Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Bimabet
Mantaps ngabisin perjalanan Aslan sejak Fia hingga Diba sekarang… sukses selalu suhu
 
PART XLVIII



BERKAH YANG TIDAK PERNAH TERTUKAR



“Silahkan sign disini, Pak…” pria perlente dengan jas dan dasi itu menunjukkan space di kertas untuk ditanda tangani oleh Aslan.

Lalu

“Ibu Diba silahkan juga untuk sign disini….” Dia menunjukkan space untuk Adiba.

Aslan lalu menandatangani, disusul oleh Adiba yang duduk di sampingnya.

“sip….”

Laki-laki perlente itu adalah Rudy Hermawan SH, pengacara yang ditunjuk oleh Aslan dan Adiba untuk urusan mereka kali ini. Jafar dan Anissah yang juga ikut menemani di ruang tamu mewah mereka itu tersenyum melihat momen penanda tanganan itu

“ jadi nanti namanya anak pertama diubah menjadi Ravi Bramanty Syahril, dan anak kedua akan diubah namanya menjadi Arvind Madava Syahril….”

“betul…” jawab mereka bersamaan.

Hari ini jadi hari bersejarah bagi mereka berdua dan juga anak mereka, karena Aslan memutuskan untuk mengadopsi secara hukum kedua anak sambungnya itu, untuk menjadi anaknya resmi secara hukum, sekaligus merubah akte nama anak-anak ditambahkan dengan nama Aslan dibelakang.

Jafar dan Anissah tersenyum penuh haru saat pengacara itu menjabat tangan mereka dan sekaligus berpamitan pulang. Dia menjanjikan proses ini berjalan segera dan cepat, sehingga kepastian hukum anak-anak bisa segera dipastikan.

Sebenarnya dengan situasi saat ini sudah cukup rasanya bagi Adiba, namun saat Aslan meminta untuk dibuat secara resmi, tentu dia sangat bahagia mendengar usulan itu. Aslan ingin agar tidak ada pertanyaan atau perbedaan kelak saat anak mereka lahir, nama belakangnya beda dengan nama anak-anak sambungnya, sehingga dia ingin secara legal diproses agar kedua anak itu teradopsi resmi menjadi anak Aslan.

“kalian pesawat jam berapa?” tanya abahnya ke Aslan

“jam 1 siang ini, Bah…”

“ jam 10an lah kalian sudah harus jalan….”

“iya Bah….”

Lalu

“udah siapkan semua?”tanya Anissah

“udah Mi… cuma dua hari juga disana….”

“ya sudah….”

Adiba muncul dari dapur dengan membawa gelas minuman untuk Aslan

“ ade ngga ngambek kan?”

“ngga sih Mi… alhamdulillah dia ngerti sekarang-sekarang ini… “ tukas Adiba

Lalu senyuman muncul diwajahnya

“Cuma ngga mau sekarang dipanggil Ade….”

“Lho? Trus maunya dia?”

“dia maunya dipanggil Kaka, biar beda sama abangnya…. Biar yang diperut aja katanya dipanggil ade….”

Mereka tertawa semuanya

“aku bukan ade lagi lah…. Gitu katanya…”

Mereka tersenyum senyum membayangkan ekspresi wajah Arvind.

“kamu aman kan naik pesawat, Ka?” tanya Umi

“aman Mi…”

Aslan tersenyum

“lagian masa aku ditinggal?” sedikit manyun ekspresi wajahnya

“iya ngga, Yah?”

Aslan yang disenggol tersenyum simpul

“iya…..”

“bahaya kalo dilepas sendiri…..”

Aslan tertawa

“kamu itu, Ka… masa mau dicurigain juga suami kamu sendiri….” Ujar Jafar

“ih Abah yah…. Ini kalo ngga dipaksa balik dari Makasar, udah nyangkut di Maros kali….”

“mami… udah dong…” tegur Aslan pelan

“habisnya……”

Aslan lalu merangkul istrinya dengan lembut

“sarapan yuk….”

“keluar jurusnya kalo sudah terdesak gini” ledek Adiba

Mereka berempat tertawa lepas seketika, lalu bergegas ke belakang menuju ruang makan, karena pengacara datangnya pagi sekali hari ini, berkenaan dengan akan berangkatnya Aslan dan Adiba ke Kendari selama 2 hari disana, sehingga proses penanda tanganan dokumen adopsi anak dipercepat.

Hari ini setelah 3 bulan pernikahan mereka, Adiba dan Aslan akan ke Kendari untuk melaksanakan soft launching cabang mereka disana, setelah tertunda sekian lama, dari jaman Aslan masih di Delta Serasi, akhirnya kantor cabang ini bisa dibuka menyusul kantor cabang mereka di Surabaya yang sudah ada terlebih dulu.

Jalan Poros Kendari – Unaaha akan menjadi cabang baru PT Synergi Almahira di Kawasan timur Indonesia, dan selain untuk pelumas, mereka berdua pun mulai menggandengng investor lain untuk jadi agen penyalur BBM di Kawasan tersebut, dan sekalian Aslan juga mulai ingin membuka usaha marine cargo survey sendiri.



***************

“ayah…..” suara manja Adiba saat Aslan menariknya kedalam pelukan sesaat mereka berdua keluar dari kamar mandi dan hanya berbungkus handuk.

Adiba dibuat kelabakan dengan serangan dan ciuman Aslan ke bibirnya

“nakal….”

Lumatan lembut pun mendarat di bibirnya, dan mendapat perlakuan seperti ini seperti biasa Adiba tidak berdaya dibuatnya

“ayah…. “

Leher jenjang Adiba yang jadi tempat sensitifnya pun diserang oleh lidah Aslan

Akhirnya Adiba pun menyerah dan pasrah saat diajak ke atas ranjang oleh suaminya

Cumbuan penuh cinta di bagian dadanya yang mumbul dan agak membesar dengan kehamilannya, selalu jadi bagian terindah baginya untuk dicumbu sang pejantan perkasanya ini. Ujungnya yang tegang pun semakin mengeras saat disentuh lidah nakal Aslan.

Pahanya akhirnya membuka lebar saat suaminya mulai bermain diarea itu, yang lidah nakalnya yang turun dari dada, perut hingga ke area yang paling sensistifnya selalu membuat dia pasrah dan tidak mampu menolak keindahan yang ditawarkan oleh Aslan, dan selalu membuatnya bertekuk lutut.

“ayah…..” sengau suaranya saat kedua tubuh mereka melekat dan saling berpelukan erat.

Menikmati indahnya percintaan pagi ini, sambil merasakan sentuhan dan bersatunya kedua tubuh mereka, membuat adrenalin mereka terpacu kencang. Kulit saling menyatu dan menempel, nafas terengah engah, lidah saling melumat, dan cengkaraman tangan Adiba di pantat Aslan, yang harus sedikit berhati hati antara gemas dan nafsu, namun harus menjaga perut istrinya.

Jepitan lubang kenikmatan yang selalu basah dan hangat, jadi semakin licin dan memudahkan alur perjalanan sang pejantan untuk melancarkan serangannya agar bisa mencapai puncaknya.

Dan akhirnya sesaat setelah erangan dan jepitan paha Adiba menandakan dia sudah mencapai pulau impiannya, Aslan pun tidak lama menyusul dengan menghamburkan semua rasa keintimannya yang memuncak kedalam lembah penuh madu cinta nan nikmat milik sang istri.

Engahan nafas, dan saling berbaring bersisian, diikuti dengan pelukan dari Aslan ke sang istri, seakan menjadi ritual nikmat penutup acara indah bercinta di pagi hari ini. Anak-anak yang di sekolah dan situasi di lantai atas yang hanya ada mereka berdua, sedikit banyak membebaskan mereka dalam saling bercengkrama pagi ini.

Senyuman puas pun terukir, dan pelukan mereka kemabli menyatu, sambil elusan tangan lembut Adiba membelai wajah suaminya. Sosok jantan yang selalu membuat dia puas dan bahagia setiap kali mereka bercinta.

“aku ngga dandan yah…..”

“iya ngga apa-apa…”

“ya sudah, ayo cuci, nanti telat kita…”



********************

Keesokan harinya di Jalan Poros Kendari Unaaha.

Lahan seluas 2800 m2 ini terbentang di hadapan Aslan dan Adiba.

Hari ini ada syukuran kecil-kecilan untuk pembukaan kantor baru mereka di Kendari ini. Sementara waktu, staff yang ada akan berkantor di container box yang mereka modifikasi temporer untuk kantor operational mereka. Sementara kantor permanen berupa bangunan permanen dua lantai seluas 400 m2 nantinya akan berdiri di sisi kiri depan lahan ini, bersama dengan gudang untuk pelumas di sisi kanannya, serta pembangunan tanki penampungan bahan bakar minyak yang merupakan usaha gabungan dengan investor mereka di bagian belakang.

Adiba sangat bahagia, karena ini menjadi langkah baru untuk perusahaan mereka membuka jaungkauan yang luas sekaligus menandakan eksistensi mereka dibanding selama ini mereka hanya menyewa lahan dan seringnya disupply langsung dari Jakarta atau Surabaya. Namun kali ini mereka membangun sendiri di lahan milik, sekaligus menancapkan bendera mereka sendiri.

Vika dan Yani pun sudah resmi bergabung, bersama Riva yang memulai rintisan usaha Aslan dibidang cargo survey. Mereka menggarap marine cargo, sedikit berbeda dengan alur bisnisnya Yahya, meski tetap ada singgungan juga dengan Delta Serasi. Karena Aslan tetap menjaga agar jangan sampai terkesan ada usaha sempalan yang menggerogoti usaha Yahya. Dia tetap menruh hormat meski hubungan mereka berakhir kurang baik diujung karirnya di Delta Serasi

Yani sendiri berkantor di Makasar, dimana pusat untuk Indonesia timur, Aslan dan Adiba menyewa satu lantai salah satu gedung perkantoran di Makasar untuk kegiatan marketing, administrasi dan controlling management dan keuangan. Sedangkan untuk operational di pusatkan di Kendari.

Sukacita di hati Adiba terasa sangat melegakan hatinya melihat proses pembangunan, tepatnya dari mulai mereka mencari lahan ini semenjak tahun lalu, membayar lunas beberapa bulan lalu, dan begitu mereka menikah, langsung planning untuk menggarap rencana ini pun segera digagas.

Setelah perjalanan panjang, dimana dia kadang merasaa sendirian berjuang meski masih suka dibantu abah, dan juga marketing pasarnya suka dibantu Aslan, namun kali ini semuanya berbeda, suaminya benar-benar ada disampingnya membantu dan ikut turun tangan bersama.

Dia merasa betapa Allah sangat baik dan menyayanginya dengan memberi suami sebaik Aslan. Apalagi disaat mood nya yang sering turun naik dengan adanya kehamilannya, terlihat sekali Aslan sangat memakluminya. Bahkan sering dia cerewet dengan kondisi Adiba. Sesuatu yang sudah pernah dialami oleh Adiba, namun baru kali ini dirasakan oleh Aslan, sehingga wajar rasanya jika Aslan sangat bawel dengan kondisi Adiba.

Anak-anak lama yang pernah ikut dengan Aslan, baik yang kini bergabung dengan dirinya, atau masih di bendera Delta Serasi atau di perusahaan lain, juga pada datang di acara soft launching kantor barunya. Adiba bisa merasakan bagaimana Aslan sangat disegani dan disukai oleh anak buahnya dari dulu.

Meski kadang dia merasakan ada tatapan yang sedikit aneh karena mereka tahu kalau dia adalah kakak dari mendiang Nafia, namun Adiba memilih ntuk tidak mengacuhkannya. Bagaimana pun itu adalah bagian dari hidupnya yang harus dia jalani dan ikuti, sehingga dia bisa berada di posisinya saat ini.

Project Manager yang sedang memberi penjelasan tentang gambar kerja site plan ke dirinya dan Aslan sedikit membuat lamunan Adiba teralihkan

“ di belakang ini nanti kita gunakan sebagai tanki penampungan…” ujar sosok dengan helm putih

“oke…”

“ijinnya seperti sudah keluar, Pak Hadi sudah sampaikan bahwa semua ijin firm dan siap….” Sahut Kendarto, perwakilan dari Hadi Darmawan, salah satu investor yang bekerja sama dengan PT Synergi Almahira

“Persetujuan UKL dan UPL dari Direktorat Teknik dan Lingkungan Ditjen Migas, Surat Keterangan Kalibrasi Alat Ukur dari Direktorat Metrologi, SKPP, SKPI, dan Surat Izin Penggunaan Tangki Timbun dari Ditjen Migas , semua sudah kita siapkan….”

Adiba hanya menganggukan kepalanya mendengar penjelasan dari Kendarto, bagian legal dari perusahaan milik investor mereka.

“ini untuk lahan parkir mobil tanki, dan sebelah kiri untuk workshop serta mess untuk para sopir di belakang, jadi beda jalan masuk dengan akses karyawan kantor….”

Mereka lalu berkeliling melihat kondisi lahan yang sedang proses pembangunan. Anak -anak yang akan berkantor disitu juga sibuk ikut membantu menata meja dan alat elektronik seperti computer mereka sesuai dengan bagan dan tempat duduk yang sudah ditentukan.

“capek?” tanya Aslan ke Adiba

“ngga…” dia menggelengkan kepala

“ senang banget….”

Aslan tersenyum melihat istrinya. Kecantikannya di masa kehamilan malah semakin terlihat, binar wajahnya memancarkan kebahagiaan seorang istri yang mencintai dan dicintai sosok yang diyakininya akan selalu memberinya kebahagiaan.

“Mami yakin… ini akan sangat maju pesat dan berkembang luas….”

Aslan menganggukan kepalanya

“pasar kita sudah ada, tinggal jaga dan kembangin saja….”

“iya… tapi tetap evaluasi dan perbaikan harus selalu kita review…”

Adiba menggenggam tangan suaminya

“mami senang banget….”

Aslan menatapnya

“ada ayah sekarang di samping mami…..”

Senyuman Aslan tersungging

“ mami makin yakin dan makin semangat jadinya….”

Genggaman tangannya makin erat

“lihat anak buah Ayah sampai pada minta ikut…. Senang rasanya… artinya sosok ayah sangat mereka cintai dan hormati…..”

“nga lah…. Kebetulan saja…” Aslan memotongnya setengah merendah

“ngga dong, bagaimanapun sosok ayah yang mereka lihat….”

Aslan terdiam sesaat. Dia memang disisi lain meski bahagia dengan pencapaiannya sekarang ini, tetap saja dia merasa miris mendengar kondisi Delta yang dia harus tinggalkan beberapa bulan lalu, tepatnya dipaksa harus meninggalkan tempat yang sangat dia cintai itu.

Meski belum terasa goncangannya, namun resign masal dari beberapa anak-anak lama yang loyal beberapa bulan ini, bahkan yang kemudian menyebrang dengannya untuk bergabung di perusahaannya saat ini, rasanya sudah cukup memukul harga diri Yahya dan Fitri

“ayah….” Sapa Adiba

“ya Mi…”

Adiba tahu, apa yang dipikirkan oleh Aslan, makanya dengan cepat dia mengalihkan agar perhatian Aslan tidak tertuju kembali ke masa lalunya. Karena yang terpenting adalah jika mereka melihat masa depan mereka yang lebih baik lagi kedepannya.

“Yah…”

“ya Mi….”

“ade VC tuh….”

Adiba menunjukan ponselnya yang muncul nama Kaka Arvind

“yah De….” Sesaat setelah Aslan menekan tombol hijau di layar ponselnya

“ayah…. Kapan pulang?”

“Belum sayang, paling 2 hari lagi….”

“kok lama sekali, Yah?”

“ baru kemarin ayah sama mami kesini sayang”

“ih, lama tahu ayah….”

Aslan tertawa kecil

“kaka ikut besok kalau gitu….”

Aslan segera sadar bahwa anaknya sudah tidak mau dipanggil ade, meski tingkah lakunya belum berubah sama sekali

“ngga usah sayang, besok lusa juga ayah sama mami pulang….”

Agak manyun wajahnya disana

“sabar yah….”

“iya deh….”

Lalu

“ayah lagi ngapain?”

“ini lagi cek kantor kita yang baru….”

“kaka kapan bisa ikutan cek?”

“nanti pas sudah jadi kaka sama abang, umi dan abah kesini yah….”

“oke yah….”

Aslan tersenyum sambal melirik ke istrinya

“nanti aunty sama nenek diajak juga ngga?”

Pertanyaan Arvind seakan menggoncangkan hatinya. Dia terdiam sesaat dan hanya bisa melirik ke wajah istrinya yang juga terdiam. Semenjak mereka menikah, memang mereka belum juga bertemu dengan Ulfa, tepatnya Ulfa yang memilih untuk tidak memberi mereka kesempatan untuk bertemu.

“oh iya sayang…. Pasti…”

“beneran Yah?”

“iya sayang…”

“ soalnya tadi kaka ketemu sama aunty….”

“lho, kaka ke rumah aunty?”

“ngga, aunty yang kesini pas kaka turun dari mobil pulang sekolah…”

“oh gitu…”

“trus kaka makan disuapin sama aunty….”

Hati Aslan bagaikan mau robek mendengar pengakuan anaknya itu. Dia tahu Linda juga rindu dengan Arvind dan Rafi, rindu dengan dirinya juga selaku abangnya, rindu akan kebersamaan mereka seperti dulu lagi.

Seketika dia ingat akan Mamanya Ulfa.

Ibu kandungnya yang sangat dia cintai

Ibu yang hebat dan tangguh

Aslan tiba-tiba merindukan ibunya dan adiknya Linda. Sosok yang harus terpisah meski jaraknya dekat sekali dari rumah mereka. Sosok yang sangta dia cintai dan selalu buat dia kuat berjuang dan bekerja selama ini selain mendiang Fia.

Dia teringat kata-kata ibunya

“seandainya itu terjadi kepada adik kamu…. Mungkin Kevin sudah di ICU kali dibuat bengep sama kamu……”

Kata-kata mama saat tahu Adiba hamil.

Kata-kata yang memang 100 persen benar, jangankan aneh-aneh ke adiknya, menyenggol dan salah buang kata ke Linda saja bisa satu rumah diajak ribut oleh Aslan. Bukti betapa dia sangat mencintai adik dan ibunya.

Adiba yang melihat gelagat yang sedikit bergejolak di mata sang suamu, langsung bergerak menetralisir keadaan dengan memeluk Aslan dan mengajaknya bicara sambil mengelus punggungnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Dengan lembut dia menggenggam tangan suaminya dan mengajak ke arah kantor sementara mereka, untuk bergabung dengan semua karyawan dan perwakilan investor serta undangan untuk acara soft launching ini.



*********************

“ dream, believe, and make it happen……”

Penggalan sambutan Shakila Adeeba Kareem Syahril, yang menyandang gelar BBA atau Bachelor of Business Administration jebolan Singapore, saat diminta untuk berbicara di acara soft launching.

“semua ini diawali oleh impian…. Yang kami yakini akan bisa kami capai dengan bantuan doa, dan kerja keras…. Sehingga hari ini kita bisa berada disini untuk menapaki langkah baru bagi kita semua, terutama bagi kami di Synergi Almahira…..”

Tepuk tangan dari para hadirin yang hadir

“kelak tempat ini akan jadi pusat supplier ke area Kendari, atau Sulawesi Tenggara hingga ke Sulawesi Tengah, sekaligus tonggak awal kami semua di Kawasan timur Indonesia….”

“saya percaya, dengan kerja keras dan usaha yang tidak kenal Lelah, ikhtiar yang sungguh-sungguh, kita akan memimpin pasar yang ada….”

Satu hal yang dimiliki oleh Adiba namun tidak dipunyai oleh Aslan ialah public speakingnya yang mumpuni. Kemampuan berbahas Inggrisnya, ilmu administrasinya serta pendekatannya dalam bisnis terus dia asah, membuat usaha milik abahnya kini semakin berkembang. Ditambah dengan hadirnya Aslan membantunya memberi advise, memanfaatkan jaringannya untuk membantu pemasaran produknya Adiba, membuat setapak demi setapak usaha mereka semakin maju.

“Tak ada hal manis yang datang dengan sendirinya”

“ Tak ada hal indah yang jatuh begitu saja”

“ Semuanya harus diperoleh dengan kerja keras, dan kerja keras merupakan satu-satunya jalan mewujudkan tujuan dan menggapai keberhasilan dalam usaha kita ini.”

“ Kerja keras memang terasa tak menyenangkan, karena kita harus mendisiplinkan diri sendiri, menjaga komitmen dan komitmen tetap positif dan terjaga, dan kita harus berjuang mengalahkan diri sendiri dan bahkan melakukan pengorbanan”

“ Namun, saya percaya semua itu akan ada balasam yang setimpal”

“ Di ujung nanti, kita akan merasakan semua kerja keras kita terbayarkan”

“dan dream… even impossible dream bisa kita gapai….”

Tepuk tangan kembali membahana. Aslan dibuat terpukau akan gaya Adiba memotivasi anak buahnya yang baru ini. Optimisme yang ditularkan seakan membuat yang hadir bisa merasakan energi positif akan lingkungan baru di perusahaan ini.

“great speech, Bu….” Puji yang hadir

“keren Mi….” timpal Aslan

“berkat Ayah…. Yang selalu buat aku jadi wanita yang hebat….”

Senyuman manis dan penuh binar bahagia terpancar dari wajah cantik yang sedang mengandung buah hati mereka.

“dia mulai gerak sayang….” Bisik Adiba

“iya kah?”

“yup….”

Kandungan Adiba yang mulai masuk bulan ke lima memang sudah membesar, dan bayi dalam kandungan pun mulai agak aktif bergerak. Senyum Aslan pun lebar mendengar apa yang disampaikan istrinya.

“balik nanti kita USG….”

“oke Mi….”

“sepakat khan kita?” tanya Adiba

“sepakat apa?”

“mau cewe atau cowo… ayah harus oke…”

Aslan tertawa kecil

“sepakat dong….”

“ayah maunya anak cewe yah?”

Aslan terdiam sesaat

“ngga juga, cuma karena abang sama kaka kan sudah cowo, jadi biar manis lah….”

Adiba tertawa sambal sedikit bermanja dia menyandarkan kepalanya ke bahu suaminya. Yani dan Vika yang juga hadir dan sibuk mengurus catering dan makanan, sempat berpandangan dan tersenyum melihat kedua boss nya yang sedang saling bermanjaan itu.

“Hai….” Riva mengagetkan mereka berdua

“ngagetin ih….”

“lu berdua ngapain ngeliatin si abang?”

Riva dan anak-anak lama di Kendari dan Makasar masih terbiasa memanggil Aslan dengan panggilan abang.

Mereka tertawa pelan.

“cantikan mbak Nafia yah?” tanya Riva

“ngga sih…. Kalo aku bilang sih Mbak Diba lebih cantik….” Balas Vika

“masa sih?”

“kalo aku bilang sih Mbak Diba ini tegas orangnya, kalo bu dokter lebih lembut…..” sahut Yani “ Cuma yang ini berani dan sedikit ganas…. Heheheheh, cemburunya dia kelihatan sekali….”

“iya yah…. “

Mereka Kembali bertiga tertawa kecil



*****************


“bang…..” sapa Yani sambal mendekati Aslan dan Adiba

“kenapa?”

“baca deh…..” Yani menyodorkan handphonenya ke Aslan dan Adiba

Setengah mengernyitkan matanya, mereka lalu membaca sebuah pesan di aplikasi whatsapp di ponsel Yani

Bilang sama Aslan, jangan hrp dia bisa saingi Delta Serasi yah

Bagus lah kalian, kumpul jadi satu jadi pengkhianat, resign rame2 entah apa yang dijanjikan sama dia

Usaha yang keras, biar bisa saingin kita.


Dari nama pengirim segera mereka tahu siapa yang mengirim.

“emang dia tahu?” tanya Aslan agak bingung

“Tau lah, pasti pada pasang status….” Ujar Adiba sambil tersenyum ke arah Vika dan Yani, yang tertawa malu karena ketahuan update status di whatsapp mereka.

Mereka tertawa kecil

“iya Ka….”

Adiba tertawa

“biar aja…. Kalo dia anggap kecil kan ngga harus dia WA kalian seperti itu….”

Aslan tersenyum agak getir. Dia tidak berharap akan seperti ini tadinya, karena bagaimanapun dia tahu diri dan sangat menghormati semua jasa dan bantuan selama ini baik oleh Yahya maupun Fitri. Mereka meski membencinya saat ini, namun tetap selalu ada hormat dan sayang Aslan buat mereka.

“kaka ngga apa-apa kan?” tanya Yani

“iya Ka… ngga apa-apa khan?” timpal Vika, seakan kuatir dengan whatsapp dari Fitri akan mengganggu semangat Adiba dan Aslan.

Adiba tersenyum

“ngga apa-apa…. Aku hargai dia karena dia sudah sangat baik ke suamiku dan ke mendiang adikku… itu aja….” Ucap Adiba

“aku akan sangat kuatir justru kalau Lingga yang WA dia….” Ujar Adiba setengah meledek suaminya

Ucapan Adiba disambut tertawa oleh mereka yang ada disitu dan yang tahu kisah antara Aslan dengan Rani. Sedangkan Aslan hanya geleng kepala saat mendapat gurauan dari istrinya, dia lalu membelai kepala istrinya dengan lembut sambil matanya menatapa istrinya seakan memberi isyarat yang hanya dipahami oleh Adiba seorang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd