Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dina - Maafkan Aku Jika Mulai Menikmatinya

Apakah cerita ini bisa membuat pembacanya terangsang ??

  • Ya

    Votes: 297 96,1%
  • Tidak

    Votes: 12 3,9%

  • Total voters
    309
EPISODE 10 : DIANTARA DOSA DAN KENIKMATAN



Pagi pun menjelang, aku yang kelelahan pun sampai melewatkan subuh ku setelah semalam aku digauli dengan penuh nafsu oleh pak Yanto sampai aku mencapai orgasme berkali – kali. Saat aku meraba bagian kemaluan ku, masih bersisa cairan putih kental yang keluar dari liang vagina yang aku tau itu adalah sperma. Siapa lagi yang mengeluarkan sperma di Vagina ku selain pak Yanto yang tadi malam berhasil menancapkan penisnya kedalam vagina ku. Aku pun langsung beranjak menuju kamar mandi, dibawah pancuran air aku bersandar dan mengenang semua yang telah terjadi pada ku tadi malam. Dalam lamunan, aku berusaha mengingat semua yang telah aku lakukan dengan pak Yanto dosa yang besar.

Dina : Gak mungkin, ini tidak pernah terjadi… aku telah berdosa.. Tapi rasanya sungguh nikmat sekali..

Semua yang dikatakan pak Yanto benar, bahwa kenikmatan dalam bercinta merupakan hal yang harus dicapai untuk mendapatkan kepuasan. Semalam bergitu sangat nikmat namun semua nya adalah dosa batin ku. Walaupun sebagian pikiran ku menerima kenikmatan dari pak Yanto, namun sebagian pikiran sehat ku mengatakan kalau semua ini salah dan dosa yang muncul dan membuat ku semakin terbelenggu membuat ku kembali tidak merasakan kebebasan menikmati kepuasan yang baru saja aku dapatkan.

Perbuatan zina yang aku lakukan dengan pak Yanto dimalam pergantian tahun semalam, membuat pikiran ku semakin kalut akan rasa dosa yang telah aku perbuat. Tak pernah terbayang kan oleh ku jika dimalam itu aku pun akhirnya mengalah dengan nafsu dan kenikmatan yang tidak pernah aku dapat selama menikah dengan mas Wawan. Aku pun menangis sejadi – jadinya, dimana aku telah menodai kepercayaan mas Wawan suami ku yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk ku. Sunggu penyelasan datang belakangan, semua sudah terjadi. Sambil bercermin di kamar, aku barusaha untuk menenangkan pikiran ku, namun mimik wajah ku tidak bisa aku sembunyikan. Rasa sedih dan kecewa bisa terlihat sangat begitu jelas dari raut wajah ku di pagi ini.

Berzina dengan laki – laki lain, bukanlah hal yang aku inginkan. Namun bayang – bayang pak Yanto masih terus ada didalam pikiran ku, bagaimana tidak dengan penisnya yang besar membuat malam itu vagina ku merasakan sesak yang luar biasa. Anehnya, rasa sesak, perih dan sakit yang aku rasakan hilang dalam sebuah kenikmatan hingga aku mencapai kepuasan bersama dengan pak Yanto sampai akhirnya subuh menjelang.

Hari ini aku tidak membuka kedai ku, karena aku ingin bermalas – malasan. Aku hanya duduk di Sofa ruang tamu ku, sambil memainkan ponsel ku dan juga berbalas pesan dengan suami ku yang belum tau kapan akan pulang. Didalam kesendiriannya, kembali terbayang – bayang disaat pak Yanto merayunya tepat di Sofa yang saat ini aku duduki. Masih terlihat jelas dalam ingatan bagaimana pak Yanto berhasil mencumbu ku. Bayang – bayang yang muncul pun membuat ku lagi dan lagi terbawa didalam gelora nafsu yang mulai merasuki pikiran ku. “Aaaaahhhhh” desah ku saat merasakan kegelisahaan yang semakin kuat saat menahan birahi yang mulai muncul didalam pikiran ku yang membuat tubuh ku menjadi panas seakan – akan ingin telanjang untuk menuntaskan birahi dan hasrat yang mulai kembali menghantui pikiran ku.

Tangan ku pun bergerak sendiri menyentuk payudara ku yang membuat semakin nikmat kenangan yang menghantui pikiran ku. Aku pun membayang tangan – tangan kasar pak Yanto sedang meremas – meremas kembali payudara ku dari luar baju yang ku kenakan. Hingga nafsu kembali merasuki pikiran ku dan secara tidak aku sadari tangan ku pun beranjak turun hingga masuk kedalam celana pendek menuju vagina ku. Jemari ku pun kini sudah menyentuk bibir vagina ku yang mulai basah, bergerak naik turun karena licinnya permukaan yang dibasahi oleh pelumas yang keluar karena nafsu yang tidak bisa lagi aku tahan. Perlahan – lahan aku pun mulai menelanjangi tubuh ku sendiri untuk menambah sensasi nikmat, hingga membuat mata ku sampai memejam untuk menikmati dan melampiaskan nafsu yang kembali hadir didalam didalam diriku.

“Aaaahhhh….. Aaaaaahhh… Paaahhhhh… kenapa kamu tidak bisa seperti pak Yanto ?” Desah ku heran karena mas Wawan tidak mampu memuaskan birahi ku seperti pak Yanto. “Ouughhhh.. paaaakkk Yaaanntoooo” Desah ku saat membayangkan saat ini pak Yanto lah yang sedang meremas payudara ku serta tangan nakalnya sedang bermain membelai bibir vagina ku yang semakin basah.

Aku masih bisa merasakan bagaimana buasnya pak Yanto menikmati tubuh ku, penisnya yang besar dan keras menerobos liang senggama ku. Aku juga masih bisa merasakan remasan tangan kasar pak Yanto saat mencengkram bulatan payudara ku yang menimbulkan rasa yang berbeda, menambah rasa nikmat dan membuat ku semakin mabuk dalam balutan nafsu.

“Aaaaahhh…… Aaaaahhhh…. Ougghhhhhh Paaakk Yaaantooo.. Aaaahhh….” Desahan yang keluar dari mulut ku karena kini sudah dikuasai oleh nafsu. Jari telunjuk kun pun semakin menekan klitoris pada vagina ku yang terkadang juga keluar masuk membelah vagina ku. Sedangkan tangan ku satunya sibuk meremas dan memilin puting susu ku yang sangat terasa tegang dan gatal. Aku benar – benar terangsang hanya karena membayangkan pak Yanto yang sedang memacu birahi ku.

“Aaahhhh… Aaahhhh… Kenapa aku terangsang banget yah ? Kenapa aku jadi kayak gini yaaahhhh” Desahan dan racauan yang keluar dari mulut ku. “Paaakkk… Ouhhhh… Paakkkk terusss… Terusss…. Aaahhhh” Desah ku tanpa menahan diri lagi karena saking tak kuatnya menahan nafsu birahi. Sungguh ironi aku yang merupakan seorang istri sedang terangsang sambil membayangkan pak Yanto, seorang marbot masjid dengan penis besar dan keras serta berurat yang pernah menyetubuhi ku. Nafsu ku yang besar pun membuat ku semakin kesulitan untuk mengendalikan akal sehat pikiran ku. Aku yang kini telah terangsang dengan penuh nafsu menjadikan pria tua itu sebagai objek fantasi pelampiasan nafsu birahi ku yang saat ini semakin tidak bisa aku kendalikan.

“Aaaaahhh… Aahhhhhhh… Aaahhhh bapaaakkkk” Desah ku kembali karena tak kuat lagi. aku merasa vagina ku semakin berdenyut kencang, karna gairah birahi akan meledak sebentar lagi. Jemari ku pun semakin kencang dalam keluar masuk merangsang vagina ku yang semakin basah dan licin karena cairan cinta yang keluar dari liang kenikmatan ku. Mulut ku pun sampai terbuka lebar saat merasakan kenikmatan yang tidak bisa lagi aku gambarkan. Mata ku pun memejam membayangkan sosok pak Yanto yang kini tengah berada di depan ku sedang menggenjot vagina ku dengan sangat kuat. Semakin aku membayangkan sosok pak Yanto itu tengah menggenjot vagina ku. Semakin nikmat pula rangsangan yang aku lakukan pada vagina ku sendiri. “Aaahhhh… Aaahhhh… Aku gak kuat lagi… Aku mauuu keluaarrr… Aku mau kelluaarrrr…” Desahan yang keluar dari mulut ku dengan suara bergetar.

Aku yang semakin bernafsu dalam mencolek kemaluan ku sendiri. Susu bulat ku pun semakin mengencang dengan puting susunya semakin menegang keras. Desahan ku semakin kencang tidak terkendali ketika membayangkan penis pak Yanto yang begitu panjang dan besar sedang menyetubuhi vagina ku dengan kasanya. Aku membayangkan penis itu semakin dalam saat menerobos masuk vagina ku sampai mentok di rahim ku. Terbayang oleh ku bagaimana pak Yanto yang semakin buas dalam memuasi nafsu birahi yang kini sudah sampai diubun – ubun.

“Aaahhhh… Aaaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh aku gak kuat lagiii… Ahh akuu… Aaahhhh kelluaarrrrrr !!!!” Jerit ku saat gelombang orgasme semakin dekat menuju lubang kencing ku hingga Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt !!! cairan cinta keluar dari liang kenikmatan ku. Mata ku memejam nikmat saat mendapatkan kepuasan yang aku cari – cari. Tubuh ku pun sampai mengejang dengan nafas yang ngos – ngosan. Kedua kaki semakin lebar membiarkan cairan cintanya mengalir deras hingga mengenai sofa yang menjadi tempat ku bermasturbasi saat ini. “Uuhhhh… Uhhhh… Uuuuhhhh puas banget rasanya” Desah ku hingga pinggulnya terangkat saat mengeluarkan seluruh cairan cinta sebagai tanda kepuasan sudah tercapai. “Hah… Hah… Hah…” desahan nafas ku yang tak bisa berkata – kata setelahnya. Cukuplah desahan nafas yang menjelaskan betapa puasnya aku saat bermasturbasi sambil membayangkan pak Yanto sedang menyetubuhi ku. Lagi – lagi aku bermasturbasi membayangkan pak Yanto sedang menikmati tubuh ku. Aku pun mulai merenungi perbuatan yang baru saja terjadi. “Apa yang sudah aku lakukan ?” Lirih ku dengan nafas yang ngos – ngosan. Kembali membayangkan saat – saat diri ku menjadikan pak Yanto sebagai objek fantasi. Aku menyesal dan merasa sangat hina. Bagaimana bisa diri ku yang sehari – harinya mengenakan rajin beribadah malahan membayangkan pria tua saat sedang bermasturbasi ? Wanita macam apa diri ku saat ini ? Padahal aku sudah bersuami dimana suami ku sedang bekerja mencari nafkah untuk memenuhi setiap kebutuhan ku. “Astaghfirullah mas… Maafin aku Pah… Maafin aku” Lirih ku semakin menyesal. Sambil terbaring dengan tubuh yang masih telanjang, aku pun menutupi wajahnya menggunakan tangan. Aku sungguh merasa malu pada diri sendiri. Aku merasa malu sudah bermasturbasi sambil membayangkan lelaki lain hingga akhirnya aku terlelap dalam tidurku.

Begitu aku tersadar penuh, aku langsung bangkit dan beranjak dari Sofa menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, didalam kamar mandi lagi dan lagi aku kembali memikirkan apa yang telah terjadi pada diri ku. Tentunya semakin aku memikirkannya semakin besar rasa bersalah dan dosa yang telah aku lakukan, tentunya aku sudah melanggar aturan yang ada didalam agama ku. Namun dibalik dosa yang aku rasakan, jujur saja ada rasa kenikmatan dan kepuasan yang sampai membuat ku tidak bisa lagi berkata – kata. “Tidak.. tidak boleh… ini dosa, ini haram… aargghhhh” lagi – lagi aku tersadar dalam lamunan kenikmatan yang membuat akal sehat ku kembali hadir, namun sedetik kemudian “tapi kenapa aku menyukai dan menikmati dosa yang telah aku lakukan” aaaahhrrrggggggg apa yang terjadi dalam pikiran ku.

Aku pun buru – buru menyelesaikan bersih – bersih, untuk segera merapikan sofa yang masih berserakan dan banyaknya cairan cinta dari orgasme ku saat bermasturbasi. “Yaa tuhaan, maafkan hamba mu ini yang tidak bisa menghindar dari godaan setan ini” gumam ku didalam hati.

Hari pun berganti, jiwa dan pikiran ku semakin terbelenggu oleh rasa bersalah ku dan aturan yang ada didalam agama ku. Aku terus berupaya keluar dari jeratan rasa bersalah yang telah aku lakukan, namun aku juga merasa takut bisa nanti aku terlena dan melewati batas. Namun aku disisi lain aku juga membutuhkan kenikmatan seks yang sampai saat ini pun belum aku dapatkan saat bersama suami ku, tetapi tidak dengan pak Yanto yang mampu memberikan rasa puas dan kenikmatan yang mampu membuat ku terbang melayang.

“Aaaaahhhrrrgggggg…. Apa yang harus aku lakukan” ucap ku dalam hati, aku harus bisa berubaha tetapi kalau nanti aku tidak bisa lepas dan mengontronya bagaimana ??? Aaaaaaggghhhhhh… aku kembali bingung dengan setiap gejolak akal sehat dan birahi yang semakin hari semakin menghantui ku. Pikiran akan dosa dan kenikmatan yang aku ingin membuat ku bimbang untuk memilih mana yang terbaik dalam hidup ku dan rumah tangga ku kedepannya.

Ada apa dengan diriku ini, kenapa perasaan ini semakin membuat ku kepikiran, tidak – tidak semua yang terjadi adalah dosa. Tapi …. Tapi… kenapa dosa itu terlalu nikmat untuk dirasakan, kembali aku terbelenggu dalam gejolak bantin diriku sendiri. Kembali terbayang oleh ku saat aku sedang bermesraan dengan pak Yanto dikamar yang seharunya menjadi tempat teristimewa antara aku dan suami ku.

Masih segar didalam ingatan ku dengan apa yang telah terjadi didalam kamar ini bersama pak Yanto, dimana aku begitu pasrah digaulinya. “Tidak …. Semua ini tidak boleh terjadi, ini dosa… ini Zinaaa… taaapiii mengapaa aku menginginkannya ya Tuhan…” batin ku memberontak “Kenapa berzinah itu begitu sangat nikmat ?? sehingga dilarang didalam agama ku… kenapa agama ku melarang hambanya mendapatkan kenikmatan.. “ aaarrrgghhhhh jiwa dan pikiran ku semakin memberontak.

Pak Yanto, kenapa bapak tega merubah ku menjadi seorang Muslimah yang suka berzinah, apakah aku seorang Muslimah pendosa ?? aaaaahhhhhhhh apa yang terjadi dengan perasaaan ku…

Kamu sungguh sudah gila Dina !!! kamu rela menjadi seorang istri yang menyukai zinah dan dosa.. aaaaarrggghhh… sungguh sudah tidak bisa lagi aku kendalikan. Kenikmatan sungguh membuat ku semakin gila sampai membuat hati dan pikiran ku ingin mendapatkan kenikmatan itu lagi. Apakah aku akan menjadi seorang Muslimah yang liar, seliar hasrat seks yang aku inginkan didalam hidup ku.. Itu lah pertanyaan – pertanyaan yang timbul dalam pikiran ku yang terus melawan batin ku antara semua yang aku lakukan adalah salah tapi aku masih menginginkannya.

Dalam lamunan ku, tiba – tiba terdengar suara ketukan pintu “Tokkk… Toookkk… Tokkk…”

Suami : Assalamu’alaikum…. (suara seseorang dibalik pintu yang sangat taka sing ditelinga ku)

Dina : Walaikumsalam.. (akupun menjawab salam dari balik pintu, setelah aku buka terlihat didepan wajah ku seseorang yang sangat aku kenali) Paaaapppaaahhh… Papah udah pulang (Ucap ku kembali sambil terkejut, saat melihat kehadiran mas Wawan yang sudah pulang dari pekerjaannya)

Tentunya aku yang sudah rindu dengan kehadiran mas Wawan pun langsung memeluknya dengan erat, begitu juga mas Wawan yang tidak mau kalah juga membalas pelukan ku yang tidak kalah eratnya. Wajah ku pun menengadah naik untuk melihat wajah suami ku yang belum tau tentang apa yang sudah terjadi dengan istrinya saat ditinggal sendiri dirumah.

Suami : Saayyaaangg… (ucap mas Wawan singkat, namun ucapan itu sangat berdampak besar didalam hati ku. Karena selama ini mas Wawan sangat jarang memanggil ku dengan sayang)

Dina : Iiyyyaaaa paahhh (balas ku kembali dengan tersenyum manja dihadapan suami ku)

Suami : Papah kangen sama Mamah…. (ucap mas Wawan yang semakin menambah rasa cinta dan rindu kepadanya)

Dina : Hihihihi aaahhh Papahh,,, Mamah juga kangen sama Papah… (balas ku kembali yang langsung mendapatkan hadiah sebuah kecupan di dahi ku. Walaupun hanya sebuah kecupan, tapi rasanya begitu sangat berbeda)

Suami : Semuanya aman kan Mah…, Mamah baik – baik ajakan selama Papah tinggal.. (Tanya mas Wawan kepada ku, yang membuat aku syok dengan pertanyaan mas Wawan yang seakan – akan mengetahui tentang apa yang telah terjadi antara aku dan pak Yanto dimalam pergantian tahun)

Dina : Alhamdulillah Pah, dirumah Mamah baik – baik aja kok.. (aku berusaha menjawab dengan tersenyum, walaupun didalam hati aku sangat takut kalau mas Wawan mengetahui semua yang telah terjadi)

Suami : Alhamdulillah Mah kalau gitu, ya udah Papah mau mandi dulu yaaa… Gerah banget mah… (ucap suami ku)

Aku pun membantu mas Wawan membereskan barang bawaannya, kemudian bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam. Hari ini aku memasak makanan spesial kesukaan mas Wawan. Waktu pun tak terasa sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, setelah makan dan menyelesaikan kewajiban secara berjamaah aku dan mas Wawan pun langsung bergerak masuk kedalam kamar. Namun kali ini semua sedikit berbeda, karena masih terekam dengan jelas didalam kamar ini akhirnya aku menyerahkan tubuh ku kepada laki – laki lain yang seharusnya hanya aku persembahkan untuk suami ku. Dengan sedikit rasa bersalah dalam diriku, aku pun berusaha untuk tenang untuk melupakan apa yang telah terjadi.

Malam ini aku dan mas Wawan mengobrol panjang tentang pekerjaannya, karena besok mas Wawan mendapatkan izin cuti dari kantornya. Dalam obrolan panjang kami pun juga diselingi dengan candaan yang membuat kami tertawa sambil melepas rindu karena sudah beberapa hari tidak ketemu. Malam ini aku sangat bahagia dan begitu sangat nyaman dengan kepulangan mas Wawan yang sudah dihalalkan untuknya.

Malam ini aku memakai pakaian dester pendek tanpa lengan yang memperlihatkan bentuk tubuh ku yang ramping dan paha ku yang putih. Selain itu, daster yang aku gunakan pun memiliki belahan leher yang rendah sehingga memperlihatkan belahan dada ku yang putih mulus. Tentunya apabila aku menggunakan pakaian ini diluar, mungkin banyak para lelaki yang akan meneguk ludah saat melihat betapa seksinya aku mala mini.

Meski mas Wawan sudah berulang kali melihat aurat pada tubuh ku dan juga sudah menyetubuhi ku tentunya penampilan ku malam ini tetap membuat mas Wawan menelan ludah. Tentunya aku berpenampilan begini agar mas Wawan tidak merasa bosan dengan ku, maka dari itu aku selalu berusaha menjaga keindahan tubuh ku dengan pola hidup yang sehat. Namun, kini tubuh ku bukan lagi milik mas Wawan. Karena kelalain ku, pada akhirnya aku menyerahkan tubuh ku ini dinikmati oleh pak Yanto. Sungguh perasaan bersalah yang aku sendiri tidak ingin kalau sampai mas Wawan mengetahuinya.

Diam – diam aku melirik wajah suami ku, yang terlihat kalau saat ini mas Wawan juga memandingi diriku. Aku bisa melihat kalau pandangan mas Wawan kini mengarah ke payudara ku yang indah. Entah kenapa melihat tatapan mas Wawan membuat nafsu pun mulai menyerang tubuh ku. Terhitung sejah kemarin, terutama setelah pergulatan dengan pak Yanto membuat ku semakin sering bergairah yang membuat ku semakin berhasrat untuk bercinta. Semakin tajam tatapan mas Wawan semakin membuat ku merasakan kegilasahan yang semakin kuat, kegilasahan yang mendorong keinginan untuk bercinta semakin besar dalam diri ku.

Dina : Paaahh… (ucap ku dengan nada sedikit lirih)

Suami : Iiiyah Mah ?? (tanya mas Wawan sembil mengusap pipi ku dengan tanggannya sambil matanya menatap ku seolah – olah mas Wawan mengerti apa yang ada didalam pikiran ku)

Dina : Eeuuummmmm aaanuuuu… kan udah lama nih hehehe.. kita gak itu ?? (ucap ku dengan sedikit malu – malu, sambil menggenggam tanggannya yang tadi membelai pipi ku)

Suami : Ituuu apa Mah ?? (tanya suami kembali, karena masih belum memahami permintaan ku. Ntah emang tidak mengerti atau mas Wawan hanya pura – pura tidak mengerti)

Dina : Iiihhh Papah.. kita kan didalam kamar hehehe (ucapku kembali yang terlalu malu hingga sulit mengatakan kalau aku sangat ingin digauli oleh mas Wawan malam ini)

Suami : Apa sihh Mahhh… (kembali ucap mas Wawan yang masih sedikit kebingungan dengan perkataan ku yang kurang jelas)

Dina : Iiihhhhhh masa Papah gak ngerti sihh… yang di ranjang Papah (ucap ku yang sedikit kesal kepada mas Wawan. Suami ku yang melihat tingkah pun malah tertawa)

Suami : Hahahahaha.. Ohhh Mamah pengen bercinta sama Papah yaaa ? (tanya mas Wawan yang membuat ku tersenyum malu dengan pertanyaan dari mas Wawan)

Dina : Heeemmmm Pahh… (jawab ku dengan sedikit anggukan kepala)

Suami : Yaa udah ayukk Mah, Papah juga dari tadi udah gak tahan pengen bercinta sama Mamah.. Apalagi dari tadi Mamah ngasih lihat Papah tubuh seksi kamu sekarang.. (ucap mas Wawan dengan sedikit sanjungan yang membuat ku tersipu malu)

Dina : Hihihihi iyaa Pah… Mamah mau mala mini … (ucap ku yang semakin membuat mas Wawan semakin bernafsu)

Dengan nafsunya yang sudah semakin diubun – ubun tanpa basa – basi mas Wawan langsung mencumbu ku. Wajahpun mendekat lalu dengan cepat melahap bibir manis ku yang sudah halal baginya. “Mmmmmmpphhhhhh” desahan kami berdua bersamaan saat bibir kami saling beradu saling melahap dengan nafsunya. Ciuman kami yang panas pun semakin menambah birahi yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Dikala bibir kami bertemu, tangan mas Wawan pun merangkak naik untuk menaan sisi kepala bagian belakang ku. Sedangkan tangan satunya mendekap punggung ku dan tak lupa juga mengelusnya. Aku dan mas Wawan yang sedang terbawa gelora pun asyik – asyiknya bercumbu seperti sepasan kekasih yang sedang dimabuk asmara dengan melampiaskan syahwat birahi yang sudah tidak bisa di bendung lagi dan ingin segera untuk disalurkan.

Bibir kami yang saling dorong mendorong dan saling menghisap antara satu dan lain menandakan bahwa nafsu yang sudah menggebu – gebu pun harus segera dilampiaskan karena tidak bisa lagi untuk ditahan. Cumbuan dari mas Wawan pun membuat ku juga tinggal diam, karena saat ini aku juga sudah dilanda birahi yang semakin panas. Tanpa sadar tangan ku pun bergerak dengan sendirinya mendekap dada mas Wawan yang masih berada dibalik kaos santainya yang longgar. Sementara tangan ku satunya kini mendekap penis mas Wawan dari luar celana pendeknya, yang kurasakan kalau mas Wawan tidak menggunakan celana dalam hingga ku bisa merasakan batang penisnya yang tidak terlalu besar dari bali celananya.

Apa yang aku lakukan tentunya membuat mas Wawan terkejut, karena sebelum nya aku tidak pernah seagresif ini. Karena saat bercinta dengan mas Wawan kami lebih cenderung kaku dan pemanasan pun seadanya. Namun dulu, walaupun tanpa pemanasan yang bergelora tapi mas Wawan pernah memberikan ku kepuasan. Tapi berbeda dengan belakangan, karena mas Wawan yang semakin sibuk karena pekerjaannya yang menguras tenaga membuat hubungan suami istri kami menjadi tanggung, dimana hanya mas Wawan yang terpuaskan sementara aku tidak. Tentunya malam, ini aku menginginkan kalau mas Wawan mampu memberikan ku kepuasan seperti yang diberikan pak Yanto saat kami berzina dimalam itu.

Keterkejutan dari mas Wawan dengan tindakan ku membuat mas Wawan tersenyum dan kembali melahap bibir ku dengan panasnya sambil menikmati setiap remasan tangan ku di penisnya yang masih tertutup celana pendek.

Suami : Mmmmpppphhhhh Mamah nakal yaa… Penis Papah diremes – remes… (ucap mas Wawan sambil mendesah keenakan karena tangan ku yang meremas penisnya, tentunya hal ini membuat ku sedikit tersenyum malu)

Dina : Papah yang nakal, Papah gak pernah kasih Mamah jatah, mana tahun baru Mamah ditinggal sendiri.. Kan Mamah rindu sama Papah, apalagi tatapan Papah bikin Mamah jadi Nafsu.. hehehehhe, pokoknya Papah harus tanggung jawab.. (ucapku yang lagi – lagi membuat mas Wawan kembali terkejut, tentunya hal ini tidak pernah disangka oleh mas Wawan kalau aku bisa menyimpan nafsu yang besar kepadanya)

Dikala bibir k uterus dicumbu oleh mas Wawan, tangan kiri ku pun menggenggam penisnya yang sudah keluar dari celananya yang sudah dilepas. Aku pun membetot dan mengocok penisnya. Karena dorongan nafsu yang begitu sangat besar, membuat ku semakin bersemangat untuk mengocok penis suamiku dengan cepat yang bergerak naik turun tanpa memberikan jeda. Sedangkan tangan kanan ku pun sudah mulai meraba – raba dada suami ku yang membuat ku kini benar – benar sudah dikendalikan oleh nafsu yang membuat ku akan melakukan apapun untuk meluapkan dan melampiaskan nafsu didalam diri ku ini.

Suami : Aaaahhhh Maaahhhh… aahhhhhhh….. Mmmpppphhhh… (desahan mas Wawan yang terlepas dari cumbuan bibir kami, kocokan tangan pun membuat mas Wawan manaikkan wajahnya keatas menatap langit – langit kamar. Matanya pun terpejam karena kenikmatan dari kocokan tangan ku pada penisnya)

Dina : Enaaakkk Paahhhhh ?? Mmmpppp… Mmmpppppp (desahan ku yang kali ini sambil mengocok penis suami dengan kedua tangan ku)

Suami :Aaaahhhhhh enaakk bangettt Mahh.. Eeenak bangettt… Aaahhhhh… Aaaahhhh… Terussss…. (desahan mas Wawan yang membuat ku semakin tersipu malu karena ulah ku sendiri. “Kenapa aku menjadi senafsu ini yaa…. Padalah aku tidak pernah seaktif ini dalam bercinta sebelumnya, biasanya aku selalu pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Mas Wawan. Tetapi kenapa malam ini aku semakin bernafsu” bisikan suara batin ku yang membuat ku kebingungan.. “Apa jangan – jangan ini semua karena pak Yanto yang sudah melepaskan hawa nafsu dalam diri ku yang selama ini aku tahan” kembali batin ku teringat dimalam pak Yanto berhasil menggagahi ku dengan nafsunya).

Entah kenapa lagi – lagi aku mengingat kejadian dengan pak Yanto, dimana aku kembali membandingkan bagaimana perkasanya penis pak Yanto yang besar berhasil masuk kedalam vagina ku. Dimana penis berotot yang mengintari batangnya keluar masuk di vagina ku. Dengan tubuh tua yang kuat berhasil membuat ku kewalahan saat mengimbangi permainannya yang membuat ku akhirnya kalah dan orgasme sampai berkali – kali. “Astaghfirullah, kenapa aku malah kepikiran dengan pak Yanto kembali” Bantin ku kembali merasa kecewa.

Suami : Aaaaahhhhh Maahh… aaahhhh cukuppp… Papah pengen masukin sekarang, udah gak tahan heheheheh (ucap suami ku, sambil merebahkan badan ku dan mulai mengatur posisi. Mas Wawan pun mengangkang kaki ku untuk memberikan celah bagi penis nya untuk masuk dalam vagina ku yang sedari tadi juga sudah merasa gatal ingin segera di tusuk)

Dina : Iiiiyaaahhh Paaahhh… (ucap ku yang sudah mulai menghentikan kocokan dan mengikuti arahan dari Mas Wawan)

Namun sebelum suami ku mulai melaukan penetrasi, terlebih dulu melepaskan semua pakaian yang dia kenakan, mulai dari kaos dan celana pendeknya sehingga kini suami ku sudah dalam keadaan telanjang dan memperlihat tubuh yang tidak begitu kekar.

Suami : Papah buka ya Mah dasternya… (ucap suami ku yang sudah sangat bernafsu)

Dina : Iiiyaa Pahhh…. (balas ku saat mas Wawan mulai mulai mengangkat daster pendek ku hingga lolos dari atas, tentunya dengan melepas daster ku kini mas Wawan bisa melihat tubuh telanjang ku untuk kesekian kalinya.)

Suami : Cantik banget Mamah telanjang kayak gini.. (komentar suami ku)

Dina : IIhhhhh Papah…. Kan udah sering juga lihat Mamah telanjang… (gumam ku)

Setelah mendapatkan posisi yang pas diantara kedua paha ku, mas Wawan pun mulai menggesekkan penisnya di belahan vagina ku. Tentunya gesekan penis mas Wawan sedikit berbeda dengan gesekan penis pak Yanto, “Kok beda yah rasanya ?? Gesekan penis mas Wawan tidak terlalu keras, kok penis pak Yanto bisa keras banget…” Batin ku didalam hati saat membandingkan bagaimana kerasnya penis pak Yanto saat pertama kali bergesekan dengan vaginanya.

“Astaghfirullah.. kenapa aku menjadi kepikiran pak Yanto lagi ?? kenapa aku masih belum bisa menepis kenangan dengan pak Yanto, kenapa aku semakin bernafsu saat teringat penis besarnya”.. banti ku lagi – lagi yang merasa keheranan dengan pikiran tentang pak Yanto.

Tentunya gesekan dari penis pak Yanto terasa begitu nikmat, bahkan saat ini pun gesekan penis suami ku terasa begitu sangat hambar karena sisa – sisa gesekan penis pak Yanto yang masih bisa ku rasakan di vagina ku. Perbedaan yang kurasakan pun membuat ku sedikit kecewa, padahal sebelumnya aku tidak pernah mempermasalahan ukuran penis mas Wawan. Namun saat ini birahi ku sangat ingin dipuaskan dengan laki – laki yang memiliki penis yang besar dan keras seperti punya pak Yanto.

Meski dalam keadaan kecewa pada ukuran penis suami ku, namun karena nafsu dan birahi yang sudah menggebu membuat vagina ku menjadi gatal dan ingin rasanya dimasukin untuk mengorek liang kenikmatannya yang semakin gatal.

Sebagai seorang Muslimah, aku tentunya selalu berusaha untuk menjaga pemikiran ku tentang hal – hal yang tidak – tidak, karena selama ini hanya mas Wawan yang aku jadikan tempat pelampiasan hasrat seksual yang ku miliki. Namun kenapa setelah berhubungan dengan pak Yanto, nafsu besar ku selalu menguasai pikiran ku yang tidak bisa menghapus segala kejadian dengan pak Yanto. Bahkan didalam kamar yang seharusnya menjadi tempat aku dan mas Wawan juga memiliki kenangan mesum saat bersama pak Yanto yang justru membuat ku semakin terangsang dengan permainan pak Yanto yang mampu memuaskan ku.

Suami : Aaaaaaahhhhhhh……. (desahan mas Wawan saat mulai mendorong penisnya kedalam vagina ku yang membuat ku tersadar dari lamunan tentang pak Yanto)

Dina : Mmmmmppphhhhhh…. (Desah yang keluar dari mulut ku, saat mulai menikmati penetrasi penis mas Wawan yang membuat dinding vagina ku menjadi kegelian dan menimbulkan rasa nikmat didalam liang vagina ku.. Namun………..)

“Kenapa rasanya ada yang kurang ?” batin ku lagi – lagi merasa kecewa karena masih ada ruang didalam vagina ku yang belum terpenuhi oleh masuknya penis mas Wawan. Walaupun masih memberikan kenikmatan, namun tentunya kenikmatannya jauh berbeda.

Suami : Uuuuhhhhh.. aahhh… enak banget Mah.. sempit banget Vagina kamu.. (desah suami ku saat penisnya mulai keluar masuk didalam vagina ku secara perlahan – lahan, yang membuat ku merasakan geli didalam liang vagina ku. Tapi rasa geli yang ku rasakan masuk belum cukup untuk memuaskan nafsu dan birahi yang sedang menggebu – gebu)

Aku sangat membutuhkan sesuatu yang lebih besar untuk memuaskan nafsu dan birahi ku. “Oooohhhh pak Yantoooo” batin ku didalam hati saat mengingat bagaimana penis besar milik pak Yanto yang mengobrak – ngabrik liang vagina ku dengan ganas. Tentunya aku sangat ingin kembali disetubuhi oleh pak Yanto yang bar – bar dengan segala kalimat kasar dan jorok yang membuat ku semakin bernafsu bukan dengan pelan – pelan seperti yang dilakukan mas Wawan sekarang.

Suami : Aaaahhh… Oooughhh… Aahhhhh.. Nikmat banget Mah… (desah mas Wawan sambil memejamkan matanya dan menikmati jepitan dari vagina ku pada penisnya).

Dina : Mmmppphhh… Mmmpppphhhhh… Lagi Pah,, lagi yang kenceng Pahh.. (Pinta ku gemas kepada mas Wawan untuk mempercepat genjotannya, karena tempo genjotan saat ini belum sanggup untuk memuasi birahinya yang sedang menggebu – gebu).

Suami : Aaaahhhh….. iyaahh Mah bentarrr.. Ini rasanya udah mau sampai Mah… Kalau kenceng lagi, bahayaa…. Aaaahhhhh .. (Ucap mas Wawan yang membuat ku keheranan,, “Apa.. Mau keluar ?? dengan kecepatan seperti ini ??” Kembali bantin ku didalam hati…)

Suami : Aahhhh…. Aaaahh.. Nikmatnya jepitan mu Mah.. Aaaaahh… (Kembali desahan suami ku yang mulai mempercepat gerakan pinggulnya yang membuat tubuh ku juga ikut begerak hingga berdampak terhadap payudara ku yang berukuran 34B juga ikut bergoyang keatas dan kebawah.Tentunya melihat pemandangan yang indah dari gerakan payudara ku membuat mas Wawan semakin bernafsu dan kembali mempercepat gerakannya, namun anehnya gerakan itu masih belum membuat ku puas malah ingin lebih cepat.)

Dina : Aaaahh… Aaaaahhhhh.. Lagi Paaahh… Masih kurang cepat Paahh… Aaaaahhh… lebih kenceng lagi…. (pinta ku, karena gerakan mas Wawan yang masih belum memuaskan nafsu birahi ku yang sedang begitu terbakar)

Suami : Aaaahhh…. Aaahh… iyaaahhh Maaaahh… Aaaaahhhh Iyaaahh…. Ummppphhh Nikmat banget Maahh…. (desah suami ku saat kembali mempercepat gerakannya)

Dina : Aaaahhhh… Ouughh… Paaappaaahhh… Beeelummm… Aaaahhh….. Bbbeeelluuummm Paaahhhh…. Lebih kuaat lagii… Aaaahhhhh…. Paaahhh… Kencangkan laaagiii…. Aaaah…. (Rengek ku meminta mas Wawan untuk lebih mempercepat gerakannya sedalam mungkin untuk menabrak rahim ku)

Suami : Aaaahhh Iyaaaa Maaaahhh… Sudaaahh.. Papah udaaahh gak kuat lagi… Aaaahhhhh… (Desahan mas Wawan yang justru sudah mendekati orgasmenya)

Dina : Paaaaahhhh…. Aaaahhh… beeeeellllummmm… jangan keluar duluuu… (Pinta ku sedikit kecewa dengan mas Wawan)

Suami : Aaahhhh tappii Maahhh Aaaahhh….. Paaappaaahh udah gak kuat lagi… udaaahhh gakk tahaann…. (desahan mas Wawan yang sudah berada diujung batasnya.. Aku bisa merasakan kalau mas Wawan sudah tidak kuat lagi karena nafasnya yang sudah ngos – ngosan.)

Aku bisa merasakan penis mas Wawan didalam vagina ku yang mulai berdenyut, selain itu pinggang ku yang ramping pun kini juga dicengkram dengan kuat oleh mas Wawan. Jujur saja, aku sangat kecewa dengan mas Wawan yang akan menyudahi persetubuhan ini.

Suami : Aahhhhh… Aaaahhhh… Papah udah gak kuat lagi Maahh… Mau keluar.. Aaaaahhhhh.. (desah mas Wawan yang tiba – tiba mementokkan ujung gundulnya kedalam rahim ku)

Dina : Aaaahhhhh Paaaahhhhh…. (desah ku yang sangat kecewa saat tak lama kemudian aku bisa merasakan beberapa semprotan cairan kental yang perlahan – lahan mulai membanjiri rahim ku)

Suami : Aaaahhhh Maaahh…. Paaaapppaaahh keluarrr (jeriitan mas Wawan sepuas – puasnya)

Dina : Mmmmmppphhhhhh… (desah ku memejamkan mata saat merasakan rahim ku dipenuhi cairan kental dari mas Wawan yang terasa hangat)

Mas Wawan pun ambruk disamping ku setelah menyudahi persetubuhannya. Sambil tanggannya meremas – meremas payudara ku, dengan mata yang merem melek sambil menatap senyum kearah ku.

Suami : Makasih ya Maah.. Papah puas.. Maafin Papah yaahh Maah.. Papah capek banget, jadi gak kuat.. Maamaah belum puas yaahh… ? (Tanya mas Wawan kepada ku saat menyadari ada raut kekecewaan di wajah ku)

Dina : Enggak kok Paahh… Mamah puas kok…. (ucap ku berbohong keran tentunya tidak ingin membuat mas Wawan kecewa)

Suami : Mamahh beneran ?? Gak bohong kan…. Makasih ya Mahh.. kalau gitu Papah tidur dulu yaa… Papah capek banget (ucap mas Wawan sambil mengecup kening ku)

Dina : Iyaa Paaahhh… Mamah gak bohong kok… Papah tidur duluan ajaaa.. Mamah mau bersih – bersih dulu .. (ucap ku sambil bangkit setelah melihat lelaki yang ku cintai mulai terlelap).

“Haaaahhh… Paaayaaahhh… belum juga apaa – apaaa udah keluar…” gerutu ku didalam hati.. “Tapi kenapa aku bisa senafsu ini ?? apa karena pak Yanto aku menjadi senafsu ini dan kenapa bayangan persetubuhan dengan pak Yanto tidak bisa hilang dari pikiran ku ?? Astaghfirullah,, dosa apa lagi ini… kenapa aku malah teringat orang lain ??” kembali batin ku menyesali perbuatan ku yang membandingkan mas Wawan dengan pak Yanto.

Meski aku menyesal dengan apa yang aku pikirkan, namun nafsu ku saat ini masih belum terpuaskan. Sambil melihat mas Wawan yang dalam keadaan terlelap sebelum aku beranjak keluar menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dari persetubuhan. Aku melihat mas Wawan sudah terlelap dengan nyenyaknya. Lagi dan lagi setelah bercinta, mas Wawan tidak peduli dengan ku dan langsung tertidur setelah melampiaskan nafsunya kepada ku. “Kenapa mas Wawan tidak perduli dengan ku” bantin ku saat ku memandang wajah mas Wawan yang sudah terlelap dengan penuh kepuasan yang bisa terpancar dari raut mukanya. Sementara aku belum mendapatkan apa yang aku inginkan dalam bercinta, sungguh membuat ku kembali terbayang bagaimana pak Yanto mampu memberikan ku kepuasan dan kenikmatan sekaligus.

Tanpa ku sadari, kini tangan ku bergerak turun meraba vagina ku. Pelan – pelan tangan ku mulai meraba setiap kulit dari perut sampai vagina ku, hingga akhirnya jari – jari lentik ku menemukan belahan vagina ku. Karena setelah bercinta kebiasaan ku tidak menggunakan kembali pakaian ku, dan lebih memilih untuk bertelanjang sampai pagi menjelang. Aku yang saat ini dalam keadaan terlentang pun mulai membuka lebar paha ku, sehingga membuat tangan ku lebih leluasa memainkan vagina ku yang pelan – pelan sudah becek dengan cairan pelumas yang keluar.

“Aaaaggghhhhh ….. eeennaaaaakkkkk… “ kembali desahan yang keluar dan sedikit ku tahan saat aku mulai bermasturbasi sambil membayang sebuah penis yang sedang bermain pada vagina ku. Sambil memainkan jari – jari tangan kanan dibelahan vagina ku, juga dibarengi dengan tangan kiri ku meremas payudara dan memainkan putingnya. Mendapatkan serangan pada titik sensitif pada tubuh ku kembali membuat ku terbayang – bayang kalau seandainya yang memainkan vagina dan payudara ku adalah pak Yanto.

“Aaaarrrggghhhh eeennaaakkk….” Desah ku, aku mulai menikmati masturbasi ku saat ini tanpa mempedulikan jika nanti mas Wawan terbangun dan mengetahui kalau istriny sedang bermasturbasi. “Ooouughhhhhh…. Hhhhmmpppppp..” desahku lagi, yang membuat pikiran ku semakin terbayang – bayang tentang kenikmatan dan kepuasan. Apa aku harus benar – benar keuar dan terbebas dari belenggu ini, apa aku harus menjadi seorang istri Muslimah yang suka berzina hanya untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan… “Aaaaahgghhhh.. eeeennnnaakakk….. ooouughhhhh….” Desahan ku saat mulai memepercepat gesekan jari – jemari ku pada belahan vagina ku yang sudah mulai berkedut hingga akhirnya “”Sssssrrrhhh…. Ssserrrrrrrrhhh… “ bebeapa kali cairan bening keluar membasahi sprei ranjang ku yang menandakan kalau malam ini aku puas dengan orgasme yang aku dapatkan malam ini hanya dengan bermasturbasi.

Aaaahhhhggggrrhhhh…… lutut ku terasa bergetar tiada henti, keringatpun jatuh bercucuran membasahi badan ku seperti habis berlari jauh yang membuat degub jantung ku berdetak dengan cepat.. Air yang keluar dari vagina ku pun muncrat sampai kemana – mana, namun perasaan ku menjadi sangat plong dan pikiran ku ringan. Hati pun menjadi merasa lega dan bahagia seperti taman yang sedang ditumbuhi banyak bunga, pikiran ku pun melayang diawang – awang ntah kemana. Setelah nafas berat ku kembali normal, akhirnya aku dapat menyadari apa yang aku butuhkan dalam hidup ku ini. Aku akan tetap setia dan melayani sebagai layaknya seorang istri kepada suaminya, namun disisi lain aku juga sudah memantapkan diri kalau “AKU SANGAT MENGINGINKAN KEPUASAN DAN KENIKMATAN, MESKI AKU HARUS TERJERUMUS KEDALAM DOSA”

Tanpa aku sadari, ternyata aku sudah tertidur dengan pulas dengan posisi kaki ku masih dalam keadaan mengangkang. Untung saat pagi menjelang, aku lebih dulu bangun dari suami ku sehingga aku bisa menutupi sprei ranjang ku yang basah akibat orgasme ku tadi malam.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd