Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dina - Maafkan Aku Jika Mulai Menikmatinya

Apakah cerita ini bisa membuat pembacanya terangsang ??

  • Ya

    Votes: 300 96,2%
  • Tidak

    Votes: 12 3,8%

  • Total voters
    312
EPISODE 4 : DILUAR KESADARAN



Udara yang semakin dingin menandakan kalau sudah memasuki waktu subuh, walaupun masih dalam keadaan mengantuk aku tetap berusaha menggerakan tubuh ku bangkit dari tempat tidur untuk segera menjalankan tugas ku sebagai hamba yang baik. Aku melihat bahwa suami ku sudah tidak berada disamping ku, karena kebiasaanya untuk melaksanakan Sholat subuh di Masjid secara berjamaah karena letak masjid hanya berseberangan dari rumah ku.

Lalu aku menuju ke kamar mandi untuk melakukan mandi wajib karena habis melakukan hubungan suami istri dengan mas Wawan. Walaupun mandi wajib bukan kebiasaan ku, tetapi setiap subuh aku pasti selalu mandi karena dapat menyegarkan tubuh ku dan membuat ku lebih bersemangat. Selesai mandi dan melaksanakan kewajiban ku, kemudian aku melanjutkan kegiatan ku sebagai seorang istri untuk menyiapkan sarapan. Setelah suami ku berangkat kerja, sekitar pukul 08.00 WIB aku pun membuka warung ku. Begitulah kegiatan ku sehari – hari sebagai rutinitas yang aku jalanin dan aku sangat senang dan bahagia menjalankan hari – hari ku.

Setelah semua selesai membereskan meja dan mencuci piring sarapan serta masakan hari ini, sekitar pukul 10.00 WIB aku memutuskan untuk mejaga warung sambil duduk bersantai dimeja kasir sembari bermain Hp. Disaat adzan subuh berkumandang aku merasakan ada yang kurang, karena suara adzan bukan suara pak Yanto seperti biasa. Tiba – tiba terbesit didalam hatiku untuk menghubungi pak Yanto walaupun dalam pikiran dan hati ku memiliki dua hal yang berlawanan karena disisi lain aku merasa takut dan disisi lain aku merasa ingin mengetahui apa yang terjadi dengan pak Yanto dengan penuh pertimbangan akhirnya aku memberanikan diri untuk menghubungi pak Yanto :

Dina : Assalamualaikum pak ?? (bunyi pesan ku untuk pak Yanto)

Sudah sekitar setengah jam, belum juga ada balasan dari pak Yanto sampai aku pun mengantuk karena tidak adanya orang yang datang dan juga balasan dari pak Yanto. Namun baru hendak akan tertidur, tiba – tiba ada pesan balasan dari pak Yanto.

Yanto : Maaf Nuk, bapak terlambat balas.. tadi ketiduran selesai Subuh bangun bagun udah kesiangan.. jadi pekerjaan beres – beres masjid jadi keteteran. Semalam juga lambat tidurnya Nuk.. Sampai Subuh kelewatan, untung ada pak Rohman yang bangunin bapak..

Dina : Hummpp pantasan suara Adzannya beda, tuh kan makanya lain kali jangan chatingan sampai pagi.. jadi terlambatkan pak.. Ya sudah lanjutkan pekerjaannya sana, udah mau Dzuhur juga kan.. Nanti telat lagi.. Buruan mandi sana (Balas ku kembali, karena waktu juga sudah menunjukkan pukul 11.15 WIB yang menandakan waktu Dzuhur semakin dekat)

Yanto : Hehehehe iyaa Nuk, gimana lagi.. obrolannya seru jadi terbawa kan.. Mandiiin dong Nuk… hehehehehhe

Dina : Astaga bapak… udah jam segini masih sempat – sempatnya bercanda juga lagi.. udah jam 11.15 loh pak.. Kasian Jemaah nanti gak tau waktu Sholat.

Yanto : Hehehe iyaa Nuk, tapi bapak masih agak ngantuk soalnya tadi malam selesai kita chatingan, bapak gak langsung tidur.. karena penasaran sama cerita kita yang nanggung hihihihihi (balas pak Yanto dengan tambahan emot senyum)

Dina : Makanya pak, langsung mandi sana.. biar ngantuknya hilang.. lagian apa yang buat bapak penasaran dengan chat kita memangnya ? (balasan ku kembali)

Aku mulai merasa apa yang aku lakukan merupakan hal yang salah dan sudah ketelawatan batas, namun ada debaran – debaran dalam dada ku yang sangat sulit aku jelaskan saat aku membalas setiap pesan dari pak Yanto. Apalagi belakangan pak Yanto mulai berani membahas masalah yang sangat intim. Walaupun aku berusaha untuk menolak, tetapi tetap saja ada dorongan dalam diri ku untuk membalas dan meladeni setiap obrolan dari pak Yanto.

Yanto : Biasa lah Nuk, namanya juga lelaki kan.. apalagi bapak masih normal serta sendirian disini. Apalagi sekarang bapak dengan kamu Nuk seorang wanita hehehe tentunya selalu terbayang – bayang Nuk. Apalagi membahas tentang cara membuktikan hehehe (balas dari pak Yanto kembali)

Dina : Ihh apaan sih pak, ngomongnya makin ngelantur gak jelas.. mandi sana udah mau dekat waktu sholat .. (Jujur saja aku memahami apa yang sedang dibicarakan oleh pak Yanto, namun aku masih sedikit taku dan ragu – ragu untuk meladeninya karena masih memiliki rasa gengsi walaupun sebenarnya saat ini sudah tidak ada lagi batasan antara aku dan pak Yanto dalam hal komunikasi)

Yanto : Iyaa Nuk, ini sebentar lagi mau mandi.. kamu lagi ngapain Nuk ?

Dina : Lagi di warung aja pak, kayak biasa nunggu orang yang datang..

Setelah aku membalas pesan dari pak Yanto, tiba – tiba ada panggilan masuk yang ternyata dari pak Yanto. Namun ini bukan panggilan telepon, malainkan panggilan video call. Aku melihat panggilan dari pak Yanto dengan sedikit kembimbangan antara ingin mengangkat atau menolak panggilannya. Namun karena aku penasaran, aku pun mengangkat panggilan VC dari pak Yanto dengan sedikit agak gemetaran karena aku baru pertama kali melakukan panggilan VC dengan lelaki lain yang bukan suami atau keluarga ku melainkan dengan orang lain apalagi yang saat ini memanggil adalah seorang pria.

Yanto : Assalamualaikum Nuk, maaf bapak VC soalnya kangen banget sama kamu. Kan belakangan udah jarang ketemu hehehehe (terlihat wajah pak Yanto sambil tersenyum, selain itu saat ini pak Yanto hanya menggunakan handuk seperti orang yang sedang bersiap – siap untuk mandi. Terlihat badannya nya yang gempal dan ditumbuhi banyak bulu disekitar dada sampai dibawah pusar perutnya yang sedikit agak bunci).

Dina : Kok bapak tiba – tiba VC sih, mana gak pakai baju lagi.. buruan sana mandi nanti telat lagi loh adzannya… (Disaat aku memperhatikan tubuh pak Yanto, hal yang membuat ku merinding adalah sebuah tonjolan dari balik handuknya yang begitu besar.. apa pak Yanto sengaja melakukan nya untuk memancing ku batin ku dalam hati)

Yanto : Iyaa Nuk, ini bentar lagi bapak mau mandi kok… VC sebentar aja kok, kan beberapa hari ini sibuk.. jadi jarang mampir ke warung..

Dina : Ya udah buruan sana bapak mandi, kasian Jemaah nanti telat lagi tu.. Lagian mau ngapain lagi pak.. nanti jemaah marah loh..

Yanto : Ya udah, bapak mandi dulu deh kalau gitu…

Pak Yanto pun kemudian mematikan panggilan VC nya, sebenarnya aku masih penasaran dengan tonjolan yang ada dibalik handuk pak Yanto, apakah benar yang dibilang pak Yanto kalau istrinya sampai bisa tidak bisa jalan. Tak terasa waktu Dzuhur pun sudah masuk, sebagai umat yang baik aku langsung bersiap – siap melaksanakan kewajiban ku. Namun sebelum nya aku menutup warung ku terlebih dahulu. Setelah kewajiban ku selesai, aku tidak langsung beranjak untuk membuka warung. Namun aku memilih rebahan sebantar dikasur, sambil memikirkan perkataan pak Yanto yang masih terbayang – bayang didalam pikiran ku. Astaga, apa yang terjadi dengan diriku. Belum hilang rasa penasaran ku dengan perkataan pak Yanto, kini aku dibuat lebih penasaran dengan tonjolan yang ku lihat dibalik handuk pak Yanto. Tanpa ku sadari lamunan ku tentang pak Yanto menuntun nafsu ku yang secara tidak sengaja tangan ku bergerak diluar akal pikiran menuju kemaluan ku. Aku pun mulai meraba – raba kemaluan ku sendiri dari luar gamis yang ku kenakan. Rasa nikmat yang melanda tubuh ku, mulai merubah posisi ku yang kini sudah dalam keadaan rebahan dengan kaki yang mengangkang dengan tangan kanan sudah mulai masuk kedalam celana dalam ku dan memain kan kemaluan ku. Sedangkan tangan kiri bergerak aktif meremas – remas payudara ku. Aaaaaahhhhh,, paaakkkk…. Aahhh… aaahhhhh hingga tanpa ku sadari aku menyebut nama pak Yanto dalam desahan ku… aahhhh paakk Yanntoo… aaahhhh..

Rasa nikmat dalam permainan ku sendiri membuat ku merasakan sesuatu yang ingin kembali meledak aahhhh … aaahhh… aaahhhh …. Dengan desahan yang semakin kuat mendorong ledakan yang keluar dari dalam tubuh ku.. hinggaaa creeettttss… cccrreettt… cccreeetttt kurasakan cairan keluar dari kemaluan membasahi jari jari yang memainkan kemaluan dan membuat celana dalam ku menjadi basah.. oohhhhh… Nafas yang tersenggal – senggal serta rasa nikmat yang melanda membuat ku kelelahan dan tertidur dengan rasa puas...

Tak terasa suara Adzan Ashar yang berkumandang terdengar sampai ketelinga ku, yang membuat ku terbangun. Namun kali ini aku merasa sangat begitu segar, tubuh ku terasa sangat ringan dan adanya perasaan bahagia yang aku rasakan. Apa ini karena tidur ku yang nyenyak atau karena aku kembali mendapatkan kepuasan setelah lama tidak mendapatkannya dari suami ku. Tapi apapun itu yang penting aku harus segera membersihkan tubuh ku dan melaksanakan kewajiban ku, setelah itu aku juga harus membuka warung ku sambil menunggu kepulangan suami ku.

Beberapa saat warung dibuka, beberapa pembeli membeli seperti rokok, mie dan lain – lainnya. Sedangkan ada juga beberapa sales datang untuk manawarkan produk dan menagih uang dari produk yang dititipkan. Aku pun dengan sigap melayani hingga tak terasa pukul 17.30 WIB dan suami ku pun sampai dirumah. Seperti yang aku bilang sebelumnya, suami ku mampu memenuhi semua kebutuhan rumah tangga kami sehingga tidak mengizinkan ku untuk bekerja. Namun suami ku menyetujui aku untuk membuka warung untuk mengisi waktu luangku dirumah, toh kami juga belum memiliki anak sampai saat ini.

Malam pun menjelang, setelah makan dan lalu suami ku menuju masjid untuk melaksanakan Isya berjamaah.. Sedangkan aku menunggu dirumah.. Sesampainya dirumah, suami ku pun langsung menemani ku rebahan dikamar. Kami mengobrol banyak hal sebelum tidur, mulai dari pekerjaan nya hingga cerita – cerita random. Aku yang siang tadi sangat bernafsu pun mencoba merayu suami ku untuk bersetubuh, namun suami ku malah menolak karena merasa lelah dengan pekerjaan. Hal inilah yang terkadang membuat ku jengkel karena disaat aku menginginkan suami ku malah memilih tidur.

Baru sebentar saja suami ku sudah terlelap dalam tidurnya walaupun waktu menunjukkan pukul 21.15 WIB, sementara berbeda dengan aku yang saat ini belum mengantuk. Aku pun memutuskan untuk membuka Hp yang sedari siang tadi tidak ada aku sentuh selain karena ketiduran dan sorenya sibuk melayani pengunjung yang datang ke warung ku. Disaat sedang mengecek Hp, tiba – tiba masuk pesan dari pak Yanto yang langsung dengan cepat aku buka..

Yanto : Assalamualaikum Nuk … Bapak ganggu gak nih… (Isi pesan dari pak Yanto, dengan sedikit antusias aku pun membalas pesan dari pak Yanto)

Dina : Waalaikumsalam pak, gak kok pak … ada apa yaa ?? (balasan pesan yang aku kirim ke pak Yanto)

Karena merasa mendapat respon yang baik dari ku, kemudian pak Yanto kembali membalas pesan ku. Tentunya obrolan pembuka terlihat biasa saja, pak Yanto menceritakan kegiatannya baru nya sebagai pembantu tukang yang sedang melakukan perbaikan pagar Masjid yang roboh yang baru dimulai setelah dzuhur hari ini. Pekerjaan perbaikan pagar tentunya memakan waktu cukup lama, sehingga pak Yanto akan jarang singgah ke warung ku. Aku yang merasa senang dengan pekerjaan baru pak Yanto turut memberikan dukungan dan samangat kepada pak Yanto. Pelan namun pasti, obrolan biasa aja kembali menuju yang lebih intim..

Yanto : Yahh kan kalau gak singgah ke warung kurang leluasa aja Nuk, gak bisa ngobrol secara langsung hihihihi

Dina : Laahh bapak ini gimana .. kan lewat chatingan juga ngobrol juga kan.. (balasan pesan ku kembali)

Yanto : Iyaa ngobrol juga, tapi kan bapak gak bisa liat bidadarinya… hihihih (dengan sedikit tambahan emot senyum diujung kalimatnya).

Dina : Aihhhh bapak gombal terus… lagian sama aja kok pak sama – sama ngobrol (mendapat pujian dari pak Yanto membuat ku sedikit melayang, maklum saja suami ku sendiri jarang memuji ku. Tentunya mendapat pujian membuat ku semakin terbang walapun hanya pujian sederhana sudah membuat ku menjadi lebih senang)

Yanto : hehehe kalau secara langsung kan enak Nuk, mana tau kamu mau membuktikan rasa yang gak bisa jalan (balasan pesan pak Yanto kembali, karena aku yang sedikit kesal dengan suami ku ditambah lagi rasa penasaran ku dengan perkataan pak Yanto tentunya membuat ku terbawa suasana untuk membalas pesannya kembali)

Dina : Memang bagaimana pak cara membuktikannya pak ? coba buktikan kalau berani.. (balas ku kembali dengan sedikit menantang keberanian pak Yanto tentang pembuktian yang diceritakannya)

Yanto : Hihih berani kok Nuk, memangnya kamu mau bapak buktikan kapan ?? malam ini.. hehehehhe (tantang pak Yanto kembali dari balasan pesannya)

Dina : Ihh makin aneh aja bapak malam – malam gini, ada suami ku loh pak… Lagian bagaimana bapak caranya ??

Yanto : Yaa jangan sampai suami kamu tau Nuk, hehehhe caranya yaa bapak gantiin suami kamu malam ini .. Tapi kamu siap gak Nuk… heheheh (balas pak Yanto kembali dengan emot senyum diujung kalimatnya)

Dina : Siap apa dulu pak .. Kalau memang ada untung nya aku siap – siap aja kok, tapi kalau malah banyak ruginya aku gak mau lah..

Yanto : Hehehe bapak jamin deh Nuk, kamu gak bakalan merasa rugi.. malahan nanti pasti minta nambah…

Dina : Ya udah coba aja, kalau memang iya gak akan buat aku rugi… (balas pesan ku yang sudah diluar nalar pikiran ku)

Yanto : Baiklah, bapak kesana yaa sekarang… (balas pesan pak Yanto yang saat ku baca malah membuat ku takut)

Dina : Ihhh apaan sih pak datang malam – malam, ada suami ku loh pak…

Yanto : Tapi bapak mau membuktikannya Nuk… (Karena rasa takut yang muncul secara tiba – tiba membuat akan sehat ku kembali tersadar dan langsung menutup obrolan dengan pak Yanto)

Dina : Hummppp udahan dulu ya pak, besok bapak kerja kan… jangan tidur malam – malam lagi, nanti subuhnya ketinggalan lagi pak… Aku tidur duluan yaa pak udah ngantuk.. Assalamualaikum…

Setelah balasan pesan ku menutup obrolan lalu aku mematikan ponsel ku dan langsung memeluk suami yang sedari tadi sudah dialam mimpi. Sambil memandang wajah suami ku aku merasa sedikit menyesal karena sudah terlalu jauh membangun komunikasi dengan pak Yanto. Apa ini kesalahan ku atau karena kesalahan suami ku yang belakangan terlalu sibuk dengan pekerjaan. Kenapa aku memiliki pemikiran seperti ini, maafkan aku mas Wawan.

Pagi pun menjelang, aku pun mejalan kan aktivitas ku seperti biasa melaksanakan tugas ku sebagai seorang istri yang melayani suaminya. Disaat aku menghantar suami ku bekerja, tepatnya pukul 08.00 WIB tiba – tiba aku dikejutkan dengan kedatangan kakak sepupu ku yang ingin mengajak ku berkunjung kerumah sodara kami. Setelah mendapat izin dari suami, kemudian aku bersiap – siap dan memastikan keadaan rumah sudah aman aku pun langsung menaiki mobil untuk langsung pergi dan pulang pada jam 16.30 WIB. Sesampainya dirumah, aku langsung mandi dan menyiapkan makanan untuk suami ku yang akan pulang sebentar lagi.

Kegiatan rutin kami pun selesai dari makan malam bersama hingga melaksanakan Isya berjemaah. Kemudian aku mengajak suami ku untuk tidur, karena hari ini hasrat ku sedang kembali tinggi aku pun mengajak suami ku untuk berhubungan suami istri namun suami ku menolak ajakan ku karena alasan sudah ngantuk dan capek sambil mengelus kepala ku “Maaf ya mah, besok yaa.. papa capek banget” yang diikuti dengan ciuman dikening ku. Dengan perasaan yang sedikit jengkel aku pun membalikkan badan ku sehingga membelakangi suami yang dalam sekejap sudah tertidur dengan pulasnya. Karena perasaan jengkel yang aku rasakan, tentunya berdampak terhadap hilangnya rasa kantuk ku yang membuat ku tidak bisa tidur. Untuk mengurangi birahi ku, aku pun langsung mengambil ponsel ku dan menghidupkannya karena sedari semalam aku matikan.

Setelah Hp ku menyala, ternyata begitu banyak pesan yang masuk baik dari keluarga dan tentunya dari pak Yanto. Setelah aku membalas semua pesan dari keluarga ku, barulah aku membalas pesan dari pak Yanto kemudian…

Dina : Aku gak marah kok pak, buktinya aku balas kan (isi pesan ku kepada pak Yanto, karena saking banyaknya pesan yang aku ingat hanya dia bertanya apakah aku marah kepadanya karena seharian tidak membalas pesan darinya, tentunya alasan ku masih membangun hubungan dengan pak Yanto karena pak Yanto dapat menjadi tempat ku untuk bercerita sehingga membuat ku sedikit lega)

Yanto : Iya sih Nuk, tapi kan sebelumnya gak pernah – pernah balasnya lama kan.

Dina : Iya pak, aku gak marah kok..

Yanto : Alhamdulillah kalau kamu gak marah sama bapak Nuk, kalau kamu marah bapak jadi gak punya teman untuk cerita lagi hehehehe makasihnya Ninuk sayang udah gak marah

Dina : Ishhh gak boleh pak, panggil sayang sama istri orang.. (balas ku kembali dengan sedikit senyum karena ulah pak Yanto yang sering membuat ku malu dan senang dengan setiap ucapan, rayuan dan gombalannya)

Yanto : Boleh gak Nuk, kalau bapak panggil kamu sayang… (Astaga, aku sangat terkejut dengan pertanyaan dari pak Yanto yang ingin memanggil ku sayang, tentunya permintaan nya kali ini sangat aneh bagi ku)

Dina : Gak boleh pak, manggil sayang – sayang ke istri orang loh. Nanti suami ku marah kalau bapak panggil aku sayang..

Yanto : Hihih berarti kalau suami kamu gak tau, bapak boleh dong panggil kamu sayang Nuk..

Dina : Tetap aja tidak boleh pak nanti ketahuan suami ku (pada dasarnya aku ingin mengatakan terserah bapak saja, tapi kan tidak mungkin aku mengatakan itu dengan mudahnya)

Yanto : Usahakan jangan sampai ketahuan dong Nuk, kan bisa saja nama bapak diganti dengan nama perempuan biar kalau Wawan nanya bisa bilang bapak adalah temen kamu.. hehehehehe

Dengan begitu penjangnya perdebatan yang terjadi antara aku dan pak Yanto hanya untuk panggilan sayang, akhirnya aku menyerah dan mengiyakan permintaannya dengan syarat tidak boleh memanggil ku sayang didepan suami ku.

Yanto : Makasih ya Ninuk sayang ku, jadi bapak boleh kan panggil Ninuk sayang …

Dina : Hummmpppp iya pak boleh…

Yanto : Makasih Ninuk sayang ku yang manis dan cantic (balas pak Yanto kembali dengan adanya tambahan emot senyum di ujung kalimatnya)

Dina : Tuh kan mulai lagi deh keluar gombalannya.. (jawan ku sedikit agak ketus, namun diujung kalimatnya aku tetap menambahkan emot senyum)

Yanto : Bapak kangen deh singgah ke warung kamu, pengen bincang – bincang dengan bidadari yang manis

Dina : Yakin bapak cuma mau bincang – bincang aja ? (pancing ku kembali)

Yanto : Sebenarnya bukan cuma ingin bincang – bincang saja tetapi pengen yang lebih dari itu hehehe (pembahasan inilah yang aku tunggu – tunggu karena dengan membaca pesan dari pak Yanto saja sudah membuat nafas ku semakin berat)

Dina : Memangnya bapak pengen apa coba ? (Tanya ku kembali)

Yanto : Pengen peluk kamu kalau ada kesempatan hehehehhe

Dina : Ihhh aku jadi takut sama bapak, main peluk – peluk aja. Nanti ada yang nonjol kayak waktu VC kemaren loh hehehehe (balas pesan ku kembali yang sudah kehilangan kontrol karena saat ini aku semakin bernafsu saat kembali membayangkan tonjolan yang pernah aku lihat dibalik handuk pak Yanto)

Yanto : Hahah itu lah yang buat istri bapak keenakan Nuk, sampai – sampai gak bisa jalan.. kalau Ninuk mau liat aslinya juga boleh kok .. (tawar pak Yanto memalui balasan pesannnya)

Dina : Gak ahh pak, gak mau .. aku takut.. nanti suami ku lihat.. kemaren aja aku sudah takut melihatnya lagian aku juga malu pak (balas ku kembali)

Yanto : Kok malu sih Nuk, kan kamu juga pernah liat punya nya Wawan.. jadi kenapa malu..

Namun hal yang tidak aku duga – duga adalah tiba – tiba pak Yanto mengirimkan foto kelaminnya yang sedang berdiri tegang berwarna sedikit kocoklatan sesuai warna kulitnya serta dikelilingi urat dan ditumbuhi banyak bulu yang lebat. Aku yang melihatnya pun menjadi syok dan terkejut hampir saja berteriak dan menjatuhkan Hp ku karena terkejutnya. Aku sungguh tidak menyangka kalau pak Yanto seberani itu, seharusnya aku marah dengan perbuatan yang dilakukan oleh pak Yanto, namun rasa penasaran membuat ku mampu mereda amarah ku.

F-QCvzybcAAz102

Dina : Pak kok ngirimin aku seperti, kan aku gak ada minta pak… (Balasan aku dengan sedikit agak ketus)

Yanto : Bapak sengaja kirim, biar kamu gak perlu malu lagi Nuk.. hehehe

Dina : Tapi gak begitu juga pak, tiba – tiba dikirimin hal seperti itu (Walaupun balasan pesan ku seperti orang yang sedang marah, namun dalam hatiku sangat ingin sekali dikirim foto kemaluan pak Yanto yang membuat ku penasaran dan ingin lagi mendapatkannya)

Yanto : Sekarang gantian dong Nuk, bapak juga pengen liat punya kamu.. (Astaga aku lagi – lagi dibuat terkejut dengan permintaan pak Yanto kepada ku yang membuat ku gemetaran)

Dina : Memangnya bapak juga ingin melihat punya ku juga ?

Yanto : Iya Ninuk sayang,, boleh kan … (balas nya kembali)

Dina : Sebentar ya pak…

Aku pun memastikan keadaan suami ku yang sudah tertidur pulas, dengan rasa gemetaran aku pun mengangkat daster ku dan menurunkan celana dalam ku sampai sepaha. Dengan rasa takut dan deg – deg kan aku pun memfoto kemaluan ku. Namun karena pencahayaan yang tidak terlalu terang sehingga foto yang diambil menjadi gelap.

Dina : Maaf pak dikamar gelap, jadi gak bisa.. Mau hidupkan lampu takut nanti mas Wawan bangun.. lain kali aja ya pak .. (isi pesan yang ku kirimkan ke pak Yanto)

Yanto : Yahh, padahal bapak udah nunggu hehehe… Coba cari tempat yang terang Nuk, diluar mungkin atau pura pura ke kamar mandi aja..

Desakan – desakan dari pak Yanto seperti memberikan ku sugesti yang mendorong pikiran ku untuk memenuhi keinginan dari pak Yanto malam ini, namun didalam diri ku terbelah menjadi 2 kubu yang satu menolak melakukan karena sudah keterlewatan batas sedangkan satu lagi hasrat ku yang memuncak mendukung rasa penasaran ku untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pak Yanto.

Dina : Sebentar pak… (balas ku kembali)

Dengan sedikit keberanian dan rasa gemetaran aku mulai bangkit dari tempat tidur ku dengan pelan – pelan sambil terus memastikan keadaan suami ku yang sedang tertidur dengan pulasnya. Dengan pelan saat kaki ku sudah menginjak lantai mulai berjalan pelan – pelan keluar dari kamar menuju dapur karena disana cahaya yang lebih terang. Saat keluar kamar aku berjalan seakan – akan dilator bertebaran pecahan – pecahan kaya yang dapat melukai kaki ku bila tidan berjalan hati – hati, itu lah anggapan bagaimana saat ini aku melangkah dengan pelan tanpa menimbulkan suara yang dapat membangunkan suami ku.

Dengan berjalan perlahan – lahan akhir aku sampai di dapur, dengan nafas yang berat dan deguban jantung yang kencang aku mulai membuka ponsel ku untuk membuka kamera. Karena saat ini aku mengunakan daster, aku pun mengangkat bawahannya dan menurunkan celana dalam ku. Aku pun duduk di kursi makan dengan posisi kaki yang mengangkang aku pun mengambil foto kemaluan ku dengan lebih baik yang nanti aku akan kirimkan ke pak Yanto.

Setelah merapikan kembali daster dan celana dalam ku, aku kemudian membuka ruang chating dengan pak Yanto, lalu aku mengambil foto kemaluan ku yang ingin aku kirimkan. Dengan penuh keraguan dan gemetar membuat ku beberapa kali menunda untuk mengirimkan foto tersebut sehingga menimbulkan gejolak kembali dalam diri ku. Dimana pikiran negatif yang tadinya muncul, pelan – pelan berganti dengan pikiran positif dan mulai logika ku kembali yang menyadarkan ku karena telah melakukan perbuatan yang salah. Didalam renungan ku, aku berpikir dalam hal ini tidak ada yang bisa disalahkan selain diri ku sendiri karena telah bertindak diluar logika pikiran ku.

Aku yang melamun kemudian dikejutkan dengan masuknya panggilan dari pak Yanto, aku yang masih dalam keadaan menyesal kemudian menolak panggilan pak Yanto kemudian mematikan HP ku. Perasaan campur aduk yang melanda diri ku membuat rasa dahaga yang begitu kuat hingga aku pun berlari untuk mengambil segelas air putih lalu meminumnya untuk menyadarkan ku dari pikiran yang sedang berkecambuk.

Sejenak aku terdiam didapu untuk menenangkan pikiran – pikiran yang sedang berkecambuk dalam pikiran ku, beberapa menit kemudian aku pun langsung beranjak menuju kamar untuk berbaring agar bisa terlelap. Sebari menatap wajah polos suami ku dalam tidurnya, kali ini aku ingin membatasi dan memberikan ruang kepada pak Yanto untuk lebih dalam menggoda ku.

Keesokan harinya aktivitas ku berjalan seperti biasa, aku juga masih tidak menyalakan Hp ku setelah kejadian semalam. Untung nya hari ini kegiatan ku cukup banyak, selain karena aku harus berberes rumah. Aku juga berencana untuk ke pasar membeli bahan makanan untuk persediaan dirumah hingga pukul 14.00 WIB aku pun sudah kembali dari pasar dan kemudian merapikan bahan belanja seperti sayur dan lauk pauk yang sudah aku bersihkan serta aku letakkan di kulkas dengan rapi. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.40 WIB aku terdengar suara adzan ashar yang berkumandang, suara yang tidak asing bagi ku dan kembali membuat ku teringat akan seorang laki – laki yang belakangan ini sering menemani ku. Aku mulai merasa sedikit adanya kehampaan dan kekosongan dalam hari – hari ku bila tidak berkomunikasi dengan pak Yanto. Untuk menghilangkan pikiran ku tentang pak Yanto, aku pun memutuskan untuk menunaikan kewajiban ku.

Selesain melaksanakan kewajiban ku, aku kemudian rebahan didalam kamar ku dan menghidupkan Hp ku.. Astaga ternyata sudah banyak pesan yang masuk, terutama dari pak Yanto dengan berbagai isi pesan yang masuk mulai dari kenapa panggilan teleponnya dimatikan tadi malam hingga rasa khawatir apakah aku ketahuan sama suami ku karena menuruti permintaannya dan berbagai rasa kekhawatiran dari pak Yanto yang membuat ku sedikit merasa menyesal dan sedih saat membaca setiap pesan dari pak Yanto. Hingga sebuah pesan terkahir yang sangat panjang namun inti dari pesannya adalah pak Yanto meminta maaf atas semua perlakuan yang telah dilakukannya kepada ku yang telah kelewatan batas dan berjanji tidak akan mengganggu ku lagi karena sudah terlalu jauh. Dalam pesannya juga pak Yanto mengatakan kalau akan pergi agar bisa jauh dari ku.

Membaca pesan dari pak Yanto yang begitu dalam membuat ku terharu dan sangat tersentuh yang membuat hati ku luluh dengan setiap perkataannya. Seharusnya aku merasa senang karena mungkin ini adalah jalan yang paling baik untuk tidak berbuat terlalu jauh, tetapi perasaan lain muncul seakan aku masih ingin berkomunikasi dengan pak Yanto karena saat ini pak Yanto adalah laki – laki selain suami ku yang sangat dekat dengan ku dan juga mau mendengarkan setiap cerita ku. Selain itu, aku juga merasa kehadiran pak Yanto dalam hidup ku sering membuat suasana hati ku yang kosong sedikit bergembira dengan setiap candaan dan rayuan gombal nya.

Dalam keadaan bimbang dengan keputusan ku untuk tetap menghindar dari pak Yanto atau aku ingin pak Yanto tetap selalu ada untuk ku membuat ku menjadi kalut. Ingin rasanya sore ini aku menelepon pak Yanto untuk meminta maaf karena sudah mengabaikan setiap perhatiannya namun rasa gengsi masih terus menahan ku melakukannya. Selain itu bayangan tentang semua kejadian yang telah dilalui melintas didalam pikiran ku, seakan masih ada jawaban yang ku inginkan dari pertanyaaan yang belum tersampaikan. Hingga aku memejamkan mata dan menarik nafas yang begitu panjang dan kemudian menghembuskan nya lalu dengan keputusan yang bulat aku pun membalas pesan terakhir dari pak Yanto

“Pak Jangan Pergi, Temani Aku Disini”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd