Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Disappear?

Status
Please reply by conversation.
Aku termenung hingga mbak Arlena berteriak dari dalam rumah "Arta, kamu ngapain di sana. Lama sekali kamu kasih makan omen?"

Suhu pai, kenapa gak bikin threads sendiri aja lagi kaya dulu, daripada ngerusak cerita orang laen...

:kretek:
:pandapeace:
 
Suhu pai, kenapa gak bikin threads sendiri aja lagi kaya dulu, daripada ngerusak cerita orang laen...

:kretek:
:pandapeace:
Habisnya bosen sih, baca komentar "apdet suhu" terusan tiap buka trit ini. Kan lumayan jadi ada pengalihan isu sekaligus hiburan buat para "penunggu disappear?". :pandaketawa:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
WahahahahaHahah semprul aku tertipu

Suhu don sibuk akhir tahun? Berarti update masih setahun lg ini
:sendirian:
 
Waduh ada kabar kalau omen di sate sama Tante Pai.

Sis Dona ga bkal update Minggu ini.

mgkin Minggu depan nya lagi ato besoknya lagi.:ngupil::pandaketawa::pandapeace::pandatakut:
 
Bimabet
Scene 11
Calcium Carbonate


Iliana Desy Prameswari


“Sudah kamu baca semua hasil interogasinya?” tanya mas Jiwa. Aku tersenyum mendengar pertanyaanya.

“Sudah mas, dan lebih baik segera,” ucapku.

“Baik, pakai ini dan cari tempat yang aman untuk berbicara, jangan terlalu jauh agar suaramu terdengar jelas,” ucap Mas Jiwa, aku menangguk.

“Dan, apa kamu yakin?” tanyanya.

“Aku yakin, tinggal bagaimana kita menggunakan kata. Yang penting, mas ingat saja orangnya. Tapi jangan dilihat terus mas. Aku yakin mas bisa merasakannya nanti,” jawabku.

Mas Jiwa menatapku seakan sedikit tidak yakin, tapi setelahnya dia menepuk pundakku dan meninggalkan aku.

Ya, setelah percakapan dengan kedua polisi muda yang membuatku menemukan sebuah jawaban. Mas Jiwa kemudian melakukan interogasi ulang, karena ada sesuatu yang harus diulang. Mengulang sesuatu agar semuanya benar-benar terlihat.

Masih di lantai dua, aku kemudian mencari tempat untuk bersembunyi. Agar aku bisa melakukan analisa tanpa membuat orang curiga. Ya, melalui mikrophone yang diberikan Mas Jiwa, aku bisa mendengarkan situasi didalam lab Analitik. Mas Jiwa mengumpulkan semua orang didalam sana. orang-orang yang berada di dalam Gedung pada saat kejadian.

Susah juga mencari tempat yang cocok untuk bersembunyi. Hufth, dimana ini sedangkan dari earphone yang aku bawa, Mas Raga sudah mulai memberikan perintah kepada bawahannya untuk berjaga-jaga.

“Ah, disana saja,” bathinku.

Segera aku menuju ke gudang di samping kamar mandi lantai dua. Ruang Gudang, kini aku berada di dalamnya. Dari pintu masuk ruang gudang lurus ke depan akan ada ruangan dengan panjang sekitar 3 meter dengan kursi-kursi kuliah yang rusak. Kemudian aku melanjutkan langkahku, berbelok ke kiri, aku melihat sebuah sudut ruangan yang pas untuk bersembunyi. Aku duduk disamping tumpukan kursi yang menutupiku dari samping kanan.

Ya, sekarang saatnya, kelihatannya sudah mul...

Sreek...

Aku langsung menutup mikrophone yang berada dekat dengan bibirku.

“De-Desy...” aku terkejut ketika melihat Desy tiba-tiba datang dan berjongkok didepanku.

“Sssst... makanya kalau mau sembunyi, pintunya ditutup,” bisiknya.

“Sudah lanjutkan,” lanjutnya masih dengan nada berbisik. Mataku kosong, masih menatap kehadirannya yang tiba-tiba.

“Ba-bagaimana ini? Desy bisa-bisa mengetahui kalau aku, argh... bagaima...” bathinku.

“Sudah lanjutkan, jika kamu menghentikan langkahmu sekarang. Semua akan kembali ke titik nol,” bisiknya.

“Apapun itu, jangan katakan apapun ke teman-teman,” ucapku, dia tersenyum dan mengangguk. Dia kemudian duduk bersimpuh dengan satu tangan meyangga tubuhnya dan menatapku.

Perempuan didepanku dengan tatapan sedikit tajam. Siapa sebenarnya wanita ini? kenapa dia bisa tahu aku berada disini? dia seakan-akan bisa membaca semua pikiranku, semua gerak-gerikku. Malaikat dan penyihir, dua perempuan yang sampai sekarang tidak pernah aku mengerti jalan pikirannya. Bagaimana sebenarnya dia bisa menebak?

Dengan dua jarinya membentuk huruf V, dia dekatkan ke mataku. Membuatku tersadar akan pemikiran yang seharusnya tidak aku pikirkan sekarang. Anggukan disertai senyumannya seakan memberikan perintah kepadaku untuk melanjutkan langkahku. Langkah hidup yang sedikitnya diketahui oleh penyihir ini dan juga malaikat. Dua insan yang penuh dengan misteri.

Sudahlah, bukan saatnya berargumen tentang Malaikat dan Penyihir. Ada hal lain yang harus aku selesaikan. Ada. Harus selesai.

“Ar, kamu siap?” tanya mas Jiwa dari earphone yang aku kenakan.

“Ya Mas, aku sudah siap, ikuti kata-kataku,” ucapku ketika mikrophone aku buka.






“Ar, kamu siap?” tanyaku ke Arta dengan melalui mikrphone.

“Ya Mas, aku sudah siap, ikuti kata-kataku,” jawabnya.

Aku tersenyum mendengarnya. Hanya ada dua lelaki semasa hidupku ini yang bisa membuatku mengikuti kata-katanya. Dasar, laki-laki satu ini memang bisa diandalkan. Sama seperti pemilik ‘mata’ sebelumnya. Aku memang harus menyembunyikan sesuatu darinya agar dia bisa bertindak, tapi kelihatannya dia sudah menaruh curiga. Ya sudah, nanti aku ceritakan saja.

Setelah beberapa langkah, akhirnya aku berada di depan mereka semua. Mereka duduk dikursi, di belakang meja praktikum lab. Kuhela nafas panjang di depan para akademisi kampus. Tatapan mata mereka, aku bisa membedakan. Antara harapan tentang kepastian dan harapan tentang ketidakinginan sebuah kepastian.

“Semua sudah memberikan keterangan tentang apa yang kalian lakukan, hari ini, dan kemarin. Baiklah, di sini saya akan memberikan keterangan.”

“Kita mulai,” aku menghela nafas sebelum melanjutkan kalimat.

“Profesor Dodokambek dibunuh dalam ruang tertutup dan ini ada kaitannya dengan listrik yang padam. Diperkirakan kejadian profesor kehabisan nafas pukul 11.30,” jelasku. Kembali aku menghela nafas.

“Tentang kematian Prof Dodokambek, di ruang timbang laboratorium Analitik. Profesor mengalami kematian karena kehabisan nafas. Ini dikarenakan ruangan yang tertutup dan tidak adanya gas oksigen yang masuk ke dalam ruang timbang.”

“Analisa awal, profesor melakukan penelitian di ruang timbang yang tertutup. Listrik padam sehingga membuat AC mati. Kemungkinan, Profesor awalnya sadar tapi karena dia masih sibuk dengan penelitannya dia mengacuhkannya sehingga dia tetap melanjutkan penelitian. Di saat udara dalam ruang timbang mulai panas, dan nafasnya mulai sesak profesor hendak meninggalkan ruangan tapi pintu terkunci dari luar. Bisa jadi profesor juga berteriak tapi ruangan tertutup, sehingga suaranya teredam oleh rapatnya dinding yang menutup ruangan,” jelasku. Semua masih terdiam.

“Dan menurut Mahasiswa yang mengantarkan larutan ke laboratorium analitik, pintu yang dia tutup sama sekali tidak terkunci ketika dia meninggalkan ruangan. Sedangkan listrik yang padam, bahkan yang terjadi sebelumnya, bukan merupakan suatu kebetulan. Tapi, ini semua dikarenakan ada yang sudah mengatur semuanya,” ucapku.

“Listrik sudah beberapa kali mengalami pemadaman secara mendadak, dan di ruang bawah tanah terdapat beberapa benda yang aneh. Hasil analisa yang sudah kami lakukan, benda itu digunakan untuk memadamkan listrik. Beban yang terhubung dengan benang lentur sekuat logam. Di ujung benang tersebut terdapat logam berbentuk cincin. Benda lainnya adalah Pensil, dan juga genangan air.”

“Bagaimana mungkin benda itu bisa digunakan untuk menurunkan tuas?” tanya seorang Dosen.

“Dengarkan penjelasan saya sampai selesai!” balasku sedikit menghardik.

Semua kembali terdiam...

“Kita kembali ke benda-benda di ruang bawah tanah, atau bisa dibilang benda yang diikutkan dalam pembunuhan ini.”

Aku diam sejenak, sebelum melanjutkan kembali penjelasanku.

“Box. Pada bagian bawah Box yang digunakan untuk menyimpan atau melindungi tuas, sedikit terbuka dan terdapat dua buah paku kecil. Dua buah paku yang tidak tertancap sempurna, dan menyisakan bagian paku yang tidak tertancap sekitar 0,8 cm. Tinggi paku yang tidak ditancap digunakan untuk menahan balok es yang berada di belakang paku. Di belakang balok es atau bagian dalam Box pada sisi bawah diletakan beban yang pada bagian bawahnya sudah ditata terlebih dahulu pensil secara berjajar. Pensil itu ditata melintang tepat dibawah beban. Kemudian Cincin logam yang dihubungkan dengan beban, di lingkarkan ke dalam tuas.”

Aku menghela nafas...

“Es adalah air yang membeku pada titik bekunya. Jika es disimpan pada ruangan dengan suhu kamar atau relatif panas maka es akan mencair. Memang butuh waktu lama, tapi ruang bawah tanah memiliki suhu yang lebih panas daripada suhu kamar. dengan suhu pada ruang bawah tanah, Es akan mencair dan... es yang semula menjadi penahan beban akan kehilangan daya untuk menahan sehingga beban akan maju atau terdorong ke depan secara perlahan seiring es mencair. Beban dapat terdorong ke depan dikarenakan adanya bantuan pensil sebagai roda untuk beban.”

“Ujung paku yang tidak tertancap sempurna tidak dapat menahan beban, dikarenakan ujung yang tidak tertancap memiliki tinggi sekitar 0,8 cm atau lebih tepatnya memiliki tinggi yang sama dengan diameter pensil. Pensil yang berputar, menggerakan beban maju kedepan melewati paku dan akhirnya jatuh. Beban yang terhubung oleh tuas dengan cincin melingkar pada tuas, menarik tuas turun kebawah. Dan membuat listrik padam. Pensil, memang pada awalnya tertahan di paku tapi saat beban terjatuh membuat sebuah getaran pada sisi bawah box. Inilah yang membuat pensil ikut terjatuh,” jelasku.

Semua mata tertuju kepadaku. Hanya ada satu orang laki-laki yang wajahnya masih tenang.

“Dan ini tidak bisa dilakukan hanya sekali, dua kali tapi berkali-kali. Listrik padam di gedung laboratorium bukan karena kebetulan tetapi memang disengaja untuk padam. Karena butuh perhitungan waktu.”

“Dan, yang bisa melakukan ini semua hanya ada satu orang... Orang yang selalu tahu mengenai kebiasaan profesor, yang selalu acuh dengan lingkungan luar.”

“Pelakunya...” ucapku terhenti, aku bisa melihat mata mereka menebak dan tahu siapa yang aku maksud.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd