba mendorong kepala Sadawira dari kemaluannya. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Sadawira terus melakukan aksinya dengan ganas. Telasih hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.

“aahh…, Sadawira…, jaangan…, jaanggann…, teeerruskaan…, ituu…, aa…, aaku,., geellii…, aku tidakkk…, tahaann…, aahh!”.

Telasih menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat ke sana-ke mari antara mau dan tidak biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badannya. Telasih emmang sangat tidak tahan bisa dijilati di bagian kemaluannya. Namun Sadawira dengan kuat memeluk kedua paha di antara kepalanya, sehingga walaupun Telasih menggeliat ke sana-ke mari, namun Sadawira tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Sadawira benar-benar membuat Telasih bagaikan orang lupa daratan, kemaluannya sudah benar-benar banjir dibuatnya, hal ini membuat Sadawira menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot kemaluan istrinya. Cairan lendir kemaluan Telsih bahkan disedot Sadawira habis-habisan. Sedotan Sadawira di kemaluan Telasih sangat kuat, membuatnya jadi semakin kelonjotan.

Kemudian Sadawira sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir kemaluan Telasih, lalu di sorongkan sedikit ke atas. Rupanya Sadawira mengincar kelentit Telasih. Dia menjulurkan lidahnya, lalu dijilatnya biji kemaluan istrinya itu.

“aahh…”, tentu saja Telasih menjerit keras sekali karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatnya. Sadawira malah terus menjilati kelentit istrinya sambil dihisap-hisapnya.

“aa…, owh…, aauuhh…, aahh!”, jeritan Telasih semakin menggila. Tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam kemaluannya, seperti mau kencing, dan dia tak kuat menahannya, namun Sadawira yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot kelentitnya dengan kuatnya.

“Ooowhhh…, aa!”, tubuh Telasih terasa tersengat kuat, seluruh tubuhnya menegang, tak sadar dia menjepit dengan kuat kepala Sadawira dengan kedua pahanya. Lalu tubuhnya bergetar hebat bersamaan dengan keluarnya cairan kenikmatan dari liang kemaluannya. Sadawira tidak menyia-nyiakannya disedotnya dan dihisapnya seluruh cairan kemaluan istrinya.

Sesaat kemudian tangan Telasih menarik tubuh suaminya keatas. Sadawira mengerti bahwa Telasih sudah tidak tahan untuk merasakan kemaluannya dihujami kejantanannya. Sadawira menyejajarkan tubuhnya diatas tubuh Telasih dan mulai mengarahkan kejantanannya ke mekek istrinya. Karena tidak sabar Telasih ikut menarik kejantanan Sadawira ke arah kemaluannya. Saat kejantanan Sadawira menyentuh bibir kemaluan istrinya, terasa sudah sangat basah disana. Telasih sudah benar-benar sangat terangsang. Sadawira mendorong kejantanannya perlahan. kemaluan istrinya terasa masih peret. Ya walaupun sudah tidak perawan ketika mereka pertama kali bersetubuh, tapi kemaluan Telasih masih sangat kencang karena dia belum pernah punya anak, sehingga kemaluannya masih terasa kuat mencengkram.



Sadawira mulai memaju mundurkan kejantanannya, menimbulkan gesekan-gesekan nikmat antara kedua kelamin mereka. Dia mulai makin gencar menusukkan kejantanannya. Telasih hanya melenguh pasrah sambil menutup matanya menikmati kejantanan suaminya mengobok-obok kemaluannya.

“owh... terus..., terus....ahhhh..” ceracau Telasih menikmati tusukan kejantanan Sadawira di kemaluannya.



Kemudian Sadawira mengangkat kedua kaki Telasih kepundaknya sambil meneruskan tusukannya. Dengan posisi ini Sadawira lebih mudah mengatur irama tusukannya. Kadang-kadang dia menusuk perlahan, tapi kemudian tiba-tiba dia menusuk dengan cepat. Kadang-kadang lurus, tapi kemudian dia menusuk sisi-sisi kemaluan istrinya yang bisa terjangkau. Telasih cuma bisa berteriak-teriak keenakan.

“Owh.... auh..oahhhs..” lenguhnya keenakan.



Kemudian Sadawira membangunkan tubuh Telasih dan merubah posisi sehingga Telasih ada diatas sedang dia terlentang. Mengerti posisi yang Sadawira inginkan Telasih langsung menggerakkan pinggulnya dengan liar sambil tangannya bertumpu pada dada suaminya. Tangan Sadawira yang bebas meremas-remas payudara istrinya, menambahkan sensasi buat Telasih.

“Akh…Akh…Akh…” Telasih berteriak agak melengking menikmati gesekan nikmat di kemaluannya.

Tiba-tiba tubuh Telasih bergetar, Telasih telah mencapai puncak kenikmatannya. Tubuhnya kemudian jatuh ketubuh Sadawira. Sadawira yang belum sampai membalik tubuh Telasih sehingga tubuh Telasih dibawah sedang dia diatas.

“Sebentar ya sayang, aku juga dah dikit lagi” kata Sadawira ke Telasih yang masih menikmati sisa-sisa kenikmatannya.

“Iya sayang, teruskan aja, masih enak kok” kata Telasih.

Sadawira mulai lagi goyangan dan tusukan kejantanannya ke kemaluan istrinya. Telasih masih melayani dengan menggerak-gerakkan pinggulnya walau tidak sehebat sebelumnya.

“Sayang aku mau keluar” kata Sadwira. Telasih memeluk suaminya makin erat.

“Arghhhhh...”

Akhirnya Sadawira menumpahkan cairan nikmatnya dalam kemaluan Telasih. Cret..cret..cret sampai 6 kali dia memuntahkan maninya ke kemaluan Telasih. Istri Sadawira itu merasakan cairan hangat sudah mengalir dikemaluannya perlahan mengendurkan pelukannya. Sadawira bergeser untuk berbaring disebelah Telasih. Kemudian keduanya berbaring kelelahan di atas batu kali yang besar itu.

***

“Ibu dan ayahmu sudah hampir setahun meninggalkan rumah ini nduk.”

“Apa yang terjadi?”

“Mereka pergi mencarimu dan sampai sekarang belum kembali.”

Itulah percakapan Telasih dengan tetangganya saat dia sampai di rumahnya. Dia menemukan rumahnya telah sepi tanpa penghuni. Telasih sangat sedih karena mengingat kedua orangtuanya itu pergi karena mencarinya. Di aterus berusaha mencari kabar orang tuanya dari wanita tua tetangganya itu.

“Apa nyi Warsih tidak punya kabar kalau kedua orang tuaku ada di mana?” tanya Telasih cemas.

“Aku pernah dengar mereka sudah tinggal di kotaraja.” Sahut nyi Warsih tetangga Telasih.

“benarkah itu nyi?”

“Aku dengar dari ki Pardi yang bulan lalu pergi ke kotaraja. Coba tanya dia.”

Telasih cukup kaget mendengar nama ki Pardi. Karena lelaki itu adalah ayah dari Barda kekasihnya beberapa waktu lalu yang rencananya akan menikahinya sebelum Telasih diperkosa oleh lelaki yang tak dikenalnya. Dia merasa tidak enak hati untuk bertemu keluarga ki Pardi apalagi anaknya Barda. Mereka tentu kecewa bahkan marah karena rencana pernikahan itu batal tanpa alasan.

Sebenarnya Telasih menyukai Barda. Tapi pemerkosaan itu membuat dia merasa tidak pantas untuk lelaki itu. Apalagi setelah dia begitu mudahnya menerima ajakan bersetubuh dari gurunya sampai berkali-kali. Tapi dalam hatinya ada perasaan rindu dan bersalah pada Barda. Dia merasa kasihan pada lelaki yang dulu begitu ingin merasakan tubuhnya tapi selalu dia tolak dengan alasan takut dan hanya mau melakukannya setelah menikah.

Bagaimana kabarnya sekarang dan apa dia masih menantikannya atau dia sudah melupakannya dan memiliki pasangan baru, Telasih geleng-geleng kepala mencoba mengusir pikiran soal Barda dari kepalanya. Karena dia kini sudah bersuami.

Telasih memutuskan untuk segera pergi ke rumah keluarga ki Pardi yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Tapi dia meminta Sadawira untuk istirahat saja di rumahnya.

“Kamu di sini dulu ya sayang aku mau menemui ki Pardi.”

“Kenapa tidak sama sama saja!”

“Tidak perlu Cuma dekat juga. Lebih baik kamu istirahat dulu. Kamu kan capek kemarin bikin aku lemes.”

“Kan sama-sama lemes.”

“Iya tapi kamu yang kerja keras.”

“Ya sudah terserah kamu saja.”

“kalau mau tiduran sekalian di kamar depan ya.”

“Baiklah sayang.”

Telasih dengan segala beban pikiran dikepalanya melangkahkan kaki menuju ke kediaman ki Pardi. Jaraknya sekitar 300 tombak dari rumahnya. Sepanjang jalan menuju rumah mantan kekasih hatinya Telasih terus memikirkan bagaimana dia bersikap di depan keluarga ki Pardi dan terutama bersikap di hadapan Barda. Juga bagaimana sikap keluarga itu terhadap dirinya. Dia juga memikirkan suaminya Sadawira. Mengingat kembali bagaimana dia memutuskan begitu saja untuk menikah dengan lelaki itu demi untuk menyembuhkannya.

Telasih ingat dia terpikir untuk menolong Sadawira karena melihat bahwa kemaluan lelaki itu masih bisa berdiri kokoh. Kemudian dia juga ingat ilmu yang di pelajarinya dari kitab pusaka Dewa Angkara. Cara menyalurkan tenaga dalam dari perempuan ke laki-laki. Dia memang mempelajari itu dengan seksama karena berpikir kelak dia akan punya suami dan ingin agar suaminya bisa memiliki tenega dalam tingkat tinggi. Sampai akhirnya dia berpikir kasihan juga pemuda ini kalau dia yang punya peluang untuk menyembuhkannya hanya mebiarkan saja.

Penyaluran tenaga dalam tingkat tinggi lewat penyatuan tubuh adalah cara yang sangat cepat dan memang kalau berhasil sungguh hebat akibatnya. Selain tenaga dalam akan sama dengan yang menyalurkan juga beberaapa titik jalan darah di tubuh orang yang disalurkan akan terbuka dan memudahkan dia untuk menguasai jurus-jurus dalam kita pusaka dewa angkara dan bahkan jurus-jurus kesaktian lain yang dipelajari juga akan menjadi mudah dan lebih hebat hasilnya. Tapi penyatuan hanya bisa dilakukan sekali. Dewa Maut telah menyalurkan ilmunya lewat penyatuan kepada Telasih maka dia sudah tidak bisa lagi melakukannya lagi terhadap siapapun. Demikian juga Telasih dia telah menyalurkan ilmunya kepada Sadawira maka diapun tidak bisa melakukannya lagi dengan orang lain.

Saat ini pemilik tenaga dalam tingkat tinggi dari kitab pusaka Dewa Angkara yang bisa menyalurkan tenaga dalamnya lewat penyatuan tubuh setelah Dewa Maut dan Telasih tidak bisa lagi hanya tinggal Sadawira seorang. Tapi Sadawira tidak akan bisa melakukannya karena dia tidak mempelajari caranya karena Telasih tidak mengajarkannya. Telasih memang tidak mempelajari cara lelaki melakukan penyaluran karena tidak ada gunanya untuk dia seorang perempuan. Hanya dengan membaca kita Pusaka Dewa Angkara Sadawira baru bisa mempelajarinya. Tapi kitab itu ada ditangan Dewa Maut.

Telasih berpikir seandainya dia memusnahkan bagian-bagian dari kitab pusaka Dewa Angkara sebelum berpisah dengan gurunya tentu akan membuat ilmu penyatuan tubuh untuk menyalurkan tenaga dalam akan musnah dan kitab Pusaka Dewa Angkara hanya akan bisa dipelajari dan dikuasai kalau berlatih puluhan tahun. Sehingga meski kitab pusaka itu jatuh ketangan orang lain dan setelah orang itu puluhan tahun menguasai semua jurus berbahaya dari kitab itu tidaklah nanti dia akan menyalurkan ilmunya dengan penyatuan tubuh yang bisa dengan cepat membuat orang lain menjadi sangat sakti.

Karena memikirkan berbagai hal itu tak terasa Telasih telah sampai di depan rumah ki Pardi. Rumah sederhana itu tampak sepi dan pintunya tertutup.

“Sampurasun!” Telasih mengucapkan salam.

Tak ada jawaban dari rumah itu. Telasih kembali mengucapkan salam hingga beberapakali sembari mengetuk pintu rumah. Tetap saja tidak ada jawaban. Kemana orang-orang ini, batin Telasih. Mungkin mereka sedang bekerja di sawah atau di ladang pikirnya.

“Telasih...”

Terdengar tiba-tiba ada yang memanggil namanya. Telasih berbalik menegok ke arah sumber suara. Suara yang sangat dikenalinya. Dari kejauhan nampak berjalan mendekat seorang pemuda tampan.

“Barda...!”

Telasih dengan beragam perasaan menyebut nama mantan kekasihnya itu. Dia menatap wajah lelaki itu ada rasa rindu yang sulit dia ucakan. Telasih berusaha mengusir rasa itu karena ingat dia telah bersuami.

“Akhirnya kau kembali juga!”

Barda mendekati Telasih dan langsung memeluknya. Telasih yang tidak menyangka Barda akan memeluknya hanya bisa terdiam dan membiarkan lelaki itu melakukannya.

Setelah puas memeluknya Barda menatap Telasih dengan tatapan penuh rasa rindu dan cinta. Telasih jadi ikut hanyut dalam rasa yang sulit dia hindari. Barda kemudian mengajak Telasih masuk ke dalam rumahnya dan melanjutkan percakapan mereka.

“Kenapa kamu pergi ? Tega sekali kamu melakukan itu padaku.”

“Aku tidak bermaksud untuk pergi darimu tapi.”

“Tapi apa? Kenyataan kamu pergi disaat kita akan menikah.”

“Aku... sulit aku ceritakan... tapi aku mengalami hal yang buruk!”

“Hmmmm... kalau kamu memang cinta padaku meski ada masalah kamu harus ceritakan bukannya kamu pergi begitu saja.”

“Aku tidak sanggup menceritakannya padamu saat itu.”

“Mengapa begitu? Bukankan aku kekasihmu calon suami kamu kenapa kamu tidak mau cerita.”

“Aku diperkosa....”

Telasih tidak melanjutkan kata-katanya karena kembali melintas dikepalanya perkosaan orang tak dikenal yang begitu mudah menggahinya dan pergi begitu saja. Barda nampak kaget mendengar ucapan Telasih.

“Kamu diperkosa kemudian menghilang?”

“Iya mana mungkin aku punya harga diri untuk terus melanjutkan rencana pernikahan setelah aku ternoda.”

“Keparat siapa bajingan yang melakukan itu!’ Ucap Barda dengan kemarahan yang meluap.

“Aku tidak kenal, tapi setelah itu aku merasa ingin bunuh diri. Saat itu tiba-tiba ada lelaki tua menculik aku dan membawa aku pergi. Dia seorang pendekar dan menjadikan aku muridnya.”

“Andai kau berterus terang aku tetap akan menerimamu apa adanya karena aku cinta padamu.” Ucap Barda dengan penuh perasaan menatap Telasih yang terlihat makin cantik.

Telasih benar-benar merasa bersalah pada mantan kekasihnya itu. Tapi semua sudah terlanjur. Dia sudah menikah dengan Sadawira meski pernikahan mereka hanya mereka lakukan sendiri tanpa ada pengesahan dari siapapun.

“Tapi sukurlah kau sudah kembali jadi kita bisa melanjutkan rencana pernikahan kita sayang.”

Kata Barda sambil kembali memeluk Telasih yang kembali tidak bisa menolaknya. Dia juga tidak sangggup untk mengatakan bahwa dia kini telah menjadi milik orang lain. Bahkan Telasih tidak sanggup menghentikan Barda yang telah mencium bibirnya. Sesuatu yang sering dilakukan mereka dulu sebelum Telasih menghilang. Barda selalu ingin lebih dan Telasih yang juga ingin selalu berusaha mengusir keinginan itu dan berhasil. Tapi kini Barda kembali menciumnya dan Telasih yang sudah bukan gadis perawan lagi merasa untuk apa lagi melarang Barda memenuhi hasratnya.

Malah kini Telasih menyeret Barda masuk kedalam kamar dan menutup kamar itu. Lidah mereka saling membelit. Telasih yang menahan rindu dan hasrat kepada kekasihnya itu melampiaskan rasa rindunya dengan sepenuh hati. Persetan dengan yang lainnya. Kini dia akan memberi kenikmatan pada kasih hati yang dia rindukan.

Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk saling menelanjangi. Barda sangat terpesona melihat tubuh molek Telasih. Dia tidak perduli meski kekasihnya itu sudah tidak perawan lagi. Karena yang penting baginya bahwa Telasih begitu cantik dan tubuhnya begitu indah untuk apa lagi dia menuntut keperawanan.

“Owh,,,owuh...!” Telasih merintih nikmat ketika kejantanan Barda yang keras dan lumayan besar telah berhasil masuk ke kemaluannya.

“Telasih kemaluanmu owhhh. Akhirnya aku bisa merasakannya..nikmat sekali sayang!’

“kejantananmu juga nikmat sayang..” Telasih seakan lupa diri.

Telasih yang sudah berpengalaman dalam persetubuhan menikmati tubuh Barda yang masih lugu namun perkasa karena smpai sejauh ini kejantanannya tetap kokoh meski jepitan kemaluan Telasih terus meremas-remas kejantanannya.

Meski dimabuk birahi kepekaan Telasih sebagai seorang berilmu silat tinggi merasakan mendekatnya orang yang menggunakan ilmu meringankan tubuh. Dia sudah makin mendekati rumah yang sedang jadi ajang persenggamaan antar dua insan yang saling melepas rindu. Tapi Telasih memilih untuk menuntaskan dulu hasrat birahinya. Dia berbalik menunggangi Barda yang terlentang.

“Owh...ouhh Barda.... kejantananmuhhhhh...arghhhh!”

Telasih menjerit nikmat setelah menemukan puncak kenikmatannya. kemaluannya memancurkan cairan dengan deras menerpa kejantanan Barda yang masih terjepit dalam kenikmatan. Akhirnya Bardapun memuncratkan air maninya setelah Telasih mencabut kemaluannya. Semburan mani Barda menerpa tubuh telanjang Telasih.

Tiba-tiba terdengar suara yang dikeluarkan dengan menggunakan tenaga dalam dari luar rumah.

“Telasih ternyata ini tujuanmu datang kesini!”

“Sadawira....!” teriak Telasih.

“Siapa itu sayang?”

Telasih menyambar pakaiannya dan memakainya dengan cepat. Barda kebingunga dan ikut memakai pakaiannya.

“Sadawira aku bisa jelaskan!”

“Tak perlu aku mengerti dia lelaki sejatimu. Teruskan dengan dia aku pergi. Terima kasih atas segalanya!”

“Tunggu Sadawira!”

Telasih hendak menyusul Sadwira tapi lengannya ditahan oleh Barda. Sebenarnya mudah saja bagi Telasih untuk melepaskan diri Barda dan menyusul Sadawira, tapi dia hendak mengetahui keberadaan orangtuanya dari keluarganya Barda.

“Siapa lelaki itu?” tanya Barda.

“Maaf Barda, aku tidak sempat menjelaskan padamu!”

“Dia kekasihmu yang baru?”

“Dia... dia...iya dia kekasih baruku. Aku minta maaf!”ujar Telasih berbohong.

“Hmmmmm ... dia sudah melihat kamu denganku. Biarkan saja dia pergi. Kita lanjutkan rencana pernikahan kita.”

“Aku...aku...hmmmm... aku mau menikah setelah bertemu ayah dan ibuku.”

“Ibumu ada di istana kerajaan, ayahmu entah dimana.”

“Haaaa..... Di Istana? “Telasih kaget mendengar kata-kata Barda.

“Ibu kamu ditangkap oleh pasukan istana. Mereka menangkap wanita-wanita cantik entah itu masih gadis atau sudah bersuami.”

Telasih sangat marah mendengar kabar itu.

“Keparat?”

***

Sadawira melesat dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya meninggalkan Telasih dengan lelaki yang tak dikenalnya. Dia mendengar dari jauh suara persetubuhan mereka dan sebenarnya hendak menghajar mereka saat sedang bersetubuh. Tapi dia ingat bahwa Telasih telah berjasa menolong dan menyembuhkannya dari kelumpuhan. Dia dengan segala kekecewaannya memilih untuk meninggalkan Telasih dan menjauh darinya sedapat mungkin. Padahal Sadawira mulai menerima Telasih karena wanita cantik telah mampu meluluhkan hatinya.

Begitu mudahnya Telasih memberikan tubuhnya bagi lelaki lain membuat Sadawira sangat kecewa dan sakit hati. Dari kata-kata yang keluar dari mulut mereka saat bersetubuh yang didengar dia jadi tahu bahwa lelaki iu bernama Barda dan merupakan kekasihnya d masa lalu. Sadawira dengan geram hantamkan pukulan bertenaga dalam tinggi kesebuah batu besar di lereng bukit. Batu itu hancur berkeping-keping. Sadawira kembali melesat melanjutkan perjalanannya. Dia memutuskan untuk pergi ke gunung Lawu sembari mencari gurunya Andini sepanjang perjalanan. Dia tidak lagi menggunakan ilmu meringankan tubuh karena dia merasakan bahwa Telasih tidak menyusulnya.

Berarti wanita itu telah memilih kembali pada kekasihnya. Sadawira kembali kecewa dan sakit hati memikirkan hal itu.

Saat sedang berjalan Sadawira melihat dari kejauhan ada seorang gadis cantik berdiri sendiri di kepung oleh puluhan orang. Sebagai seorang pendekar muda yang tidak suka dengan ketidak adilan Sadawira terpanggil untuk memebantu gadis cantik itu. Sgera dengan cepat dia melesat dan telah berdiri di samping gadis itu.

“Hmmmm anak muda kamu antek dari iblis betina ini?” bentak salah seorang dari para pengepung.

“Aku bukan siapa-siapa tapi aku tidak suka melihat seorang perempuan dikeroyok oleh banyak orang seperti ini!”

“Hmmmm dasar bocak bodoh. Kamu mau jadi pahalwan kesiangan membela wanita jahat.”

“Aku tidak perduli. Yang aku lihat kalian adalah kaum pengecut yang mengeroyok wanita!”

“Sudah cukup kita habisi saja mereka berdua kalau begitu!”

Pengepung itu langsung berhamburan menyerbu bagai gerombolan tawon

Sadawira keluarkan ilmu perisai dewa perang sehingga para penyerang yang bersenjatakan pedang itu senjatanya patah dan hancur berkeping-keping. Gadis yang cantik yang berada disebelah Sadawira hanya tersenyum dan memandang kagum pada lelaki itu. Dia membiarkan Sadawira melayani para pengepungnya.

Sadawira sebenarnya bisa mengeluarkan tangan kejam pada mereka yang mengepungnya tapi karena dia tidak mengerti persoalan apa yang terjadi maka dia memilih untuk menghantam mereka dengan pukulan seadanya yang penting mereka terlempar jauh dan dia segera membopong gadis cantik itu yang hanya dia saja dan tersenyum. Sadwira melesat pergi sambil membopong gadis cantik itu.

“Kamu siapa. Kenapa bisa berurusan dengan orang-orang itu?”tanya Sadwira

“Hmmmm kamu hebat ya.” Gadis itu tidak menjawab hanya memuji Sadawira.

“Aku tanya kamu siapa namanya?”

“Hmmmm aku mau jawab kalau kamu sudah melepas pelukanmu.” Ucap gadis itu sambil tersenyum.

Sadwira sadar dia memeluk gadis itu meski mereka sudah jauh dari musuh dan tidak terdengar musuh-musuh itu mengejarnya.

Bersambung.
 
menarik ceritanya
 
Sebenarnya, aq sudah baca sampai episode terakhir. Namun demikian, tetap saja menarik dibaca lagi. Cerita ini memang sungguh bagus.
Terimakasih dah posting ulang, moga saja ada lanjutannya setelah episode terakhir yg saya baca. 🙏
terimakasih supportnya. kalau banyak yg support seperti suhu jadi semangat buat lanjut hehehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd