Setiba di rumah, aku segera melupakan peristiwa yang terjadi di pernikahan Susan di samping kesibukanku di kantor juga.
Tetapi aku masih punya waktu untuk pulang ke rumah lebih awal pada hari itu setelah selesai meeting di luar kantor, aku langsung pulang ke rumah.
Aku ingin telepon Indri.
Saat mobilku hampir sampai di rumah, aku melihat sebuah mobil diparkir di tepi jalan depan rumahku.
Masa jam segini Noni sudah pulang dari kantor mengajak temannya ngobrol di rumah, tanyaku dalam hati, apalagi aku temukan pintu pagar tidak terkunci.
Aku lalu melangkah masuk ke halaman rumah dan sebelum kakiku melangkah sampai ke teras naluriku berkata lain, bahwa telah terjadi peristiwa khusus di dalam rumahku.
Apa yang terjadi aku tidak tahu.
Sewaktu kakiku menapak di teras secara samar aku mendengar suara yang mencurigakan aku.
Benar saja!
Di ruang tengah, dari sedikit kain gordin yang tersibak, aku melihat Noni sedang nungging telanjang bulat dengan batang penis terkubur di dalam lubang anusnya.
Batang penis itu adalah batang penis milik... SONI.
"Oh bangs*at...!" pekikku dalam hati.
Hatiku remuk saat aku melihat Soni menjambak rambut Noni dan menyebutnya "kamu pelacur".
Dan hampir saja aku muntah melihat Noni mengulum penis Soni di dalam mulutnya dan menelan sperma yang menyembur dari penis Soni.
Terus terang aku mengatakan pada Noni bahwa aku ingin menceraikannya saat itu juga.
Ternyata perceraian itu tidak mudah dan memakan waktu berbulan-bulan karena pengadilan memberikan waktu pada kedua pihak untuk cooling down dan melakukan mediasi, tetapi aku tetap ingin menceraikan Noni.
Akhirnya perceraian kami diketok-palu oleh pengadilan. Aku tidak pernah menyesali perceraian itu. Aku kembalikan Noni pada Soni.
Tetapi melalui perceraianku itu justru terbuka aib antara Indri dengan bapaknya, dimana ibu mertuaku menangkap basah keduanya bersetubuh di kamar.
Sementara hidup Susan terkatung-katung di lautan bersama Budi yang berlayar berbulan-bulan tidak pulang ke rumah.
Akupun minta izin dengan ibu mertuaku untuk menikahi Susan. Ibu mertuaku mengizinkan.
Indri diusir pergi dari rumah dan ibu mertuaku menerima kembali kehadiran suaminya di rumah setelah ia mengetahui akal bulus Indri dan suaminya yang ingin merebut harta bapaknya dengan memperdaya bapaknya dengan seks.
Noni juga tidak pernah balik ke rumah orangtuanya setelah kuceraikan. Dengar-dengar ia dibawa Soni ke Singapura.
Tetapi saat di suatu sore aku sedang duduk di foodcourd makan dengan Susan sambil membawa perutnya yang sedang hamil 7 bulan, secara tidak sengaja aku melihat Noni.
Susan juga tidak menampik bahwa itu kakaknya yang sedang hamil juga, namun bukan berjalan dengan Soni, melainkan seorang pria bule.
Kini aku hidup bahagia dengan Susan bersama 2 orang anak kami yang lucu-lucu, seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Indri kemudian juga hadir dalam kehidupanku setelah ia sadar akan kesalahannya dan berbaikan dengan kedua orangtuanya.
Iwan aku memberikannya pekerjaan sebagai kurier pengantar paket.
Kadang-kadang ibu mertuaku juga mampir dalam kehidupanku. Masa aku nolak?
Tetapi yang paling mengejutkan aku dari ketiga wanita itu adalah suatu siang Noni berdiri di depan pintu rumah menggendong seorang anak yang mirip wajahnya dengan aku.
Beruntung Budi mau menerima kembali Susan setelah sekian tahun ditinggalkan.
Susan membawa kedua anaknya hidup bersama Budi di Taman Harapan, sebuah real estate mewah.
Sehingga akhirnya aku menerima kembali Noni sebagai istriku.
Indri juga hidup tidak berkekurangan dengan Iwan bersama 2 orang anak mereka, satu asli anak mereka, sedangkan satu lagi tanda tanya.
Anakkukah atau anak bapaknya?
Warisan tanah itu kemudian dibagi rata oleh bapak mertuaku pada ketiga anak perempuannya. END. (@begawan_cinta_012024)