Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

PART XLIV



BADAI DARI TIMUR, PANAS DARI BARAT



“pengecut kamu.....”

“laki-laki bajingan....”

“wajah manis kelakuan bangsat.....”

“untung ngga hamil sama kamu....”

Semua makian dan cacian dari Rani ditelan oleh Aslan

“aku minta maaf....”

“maaf??? Segampang itu kamu minta maaf??”

Percakapan panjang yang didominasi oleh kemarahan Rani dan hanya didengar saja oleh Aslan. Dia tahu bahwa dia salah besar sudah melakukan hal buruk dengan membiarkan wanita itu masuk terlalu dalam, dan kemudian tidak ada kepastian yang bisa diberikan olehnya untuk langkah kedepannya.

“trus aku harus bagaimana?? Menerima begitu saja?”

Memang tidak ada yang bisa ditawarkan oleh Aslan selain maaf dan dan menyesali.

“begitu banyak perhatian pria lain yang aku lewatkan hanya untuk bisa menerima kamu... lalu kamu dengan entengnya meninggalkan aku?”

Emosi dan amarah Rani memang bisa dipahami oleh Aslan. Cinta dan ekspektasi besar wanita ini tidak berbanding lurus dengan apa yang dia dapatkan dari Aslan, sehingga ketimpangan itu berbuah murka saat rasa yang sduah dia sediakan untuk dinikmati malah di-tepis dan hanya diberi harapan yang palsu saja oleh Aslan.

30 menit berlalu dan masih saja kata-kata kasar keluar dari bibir wanita itu.

Aslan mengerti bahwa itu bukanlah nature nya Rani.

Menerima kenyataan bahwa impiannya gagal digapai pasti membuat banyak orang kehilangan nalarnya.

Dia ingat sewaktu dia masih mengejar ngejar cinta Nafia, rasanya dia pun mau gila sewaktu Fia sering mengabaikannya, bahkan dia bagai hilang harapan saat diusir dari rumah sakit oleh Umi sewaktu malam hari dia menjenguk Nafia kala itu.

Sabar Aslan..... ucapnya ke dirinya sendiri menanggapi semua ocehan kemarahan Rani

“untung kita belum terlalu jauh menikah......”

Aslan tahu itu kata-kata hiburan dari Rani diujung asanya. Wanita itu tahu dan bagaikan disadarkan bahwa memang Aslan dari awal hanya kasihan dengan dirinya.

“kamu cuma kasihan kan dengan aku?”

Aslan masih terdiam

“jawab Aslan.....”

Lalu

“ngga..... “

“trus kenapa kamu tega?”

“aku yang salah..... karena ngga tegas terhadap semua ini.....”

“jadi kamu gambling?”

Terdiam seketika

“kamu gambling kan? Mana yang melendung duluan itu yang kamu pilih?” tudingan Rani memang sangat wajar rasanya, tapi tetap saja membuat Aslan agak gerah

Namun menjawab itu bukan hanya memperpanjang debat dan pertikaian mereka, namun juga hanya kan membuat dia terjebak ke dalam alur permainan kata-kata dari Rani.

“aku salah, aku minta maaf..... aku terima konsekuensi...”

“konsekuensi apa? Kalian laki-laki kan ngga mungkin hamil....”

Aslan membenarkan apa yang dikatakan oleh Rani, meski dia mengelak dalam hatinya jika perpisahannya mereka berdua ini karena masalah Adiba hamil, atau karena konsekuensinya sebagai pria yang secara biologis tidak akan punya implikasi terhadap sebuah hasil hubungan badan.

“baru aku sadar sekarang, ternyata gadis pun bisa kalah sama janda......”

Aslan agak masgul mendengar ucapan Rani

“sehebat apa sih goyangannya?”

Dia mengerti Rani masih sangat sakit hati dan emosi. Rasa tidak mau kalahnya selama ini dia sebagai bunga dan ratu dimanapun dia berada, lalu tiba-tiba ada yang dia sangat harapkan malah itu direbut oleh pihak lain yang dia rasa secara kasat mata tidak mungkin itu terjadi, membuat dia sedikit kalap dan gelap mata jadinya.

“tapi oke..... ini pelajaran penting bagi aku.....”

Aslan memilih jurus terbaiknya selama ini yang sellau dia gunakan, yaitu dia, mendengar dan tidak berbicara banyak

“suatu saat kelak kamu akan dapat balasannya......”

Pembalasan itu hak Allah bukan otoritas manusia, itu yang diyakini Aslan selama ini, meski dia tidak ingin membantah apa yang disampaikan oleh Rani.

Dia sadar bahwa apa yang dia lakukan dengan ketidak tegasannya selama ini sudah sangat jahat bagi Rani.

Aslan sadar bahwa ada gadis baik yang sudah dia lukai

Dia tahu bahwa ada jiwa dan harapan yang selama ini sudah punya asa yang jauh, namun harus kandas karena sikapnya dia.

Aslan menerima semua itu.

Baginya, suatu saat nanti semua akan terjawab dengan berjalannya waktu, karena dia tidak ingin memperuncing masalah dengan apa yang sudah dia jalani dan putuskan saat ini.

Rasa emosi dan kecewa Rani inilah yang membuat dia seperti jadi sosok lain yang muncul, bukan Rani yang selama ini tenang dan selalu percaya diri. Ini yang membuat Aslan juga sadari bahwa mengalah untuk membiarkan Rani menumpahkan emosinya akan lebih baik untuk saat ini, daripada mereka harus bertengkar hebat karena keputusannya yang tidak adil bagi Rani.

Pria ini memang tidak mengucapkan sesuatu keputusan apa-apa. Namun tindakannya yang lari ke Jakarta tanpa pemberitahuan, ditambah dengan saat Rani menghubungi Ulfa juga tidak menemukan Aslan disana, maka bagi Rani inilah sebuah keputusan pahit yang harus dia terima....

Tanpa harus terucap pun dia tahu, bahwa semesta kali ini tidak berpihak ke pada dirinya.

Hanya tangisan yang tidak henti menghampirinya

Mendung bagaikan terus bergelayut di langit dimana Lingga Maharani menjunjungnya. Arak-arakan awan hitam yang kemudian berubah menjadi hujan dan banjir airmata pun jadi temannya saat ini.

Kebahagiaannya yang sempat dia kecap, dia rasakan dan banggakan, kini hilang sudah.

Wanita ini meratapi nasibnya yang rasanya malang sekali.

Sukses, Cantik jelita, pintar, karirnya menjulang bagaikan tanpa hadangan, namun pupusnya cinta dan asa, membuat semua keindahan disekelilingnya yang berkumpul dan berselimut harapan, bagaikan rontok dan jatuh seperti bunga di musim gugur.

Cinta memang tidak adil

Meski dia menggugat itu semua kepada Pemilik Hidup, namun apa yang hendak dia bisa katakan, selain menyesali dan menangisi semua hal yang sudah lepas dari genggaman tangannya.

Ingin rasanya dia melepaskan dan lari jauh meninggalkan semua rasa kecewa ini, namun semakin dia berontak, rasa itu semakin kuat dan keras menerpanya untuk tetap dan selalu ada dalam pikiran dan isi kepalanya.

I need to move on

You’re gonna regret this, Aslan.

Rasa cinta dan sayangnya bagaikan berubah jadi rasa sakit hati dan benci akan sosok Aslan. Pria yang tadinya dianggap sangat sempurna dan tepat untuk dirinya.

Sayangnya, kehadiran keponakannya dan kakak iparnya, membuat semua impiannya pun berantakan.

Aku tahu, kamu hanya mengakomodir keinginan dan rasa sungkanmu terhadap keponakanmu dan mertuamu, Aslan. Harusnya kamu tidak sering kesana, harusnya kamu jangan buka celah untuk itu.

Silih berganti isi kepalanya dijejali oleh banyak rasa dan adegan yang berbeda. Disaat galau seperti ini memang semua jadi campur aduk menjadi satu, dan itu yang dia rasakan saat ini, meski pun di ujung harap, dia ingin semua ini berlalu dengan cepatnya, agar dia dan hatinya bisa berdamai dan pulih, untuk memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang menyimpang dari haluannya yang sebelumnya, dan kini harus dia taruh dalam hatinya, bahwa dia bisa untuk jalan sendiri, dan hidup tanpa Aslan.

Pria bukan hanya kamu..... egonya sebagai wanita muncul

Aku harus bisa melupakan dirimu........



***********************************

Bang, Nanti sore Dewan Komisaris, Direksi lain mau meeting dengan Abang.

Sebuah whatsapp dari Yani muncul pagi ini.

Hari Senin ini tepat sudah 4 hari dia meninggalkan kantor secara fisik, meski semua urusan dan outstanding dikerjakan secara cepat dan tepat waktunya, dan semua secara online.

Aslan sudah memprediksi ini semua.

Tadinya dia sempat berpikir bahwa ini tidak akan terjadi terhadap dirinya. Bagaimana pun dia adalah salah satu pendiri dan pionir juga untuk PT Delta Serasi ini, karena dia ikut membangun dari awal saat mulai merintis dari kantor di Kendari.

Namun saat percakapan panjang dengan Yahya dan Fitri, dia bisa mendengar bahwa Fitri kini melihatnya bukan seperti dia melihat Aslan yang dulu lagi, namun dia melihat Aslan yang sudah berbeda kali ini.

Indikasi bahwa aka nada sesuatu terjadi sudah mulai terlihat tanda-tandanya semenjak hari jumat yang lalu. Monthly Entertaining Fee yang harusnya jumat sudah masuk, hingga hari senin ini belum juga masuk ke rekeningnya.

Lalu menurut PAnya dia, hari minggu sore ada sebuah whatsapp yang sifatnya sangat penting dan memiliki urgency yang tinggi, dikirim oleh Fitri ke dewan komisaris yang di copy in read ke PAnya Aslan, Manager Keuangan, hingga ke Manager HRD, dimana isi dari whatsapp tersebut ialah instruksi ke semua manager dan kepala department bahwa semua approval baik terkait masalah daily work hingga masalah permintaan persetujuan pengajuan dana, semua diajukan langsung ke Yahya untuk approvalnya.

Ini sekaligus memupus jalur birokrasi yang selama ini ditujukan ke Managing Director, yaitu Aslan untuk semua approval. Dan yang disayangkan oleh Aslan ialah kenapa keputusan ini diambil tanpa bicara dengan dirinya terlebih dahulu.

Namun Aslan sadar, Fitri kali ini bukanlah Fitri yang dia kenal selama ini. Dia mengerti akan kemarahan dan kekecewaan Fitri terhadap dirinya, meski dia sebetulnya ingin masalah pribadi ini dikesampingkan jika sudah bicara di level profesionalisme kerja.

Matanya sedikit nanar membaca whatsapp terbaru dari Yani, di-mana sebuah link zoom dikirimkan untuk rapat nanti sore, dan disitu terltulis lengkap semua komisaris hadir, baik itu Muhammad Yahya, Fitrianti Nursanti, dan Irjen Pol (purn) Dani Purwanto, dan Manager HRD serta Manager Keuangan.

Meski agak merasa terhina, namun Aslan memilih untuk diam dan menunggu saja nanti saat meeting apa yang akan dibicarakan dan dibahas saat meeting nanti.

Jujur di lubuk hatinya dia berat jika harus meninggalkan Delta Serasi. Disini semua hidupnya dibangun dari awal, bahkan dia menjadi bagian dan elemen penting disini, hingga diangkat dan dipercaya sebagai direktur. Jika hanya karena tindakannya secara pribadi memilih Adiba sebagai istrinya lalu itu yang membuat dia dianggap tidak perform atau gagal sebagai direktur, rasanya itu terlalu berlebihan baginya.

I will be home before 15.00

Ngga apa-apa Mami, bisa aku handle

Ngga dong, Yah.... kayak begini kita harus sama-sama hadapi


Whatsapp dari Adiba saat dia melaporkan bahwa nanti sore dia ada meeting dan tidak bisa mengantar Ravi untuk latihan futsal, karena bentrok dengan jadwal meetingnya. Dan saat tahu materi meeting serta siapa yang hadir, Adiba pun merasa bahwa kehadirannya sangatlah diperlukan di sisi Aslan.

Hubungan Aslan dengan mamanya bagaikan api dalam sekam, terlihat baik-baik saja, namun Ulfa memilih menghindar jika Aslan datang ke rumah. Begitu juga dengan Aslan yang melihat mamanya seperti masih belum bisa menerima keputusannya, dia memilih mendiamkannya dulu, hingga nanti jika sudah agak reda dan adem, baru mereka bicara lagi.

Tanpa disadari oleh Aslan bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan diam, banyak hal harus diselesaikan dengan upaya, dialog dan tentu doa yang tidak boleh putus. Sikapnya yang mendiamkan segala sesuatu sudah banyak membuat korban hati disekelilingnya dia selama ini, dan tetap saja Aslan belum menyadari itu, bahwa diamnya dia bisa membawanya ke arah yang sebaliknya, bukan menyelesaikan masalah.

Aslan bahkan seperti tidak mampu berpikir bahwa semua hal mungkin bisa menunggu aksi diamnya itu. Namun janin di perut Adiba tidak mungkin menunggu, anak itu akan bertambah besar dan bertumbuh seiring waktu, dan dia harus segera bergerak, jika tidak maka hukuman moral dari orang-orang disekitarnya kan menghukumnya secara tidak langsung, karena sudah menghamili kakak iparnya sendiri diluar pernikahan yang sah.



*****************************
Layar berukuran besar yang tersambung ke laptopnya dan juga perlengkapan zoom di ruangan Adiba di lantai 2, kini sudah on dan Aslan pun sudah masuk ke link zoom meeting yang dikirim tadi pagi.

Manager HRD, Manager Keuangan, bahkan PA nya pun diwajibkan hadir oleh Fitri, yang masih ditunggu kehadirannya untuk masuk ke link zoom ini. Dia dan Yahya belum masuk, dan hanya ada Irjen Dani yang sudah masuk, meski kameranya masih mati.

Adiba duduk di depan Aslan, sambil memegang ponselnya. Dia datang bahkan dari jam 2 siang sudah dirumah. Dia seperti ingin memberi support moril untuk kekasihnya ini.

Tatapan lembut wanita cantik di depannya itu, sedikit banyak meredam rasa galau dan rasa bingung yang tidak menentu di hati Aslan. Baru pertama kali dalam sejarah berdirinya Delta Serasi, Aslan dihadapkan di kursi seperti seoarang terdakwa kali ini.

Tidak lama kemudian Yahya masuk, dengan background ruangannya, Aslan tahu bahwa Yahya kini ada di kantor. Lalu Fitri ikut bergabung, namun kameranya di off sehingga hanya suaranya yang terdengar. Semua wajah kini muncul di layar, kecuali Fitri.

Yahya lalu segera membuka meeting sore ini, dia menyapa semua yang hadir, lalu berbasa basi sedikit dengan Aslan, menanyakan kondisi Aslan serta beberapa pekerjaan yang belum dia analisa karena masih dibawah arahan Aslan.

Aslan pun menjawab dengan sopan semua yang jadi pertanyaan dan apa yang ditanyakan oleh Yahya, dia juga memberitahu sejauh mana langkah dan prosesnya semua hal urgent yang jadi tanggung jawabnya dia selama ini, termasuk masalah survey dan proyeksi pasar yang baru.

Lalu Yahya mulai masuk ke inti dari meeting ini

“ Jadi begini Aslan, kami dari dewan komisaris sudah melakukan rapat terbatas sebelumnya, dan rasanya ini perlu kami sampaikan secara terbuka ke kamu, selaku director dan juga ke departemen lain yang terkait masalah ini....”

Aslan rasanya sangat tertekan dengan meeting ini. Meski dia berusaha tenang, namun raut galau dan sedih terlihat diwajahnya yang sepanjang hari ini bagaikan tidak ada senyuman sama sekali

“ saya selaku Komisaris Utama, pendiri dan juga pemilik dari Delta pasti sangatlah tidak menginginkan ini..... “

Adiba tahu Yahya sangat menyayangi Aslan, seperti adiknya sendiri, makanya dia bisa merasakan tekanan itu, dan melihat wajah Aslan, dia pun ikut merasa bersalah jadinya

“ Kami juga mengerti ada masalah pribadi yang harus kamu selesaikan....”

Ucapan yang terbata-bata, dan sikap Fitri yang memilih tidak muncul di kamera dan layar, semua membuat tekanan ke diri Aslan semakin membesar jadinya

“jadi dari kami dewan komisaris meminta agar kamu selesaikan dulu masalah pribadi kamu, nanti selesai ini semua, baru kita bicara lagi.....”

Meski agak sedikit kabur ucapan dari Yahya, namun Aslan rasanya bisa menangkap itu semua.

“maksudnya gimana Bang?” tanya Aslan berusaha memperjelas. Meski Adiba sedikit kesal dengan cara dewan komisaris ini yang terlihat amatiran dalam menangani masalah Aslan ini.

“yah, maksud kami, kamu resign lah..... “ cetus Fitri

Aslan tak urung pun kaget mendengarnya. Meski dia tahu Fitri dan Yahya marah terhadap dirinya, namun ucapan Fitri ini rasanya bagaikan membuat hatinya kaget luar biasa.

Dia terdiam sesaat, hanya bisa merenung dan menundukkan wajahnya

“kami tidak ingin sebenarnya ini terjadi, Aslan.... kamu tahu lah bagaimana kita bersama dulu, dari kantor kecil hingga Delta bisa berkantor di Gedung mewah.... dari klien cuma hitungan jari sebelah tangan, sampai sekarang kita jadi penguasa di Kawasan timur ini.....”

“namun sekali lagi.... saat masalah pribadi kamu sudah masuk ke ranah professional, ini jadi kekuatiran kita semua.....”

Aslan menatap dengan bingung ke arah Adiba, yang hanya melongo mendengar semua itu

“saya rasanya selalu memisahkan masalah personal saya dengan masalah di kantor, Bang.....”

Protes lembut Aslan sangat beralasan karena selama ini dia selalu bisa memisahkan itu

“ memisahkan bagaimana? Ini saja sudah mau seminggu kamu menghilang ke Jakarta, tanpa memberi tahu kami dewan komisaris sebelumnya.....” sela Fitri dengan kencang

Semua terdiam sesaat

“aslan, kami selama ini selalu backup apa pun itu yang terjadi yah.... tapi yang kami sayangkan ialah kamu lupa siapa yang disamping kamu disaat kamu sulit dulu.... “

Meeting kantor ini jadi personal sekali rasanya

“kamu malah sekarang berdiri di sisi orang orang yang dulu sampai tega mau menjarain kamu.....”

Makin sangar bahasa sang komisaris wanita ini

“ ini memang masalah personal, tapi tanpa kamu sadari bahwa masalah personal kamu ini sudah buat perusahaan jadi rugi juga.... bahkan secara group, ada beberapa bisnis saya dan Yahya juga kena imbasnya.... karena masalah personal kamu....”

Aslan terdiam, dia tahu kemana arah pembicaraan dari Fitri kali ini, dan Adiba yang mendengar semua pembicaraan itu pun hanya bisa termenung

“jadi rasanya, kami perlu ambil sikap terhadap masalah ini juga......”

Berat bagi Aslan rasanya mendengar keputusan yang sangat ganjil bagi dirinya setelah melihat apa yang sudah dia lakukan dan apa kontribusinya dia selama ini

“begini Aslan......” potong Yahya

“ ini keputusan yang sudah kami buat..... jangan kamu piker aku atau Fitri jahat sama kamu.... ngga lah.... tapi kita memang perlu untuk menyelatkan kepentingan yang lebih besar.....”

“ada banyak proyeksi tender kami yang harus dibatalkan, bahkan sebelum kami masuk ikut tender, meski sebenarnya tender ini kami sudah tahu kami yang akan menang.... belum lagi kami harus banyak menjelaskan ke klien-klien kami kenapa tender-tender itu batal.... ke supplier-supplier kami....”

Yahya terdiam sesaat

“ ini bukan keputusan yang mudah.....”

Tiba-tiba

“udahlah..... segera saja sampaikan apa yang jadi keputusan kita.... supaya meeting ini jelas dan tidak berbelit belit.....” potong Fitri

Yang merasakan imbas terbesar memang unit usaha Fitri. Sejumlah tender yang besar yang dia ikut di departemen yang dipimpin oleh ayahnya Rani, meski sudah masuk ke masa persiapan pension, namun kekuasaannya masih sangat kuat, sehingga saat mendapat informasi bahwa semua pengajuannya agar ditarik dari proses tender, Fitri sangat terpukul.

Belum lagi malu dan harga dirinya, karena semua teman-temannya arisan, teman gaulnya, bahkan saudara-saudaranya di Maros bertanya terkait masalah ini, membuat dia kelimpungan menjelaskannya.

Yang merasakan imbas terbesar memang unit usaha Fitri. Sejumlah tender yang besar yang dia ikut di departemen yang dipimpin oleh ayahnya Rani, meski sudah masuk ke masa persiapan pension, namun kekuasaannya masih sangat kuat, sehingga saat mendapat informasi bahwa semua pengajuannya agar ditarik dari proses tender, Fitri sangat terpukul.

Belum lagi malu dan harga dirinya, karena semua teman-temannya arisan, teman gaulnya, bahkan saudara-saudaranya di Maros bertanya terkait masalah ini, membuat dia kelimpungan menjelaskannya.

“ saya minta, kamu buat surat pengunduran diri secara baik-baik..... ditujukan ke Komisaris Utama, copy ke Komisaris yang lain dan HRD... “

Kebanggaan sebagai sosok sentral, motor penggerak perusahaan, hingga penentu kebijakan di Delta Serasi yang selama ini bersemayam di hati Aslan, seketika bagaikan runtuh dan tidak ada artinya lagi bagi dirinya saat ini.

Rumah dia bahkan bisa dibilang taman bermain baginya, lalu kemudian dia harus pergi dari tempat itu. Tempat yang dia besarkan, meski secara legalitas bukan milik dia, namun secara historis dan keterikatan bathin, semua tahu bagaimana berartinya Delta untuk dirinya.

Ucapan penutup sekedar hiburan basa basi dari Irjen Pol Dani rasanya sudah bukan materi yang harus dia dengar lagi. Matanya tanpa terasa tergenang airmata sedih dan ambyar, karena diminta harus pergi dari tempat yang sangat dia cintai.

Semua impian, harapan hingga set up di atas kepalanya tentang perkembangan Delta di kepalanya berseliweran, melayang dan berputar, namun harus segera dia kubur dalam-dalam hingga terbenam, karena impian dan harapan itu sudah punah.

“saya berharap sih, di waktu yang akan datang kita bisa kerjasama lagi, Aslan....” hibur Yahya

“bagaimana pun kamu bukan sosok yang lain untuk saya.....”

Kata-kata yang berani Yahya ucapkan karena Fitri sudah meninggalkan meeting.

Aslan sadar dan tahu persis, Fitri adalah sosok boss sesungguhnya dalam bisnis Yahya dan keluarga. Sebagai pemilik modal, dominasi Fitri memang sangat kentara.

Keputusan Aslan memilih Adiba bagaikan membuat semua rasa sayang dan kagumnya akan kesetiaan Aslan kepada satu wanita yaitu Nafia, luntur seketika, saat rasa setia itu diharapkan bisa dibawa saat dia Bersama Rani. Semua kekecewaan Fitri selain karena sikap Aslan, imbas ke bisnisnya dia juga, sehingga semua itu bagaikan jadi bola salju, yang disematkan ke Aslan sebagai sosok yang tidak tahu diri dan tidak bisa berterima kasih.

Meeting pun berakhir, dan Aslan harus tertunduk diatas meja, sisa airmata masih terlihat berjelaga di matanya.

Adiba langsung memeluk kekasihnya dari belakang. Dia berusaha menghibur hati Aslan yang sedang galau. Dia tahu bagaimana perasaan dan kekecewaan di diri Aslan saat mengetahui bahwa keputusannya untuk memilih Adiba harus dibayar dengan harga yang mahal.

“sabar Ayah......”

Jemarinya membelai rambut Aslan, dia mencium lembut punggung kokoh yang nampak terluka itu

“Mami akan selalu ada buat Ayah.......”

Dia ingin menunjukkan bahwa saat dunia meninggalkan Aslan, dia selalu ada bersamanya

Hari ini pukulan rasanya bertubi tubi mendera Aslan.

Mulai dari percakapannya dengan Rani

Berita dari PAnya

Meeting yang keputusannya harus dia terima

Dan tidak lama kemudian ponselnya bergetar, nama Yahya muncul di layarnya

“angkatlah, Yah.....” ujar Adiba

Lalu

“Aslan, untuk sementara kamu jangan ke Makasar dulu.... saya kuatir dengan keselamatan kamu.....”

Aslan hanya terdiam sesaat

“hal-hal lain nanti kita bicarakan saat saya ke Jakarta dalam 1-2 hari ini.....”

Anggukan Aslan meski terlihat, sudah cukup menjawab apa yang diminta oleh Yahya.

“ini bukan hal yang saya inginkan, tapi kamu tahu kakak kamu kalo sudah marah.....”

Aslan masih gamang saat ponselnya ditutup.

Pelukan dan dekapan Adiba rasanya sedikit menenangkan hati Aslan.

“ada Mami untuk Ayah.... ada anak-anak, ada Umi dan Abah yang akan selalu dukung setiap keputusan ayah.....”

Ucapan Adiba seolah menyadarkan Aslan bahwa dia tidak harus menangisi apa yang sudah terjadi, tapi melihat ke-depan dan melangkah ke arah yang sudah menunggunya, itu yang jauh lebih penting bagi dirinya.

Ada Adiba, Ravi, Arvind dan calon anaknya di perut Adiba, mereka yang harus dia lihat saat ini. Dia tidak boleh cengeng, dia harus maju dan bergerak, meski dari awal dia tidak pernah menyangka jika semua ini akan berakhir seperti ini.



****************************​


Gila, mascot dan jantungnya aja diobok obok.....

Status whatsapp dari Yani

Lalu malam harinya sebuah whatsapp masuk ke ponsel Aslan

Bang, saya dan anak-anak dari kantor Kendari, serta beberapa orang di kantor sini, sepakat untuk mundur dari kantor per bulan depan. Haryono, Adam dan Riga bahkan sudah memasukkan surat pengunduran diri mereka sore ini, begitu pengumuman tentang Abang resmi dirilis oleh Management.

Aslan kaget setengah mati membacanya, dia tidak menyangka akan tingginya solidaritas anak-anak terhadap dirinya

Mereka bertiga sudah banyak ditawari oleh perusahaan lain, cuma karena ada abang disini, mereka lebih suka bertahan. Namun begitu dengar abang dibuat seperti itu, mereka sore ini langsung ajukan pengunduran diri.

Aslan bingung harus bagaimana menjawabnya.

Namun Adiba yang ada disamping Aslan, tersenyum dan membelai punggung Aslan dengan lembutnya. Dia percaya, bahwa solidaritas serta keterikatan mereka dengan Aslan, akan jadi modal yang bagus untuk dirinya dan usahanya kelak.

Pasar usahanya cukup besar saat ini untuk daerah timur, namun jangkauannya masih terbatas karena masalah SDM. Permasalahan bagi Aslan, dia yakini akan bisa dia putar balikan menjadi sebuah keuntungan dengan perhitungan yang tepat.

Orang pintar banyak, namun orang jujur dan punya loyalitas, itu yang sulit dicari saat ini. Dan dia yakin, orang-orang yang loyal dengan Aslan, pasti punya itu semua.

Adiba menjaga sementara agar pembicaraan terkait ini untuk tidak dibahas dulu dengan Aslan, dia tidak ingin membebani dulu isi kepala Aslan yang mumet belakangan ini, saking pusingnya, Aslan yang biasanya tiap hari minta jatah, sudah mau 3 hari ini tidak menyenggol nyenggol dirinya sama sekali.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd