Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DINA - SOCIAL EXPERIENCE OF SEX

Ini cuma cerita yang update tipis - tipis .. Apakah kalian menyukai karakter Dina dan pak.Parmin


  • Total voters
    1.209
Episode 5

Sebulan semenjak kejadian masturbasi yang sengaja aku lakukan, aku pun fokus menyelesaikan penelitian hingga mendapatkan ACC Skripsi dari pembimbing ku untuk dapat di ujiankan. Hingga tapatnya hari ini aku dinyatakan lulus dengan nilai A dan mendapatkan gelar S.Sos dari kampus ku. “Alhamdulillah, akhirnya selesai juga semua perjuangan ku” ucap ku sambil mendapatkan pelukan dari teman – teman ku yang juga mengikuti ujian serta teman yang datang untuk mengucapkan selamat. Satu hari ini aku dan teman – teman ku pun merayakan kelulusan kami dan malam nya aku mengatakan kepada orang tua ku yang membuat mereka begitu sangat senang atas selesainya studi ku. Walaupu masih ada beberapa perbaikan atas saran dosen penguji ku untuk penyempurnaan skripsi ku.

Seminggu kemudian semua perbaikan dan syarat mendaftar wisuda akhirnya selesai, kini aku sudah dinyatakan sebagai alumi dan menunggu jadwal wisuda ku pada bulan oktober tahun 2024. Betapa senang dan lega karena akhirnya aku bisa menyelesaikan pendidikan ku dalam target 4 tahun ku. Sesampainya dirumah aku pun merebahkan tubuh ku, karena begitu sangat lelahnya mengurus administrasi pendaftaran wisuda. Sambil menatap langit – langit kamar, aku pun teringat pak Parmin “Huuummmppp gimana kabar pak Parmin yaaa….” Batin ku.

Sudah sebulan aku tidak bertemu pak Parmin, toh aku juga ingin memberikan hadiah kepadanya karena sudah membantu ku memberikan informasi penelitian ku hingga akhirnya aku selesai. “Kapan ya aku datang kesana, apa malam ini ajaa” gumam ku lagi – lagi. Karena waktu sudah mendekati maghrib, aku pun bergegas mandi untuk melaksanakan ibadah ku. Selesai menunaikan ibadah, aku pun bersiap – siap ingin kerumah pak Parmin. Malam ini aku memakai kemeja biru yang dipadukan dengan rok hitam plus jilbab yang senada dengan warna baju.

Pukul 19.15 WIB aku pun langsung menarik gas motor ku untuk menuju rumah pak Parmin, namun ditengah perjalan aku sempat berhenti untuk membeli sate untuk pak Parmin. Perjalanan pun aku lanjutnya, hingga pukul 19.45 WIB aku sampai dirumah pak Parmin. Setelah menstandarkan motor ku dan mengabil bungkusan sate dari gantungan, aku pun mulai berjalan mendekati pintu rumah pak Parmin yang remang – remang, karena aku baru tau kalau pak Parmin tidak memiliki listrik rupanya. Sehingga penerangan rumahnya hanya menggunakan lampu semprong.

“Assalamualaikum pakk…. Pak Parmin… Assalamualaikum..” panggil ku. Hingga ada suara balasan “Waalaikumsalam,,,,, mbak Dinaaa….” Ucap pak Parmin yang keluar dari kamarnya dengan membawa lampu semprong lainnya.

Parmin : Mari mbak silahkan masuk.. (tawar pak Parmin kepada ku yang mempersilahkan ku masuk kedalam rumahnya) maaaf mbak, rumah bapak gak ada kursinya… Cuma beralaskan tikar.. (ucap pak Parmin kembali kepada ku, tentunya mau tak mau aku pun masuk, karena cuaca diluar sudah berangin seperti hendak akan turun hujan)

Dina : Baik paakk… terima kasih…. Gak papa kok pakk… hehehhee (ucap ku dengan sedikit senyuman) ohhh iyaaa bapak sudah makan atau belum, ini Dina bawak sate buat bapak.. (ucap ku kembali, menawarkan sate yang ku beli untuk pak Parmin)

Parmin : Waahhh makasih yaa mbak,, kebetulan bapak belum makan mbak.. (ucap pak Parmin dengan raut wajah senang diwajahnya. Walaupun lampu rumahnya yang remang – remang, namun aku tetap bisa melihat raut wajah pak Parmin yang kesenangan dengan makanan yang ku bawa) ohhh iyaa mbak sudah makan, mari makan sama – sama.. (ucap pak Parmin kembali kepada ku)

Dina : Dina sudah makan pak, tadi sebelum kesini.. (balas ku menjawab tawaran pak Parmin)

Aku pun memandang lahap nya pak Parmin menyantap habis sate yang aku bawak untuknya, kelihatan sekali kalau pak Parmin begitu sangat laparnya. Jadi dalam sekejap sate pun habis tanpa ada sisa. Sementara cuaca diluar semakin berangin yang diikuti dengan rintikan gerimis yang mulai turun.

Parmin : Alhamdulillah …. Terima kasih mbak satenyaa (ucap pak Parmin)

Dina : Iyaa pakk,,, sama – sama..

Parmin : Mbak kenapa malam – malam datang kerumah bapak.. (tanya pak Parmin kepada ku)

Dina : Hehehehehe (dengan senyuman) Dina kesini mau ngucapin terima kasih bapak.. Karena bapak sudah bantu Dina menyelesaikan penelitian dan akhirnya Dina sudah lulus pak.. (jawab ku kembali)

Parmin : Alhamdulillah …. Kalau gitu mbak, bapak ikut senang juga.. semoga ilmunya berkah yaaa mbak Dina..

Hujan gerimis dan angin diluar rumah membuat hawa menjadi sangat dingin membuat ku serasa ingin pipis, namun aku ragu untuk kekama mandi di rumah pak Parmin karena berada diluar rumah dan tidak memiliki pintu juga. Kalau aku pergi sendiri, tentunya aku sangat takut. Kalau ditemanin pak Parmin, tentunya aku bakalan malu. “Duuuhhh bagaimana ini” gumam ku karena sudah tidak tahan lagi menahan, hingga akhirnya..

Dina : Pakkk… boleh Dina pinjam kamar mandinya pak.. Dina kebelet pipis.. (Ucap ku kepada pak Parmin)

Parmin : Boleh mbak Dina, tapi kamar mandinya ada dibelakang.. Mbak bawak aja lampu ini karena dibelakang gak ada lampu mbak… (ucap pak Parmin sambil memberikan lampu untuk dibawak ke kamar mandi)

Dina : Huuummpppp, tapi Dina takut paaakk.. Bapak mau temenin Dina gakk.. (ucap ku lagi, karena sudah tidak tahan)

Parmin : Marii mbak bapak temenin..

Lalu kami pun beranjak menuju kamar mandi yang berada dibelakang rumah. Ukuran kamar mandi yang kecil mungkin 2x3 m yang didalamnya ada kloset jongkok dan sumur serta ember besar sebagai penampun air. Dengan tembok sepinggang, sehingga kalau aku berdiri mungkin tembok hanya bisa menutupi pinggang kebawah tubuh ku. Sementara pinggang keatas akan kelihatan, apalagi kalau aku mandi telanjang. Mungkin saja orang bisa melihat payudara ku dari luar. Mau tak mau dan sudah tidak bisa ditahan lagi aku pun akhirnya masuk kedalam kamar mandi, sedangkang pak Parmin menunggu didepannya. Masa bodoh lah kalau pak Parmin akan mendengar pancuran air pipis ku karena aku sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi.

Aku pun masuk kedalam kamar mandi, sedangkan pak Parmin berdiri menerangi dari luar. Dengan rasa malu dan deg – deg kan serta sudah tidak tahan lagi mau tak mau aku pun mengangkat rok panjang ku hingga pak Parmin bisa melihat celana dalam putih ku yang sedang aku turunka sampai sepaha. Mungkin secara samar – samar kini pak Parmin bisa melihat vagina ku dengan bulu halus sebelum akhirnya aku berjongkok… Ccccuuuurrrrrrrr… bunya air yang keluar dari Vagina ku dengan derasnya untuk beberapa saat dan kemudian aku bersihkan vagina ku dari bekas pipis dengan air yang ada didalam ember. Lalu aku kembali berdiri dan menaikan celana dalam ku lalu menurunkan kembali rok ku.

Pak Parmin yang melihat kondisi ku saat ini, hanya bisa termenung sambil menelan ludah. Mungkin ini adalah kali pertamanya pak Parmin melihat ada seorang wanita muda lebih tepatnya seorang mahasiswi berhijab yang memperlihatkan vaginanya didepan seorang lelaki yang bukan muhrimnya. Namun anehnya, aku merasakan adanya kepuasan saat pak Parmin memandang ku seperti adanya rasa bangga dalam diri ku.

Dina : Paakkkk.. paakkkkk.. (ucap ku membuyarkan lamunan pak Parmin, ntah apa yang ada dikepala pak Parmin saat ini setelah melihat vagina ku. Tentunya lamunan pak Pak Parmin membuat penasaran tentang apa yang sedang dibayangkannya)

Parmin : Eeehhh iyaa mbakk, sudah… mari masuk mbakk.. diluar dingin dan gerimis.. (ajak pak Parmin kepada ku untuk kembali kedalam)

Kami pun kembali kedalam, karena hujan gerimis mulai jatuh dengan banyak. Aku pun kembali duduk berhadapan dengan pak Parmin. Kemudian kami pun berbincang, untuk melupakan apa yang telah terjadi berusan. Mungkin itu adalah hadiah yang tidak sengaja aku berikan dalam keadaan mendesak. Jujur aku masih sangat malu, karena baru pertama kali seorang lelaki melihat vagina ku dalam kondisi yang tidak memungkinkan. Obrolan kami pun membuat ku lupa sejenak dengan peristiwa tadi, malah candaan ringan dari pak Parmin tentang kehidupannya membuat hawa dingin menjadi sedikit hangat.

Dina : Ohhh iyaa pak.. terima kasih atas bantuannya selama ini ya pak.. karena kebaikan bapak Dina bisa menyelesaikan pendidikan Dina… terima kasih yaa pakk.. (ucap ku dengan senyuman)

Parmin : Iyaa mbak Dina, sama – sama… Bapak juga senang bisa bantu mbak Dina kok… (kata pak Parmin membalas ucapan ku)

Dina : Kan tempo hari Dina pernah berjanji sama bapak, untuk memberikan hadiah untuk bapak.. Apapun yang bapak minta selagi Dina sanggup, nanti Dina berikan … (ucap ku kepada pak Parmin)

Parmin : Beneran mbakk… mbak mau penuhi permintaan bapak apapun… (tegasnya lagi – lagi membalas ucapan ku)

Dina : Beneran paakkk… memangnya bapak mau apaaa… bilang ajaa pakkk… (ucap ku meyakinkan pak Parmin)

Parmin : Tapi mbak jangan marah yaaa…

Dina : Kenapa Dina marah pak, bapak sudah bantuin Dina… (hehehehe jawab ku dengan senyuman)

Parmin : Maaf sebelumnya mbak, semenjak kenal sama mbak Dina.. bapak terus terbayang wajah mbak.. apalagi tadi dikamar mandi, bapak bisa melihat memek nya mbak. Kepala bapak jadi pusing mbak, mbak mau kan bantu bapakk… (Ucap pak Parmin yang langsung menggetarkan tubuh ku)

Dina : Tapiii paakkkkk….. Kalaaauuu ituuuu… (aku pun syok dengan permintaan pak Parmin hanya bisa menahan marah dan malu, namun anehnya ada gejolak yang mendorong ku untuk ingin membantunya) kalau itu Dina gak bisaaa pakk… (walaupun mulut ku menolak tapi kali ini ada rasa tantangan dan pikiran yang mendorong ku untuk memenuhi keinginan pak Parmin)

Parmin : Maaafkan bapak mbakkk…. (ucap pak Parmin sambil menundukkan kepala. Jujur melihat pak raut wajah kecewa pak Parmin membuat ku tidak tega dan merasa iba. Didalam kesendiriannya, sebagai pria dewasa pastinya membutuhkan belaian. Lagipun aku juga merasa getaran dan tantangan untuk berbuat lebih dalam hidup ku)

Apalagi setelah masturbasi yang pernah aku lakukan dengan membayangkan kemaluan besar pak Parmin. Hummmppp kembali membayangkannya membuat pikiran ku semakin kacau, gejolak nafsu mulai merangsang menuju otak ku yang membuat tubuh ku semakin panas. “Huuummmpppppp……” gumam ku didalam hati mempertimbangkan permintaan pak Parmin, aku tidak mau melepas keperawanan ku dengan lelaki yang bukan suami ku. Lantas apa yang bisa aku lakukan untuk memenuhi hasrat dari pak Parmin. Aku mengingat kembali film porno yang pernah aku lihat “Aaapaaa aku kocokin ajaaa…” batin ku.. Dengan penuh pertimbangan dan keyakinan serta nafsu birahi yang mulai marasuk akhirnya aku pun membuat keputusan..

Dina : Memangnya apa yang bisa Dina berikan untuk keinginan bapakk… (Ucap ku diluar pikiran sehat ku)

Parmin : Beneran mbaakkk…. Hehehehhe (dengan senyuman ompongnya yang keluar dari raut wajah pak Parmin).. boleh bapak ngentot sama mbak sekali ajaaa… (ucap pak Parmin tanpa filter yang membuat ku semakin panik dengan jantung yang berdegub semakin kencang).

Dina : Tapi Dina masih perawan pak,, Dina bantu kocokan ajaa yaaa… (ujar ku menawarkan, walaupun hasrat ku saat ini tinggi tapi aku masih tidak mau kalau keperawanan ku harus hilang ditangan orang yang tidak aku cintai)

Parmin : Huuuummppp tapi bapak boleh liat nenennya mbak yaaa.. (kembali tawar pak Parmin kepada ku. Mendengarnya permintaannya bukan membuat ku marah, tetapi ada rasa gairah dan tertantang untuk melakukannya walaupun akal sehat ku masih menolak untuk melanjutkannya)

Dina : Tapi Dina maluuuu pakk, belum pernah ada orang yang liat nenen Dina.. (jawab ku dengan kepala agak menunduk)

Parmin : Tenang mbak, disini Cuma kita berdua aja kok.. rumah bapak jauh dari keramaian.. dan lagi pula mbak tau kan, kalau disini jarak rumah nya jauh dan tetangga pun gak peduli karena memang kami orang pendatang.. (ucap pak Parmin dengan bujuk rayunya kepada ku)

Dina : Tapiii paakkkk… (Ucap ku masih dengan keraguan, namun tertantang untuk melakukannya. Toh mungkin ini adalah kali terakhir aku bertemu pak Parmin, mungkin hanya ini yang bisa aku berikan kepadanya sebagai balas jasa atas bantuannya kepada ku.) Yaa udah deh pak,, tapi motornya dimasukin kedalam dulu ya pak.. biar gak ada yang curiga… (ucap ku kembali, yang diikuti dengan anggukan kepala pak Parmin)

Aku pun kemudian mendorong sepeda motor ku untuk masuk kedalam rumah pak Parmin, lalu menutup pintu sebelumnya aku memastikan kalau tidak ada orang yang melihat karena bisa bahaya kalau sampai ada orang lain yang tau. Bisa – bisa makin panjang masalah yang terjadi.

Dina : Yaa udah sini pak buruan sini disamping Dina… (ucap ku dengan sedikit deg – deg kan, yang kemudian pak Parmin pun berjalan mendekat. Karena ruangannya sempit tentunya agak sedikit susah bagi ku dan pak Parmin duduk berdua.)

Parmin : Mbaakkk kita pindah dikamar aja, disini sempit.. (ajak pak Parmin kepada ku, yang diikuti dengan anggukan. Kami berdua pun beranjak menuju kamar pak Parmin yang hanya seluas 4 x 3 m cukup untuk 2 orang tidur dan sebuah lemari)

Kondisi kamar yang hanya diterangi dengan lampu semprong sehingga cahaya nya remang – remang. Dikamar juga hanya ada sebuah lemari bekas serta sebuah kasur lusuh dengan aroma yang sangat apek dan sebuah bantal. Pak Parmin pun meletakkan lampu semprongnya di sudut ruangan, lalu pak Parmin mengajak ku duduk di kasur lusuhnya. Aku pun langsung bergerak duduk disamping pak Parmin.

Dina : Mau sekarang pakk…. (ucap ku pada pak Parmin, mengingat waktu juga sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB dan cuaca pun diluar sudah basah karena hujan yang turun)

Parmin : Bolehh mbakkk… Bapak juga sudah gak sabar… Mimpi apa bapak bisa di kocokin sama wanita cantik kayak mbak Dina.. (ucap nya dengan senyuman yang memperlihatkan keompongan giginya..)

Dina : Yaa udah pak.. buruan lepasin celananya.. (perintah ku kepada pak Parmin. Kemudian dengan semangat pak Parmin pun yang memiliki pemikiran mesum langsung berdiri dan melepas celananya.. Sungguh betapa terkejutnya aku, ternyatapa dibalik celananya pak Parmin tidak menggunakan celana dalam lagi.)

Kini dihadapan ku sudah berdiri seorang lelaki dewasa yang sudah tua dalam keadaan telanjang bulat dengan kemaluan yang besar serta panjang sudah berdiri. Walaupun dengan cahaya remang – remang, aku bisa melihat kemaluan yang membuat ku kepikiran dan mulai merasakan gairah yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Kemaluan pak Parmin yang besar dan panjang mungkin sebesar pentungan satpam yang dikelilingi dengan urat dan bulu yang lebat sudah berada dihadapan ku. Melihatnya pun aku menjadi takut namun juga membuat tubuh ku panas dingin ingin sekali aku menggenggam kemaluan yang membuat nafas ku menjadi berat.

Namun pandangan ku tetap saja tidak bisa berpaling dari kemaluan pak Parmin yang membuat ku begitu sangat takjub, dimana seorang lelaki tua memiliki kemaluan yang besar dan penjang seperti terong.

Dina : Besar banget pakkk kemaluannyaa…. (ucap ku sedikit berbisik dengan suara yang agak parau karena nafas ku yang berat.)

Parmin : Heheheheh namanya kontol mbakk.. bukan kemaluan… (ucap pak Parmin yang mulai menggerakan pinggulnya hingga membuat kemaluannya bergoyang – goyang dihadapan wajah ku yang semakin membuat terpesona. Ada rasa yang mendorong ku semakin ingin menggenggamnya) Ayookk mbakk buruan dipegang.. (pinta pak Parmin kepada ku)

Dina : Iyaa pakk.. kontol bapak besar.. Dina jadi takuttt pakkk… (ucap ku dengan deg – degkan. Namun dengan keyakinan dan dorongan nafsu, aku pun memberanikan diri untuk menggenggam kontol milik pak Parmin. “Waaaahhhhhh keraass bangeeett… uratnya terasa di genggaman ku…” ujar ku dalam hati. Aku pun mulai melakukan naik turun tangan saat menggenggam kontol pak Parmin yang begitu sangat keras di tangan ku.)

Telapak tangan ku pun tidak cukup untuk menggenggam kontol milik pak Parmin yang begitu sangat besar. “Sungguh sudah gila aku saat ini, sedari kecil aku yang diajarkan untuk taat dalam beragama namun mala mini aku malah melakukan perzinaan yang sangat dilarang oleh agama..” batin ku didalam hati. Tangan ku yang lembut pun mulai maju dan mundur dengan pelan mengocok kontol milik pak Parno. Mungkin karena kering, jadi rasanya begitu sangat kesat ditangan ku.

Parmin : OOuuggghhhhhhhh aaahhhh…. Aaahhhh lembut banget tangan mu mbak … eeennnaaakkk…. Ooouughhhhh… (desahan pak Parmin yang mulai menikmati kocokan tangan ku di kontolnya) ludahin ajak mbakk… ooouughhhh biar licin.. (ucap pak Parmin meminta ku. Sungguh sangat jorok bagi ku, namun aku tetap mencoba dan bener ternyata dengan tambahan air liur ku membuat licin sehingga kocokan ku pun lebih menambah rasa nikmat bagi pak Parmin yang terus mendesah kenikmatan)

Sungguh adegan yang erotis menurut ku, karena untuk pertama kalinya dalam hidup ku menggenggam kemaluan dan mengocoknya tanpa adanya paksaan. Tentunya adegan ini semakin menambah rasa horny dalam diri ku, yang bisa aku rasakan adanya cairan yang keluar dari liang vagina ku.

Dina : Huhhuummmmppppp…. Hhhuuuummppp…. (desahan nafas ku saat memberikan kocokan pada kontol pak Parmin yang semakin lama semakin mengeras yang bisa aku rasakan dalam genggaman tangan ku)

Parmin : Oouuggggghhhh… enak mbakk… Ooouughhhhh…aaahhhh.. Ooouughhhhh… mbaakkkkkk… Ooouughhhhh… (desah pak Parmin saat menikmati kocokan tangan ku yang semakin meningkat temponya) aaaahhhh… aaaahahhh…. Ooouughhhhh….. (desah pak Parmin yang kemudian menarik lepas kontolnya dari tanggan ku).

Dina : Kok ditarik pak… (ucap ku, karena pak Parmin menarik lepas kontolnya dari genggaman ku.. Aku sedikit kecewa dengan apa yang dilakukan pak Parmin, jujur karena aku sedang menikmati memegang kontol yang begitu membuat ku bergairah)

Parmin : Bapak belum liat nenen mbak Dina, keburu keluar kalau diteruskan.. (ucap pak Parmin menjawab pertanyaan ku. Aku kira pak Parmin akan melupakan permintaannya, tapi dugaan ku salah. Ternyata pak Parmin masih berharap bisa melihat payudara ku)

Dina : Tapi pakkk…. (lagi – lagi aku sedikit merasa ragu untuk memberikan tontonan kepada pak Parmin melihat salah satu aset berharga ku lainnya, yaitu buah dada atau dua bongkahan daging kenyal di tubuh ku yang selama ini sangat aku rawat dengan baik)

Aku masih tidak yakin apa yang aku lakukan dengan memperlihatkan payudara ku kepada pak Parmin adalah hal yang baik, namun disisi lain dorongan nafsu dan perasaan tertantang serta juga karena pak Parmin sudah banyak membantu ku dengan hati dan keyakinan yang kuat aku pun mulai memberanikan membuka satu per satu kancing kemeja ku. Mulai dari bagian atas sampai bagian bawah, yang tentunya memberikan akses kepada pak Parmin bisa melihat tubuh ku dengan perut yang rata dan payudara yang berukuran 34B sedang terbungkung didalam BH putih yang senada dengan celana dalam yang ku gunakan tadi.

Pak Parmin yang tadi berdiri, kini sudah duduk disamping ku dan sedang menatap tubuh yang terekpos karena kancing kemeja ku yang sudah terbuka semuanya. BH putih yang menutupi payudara ku pun menjadi tontonan bagi pak Parmin sampai tidak berkedip.

Parmin : Waahhhh nenen mbak Dina besar jugaa,, bapak sudah menduga kalau nenen mbak memang besar.. (ucap pak Parmin memuji payudara ku yang masih terbungkus BH yang menutupinya)

Mendengar pujian pak Parmin membuat ku tersanjung, karena untuk pertama kalinya aku mendapatkan pujian dari laki – laki tentang keindahan tubuh ku yang langsung direspon dengan gemetarnya badan ku hingga aku bisa merasakan lagi dan lagi vagina ku mengeluarkan cairan yang membasahi celana dalam ku dibawa sana.

Dina : Jangan diliatin pak, Dina malu …. (ucap ku sambil memalingkan wajah dari tatapan masum pak Parmin)

Mungkin malam ini adalah malam yang sudah ditunggu oleh pak Parmin, karena dari cara pandangnya tentunya sudah memiliki hasrat untuk menikmati indahnya tubuh ku. Anehnya aku tidak marah sama sekali, tetapi merasa bangga dengan segala pujian dari pak Parmin pada tubuh ku. Aku sudah seperti orang yang terhipnotis oleh nafsu sehingga aku tidak lagi bisa bergerak saat kini pak Parmin mulai menjamah perut ku. Aku juga menepis tangan pak Parmin yang sedang meraba perut rata ku. Mungkin aku salah dalam menilai orang, yang aku pikir pak Parmin orang yang baik ternya pak Parmin adalah orang yang penuh dengan nafsu yang membuat ku semakin terjebak didalamnya. Tentunya setiap rabaan tangan pak Parmin pada perut ku seolah – olah seperti orang yang telah menyimpan hasrat yang dalam sebagai pria dewasa terhadap lawan jenisnya yang sudah lama tidak mendapatkan kehangatan.

Pak Parmin pun mulai mendekatkan tubuhnya, hingga kini aku bisa merasakan nafas nya sudah berada dihadapan ku. Nafas bau yang tidak sedap dengan pelan mulai mendekat kearah wajah ku, aku yang tidak bisa bergerak pun hanya bisa menutup mata saat bibir hitam pak Parmin mulai mengecup bibir ku. Aku berusaha untuk mempertahankan diri agar tidak jauh terjebak dalam pancingan nafsu dari pak Parmin.

Bibir hitam pak Parmin pun terus berusaha membuka mulut ku, dengan bantuan rabaan tangan pada perut ku yang menimbulkan rasa geli hingga akhirnya kini mulut ku terbuka. Kesempatan ini pun langsung dimanfaatkan pak Parmin dengan langsung memasukan lidahnya didalam mulut ku yang disambut hangat dengan lidah ku. Untuk kesekian kalinya, ciuman pak Parmin adalah ciuman pertama yang aku dapatkan. “Huuummmpppp…… Huuummmpppp…… Huuummmpppp…… Sllrrrruupppppsss…. Huuummmpppp…… Sllrrrruupppppsss…. Ccckckkkkkckckck… cckkkkckckckck..” bunyi kecupan dari ciuman pak Parmin pada bibir ku yang tentunya semakin memancing birahi ku.

Ciuman pak Parmin pun kini terlepas dari bibir ku, lalu berpindah menjilati balik telingany sampai ketengkuk leher ku yang masih tertutup jilbab. Ternyata pak Parmin cukup lihat mempermainkan area senstif ku yang semakin membuat tubuh ku terbalut dengan nafsu dan pikiran ku yang semakin termakan oleh birahi yang membuat ku menjadi seorang wanita dewasa.

Puas mencerca area sensitif ku, kini pak Parmin kembali meraih wajah ku dan menatap ku dengan begitu tajam, dengan cepat pak Parmin kembali melumat bibir ku dengan penuh nafsu hingga air liur kami menetes membasahi kasur lusuh milik pak Parmin. Aku yang kini hanya bisa menutup mata pun merasakan pak Parmin mulai mengulum bibir ku dalam waktu yang lama. Memang sebagai pria dewasa dan pengalamannya pak Parmin pun berhasil membawa ku kedalam bara nafsu yang secara tidak sadar membuat ku merespon kuluman bibirnya. Tanpa ampun pak Parmin kini mulai memainkan lidahnya mengejar lidah yang ada didalam mulut ku hingga membuat kedua lidah kami terlibat pergelutan yang panas didalam mulut ku. Saat itu aku bisa merasakan rasa pahit dan aroma bau dari liur pak Parmin yang begitu banyak membasahi bibir ku.

Kemudian ciuman kami semakin panas yang begitu menggebu, aku yang polos pun mengakui pak Parmin sebagai laki – laki yang mampu membawah ku kedalam nikmatinya birahi dan membuat basah vagina ku. Ciuman yang semakin ganas juga dibarengi dengan hujan yang semakin lebat diluar sana. Liur kami pun tak berhenti menetes, tangan pak Parmin pun kini sudah memeluk tubuh ku. Sedangkan tangan ku sudah melingkar dileher pak Parmin, seakan – akan aku tidak rela pak Parmin kalau pak Parmin akan melepas ciumanya pada bibir ku. Walaupun demikian pak Parmin tetap melepas ciuammnya dan menjilati sisa liur yang menetes kemudian melumat bibir ku kembali dengan rakusnya.

Ini moment yang diinginkan pak Parmin pada ku, secara reflek pak Parmin pun langsung merebahkan tubuh ku di kasur lusuhnya kemudian menindih tubuh ku tanpa melepas ciumannya pada bibir ku. Kini tubuh tua pak Parmin berada diatas ku yang berada diantara kedua paha ku membuat ku dalam posisi mengangkang. Aku bisa merasakan kontol pak Parmin kini berada didepan vagina ku yang masih tertutup celanan dalam yang mulai basah. Tentu saja posisi membuat pak Parmin bisa menggesekkan kontolnya pada vagina yang semakin memancing nafsu ku dan membuat ciuman semakin ganas. Air liur pak Parmin pun seperti minuman yang masuk kedalam tenggorokkan ku karena begitu banyaknya. Kini aku sudah pasrah dan larut didalam gairah nafsu yang menghentak, hingga membutuhkan pelampiasan untuk menuntaskan birahi didalam diri ku ini.

Aku paham jika sesuatu yang dilarang sebentar lagi akan terjadi diantara aku dan pak Parmin yang disebabkan oleh nafsu yang membuat ku ingin memasrahkan tubuh ku pada lelaki tua ini. Pak Parmin pun melepas ciumannya dari bibir ku, sambil memandang ku dengan tajamnya. Aku dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi agama kini musnah, sungguh nafsu yang memasuki pikiran ku membuat ku tidak berdaya dengan apa yang akan terjadi berikutnya.

Parmin : Mbakkk…. boleh bapak nenen …. (ucap pak Parmin kepada ku, sambil tangannya kini meremas payudara ku yang masih tertutup BH Putih. Namun aku tidak menjawab, tetapi juga tidak melarang tangan pak Parmin yang meremas payudara ku dengan lembut.)

Tentunya respon dari ku ini menjadi jawaban oleh pak Parmin yang langsung mangangkat cup BH ku keatas, hingga kini dua buat payudara dengan puting payudara kecoklatan masih kecil terpampang dihadapan pak Parmin. Aku begitu sangat malu dan memalingkan wajah ku kesamping karena tidak sanggup menatap pak Parmin. Tanpa berkata sedikit pun, pak Parmin langsung melumat puting payudara ku yang sebelah kanan. Aku bisa merasakan mulut yang tanpa gigi kini menghisap dengan rakusnya puting yang belum mengeluarkan air.

Dina : Oooouughhh…. Paaakkkk…. Nikmaaatttt…. Ooouughhhh…. (desah ku sambil menutup mata saat menikmatai hisapan bibir tua pak Parmin pada payudara ku dengan kuatnya. Sedangkan tangan kirinya memilin puting payudara sebelah kiri yang menambah rasa nikmat yang sangat luar biasa. “Yaaa Alllahhh,, nikmaaattt bangetttt….. Ouughhh…… terusss paaakkk… hisappp puting payudara Dinaa.. “ ucap ku didalam hati karena masih belum sanggup untuk bersuara”

Sungguh sensasi yang sangat begitu luar biasa, rasa geli, rasa nikmat bercampur didalam pikiran ku. Pantas saja setiap wanita didalam film porno yang aku lihat begitu menikmati saat payudara nya dihisap dan aku bisa merasakannya malam ini. Kelihaian pak Parmin dalam mempermainkan payudara ku tidak hanya menghisapnya semata, tetapi terkadang juga diikuti dengan jilatan pada puting payudara ku hingga beberapa kali ada rasa geli yang begitu nikmat saat pak Parmin berusaha menggigit puting ku dengan gigi ompong. Sungguh luar biasa kenikmatan malam ini, belum lagi dibagian bawah sana kontol pak Parmin sedari tadi menghentakkan didepan vagina ku yang masih tertutup rapat oleh celana dalam ku. “Ooouughhh…. Paaakkk….. terusss….” Desah ku yang sudah tidak bisa lagi aku tahan. “Ooouughhhhh paaaakkk,, yang satu lagii paakkkk…hisapppp…” tanpa malu aku pun meminta pak Parmin untuk juga menghisap puting payudara ku sebelah kiri. Dengan mata yang terbuka aku bisa melihat rakusnya pak Parmin menghisap kedua puting payudara ku secara bergantian.

Aku bisa melihat kini pak Parmin semakin sibuk menyusu di payudara ku yang tidak hentinya menghisap puting payudara kanan dan kiri secara bergantian yang membuat kulit putih payudara ku pun menjadi memerah selain karena remasan tangan pak Parmin juga karena cupangan – cupangan yang ditinggalkan pak Parmin karena hisapannya yang sangat kasar tanpa meninggalkan dan melewatkan sedikitpun bagian payudara ku dengan lidahnya yang menjilati payudara ku hingga basah oleh liurnya yang banyak.

Kenikmatan yang diberikan pak Parmin membuat ku semakin terlena hingga aku bisa merasakan mulut pak Parmin mulai turun dari payudara ku menuju perut ku hingga kini bibirnya sudah berada didepan vagina ku yang tertutup celana dalam putih yang sudah basah karena banyaknya cairan yang keluar dari liang vagina ku.

Aku yang reflekpun mulai menutup paha ku hingga mengapit kepala pak Parmin diantara paha ku, namun karena kalah kekuatan pak Parmin berhasil melebarkan kembali kaki ku. Aku yang pasrah pun hanya bisa menikmati saat kini pak Parmin sudah bermain di vagina ku. Dengan menyibakan celana dalam ku, kini lidah pak Parmin bisa bermain secara langsung menjilati klitoris ku. Lidahnya yang kasar terus berusaha mengobok – ngobok liang vagina ku yang dibarengi dengan sedotan – sedotan mulutnya di bibir vagina ku. Tentunya perbuatan pak Parmin membuat kepala ku menggeleng ke kanan dan kiri berusaha menahan gejolak kenikmatan yang sedang melanda tubuh ku. Tangan ku pun kini memegang kepala pak Parmin dan menekan kepalanya pada vagina ku yang membuat pak Parmin semakin memiliki ruang bermain pada liang vagina ku yang semakin basah.

“Ouughhhhhhh paaakkk… terusss ppaaakkk… eeennnaaakkkk…. Ooouhgggg… paakkkk… terussss…… jilaaaaaatttttt” desah ku yang semakin menikmati jilatan pak Parmin yang mulai membuat tubuh ku mulai mengejang dan tangan semakin kuat mendekap kepala pak Parmin hingga kaki pun menjepit kepalanya di vagina ku sebagai tanda kalau ada yang akan meledak dari dalam diri ku.. “Ouughhhhhhh paaakkk… terusss ppaaakkk… eeennnaaakkkk…. Ooouhgggg… paakkkk… terussss…… Diiinnanaaa…. Dinnaaa…. Aaahhhhhh…..” tanpa bisa melanjutkan kalimat ku, tubuh ku pun mengejang sangat hebat dan mengeluarkan cairan seperti air pancur keluar dari liang vagina ku dan membasahi kasur pak Parmin. Sedangkan mulut pak Parmin langsung menelan beberapa semburan yang masuk kedalam mulutnya untuk meminum segarnya cairan orgasme ku. Badan ku pun lemas tidak bertenaga dan mata ku terpejam menikmati orgasme ku mala mini.

Hanya beberapa menit kemudian nafsu ku kembali dibangkitkan oleh pak Parmin, karena kini lidah nya kembali memainkan vagina perawan ku. Aku pun semakin yakin kalau pak Parmin mungkin sudah memiliki hasrat untuk menikmati tubuh ku dari cara cabulnya memancing nafsu ku.

Parmin : Manis banget mbak Pipisnya.. (ucap pak Parmin yang kemudian kembali menindih tubuh ku dan langsung kembali melumat bibir ku dengan penuh nafsunya.)

Tentun saja bukan hanya ciuman yang pak Parmin lakukan, tetapi juga tangannya tak henti – hentinya meremas dan memilin puting payudara ku dengan gemasnya yang tentunya kembali membuat badan ku meliuk seperti ular. Sungguh luar biasa apa yang diberikan pak Parmin saat membantu mencapai orgasme ku yang begitu sangat nikmat melebihi kenikmatan saat ku melakukan masturbasi. Tubuh ku semakin berkeringat karena nafsu, bahkan dinginnya hawa diluar tidak mampu menghilangkan rasa panas pada tubuh ku. Aku benar – benar masih dalam keadaan sangat lemas, namun pak Parmin terus memburu nafsu ku dengan permainan lidahnya baik dimulut ku hingga pada payudara ku. Kemudian pak Parmin mulai berbisik ke telinga ku.

Parmin : Boleh kontol bapak, masuk ke memek perawan mbak Dina… bapak pengen ngentotin memek mbakk… bapak sudah gak tahan mbakk… (bisiknya ditelinga ku yang langsung membuat ku sedikit tersadar).

Dina : Jangaannn paaakkkhh… Dina masih perawan paaakkk… (ucap ku sambil menggelengkan kepala untuk memberikan tanda kalau aku belum siap menyerahkan keperawanan ku. Karena aku memahami benar resiko yang aku akan hadapi apabila liang kehormatan ku hilang dan tercemar sebelum waktunya yang bukan disebabkan oleh suami ku. Apalagi kalau nanti ada sperma yang masuk bisa – bisa merusak masa depan ku)

Parmin : Hhummmpppp… baik lah kalau gitu mbakk.. kalau mbak belum siapp… (ucap pak Parmin dengan raut wajah yang kecewa saat mendengar keputusan ku)

Aku bisa melihat raut wajah kekecewaan dari pak Parmin karena belum bisa meniduri dan menikmati tubuh ku dengan seutuhnya. Dengan cahaya remang – remang aku bisa melihat kontol besar pak Parmin sudah berada tepat didepan vagina ku yang masih tertutup celana dalam putih ku. Tentunya masih dalam posisi menindih tubuh ku, pak Parmin pun akhirnya meminta ku untuk membantu nya dengan mengulum kontol besarnya.

Parmin : Kalau gitu, boleh mbak Dina bantu bapak sekali ini.. (ucapnya dengan nada yang sedikit memelas)

Dina : Apa yang bisa Dina bantu pak, Tapi jangan keperawanan Dina pakk… (mohon ku kepada pak Parmin sambil menatap matanya)

Parmin : Bantu keluarin sperma Bapak yaaa mbakkk…

Dina : Iyaa pakk… Sini biar Dina kocokin lagi pakk…. (ucap ku kembali untuk membantu pak Parmin melampiaskan nafsunya)

Parmin : Bantu pakain mulut mbak yaaa.. Sepongin kontol bapak… (ucap pak Parmin sambil menatap mata ku dengan rasa penuh harap)

Tentunya lagi – lagi permintaan pak Parmin membua ku sangat terkejut, karena aku belum pernah sekali pun mengulum kontol didalam mulut ku. Aku hanya menggelengkan kepala ku, menandakan kalau aku tidak mau melakukannya. Karena aku tau, kontol pak Parmin tidak bersih dan takut kalau akan menularkan penyakit. Namun pak Parmin terus saja memohon kepada ku, karena dia begitu sangat tersiksa dengan nafsunya yang belum mencapai klimaknya.

Parmin : Mbakk Dina…. Tolong bapak sekali ini yaaa… (lagi dan lagi pak Parmin berusaha merayu ku dengan kalimat pasrahnya)

Kini aku harus berperang didalam pikiran ku antara birahi dan moral yang harus aku jaga, selain itu juga sudah kepalang basah. Bisa saja penolakan ku nantinya menimbulkan masalah, mungkin saja pak Parmin akan kalab dan malah memperkosa ku karena sekarang pak Parmin sudah dihantui dengan nafsu yang begitu besar dalam dirinya yang ingin dituntaskan dengan segera. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku pun membulatkan keputusan ku untu membantu pak Parmin memuaskan nafsunya.

Dina : Sini pak,,, Dina sepongin… tapi pelan yaa pakk… ini pengalaman pertama bagi Dina… karena belum pernah… (ucap ku sambil menatap pak Parmin saat melihat perubahan wajah pak Parmin yang bahagia karena aku mau mengulum kontolnya)

Parmin : Makasih yaa mbakk…. (ucap pak Parmin sambil mengecup kembali bibir ku yang langsung aku sambut. Lalu ciuman pak Parmin turun ke payudara ku sebentar untuk untuk menghisapnya, sebelum merubah posisi mengangkang di atas kepala ku dengan kontolnya yang langsung tepat berada didepan mulutku.)

Sungguh aroma yang kurang enak tercium dihidung ku, aroma pesing dari kontol pak Parmin membuat ku sedikit agak mual. Namun pelan dengan keyakinan aku pun mulai memegang kontol pak Parmin dan mengarahkan ke mulut ku. Keberanian ku pun didukung dengan nafsu yang langsung mulai mencium kontol yang berbau pesing itu dengan mulut ku. Aku mulai bisa merasakan getaran aneh saat kini mulai menjilati batang besar berurat itu. Dengan adanya rasa jijik aku mulai membuka mulut mungil ku untuk memasukkan kepala kontolnya kedalam mulut ku. Namun hanya sampai setengah batangnya yang bisa masuk, karena saking besarnya kontol pak Parmin. Rasanya mulut ku ingin robek. Beberapa kali aku mulai mengulum kontol pak Parmin keluar masuk didalam mulut ku, dengan bantuan liur ku membuat kontolnya basah dan licin untuk mempermudah keluar masuknya didalam mulut mungilku.

Parmin : Oouughhh…. Mulut mbakkk.. hangaaattt….. Ahhhhh…. Ooouughhhh enaaakkk mbaakakkk… terussss…. Oouughhh…. (desahan pak Parmin keluar dari mulutnya saat menikmati kuluman mulut ku pada kontolnya)

Beberapa kali mengulum kontol pak Parmin membuat ku mual dan ingin muntah oleh aroma pesing yang sangat menyengat dan aroma busuk dari bulu kemaluannya yang panjang dan lebat masuk kedalam mulut dan hidung ku..

Dina : Uuuueeeekkkk…. Uuuueeeekkkk…. (rasa mual ku yang tidak tahan lagi) pakk.. Dina gak sanggup lagi pakk… (melas ku kepadanya, namun pak Parmin tidak menghiraukan ucapan ku dan kembali lagi mengarahkan kontolnya ke mulut ku)

Walaupun sudah beberapa kali aku kulum dan juga ditambah kocokan belum juga membuat pak Parmin akan mencapai puncaknya.. Walaupun sudah tua, tapi daya tahan pak Parmin begitu sangat kuat. Aku hanya bisa berharap kalau ini akan selesai dengan cepat dengan menambah ritme kuluman ku pada kontolnya, semakin lama – semakin membuat ku terbiasa dan kini aku tidak lagi mengulum saja namun juga aku tambah dengan hisapan serta jilatan yang membuat pak Parmin merem melek. Aku tidak lagi menghiraukan aroma pada kontol pak Parmin, yang aku pikirkan kalau ini harus cepat selesai karena hujan juga semakin reda. Dengan tempo yang semakin cepat, aku bisa merasakan tubuh pak Parmin mulai menegang lalu aku mulai mempercepat kocokan pada kontolnya hingaaa….

Parmin : Oooughhhh… aaaaaahhh…… terusssssssss mbaaakkk… baaapaaakkkk maaaauuu…….. (belum selesai pak Parmin menuntaskan kalimatnya tiba – tiba crroott… crroott… crroott… crroott… empat kali semburan sperma yang banyak masuk kedalam mulut ku sampai melubar keluar dari mulut ku. Yang masuk tentu saja terdorong oleh kontol pak Parmin dan terpaksa aku telan.)

Banyaknya cairan sperma yang keluar dari kontol pak Parmin menandakan kalau sperma itu sudah lama ingin keluar didalam sebuah lubang, yaitu mulut ku. Sebagian tentunya aku telan dan sebagian lagi meluber keluar dari mulut ku. Dengan susah payah akhirnya aku bisa menelan habis seluruh sperma yang masuk. Sungguh rasanya begitu pahit dan asin.

Parmin : Bersihkan mbak sisa – sisanya.. (pinta pak Parmin kepada ku, yang lansung aku iyakan dengan kembali mengulum sisa – sisa sperma hingga kontolnya melemas menandakan nafsunya sudah selesai dikeluarkan)

Lepasnya kuluman ku pada kontol pak Parmin, diikuti dengan berubahnya posisi pak Parmin yang kini terbaring disamping dalam keadaan telanjang. Sedangkan aku sendiri dengan kondisi kemeja yang terbuka dengan Cup BH yang terangkat keatas manampakkan payudara ku serta bagian rok ku yang basah karena orgasme ku tadi. Cukup lama kami beristirahat hingga hujan mereda. Aku pun mengecek ponsel ku dan melihat jam yang menunjukkan pukul 22.15 WIB. Lalu dengan aku bangun dan membetulkan kembali BH ku, sewaktu aku hendak mengkancingkan kemeja ku tiba – tiba tangan pak Parmin menahan ku.

Dina : Lepasin pakk… (ucap ku kepadanya, agar tangannya menghindar dari ku yang ingin mamasang kancing kemeja ku) Dina udah menuhi keinginan bapak, jadi lepasin pak.. Dina mau pulang udah malam.. (ucap ku lagi kepadanya)

Parmin : Boleh bapak minta BH dan celana dalam mbak.. untuk kenang – kenangan… (ucap pak Parmin kepada ku kembali)..

Dina : Hummmppp… (aku pun bepikir sejenak dan tanpa memberikan jawaban, kemudian aku melepas kemeja ku sekaligus melepaskan BH ku yang menutupi payudara ku. Kini pak Parmin bisa melihat tubuh atas aku tanpa sehelai benang pun. Lalu aku pun berdiri kemudian mengankat rok panjang ku keatas dan menurunkan celana dalam ku yang basak keluar dari kaki ku. Aku pun kembali duduk) ini pakk…. Sebagai hadiah dari Dina karena bapak udah bantuin Dina dan memberikan Dina kenikmatan. Simpan baik – baik yaaa… (ucap ku dengan senyuman.. tentunya sebelum aku memakai kemeja ku, tiba – tiba pak Parmin kembali menyambar bibir ku. Hingga kami beradu lagi dalam ciuman yang panas. Namun kali aku yang menghentikannya) sudah yaaa paakk.. Dina mau pulang dulu… nanti kalau ada kesempatan Dina main kesini lagi. (ucap ku sambil memakai kembali kemeja ku menutup tubuh setengah telanjang ku)

Karena diluar hujan juga sudah reda, aku dan pak Parmin yang sudah berpakaian lengkap pun keluar dari kamar. Pak Parmin menuju pintu depan sementara aku mendorong motor ku keluar, lalu aku kembali berpamitan dengan pak Parmin. Lagi dan lagi pak Parmin dengan cepat menyambar bibir ku kembali dan sekali lagi kami beradu didalam ciuman antara 2 insan yang berbeda usia bagaikan langit dan bumi.

Parmin : Mbakkk… boleh bapak nenen sekali lagi sama mbakk.. sebelum mbak pulangg…. (pinta pak Parmin kembali kepada ku)

Tanpa menjawab aku lanngsung mengarahkan kepala pak Parmin ke payudara ku, dengan tangannya pak Parmin pun menarik kemeja ku hingga 3 kencingnya terlepas dan lansung menyambar payudara ku dengan ganas. Sekitar 2 menit aku pun menarik kepala pak Parmin dari payudara ku.

Dina : Sudah yaa pak, Dina mau pulang dulu… Assalamulaikum.. (ucap ku buru – buru yang langsung menaiki motor ku dan menggunakan helm ku. Lalu pergi dengan cepat, aku takut kalau berlama – lama nanti tidak akan selesai.)

Untungnya hari sudah malam, karena 3 kancing kemeja ku yang lepas membuat kemeja ku terbuka selama perjalan. Kalau saja ada yang tau, mungkin bisa melihat payudara ku. Tapi yaa sudahlah toh aku juga kenal mereka dan lagian aku juga gak akan lewat sini lagi dalam beberapa hari. Lalu dengan cepat aku menancap gas motor ku untuk pulang kerumah.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd