Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT

Status
Please reply by conversation.
BAB 4. Kelicikan membawa kenikmatan

Betapa hancur hati Savitri mengetahui bahwa ternyata Danar suaminya telah tewas. Para sesepuh Padepokan Gunung Lawu berterus terang kepada Ki Wajrapani ketua padepokan itu dan putrinya setelah dirasa waktunya telah tepat.

Berdua dengan Ki Wajrapani ayahnya Savitri pergi ke kadipaten Parwata. Di sana dia hanya bisa melihat kuburan sang suami di halaman rumah ki Pawaka yang masih porak poranda karena tidak ada yang mengurus.

“Semoga Sadawira masih hidup. Karena dia cucuku satu-satunya!” Ujar Ki Wajrapani di depan kuburan Danar menantunya dengan suara penuh kesedihan.

Savitri yang semula menangis pelan kini tangisannya bertambah keras. Karena dia sadar tidak bisa memberi ayahnya cucu. Apalagi kini dia telah kehilangan Danar suaminya tercinta.

“Kamu tidak perlu menangis putriku. Karena aku juga masih bisa berharap dapat cucu dari kamu.” Kata ki Wajrapani lagi.

“Maksud ayah? “ tanya Savitri.

“Kamu masih bisa memberi aku cucu!”

“Tapi...”

“Kamu menikahlah dengan Mahesa.”

“Tapi....”

“Mahesa begitu baik. Dia juga suka padamu. Bahkan dia tidak menikah selama ini hanya karena dia cuma suka padamu seorang. Dia tidak tertarik dengan wanita lain. Apa salahnya kamu menerima dia sebagai suami.”

“Ayah tahu darimana dia begitu?”

“Ayah dengar cerita Narotama dan yang lainnya.”

Benar memang Mahesa sering bercerita kepada para sesepuh padepokan Gunung Lawu betapa dia mencintai Savitri dari remaja hingga kini telah berusia matang. Dia juga mengatakan kepada para sesepuh itu bahwa dia tidak menikah karena tidak tertarik dengan wanita lainnya. Hanya ada Savitri seorang di dalam hatinya.

***

Setelah segala budi kebaikan dan sikap manis serta tutur kata santun penuh daya pesona yang terus ditunjukan oleh Mahesa kepada Savitri sampailah mereka disuatu keadaan yang mengharuskan mereka menikah. Apalagi Ki Wajrapani ayah kandung Savitri terus mendorong putri tunggalnya untuk menerima lelaki yang telah banyak berjasa bagi keluarga dan padepokan mereka. Tak ada alasan bagi Savitri untuk menolak apalagi dia sudah tahu bahwa suaminya telah tewas akibat pertarungan dengan Dewa Maut. Lagipula ayahnya berharap untuk mendapat cucu karena cucu satu-satunya Sadawira telah hilang tanpa kabar. Meski usia Savitri kini telah 40 tahun tapi Ki Wajrapani masih yakin putrinya itu masih bisa memberi keturunan setelah perkawinan dengan suami sebelumnya tidak beroleh anak. Savitri sedih bila mengingat kembali Danar suaminya.

Malam ini, malam pertama Mahesa dan Savitri tidur bersama setelah pernikahan. Savitri begitu gelisah dan cemas namun juga ada rasa senang. Di sisi yang lain, Mahesa juga tak kalah gelisah. Semua angan dia sejak masa remaja akan terwujud. Dia akan tidur dengan Savitri cinta pertamanya yang mebuat dia tergila-gila sampai jadi seorang penjahat pemetik bunga.

Pertama kali Mahesa membuka pakaiannya sendiri, kemudian membuka pakaian Savitri hingga terlihat pakaian dalam yang dikenakan sang wanita pujaan yang cantik.

“Kamu begitu cantik Savitri.”

“Ah kamu bisa saja, hmmmmm makasih”, timpal Savitri.

Kemudian Mahesa mulai mencumbu bibir wanita yang telah jadi istrinya, Savitri bersikap malu-malu dan membiarkan Mahesa saja yang mencumbu dirinya. Tapi lama kelamaan dia mulai membalas. Mereka saling menjilat penuh gairah, tampak Mahesa meremas buah dada sang istri dengan penuh gairah.

Mahesa mulai menciumi leher Savitri dan kembali turun ke arah payudaranya. Entah sejak kapan Savitri telah telanjang bulat dihadapan lelaki pemujanya yang kini telah jadi suaminya. Mahesa yang telah begitu banyak melihat wanita cantik telanjang tak urung tetap terpana melihat tubuh telanjang Savitri. Palagi payudara wanita yang belum pernah melahirkan itu. Dia segera menciumi payudara indah itu dan menjilati puting susunya. Setelah lumayan puas dengan payudara Savitri, tangan Mahesa mulai bermain di bibir kewanitaan istrinya. Mahesa memasukkan satu jari dan merasakan bibir kemaluan Savitri mulai membasah. Mahesa tidak mau buang-buang waktu lagi. Dia segera dia menjilati bibir kemaluan dan kelentit istrinya. Langsung saja Savitri mengerang dengan suara penuh kenikmatan.

Sambil terus menjilati kelentit Savitri, Mahesa memasukkan dua jari ke liang kewanitaan istrinya. Tangan Mahesa yang satunya kembali meremas payudara Savitri dan mulai mencubit-cubit ringan puting susunya. Wanita cantik itu mengerang dengan nikmat dan cairan vaginanya mulai tumpah dan dia telah mencapai puncak kenikmatan. Mahesa makin bernafsu, dengan ganas dia dorong maju mundur jemarinya dalam vagina Savitri dan dengan keras dia jilati kelentit istrinya itu. Savitri kembali mendapati puncak kenikmatannya yang dia tidak pernah rasakan saat bersama Danar.

Batang kemaluan Mahesa yang sejak tadi keras dan tegak siap-siap dimasukkan lubang cinta Savitri. Wanita itu menatap nanar kemaluan Mahesa yang begitu besar dan panjang. Jauh lebih besar dari milik Danar. Savitri mencium kemaluan itu sambil kembali terbayang Danar suami pertamanya yang telah meninggal.



Setelah itu, Savitri langsung mengulum batang kemaluan Mahesa dan dia langsung meletakkan kemaluannya di atas wajah Mahesa. Langsung saja kemaluan indah itu dijilat Mahesa. Dalam posisi saling berlawanan itu, mereka saling memuaskan satu sama lainnya. Tak lama, Savitri merasa cairan kenikmatannya akan keluar.

“Owh Mahesa, aku keluarrhhhhh..” Rintih Savitri.

Savitri sangat kecapaian dan Mahesa memberi kesempatan istrinya istrirahat sebentar. Setelah dirasa cukup maka Mahesa mulai mengarahkan kemaluannya ke liang vagina wanita idamannya. kemaluan yang sudah banyak merasakan berbagai selaput dara wanita cantik belia ini akan segera tenggelam dalam vagina yang jadi khayalan pertamanya saat remaja. vagina yang membuat dia jadi gila dan jahat. vagina yang dulu hanya bisa dia impikan. Kini vagina itu akan merasakan kemaluannya.

Secara perlahan kemaluan besar Mahesa melesak menusuk vagina Savitri. Wanita itu terbeliak. Karena kemaluan Mahesa terasa begitu penuh dalam liang kemaluannya. Terasa begitu nikmat. Apalagi ketika mulai bergerak maju mundur.

“Owh...owh...!”

Baru kali ini Savitri mengeluarkan suara lenguhan yang keras saat bersetubuh. Dulu bersama Danar dia hanya mendesah pelan. Gerakan mereka kian liar. Butir-butir peluh mulai membasahi tubuh telanjang mereka berdua. Nafsu birahi yang sudah lama terbendung dalam diri Savitri kini terpuaskan dan serasa lepas. Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membikin nafsu Mahesa kian bergelora. Desakan demi desakan kenikmatan tak tertahankan lagi, dan sambil menjerit nikmat Savitri menyemburkan cairan cintanya dengan deras.

“Owh...owh.. shhhhhhh...Mahesa.”

Kembali Mahesa memberi kesempatan Savitri untuk istirahat sejenak. Savitri masih memegang-megang batang kemaluan Mahesa dan genggamannya sambil mengocok naik turun. batang kemaluan itu makin mengeras. Savitri kemudaian bangkit untuk duduk mengangkang dan menindih kemaluan Mahesa. Batang kemaluan itu segera amblas. Badan Savitri naik turun berirama menunggangi kemaluan Mahesa. Tangan Mahesa memainkan puting susu Savitri yang mulai mengeras. Savitri mengerang dan merintih.

“owhhhh nikmat!”.

Pinggul Savitri bergerak naik naik turun semakin liar. Gerakan birahi mereka semakin lebih cepat. “Oowh.. oowh..”

Mereka berdua mengerang bersamaan dan akhirnya Savitri kembali merasakan otot-otot liang kewanitaannya mengeras dan cairan cintanya tumpah menerpa batang kemaluan Mahesa dan merembes keluar. Pada saat itu juga batang kemaluan Mahesa menembakkan cairan laki-lakinya yang hangat ke dalam liang kewanitaan Savitri dan wanita itu kelojotan merasakan sensasi yang belum pernah dia alami dengan Danar. Dai ambruk diatas tubuh Mahesa. Setelah terkapar nikmat beberapa saat mereka berpakaian kembali kemudian tidur berpelukan.

***

Di lereng sebuah bukit, terlihat deru debu berterbangan akibat hentakan kaki kuda yang begitu keras menerpa jalan berdebu. Lari kuda itu begitu cepat, seolah-olah ingin segera sampai tujuan. Penunggang kuda itu terlihat sangat lihay dalam mengendarai binatang yang gagah dengan bulu berwarna coklat.

Tubuh penunggang kuda itu terlihat ramping, dengan pakaian berwarna serba putih. Dari bentuk tubuhnya terlihat jelas dia bukanlah lelaki. Meski wajahnya tertutup cadar. Apalagi dengan gerakan yang sangat anggun tapi cekatan dalam menunggangi seekor kuda. Penunggang kuda itu sudah pasti seorang wanita.

Laju kuda itu mulai pelan setelah terlihat sebuah pondokan di lereng bukit. Tempat ini cukup lebat dengan rumpun pepohonan yang tumbuh disekeliling bukit. Dengan sekali hentak kuda itu berhenti tepat didepan pondokan. Sampailah wanita itu disebuah pondokan berupa bangunan yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu serta atap rumah yang hanya di tutup dengan dedaunan kering, namun sangat kuat untuk berteduh dan bertempat tinggal di sana.

Seorang anak muda di perkirakan berusia lebih dari delapan belas tahun menjura memberi hormat kepada Penunggang kuda putih itu.

"Terima hormatku guru." kata anak muda itu.

Anak muda itu mempunyai badan yang sedikit kurus, namun masih terlihat gagah, mungkin karena masih dalam masa pertumbuhan jadi perkembangan tubuhnya masih berjalan dan butuh gemblengan sehingga membentuk tubuh yang kekar sebagai seorang Pendekar.

Wanita bercadar itu hanya mengangguk. Lalu Ia turun dan segera menuju kepondokan. Anak muda itu mengikuti dari belakang.

Di dalam Pondokan yang sederhana itu tergantung sebuah pedang yang sangat indah dengan kepala gagang berbentuk kepala naga berwarna hijau. Pedang yang menjadi kebanggaan dan simbol dari pemilik pondokan yang bukan lain adalah wanita pendekar berjuluk Bidadari Hati Beku.

"Muridku! Silahkan kamu duduk bersila di depanku! Aku ingin bicara dengan kamu." Wanita itu menyuruh anak muda itu untuk duduk berhadapan dengannya. Di lepas cadar yang menutupi wajahnya sehingga terlihat rambutnya terurai sangat indah dan wajah cantik dengan mata yang berbinar indah di pandang. Meski usia wanita itu mungkin dipenghujung tiga puluh tahunan.

Anak muda itu yang merupakan murid Bidadari Hati Beku hanya menundukan wajah. Tidak berani menatap lekat ke arah sang wanita cantik yang merupakan gurunya.

"Ya Guru! Apa yang harus aku dengarkan!" ucap anak itu sambil menjura hormat.

Wanita itu dengan wajah dingin dan anggun menghela napasnya seperti ada beban di rasakan.

"Sampai sekian bulan kamu jadi muridku kamu masih belum bisa ingat siapa nama kamu?”

"Belum guru. Yang aku ingat hanya kejadian itu. Di mana aku melihat pamanku yang dipanggil Danar dibunuh oleh orang bernama Mahesa. Itu saja yang aku ingat dan kejadian sesudah itu dimana aku telah ada di pondokan ini! Kalau kejadian sebelum itu aku tidak ingat apa-apa lagi.” Ujar Anak muda itu sambil mengerinyitkan dahinya mencoba mengingat.

“Hmmmmm ternyata ramuan yang aku beri tetap tidak bisa memulihkan ingatan kamu.”

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala menatap wajah anak muda itu yang tertunduk dihadapannya.

“Kalau begitu lupakan saja soal nama kamu. Sekarang aku yang akan memberi kamu nama. Aku akan memanggilmu dengan nama Sembara.”

Bidadari Hati Beku pada saat pertarungan malam purnama di kediaman Ki Pawaka terhuyung-huyung saat menerima pukulan Tapak Dewa Menampar Bumi dan dia roboh tepat diatas tubuh anak muda yang kini telah jadi muridnya. Anak muda itu adalah Sadawira. Tapi wanita pendekar itu masih sadarkan diri saat terjatuh diatas tubuh Sadawira.

Dia malu karena wajahnya tepat mengenai wajah Sadawira saat terjatuh. Bahkan bibir mereka bertemu meski masih terhalang cadar. Entah kenapa saat itu Bidadari hati Beku merasa tertarik dengan anak muda yang sedang pingsan itu dan kemudian dia membawa anak muda itu untuk dijadikan muridnya. Ketika sampai di pemondokan tempat tinggalnya Bidadari Hati Beku jadi ingat bahwa dia pernah bertemu dengan anak muda ini saat di rumah makan di kadipaten Parwata. Saat dirumah makan itu dia terlihat bersama pasangan pendekar Danar dan Savitri. Tapi dia lupa nama anak muda yang saat ini jadi muridnya.

"Sembara aku harus mandi dulu, kamu lanjutkan latihannya!" kata wanita itu sembari membuka sedikit ikatan yang melingkari pinggangnya.

“Baik guru.” Sahut anak muda yang kini bernama Sembara.

"Aku mau ke sungai dulu membersihkan tubuh!"

Sembara menjura kepada gurunya dengan menganggukan kepala, lalu Ia pun segera bangkit dari duduk silatnya untuk mempersiapkan latihan jurus selanjutnya. Jurus pedang yang sempat membuat Sembara bingung dengan gerakan yang unik serta tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Untung dia memiliki dasar-dasar silat yang secara naluriah tetap ada meski dia hilang ingatan.



***



Sungai yang membelah bukit itu alirannnya cukup deras. Alirannya mengeluarkan suara menderu karena beberapa bongkahan batu yang menghambat laju air. Bidadari hati Beku berdiri di salah satu bongkahan batu yang besar itu. Tubuhnya yang ramping dengan pinggul yang montok menggiurkan benar-benar terlihat indah. Banyak lelaki yang tergoda dengan tubuhnya. Meski wajahnya tertutup cadar kalau bertemu orang-orang tapi tetap menarik minat kaum lelaki. Sudah tak terhitung lelaki hidung belang yang tewas ditangan Bidadari hati Beku hanya karena bersikap tidak sopan atau menggoda dengan kata-kata mesum.



Bidadari hati Beku membersihkan tubuhnya dengan duduk di atas batu yang berada di tengah sungai. Wajahnya yang cantik dengan bibir ranum nan seksi, juga mempunyai mata yang lentik dengan alis tebal berbentuk indah, sungguh wanita seperti dia sangat menjadi incaran para lelaki pencinta kecantikan.

Bidadari Hati Beku merasakan mandi dengan penutup kain yang melingkar di tubuhnya adalah kurang nyaman. Tapi Bidadari Hati Beku ragu-ragu untuk mandi dengan telanjang bulat, walaupun tidak ada orang lain selain muridnya di lereng bukit kediaman mereka. Tapi Ia merasa jengah juga kalau-kalau dia di intip oleh muridnya sendiri Sembara. Tapi meski jengah dia juga penasaran apa muridnya berani mengintip dia. Apa dengan ingatannnya yang hilang itu Sembara punya hasrat melihat tubuh wanita. Kalau ternyata dia punya hasrat itu dan mengintipnya Biadari Hati Beku tidak merasa keberatan apalagi marah. Dia malah tersenyum membayangkan seandainya Sembara sampai berani mengintipnya.

'Ah!.. mana mungkin Sembara berani mengintip gurunya sendiri!" Bidadari Hati Beku membatin.

Sebagai Pendekar yang mempunyai kepandaian tinggi Ia memiliki kepekaan untuk mengetahui apabila ada yang datang ataupun yang mau mengintip Ia mandi. Jadi dia bisa tahu kalau ada orang iseng mau coba-coba mengintipnya.

Karena percaya diri maka Bidadari Hati Beku menanggalkannya kain yang menutupi tubuhnya. terpampanglah bentuk tubuh yang sangat indah. Dengan lekukan-lekukan yang sangat merangsang. Bokong yang dimiliki Bidadari Hati Beku sangat menggoda. Buah dada yang membusung indah menambah daya tarik tubuhnya. Sungguh sempurna kemolekan wanita cantik ini.

Bidadari Hati beku teringat saat remaja dia begitu mengagumi seorang lelaki. Ya seorang lelaki muda tampan putra tertua Lugina ketua perguruan lembah hijau. Bidadari Hati Beku yang dulu dikenal dengan nama Anjani seorang gadis cantik. Sementara pemuda itu adalah pendekar muda yang gagah. Keduanya saling jatuh cinta. Tapi pemuda itu digoda oleh seorang perempuan cantik lain bernama Iswari. Perempuan yang menurut Anjani adalah perempuan murahan yang mau tidur dengan kekasihnya hingga perempuan itu hamil dan akhirnya mereka menikah.

Anjani yang juga sudah tidur dan bercinta dengan pemuda itu karena sama-sama saling mencintai menjadi putus asa dan mencoba bunuh diri melompat ke sebuah jurang. Tapi dia tidak tewas di dalam jurang itu karena disana tinggal seorang nenek sakti yang telah lama mundur dari rimba persilatan. Nenek itu menolong Anjani dan mengangkatnya menjadi muridnya. Hingga akhirnya Anjani kembali kedunia persilatan dengan nama Bidadari Hati Beku. Dia muncul dengan mengenakan cadar hingga tak ada yang mengenalinya sebagai Anjani.

Cinta Bidadari hati Beku terhadap sang pemuda masih begitu dalam namun lelaki pujaannya telah terikat dengan wanita lain. Walau demikian Bidadari Hati Beku tetap berharap bisa kembali merebut cinta sang lelaki idaman yang telah memperkenalkannya dengan nikmatnya senggama. Sejak jatuh cinta hampir setiap bertemu mereka bersetubuh dan menikmati persetubuhan dengan dasar cinta itu. Mereka menunggu waktu untuk menikah saja. Sebelum akhirnya datang Iswari yang dipilih oleh sang pemuda sebagai istri karena telah hamil.

Bidadari hati Beku tidak bisa melupakan dendamnya kepada iswari yang merebut kekasih yang telah menikmati tubuhnya. Hingga akhirnya Anjani memutuskan untuk membunuh Iswari. Dengan menggunakan nama sebagai Bidadari Hati Beku Anjani berhasil membunuh Iswari.

Tapi saat melepas cadar menemui sang kekasih dan berharap lelaki itu masih mencintainya ternyata Anjani harus kecewa. Lelaki pujaannya ternyata memiliki istri lain selain iswari. Anjani sangat kecewa tapi demi ingin menjadi istri satu-satunya bagi sang lelaki kembali Anjani membunuh istri sang lelaki yang kedua yang bernama Lestari.

Anjani yang tergila-gila dengan sang lelaki berharap setelah kehilangan kedua istrinya sang lelaki akan kembali menjadi kekasihnya dan menjadikan dia istri satu-satunya. Tapi lagi-lagi Anjani harus kecewa. Saat dia datang kembali ke perguruan Lembah ular hijau dia menemukan perguruan itu telah porak-poranda. Lugina, keluarga dan kerabatnya penghuni perguruan lembah Ular Hijau tewas dibantai oleh Dewa Maut. Termasuk lelaki idamannya ikut gugur. Maka tidak aneh jika Bidadari Hati Beku sangat mendendam kepada Dewa Maut yang telah membunuh kekasih hatinya.

Hingga Anjani bertemu dengan Sadawira di rumah makan itu dan dia roboh diatas tubuh Sadawira yang pingsan Anjani sangat terkejut karena wajah Sadawira begitu mirip dengan sang lelaki saat masih muda. Makanya dia memberi nama muridnya yang hilang ingatan itu dengan nama Sembara. Karena lelaki pujaannya itu bernama Sembara putra Lugina yang tewas ditangan Dewa Maut.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd