Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dinding Dosa

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Akhirnya... Suhu Takayasa... guud apdet suhu... tengkyu alur cerita nya oke bingits... gelar tiker dulu dah...
 
Terimakasi sudah mampir di lapak saya.
Saya usahakan update cpat, tpi sblumnya saya mnta maaf kalu nanti pada akhirnya trnyata updatenya agak lama, klu di paksakan update tkutnya nanti mengurangi kualitas cerita.

Semangat terus hu:semangat:
Ane tunggu selalu update cerita ini:suhu:
 
Ane baru notice ternyata ini karyanya suhu Takayasa. I am one of your fans hu.
Your plot are always the best, please dont stop to write ya hu. Jangan kaya cerita yang lalu-lalu. Malah kalo bisa yang lalu dilanjut juga deh biar asyik.
Hehehehe
So welcome back Takayasa, cant wait to see whats coming next!
 
oooohhh....crrroooott juga neehhh...
:aduh: dewiiii sini sama abang ajjaaa
ntar :pantat: dewi abang anal :ejek:
 
Trimakasi sudah mau mampir membaca cerita saya.
info penting, malam ini kalau tidak ada kendala saya update.
 
Di pagi hari yang cerah, ketika semua orang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Dewi malah masih terlelap diatas tempat tidurnya, wajah cantiknya terlihat begitu damai, setelah melewatkan pertempuran dahsyat tadi malam.

Bahkan sisa-sisa pertempuran semalam masih terlihat jelas di tubuh telanjangnya.

Dengan perlahan tubuh telanjangnya menggeliat diatas tempar tidurnya, dia membuka matanya dan mendapat sesosok pria tua yang sedang duduk di atas tempat tidurnya sembari tersenyum.

"Pagi cantik." Sapa Pak Sobri.

"......."

Sembari tersenyum Pak Sobri membelai kepala Dewi. "Bagaimana dengan tidurnya? Nyenyak?" Tanya Pak Sobri lagi.

Tapi wanita berhijab itu hanya diam, dia sadar apa yang telah terjadi tadi malam, membuatnya tak tau harus bersikap di hadapan Pak Sobri. Tapi harus ia akui, tidurnya semalam adalah tidur yang paling nyenyak di bandingkan malam-malam sebelumnya.

Mungkin karena dahaga yang selama ini terpendam akhirnya bisa ia salurkan walaupun dengan cara yang salah dan berdosa.

Dengan tubuh yang masih lelah ia hendak memungut pakaiannya dan segera pergi dari rumah terkutuk ini, tapi Pak Sobri menghentikannya, ia merubut kembali pakaian Dewi dan melemparnya.

"Nak Dewi begitu kotor, alangkah baiknya kalau Nak Dewi membersihkan diri terlebih dahulu sebelum pergi." Katanya, sembari menatap tubuh telanjang Dewi.

"......."

"Kamar mandinya ada di dekat dapur." Lanjut Pak Sobri sembari menyerahkan handuknya.

Tanpa mengeluarkan sepata katapun, Dewi mengambil handuk tersebut dan berjalan tertatih-tatih keluar dari dalam kamar Pak Sobri.

Dewi sadar apa yang dikatakan Pak Sobri benar, dalam keadaan dirinya seperti ini, tentu akan menimbulkan kecurigaan penghuni kos lainnya, selain itu ia sendiri juga merasa tak nyaman dengan banyaknya sperma kering yang menempel di tubuhnya.

Setelah menemukan kamar mandi, ia segera masuk kedalam kamar mandi tersebut. Sejenak ia terpaku memandang dirinya sendiri di depan cermin.

(Kau seperti pelacur murahan Dewi.) Rutuk Dewi.

Seorang wanita muslimah berdiri di depan cermin hanya mengenakan jilbab yang terselampir kebelakang, sehingga tampak jelas payudarah yang besar tampak kemerah-merahan, dengan perut rata bertabur sperma kering, di bawah sana sebuah bukit kecil di tumbuhi rambut hitam yang tampak indah.

Sungguh sebuah pemandangan yang menyedihkan mengingat statusnya sebagai umahat.

Walaupun hatinya sedih, tapi kali ini Dewi tak menangis seperti biasanya, karena cumbuan terakhir membuatnya sadar bahwa ialah yang sebenarnya menginginkan dirinya di setubuhi Pak Sobri.

Dewi segera membasuh tubuh kotornya dengan air, menyabuni dirinya agar kembali wangi seperti sediakala sebelum ia terlibat sebuah pertempuran yang hebat.

Selesai membilas tubuhnya dengan air bersih, Dewi hendak mengenakan handuk milik Pak Sobri, tapi tiba-tiba kamar mandinya terbuka, ia melihat Pak Sobri masuk kedalam kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat.

Bibir Dewi bergetar saat melihat kontok Pak Sobri yang begitu besar dan perkasa.

"Bapak...."

"......."

Pria itu berjalan mendekatinya, lalu membelai wajah mulus Dewi yang merona merah. Kemudian ia mengecup lembut bibir Dewi sembari memeluk tubuh telanjang Dewi yang menggairahkan.

Aneh...
Sang Akhwat sama sekali tak melakukan perlawanan, bahkan terkesan pasrah.

Dewi membalas memanggut bibir Pak Sobri, di iringi dengan desahan lembut yang keluar dari bibirnya, sementara tangan Pak Sobri membelai punggung Dewi, lalu turun menuju pantatnya.

"Eehmmmppp...." Pak Sobri meremas pantatnya.

Pak Sobri mendorong tubuh Dewi, memutar tubuhnya menghadap dinding, kemudian dari belakang Pak Sobri mengangkat satu kaki Dewi, dan bersiap menghujami memek Dewi dengan kontolnya yang besar.

"Kali ini Bapak ingin mendengar kamu sendiri yang memintanya." Bisik Pak Sobri di selingi kecupan lembut di pundak telanjang Dewi.

"........"

"Bapak tidak akan menyetubuhimu kecuali kamu yang memintanya." Tangan Pak Sobri menyelusup kedepan, meremas lembut payudarah Dewi yang terasa begitu kenyal, membuat Dewi tak tenang.

"Oughkk..." Kepala Dewi mendongak keatas ketika ia merasakan salah satu puttingnya di pelintir.

"Bagaimana Nak Dewi, kamu maukan?"

"........."

Wanita alim itu tetap memilih diam, puing-puing harga dirinya melarang ia meminta untuk di setubuhi, walaupun ia tak akan menolak kalau seandainya Pak Sobri langsung menghujami memeknya dengan kontol besar milik Pak Sobri.

Tapi Pak Sobri tak mau menyerah, ia benar-benar ingin menaklukan Dewi, berbagai cara akan ia lakukan agar sang ahkwat yang ada di hadapannya ini bertekuk lutut memintanya untuk menyetubuhinya.

Dengan perlahan tangan Pak Sobri menjelajahi perut mulus Dewi, membuat pinggulnya bergetar, dan getaran itu makin hebat ketika jemari itu turun menuju memeknya, memainkan rambut kemaluannya yang begitu lebat dan berhenti tepat di clitorisnya. Perlahan jemari kasarnya memainkan clitoris Dewi.

"Oughkk... hentikan, kumohon..." Melas Dewi.

"......."

Pak Sobri membuka cela memek Dewi, lalu dengan kedua jarinya Pak Sobri memelintir clitorisnya.

"Oh Tuhaan.... Aahkkk...." Erang Dewi.

"........"

"Tidak... saya tidak kuaaat...."

"........"

"Pak...saya mau menyeraaah...." Mata Dewi mendelik, ketika ia merasa memeknya mau meledak.

Pak Sobri tersenyum iblis. "Jadi...?" Tanyanya.

"Lakukanlah Pak, saya menginginkannya." Pinta Dewi frustasi akibat rangsangan yang ia dapatkan dari jemari kasar Pak Sobri.

"Menginginkan apa?" Tanya Pak Sobri tak puas.

"......." Dewi kembali terdiam.

(Ada apa dengan diriku, kenapa aku menginginkn Pak Sobri menyetubuhiku, padahal dari kecil aku tau kalau ini perbuatan dosa besar, maafkan aku Tuhan.)

Melihat Dewi diam, Pak Sobri semakin gencar merangsang memek sang Akhwat hingga cairan memeknya keluar semakin banyak. Tentu saja hal tersebut membuat Dewi semakin panik antara mengikuti kemauan Pak Sobri, atau menjaga harga dirinya agar tak semakin terkoyak.

"A... aku mau kontol Bapak." Jawab Dewi terbata-bata.

(Akhirnya aku mengatakannya, sungguh aku sangat memalukan, kalah dari nafsuku sendiri.) Dewi tertunduk pilu, ia merasa sangat malu.

Pak Sobri semakin lebar mengangkat kaki kanan Dewi, dan menempelkan ujung kepala kontolnya di lipatan memek Dewi yang memekar indah. Wanita alim itu sudah siap menerima kontol Pak Sobri.

"Katakan sekali lagi." Pinta Pak Sobri.

Dewi meneguk air liurnya yang terasa hambar. "Masukan kontol Bapak di memek Dewi." Pintanya lagi, sang Akhwat benar-benar sudah tak tahan.

"Lakukanlah, Nak Dewi pasti tau caranya." Lagi Pak Sobri menggoda imannya.

"......."

Dewi menggigit bibirnya, lalu mengarahkan kontol besar milik Pak Sobri kecela memeknya. Dengan perlahan kepala kontol Pak Sobri berhasil membela memeknya. "Blleess...." Memek Dewi mendadak terasa penuh ketika kontol besar itu masuk kedalam memeknya.

"Augghkk...." Rintihan Dewi.

Pak Sobri meraih wajah Dewi, lalu memanggut bibir seksi Dewi sembari menggejot memek Dewi dengan perlahan, membuat memeknya semakin gatal.

Sungguh Dewi sangat menikmati permainan Pak Sobri pagi ini, dia sangat perkasa, itulah yang ada di pikiran Dewi setelah merasakan kontol Pak Sobri di dalam memeknya yang sempit.

"Kamu menyukainya?" Bisik Pak Sobri.

"......." Wajah Dewi merona merah.

"Katakanlah, Nak Dewi tak perlu merasa sungkan." Bujuk Pak Sobri, ia semakin cepat menyodok memek Dewi, membuat tubuh sang Akhwat terguncang.

Dewi mengangguk malu. "I... ya Pak, Aaahk... ini nikmat sekali." Dewi mengakuinya.

"Hahaha... kalau begitu lepaskan dirimu, mengeranglah seperti wanita murahan." Suruh Pak Sobri, pria tua itu melepaskan pegangannya di kaki jenjang Dewi, hingga kedua kakinya menapak kelantai.

Kemudian dia menarik pantat Dewi agar lebih condong kebelakang, hingga ia lebih leluasa menggerakan kontolnya keluar masuk di dalam memek Dewi.

Sembari menekan pinggulnya, Pak Sobri semakin cepat menyodok memek Dewi dari belakang hingga terdengar suara "Plookkss... Plookkss... Plookkss..." Yang terdengar sangat nyaring.

Bahkan Pak Sobri beberapa kali menampar pantar Dewi yang semok.

Tapi anehnya Dewi malah semakin terangsang, ia menyukai cara Pak Sobri yang terkadang lembut dan kasar dalam memperlakukannya, membuatnya semakin terangsang dan bergairah menerima setiap sodokan dari kontol Pak Sobri.

"Memekmu begitu sempit." Puji Pak Sobri.

"Ahkkk... itu bukan karena memek saya sempit, tapi melainkan karena kontol Bapak yang terlalu besar." Jujur Dewi yang mengakui ukuran kontol Pak Sobri.

"Apa Nak Dewi menyukainya?" Tanya Pak Sobri.

Lagi pria tua itu memukul pantatnya. "Ughkk... ini dosa besar dan seharunya aku tak menyukainya, tapi kontol Bapak begitu besar, Aaahkk... dan aku ketagihan Pak! Aahkk... aahkk..." Jelas Dewi, ia rasanya sudah tak ada gunanya lagi bertahan.

"Hahaha... Bapak suka mendengarnya."

"......."

Semakin lama Pak Sobri semakin cepat menyodok memek Dewi, hingga akhirnya sang Akhwat sudah tidak tahan lagi, ia merasa ada gelombang besar yang akan keluar dari dalam memeknya.

Tubuh Dewi terguncang, kedua betisnya bergetar hebat hingga kepantarnya, dan akhirnya tanpa bisa di tahan cairan cintanya keluar sangat banyak.

"Paaak... saya dapaaaat." Erang Dewi.

Seeeeerrr.... Seeeeerrr..... Seeerrr....

Tubuh Dewi di biarkan ambruk kelatai, dengan nafas yang memburu ia masih dapat merasakan sisa-sisa orgasmenya yang hebat.

Sementara Pak Sobri menatap Dewi puas, ia merasa senang dan sangat bangga, mengingat di usianya yang sudah memasuki kepala enam, ia masih bisa menaklukan wanita sealim Dewi. Bagi Pak Sobri ini adalah frestasi yang membanggakan.

"Gimana Nak Dewi, masih mau lanjut?"

Dewi mengangguk pasrah. "Iya Pak, saya belum puas." Jawab Dewi agak malu.

"Bersihkan dirimu dan temui saya di kamar." Perintahnya.

++++

Bersama teman-temannya Asyfa tampak sibuk berdiskusi tentang sex bebas yang semakin merajalela di kalangan remaja saat ini dengan mengatas namakan cinta.

Mereka yang melakukan sex bebas seakan bangga dengan apa yang mereka lakukan tanpa memikirkan dampaknya, seperti terkena penyakit kelamin, psikologis dan lain-lainnya.

Sex bebas sendiri sebenarnya sudah lama ada jauh sebelum era modern seperti saat ini. Tapi kalau dulu orang melakukannya dengan cara sembunyi-sembunyi, tapi seiring dengan waktu, orang-orang yang melakukan sex bebas melakukannya dengan terang-terangan.

Bahkan saat ini ketika menemui seorang gadis yang masih perawan akan di cemooh, karena di anggap tidak gaul dan kampungan.

Sehingga tidak heran kalau saat ini sangat sulit menemukan anak remaja yang masih perawan.

Bahkan ilmuan terkenal memprediksi, beberapa tahun kedepan akan semakin banyak para remaja yang akan kehilangan perawannya di usia muda. Sungguh negara ini sangat memperihatinkan.

"Ini sangat menyedihkan." Ujar Asyfa.

Lailah meraih tangan Asyifa. "Ini adalah tugas kita sesama muslim untuk saling mengingatkan, jangan kalah dulu sebelum berperang." Lanjut Laila memberi semangat untuk juniornya.

"Tentu Mbak, hanya saja ini sangat memperhatinkan." Asyifa memandang kepojok kantin.

Ia melihat kepojok kantin, di sana terlihat sepasang kekasih sedang mengobrol sembari berpegangan tangan mesrah, dan yang membuat Asyfa merenyitkan dahinya karena wanita tersebut mengenakan kerudung sama seperti dirinya.

Bedanya, wanita tersebut walaupun mengenakan kerudung tapi ia tampil dengan tampilan menggoda dengan kaos ketat hingga menjiplak tubuhnya dan celana jeans ketat sebatas pinggul, sehingga saat ia duduk, dari belakang orang dapat melihat jelas celana dalam yang di kenakan sang wanita.

Sungguh pemandangan yang sangat miris di mata Asyifa yang selalu menjaga tampilannya.

"Ngomong-ngomong, penyuluhan di SMP dua jadikan?" Tanya salah satu ahkwat junior berjilbab kuning. Gadis itu terlihat manis dengan hiasan bros berwarna hitam di kerudungnya.

"......."

"Tentu jadi, ini awal yang bagus untuk mencegah agar adik-adik kita tidak terjerumus sex bebas." Jawab Laila bersemangat.

"Tapi siapa yang akan jadi pembicaranya?" Tanya Wita.

"Saya rasa Asyifa lebih berkompoten untuk menjadi pembicaranya." Tunjuk Laila. "Kamu maukan Asyfa?" Tanya Laila.

"......"

"Asyfa..." Panggilnya lagi.

"Apa tidak ada orang lain Mbak." Tawar Asyifa.

Laila mendesah pelan. "Bukan masalah ada orang lain atau tidak, tapi ini adalah kesempatan bagimu untuk mendaparkan pahala yang lebih besar? Kalau kamu menolak, berarti kamu tak menginginkan pahala yang telah di janjikan Tuhan kepada kita yang mau menyampaikan kebenaran di jalannya." Nasehat Kaila, tentu sangat merugi kalau Asifa menolak.

"Tentu aku tidak akan menolaknya Mbak."Asyfa tersenyum. "Tapi bagaimana dengan materinya?" Tanya Asyfa, ia tak begitu pintar dalam membuat materi.

"....."

"....."

"Soal materi itu biar saya yang buat." Entah semenjak kapan, pemuda itu berdiri di belakangnya. "Tapi kamu Asyfa harus membantu saya, agar kamu bisa muda memahami materi." Lanjut Azam.

Asifa mengangguk. "Siap Mas." Jawab Asyfa.

++++

Selamat menikmati, kalau berkenan tolong tinggalkan jejak.
terimakasi :banzai:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd