Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT

Status
Please reply by conversation.
BAB II. PERTUMPAHAN DARAH

Sambil mencium bibir manis gadis itu Mahesa mengarahkan kemaluannya. Perempuan cantik itu menggeliat saat merasakan ada benda tumpul yang mencoba menerobos ke dalam kemaluannya. Perasaannya begitu hancur. Dia hanya bisa menangis.

Gadis itu mencoba meronta dan bergumam tidak jelas. Tapi akrena tototkan Mahesa maka dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa pasrah saja saat Mahesa mendesakkan pantatnya mendorong kejantanannya masuk ke dalam kemaluannya.

Air mata meleleh di pipi gadis itu merasakan sesuatu telah mengoyak keperawanannya. Dia hanya bisa memejamkan mata dan menangis, kehormatan diri yang dijaga seumur hidup kini direnggut paksa oleh orang yang tidak dia kenal.

Ohh.. masuk juga akhirnya.. Mahesa mendengus lega. Gila, kemaluan gadis ini begitu seret dan menjepit batin Mahesa. .

Lalu lelaki mesum pemetik bunga itu mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, mula-mula pelan, tapi setelah beberapa saat gerakannya makin teratur, kemaluan gadis cantik itu yang masih sempit mulai licin dan lancar meskipun masih sangat menjepit. Setelah merasa bisa menguasai gadis itu Mahesa melepas totok yang dia kenakan ke gadis itu. Mahesa ingin menikmati reaksi gadis itu saat telah berhasil dia taklukan. Benar saja dorongan nafsu seksual mulai merasuki gadis itu. Hasrat naluriahnya mangalahkan akal sehatnya, diapun mengerang dan mendesah seirama gerakan kemaluan Mahesa yang menggenjot kemaluannya.

Gesekan demi gesekan yang dirasakan gadis itu memberikan sensasi luar biasa pada sekujur tubuhnya dan membuat tubuhnya mengejang serta bergerak liar. Gadis cantik itu akhirnya menikmati disetubuhi lelaki yang baru pertama kali dialaminya. Dan setelah beberapa saat gadis itu sudah tidak lagi kelihatan seperti orang yang sedang diperkosa tapi justru menikmati apa yang dilakukan oleh lelaki asing itu. Dia bahkan membiarkan saja saat Mahesa kembali menciumi bibirnya ditengah-tengah persetubuhan dalam keadaan dia tidak ditotok. Bahkan ketika Mahesa menghentikan genjotannya, secara tidak sadar gadis itu gantian menggerak-gerakkan pantatnya, dan diapun menurut saja ketika Mahesa menyuruhnya berganti posisi. Kali ini perempuan muda dan cantik itu disuruhnya nungging. Lalu dari arah belakang Mahesa kembali memasukkan kemaluannya ke dalam diri gadis itu dan kembali menyetubuhinya. Si cantik itu kali ini tidak melawan lgi, dia bahkan bergoyang seirama dengan genjotan Mahesa dengan lenguhan dan desahan penuh nikmat.

Ngaakk.. ahhkkh.. Gadis itu tiba-tiba berteriak, pada saat yang bersamaan Mahesa kembali menyodok kemaluannya kuat-kuat membuat gadis itu terlonjak.

Mahesa makin bersemangat menggenjotkan kemaluannya sampai tubuh bugil gadis muda nan cantik itu tersentak-sentak maju-mundur. Dorongan seksual dari dalam diri gadis itu terus menggelegak membuat tubuhnya mengejang kuat sekali. Dan pada saat mendekati klimaks gadis itu tiba-tiba bergerak dengan liar mengimbangi genjotan Mahesa.

“Owhhhh...owhhhh..owhhhhh..”

Perempuan muda itu merintih-rintih sambil menggeliat, tubuhnya menegang, tangannya mencengkeram punggung Mahesa dengan kuat dan kemudian perlahan mengendur lagi lalu melemas kehabisan tenaga, rupanya dia mengalami puncak kenikmatan yang pertama kali dia alami. Sementara Mahesa masih belum mencapai puncak dia membalikkan tubuh bugil gadis muda yang terengah-engah sehingga kembali terlentang di atas rumput. Bagian kemaluan gadis itu terlihat mengalirkan lendir bercampur darah segar pertanda memang masih perawan sebelum diperkosa olehnya. Mahesa lalu mengangkat kedua paha gadis itu dan membukanya lebar-lebar, dengan memegang kedua pergelangan kaki korbannya Mahesa kembali mengarahkan kejantanannya ke liang kemaluan yang nikmat itu. Gadis cantik itu menggeliat saat kemaluannya kembali dimasuki benda hangat dan keras milik Mahesa, tapi dorongan seksual sudah menguasai dirinya, gadis belia itu diam saja ketika Mahesa mulai kembali menyetubuhinya, bahkan kembali mendesah-desah penuh kenikmatan saat Mahesa menyodok-nyodokkan kemaluannya dengan segenap birahinya.

Perempuan muda ini sangat tidak berdaya menghadapi sodokan-demi sodokan Mahesa, dia memilih pasrah untuk diapakan saja oleh Mahesa, untuk di garap habis habisan dan kepasrahan itu membuat gadis ini kembali merasakan puncak kenikmatannya. Ini membuat tubuhnya kembali menegang, melihat gadis itu kembali orgasme Mahesa semakin keras saja mengenjot kemaluannya. Dia memompa habis habisan sampai gadis itu merasakan ada buih-buih mengalir disekitar kemaluannya.

“Argggghhhh. Owh... owh gadis cantik. kemaluanmu nikmat sekali. Arghhhhhhh.” teriak Mahesa, dan akhirnya semburan spermanya memenuhi rongga kemaluan sang gadis.

Wanita muda itu terkapar lemas di rerumputan, tubuhnya yang putih mulus dan indah bentuknya itu telah basah kuyup oleh keringat membuat tubuh bugil itu berkilau. Nafasnya naik turun membuat payudaranya ikut naik turun menggairahkan. Dia kembali menangis ketika menyadari apa yang menimpanya.

Mahesa yang telah mencapai kepuasan segera memakai kembali pakaiannya dan melesat kearah kudanya kemudian berlalu meninggalkan gadis cantik itu yang makin keras tangisannnya.

***

Tak terasa hari yang dinantikan tib, senja telah berganti malam. Bulan terlihat begita terang karena ini sudah malam purnama. Malam penuh ketegangan yang dinantikan oleh para pendekar. Kediaman mewah milik Ki Pawaka pendekar kesohor itu ramai dengan kehadiran para tokoh papan atas rimba persilatan.

Hampir semua tokoh sakti dan diakui oleh dunia persilatan menyempatkan diri untuk datang ke rumah Ki Pawaka. Ketua-ketua padepokan besar dan ternama ikut hadir. Ketua padepokan gunung Lawu, Ketua padepokan gunung Bromo, ketua padepokan gunung Merapi dan beberapa padepokan besar hadir. Nampak terlihat pasangan Danar dan Savitri beserta keponakan mereka Sadawira ada diantara kerumunan para pendekar yang duduk dipendopo rumah besar milik Pawaka.

Sebenarnya dalam hati kecil sang pedekar Ki Pawaka ada perasaan malu dan harga diri yang terhina dengan hadirnya begitu banyak pendekar di rumahnya. Seakan dia karena sedemikian pengecut telah mengundang semua orang agar menjaga dia dari ancaman Dewa Maut. Sebenarnya bila dia boleh memilih maka pilihannya adalah menghilangkan diri pergi sejauh mungkin dan menghadapi Dewa maut seorang diri jika memang pembunuh itu berhasil menemukannya. Tapi keadaan memaksanya untuk menerima kenyataan menghadapi musuh kejam itu dengan dibantu oleh banyak orang.

Di halaman rumah yang cukup luas dibangun panggung pertunjukan menampilkan penari-penari cantik yang menghibur para hadirin dari kalangan rimba persilatan yang memadati pekarang rumah pendekar hartawan tersebut. Sesekali beberapa tokoh muda persilatan naik panggung menampilkan jurus-jurus andalannya. Ada satu dua kali tanding saling uji ketangguhan antara pendekar-pendekar muda yang tentu saja sekedar pertarungan persahabatan tanpa saling melukai.

Tiba-tiba melesat ke atas panggung seorang lelaki paruh baya berambut panjang sebahu dengan wajah dipenuhi jambang lebat. Mengenakan ikat kepala warna merah. Wajahnya terlihat tegas dan seram. Usianya kira-kira empat puluhan tahun. Saat telah berdiri tegap di atas panggung lelaki paruh baya itu menjura ke arah para hadirin.

“Perkenalan hamba yang hina ini. Nama hamba Dewa maut!” ujar orang itu dengan suara lantang.

Bagai disambar petir semua yang hadir tercengang. Beberapa hadirin menghunus pedangnya. Bahkan ada yang langsung melesat keatas pangung menyerang orang itu. Dengan tenang lelaki itu mengibaskan tangannya kirinya menghalau beberapa orang yang menyerangnya. Tapi perbuatan dia itu meski terlihat santai tak menggunakan tenaga berelebihan tapi mengakibatkan semua penyerangnya terhempas dengan mulut memuntahkan darah.

“Dewa maut sudah hadir.”

“Dewa maut sudah hadir.”

“Dewa Maut sudah hadir.”

Teriak beberapa orang bersahutan.

Suasana menjadi hiruk pikuk sekaligus penuh ketegangan.

“Hiaaaaaaaat.”

Sebuah pekikan keras dan tajam keluar dari mulut lelaki paruh baya yang mengaku sebagai dewa maut. Akibat dari pekikan itu sungguh mengerikan. Orang-orang dengan kemampuan silat seadanya langsung terkapar dengan mulut mengeluarkan darah. Beberapa orang lainnya terhuyung kemudian langsung duduk bersila memulihkan pernapasan dan aliran darah. Beberapa saling membantu dengan meletakan telapak tangan dipunggung rekannya untuk menyalurkan hawa murni dan tenaga dalam.

Dari dalam rumah berhamburan para tokoh papan atas yang tidak terpengaruh dengan pekikan keras penuh tenaga dalam yang bisa menghancurkan jalan darah dan mengacaukan pernapasan yang dikeluarkan oleh lelaki yang mengaku sebagai Dewa Maut. Di sisi lain sang Dewa maut juga melesat menerjang ke arah para pendekar papan atas itu. Benturan hebat maha dahyat terjadilah.

Ki Wajrapani ketua padepokan Gunung Lawu yang terkenal dengan jurus pukulan Tapak Digjaya terkena kibasan tangan kanan Dewa Maut yang entah apa nama jurus pukulannya. Tokoh sepuh itu terhuyung-huyung sebelum kibasan tangan Dewa Maut berikutnya yang membuat dia terhempas menghantam dinding depan rumah Pawaka yang mengakibatkan bagian depan rumah itu hancur. Ki Wajrapani dengan susah payah hendak bangun namun kembali roboh karena angin pukulan yang keluar dari Dewa Maut sangat kencang.

Nasib yang sama juga di alami oleh Ki Sarwapalaka ketua padepokan Gunung Bromo. Dia terhempas menghantam panggung akibat pukulan dari Dewa Maut. Dia juga tumbang dan tak bisa bangkit lagi. Semetara Ki Jayataka ketua padepokan gunung Merapi dan beberapa pendekar termasuk Pawaka, Danar, Savitri dan Sadawira masih mampu melawan Dewa Maut. Bahkan Palguna pendekar belati sakti berhasil menyabetkan senjatanya hingga melukai Dewa Maut. Tapi akibatnya Dewa Maut murka hingga sebuah hantaman telak tangan penuh tenaga dalam tingkat tinggi menerpa dada Palguna hingga pendekar itu terlempar dan menghantam bagian lain rumah pawaka dan menambah kehancuran rumah itu. Nasib Palguna sendiri entah bagaimana karena semua sibuk bertarung dan menyelamatkan diri.

Beberapa pendekar lain yang ternama seperti Respati, Sadewa dan Radeya berhasil melukai tubuh Dewa Maut dan balasan untuk mereka tak kalah dari apa yang diterima Palguna, Ki Wajrapani, Ki Sarwapala. Mereka juga tumbang oleh kibasan kedua tangan Dewa Maut yang memiliki tenaga dalam tingkat tinggi. Angin pukulannya saja membuat beberapa pendekar biasa yang berada cukup jauh dari pertarungan terhuyung dengan mulut memuntahkan darah. Pekikan-pekikan tajam yang keluar dari mulut Dewa Maut juga ikut memakan korban orang-orang berkemampuan silat biasa saja. Mereka bertumbangan satu persatu bahkan ada yang langsung melayang nyawanya.

Pertempuran semakin seru dan beberapa pendekar ternama kembali tumbang tak berdaya. Sungguh hebat kesaktian Dewa Maut yang mampu melawan begitu banyak musuh. Tapi meski demikian tubuh Dewa Maut juga sudah banyak mengalami luka. Dan dia mulai terdesak hebat. Apalagi dengan masuknya seorang wanita berbaju putih dengan muka tertutup cadar. Bidadari Hati Beku melesat dari luar halaman rumah Ki Pawaka dan langsung menyerang Dewa maut yang baru saja menghempaskan Ki Pawaka hingga tewas. Ancamannya berhasil dia tunaikan. Sasaran utama telah bisa dia capai meski dilindungi begitu banyak pendekar hebat.

Sabetan pedang Bidadari Hati Beku benar-benar mengerikan. Kemampuan pendekar wanita itu dalam menggunakan senjata pedang bahkan dianggap nomor satu dikolong langit Jawadwipa ini. Konon kabarnya jika dia mencabut pedang dari sarungnya pantang untuk disarungkan kembali sebelum basah oleh darah.

Dewa maut terdesak hebat namun masih mampu memberi pukulan telak yang membuat Danar terpental jauh keluar halaman rumah Ki Pawaka setelah menerpa pagar rumah hingga hancur lebur. Sadawira juga beberapa saat terhempas dan tumbang di samping pamannya itu dalam keadaan terluka parah. Savitri telah lebih dahulu terluka parah dan sedang bersemedi memulihkan aliran darahnya di bagian lain rumah milik Ki Pawaka.

Danar mencoba bangkit untuk bersemedi ketika tiba-tiba melesat kearahnya seorang yang mengenakan caping lebar.

“Danar masih ingat aku?”

“Mahesa... Syukurlah. Tolong keponakanku terluka parah!”

Mahesa tersenyum licik dan langsung menyabetkan pedangnya. Danar yang tidak menyangka Mahesa yang dianggapnya sebagai sahabat bahkan saudara akan melakukan hal sekeji itu. Dia tak berdaya untuk menghindar.

Crashhhhh

Kepala Danar terpisah dari tubuhnya. Danar tewas ditangan Mahesa. Kemudian dengan santai Mahesa melesat dan mencari Savitri yang memang telah diketahuinya sedang bersemadi.

“Savitri tahan. Ini aku Mahesa. Aku akan menyalurkan tenaga dalamku untuk membantu memulihkan jalan darahmu.”

Segera Mahesa menempelkan telapak tangannya dipunggung Savitri. Kemudian mengalirkan tenaga dalamnya melalui telapak tangan itu ke tubuh wanita yang sangat dia idamkan selama ini.

Bersambung.

 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd