Bintang_Senja
Semprot Baru
- Daftar
- 7 Sep 2018
- Post
- 28
- Like diterima
- 18
Mimpi!!...., apalah arti mimpi, cuma bunga tidur pengusir gelapnya malam, tapi aku begitu tertarik dengan setiap mimpi di dunia ini.
Harapan!!...., aku cuma orang bodoh yang terlalu berharap dengan mimpi-mimpi konyolku.
Tujuan!!...., tapi dibalik harapan dari mimpiku, ada tujuan yang harus aku capai, yaitu sebuah kesuksesan.
Inilah kisahku, kisah seorang pemimpi yang selalu berusaha membuat nyata mimpinya, meski kadang kecewa dan putus asa menyertainya.
"Dani, biarpun kamu hidup dalam serba kekurangan, jangan sekalipun kamu melakukan keburukan!!...., jalanlah di jalan kebaikan, niscaya suatu saat kamu akan sukses nak...."
Sepedah tua, entahlah setua apa. Tapi sepeda ini memang tua, umurnya mungkin dua kali umurku.
Aish...., sampai lupa, kenalin gue Dani Sahputra, cukup panggil gue Dani, keren kan??...., nama keren tak menjamin kehidupanku keren juga.
Terlahir dari keluarga tidak mampu, sekolahpun selesai bisa baca tulis, aku cabut dari sekolah, maklum mahal sekolah.
Apalagi sekarang gue hidup sebatang kara, Ibu satu-satunya harta berhargaku, telah bahagia di surga.
Ahhh...., malah panjang perkenalannya, mending kerja.
Menjual kopi keliling dengan sepeda tuaku inilah kerjaku untuk menyambung hidupku.
Puluhan kilo meter setiap hari kukayuh sepedaku menelusuri jalanan Ibu Kota. Panas, hujan, angin, bahkan banjirpun sudah akrab denganku.
Tapi hari ini aku merasa ada sesuatu yang akan terjadi, entahlah apa!!...., baik atau buruknya hal yang akan menimpaku hari ini aku tak pernah tau.
"Jon...., gue nguli dulu!!...., nitip kos-kosan!!..." teriak ku pada sobatku yang kerjanya molor mulu di kosan.
"Yo'i......" jawab singkatnya dan kemudian melanjutkan tidur paginya.
"Joni, Joni, dasar satpam diskotik, malam ngalong, siang ngebo..." gumamku mengawali ayunan pertama sepedaku.
Aroma khas jalanan, segera aku rasakan saat sepedaku sudah bersatu dengan aspal jalanan.
"Masih jam 5...." tuturku sesaat melihat waktu di jam tangan jadulku.
Car free day biasa mulai ramai pukul enam pagi, hari minggu ini car free day lah sasaranku.
Ditepi jalan aku parkirkan sepedaku, "semua sudah siap, tinggal nunggu pelanggan...." ku semangati diriku sendiri.
Sambil melihat lalu lalang orang-orang di sekitarku yang dari waktu ke waktu semakin memenuhi tempat ini, aku tak hentinya menawarkan daganganku.
"Kopi mas, mbak....., kopi hangat, kopi susu hangat....."
"Mas kopi susu dua!!...." sapa seorang wanita.
"Ok mbak, sebentar....." jawabku seramah mungkin.
Dua gelas plastik, racikan kopi, gula, dan susu sudah seimbang aku taruh di masig-masing gelas, air panas secukupnya-pun sudah aku tambahkan. "Aduk-aduk, laris manis" gembiraku dalam hati.
"Semuanya enam ribu mbak...." kataku seraya menyerahkan pesanan wanita tadi.
"Ini mas uangnya, kembaliannya buat mas saja...." uang dua puluh ribu diberikannya padaku, belum sempat aku sekedar menolak atau berterimakasih, wanita itu telah pergi menjauh. "Rejeki....." gumamku lirih.
Entah hoki atau memang aku beruntung, sejak kedatangan wanita tadi, silih berganti pembeli datang membeli daganganku.
Lembaran-lembaran uang mulai mengisi dompet lusuhku. "Seandainya setiap hari seperti ini, kayalah aku".
Air panas di lima wadah yang kubawa telah habis, beberapa kopi instan juga sudah habis.
Dengan hati senang, kuarahkan sepedaku beserta perlengkapan dagangku ke sebuah warung nasi.
Perut memang gak bisa bicara, tapi rasa lapar bisa membuatku sulit bicara, hehehehehe.....
Tiga bungkus nasi kucing plus ikan asin habis kusantap. "Oikkkk....., kenyang" ungkapku setelah selesai bersantap.
"Le...., lek tak sawang-sawang awakmuki jek enom kok wes kerjo!!...., la wong tuwomu nang ngendi??...." °°Nak...., kalau saya lihat kamu itu masih muda kok sudah kerja!!...°° tanya bapak penjual nasi kucing.
"Nggeh...., wancine kulo niku taksih SMA pak, geh niku, Ibu kulo pun sedo, Bapak kulo ical dibeto rondo kuto. Akhire kulo kerjo" °°yahh...., seharusnya saya itu masih SMA pak, ya itu, Ibu saya sudah meninggal, Bapak saya hilang dibawa janda kota. Akhirnya saya kerja°° jelasku ke Bapak itu.
"Walah le, urepmu apes tenan. Yo wes seng sregep kerjane. Ge sangu sakbendinane....." °°hidup kamu apes bener nak. Ya sudah yang rajin kerjanya. Buat uang hidup setiap harinya°°.
Setelah obrolan singkat itu, aku lanjutkan mengayuh sepedaku ke pasar tempat biasa aku belanja kebutuhan dagangku.
"Pak joko, kopi susu instan satu renteng terus kopi bubuknya satu pak, sama gula tiga kilo..." pintaku ramah ke penjual langgananku.
"Totalnya 150ribu, buat kamu Bapak potong 30ribu, jadi bayar kamu cuma 120ribu Den...." memang baik penjual yang satu ini.
Sebenarnya aku merasa gak enak dengan potongan harganya. Pernah sekali aku menolak potongan harganya, aku malah di marahin. Gak taulah kenapa juga dengan nih bapak satu.
Selesai pembayaran, aku berjalan kembali ke sepeda tuaku yang aku titipkan di parkiran depan pasar.
"Makan udah, belanja udah, tinggal pulang......" perasaan senangku saat memacu sepedaku menuju kos ku.
"Citt....." suara rem sepedaku.
Lampu merah sedikir menghambat perjalananku, "5,4,3,2,1...., yes hijau....".
"BRUGHHH......." bunyi yang timbul saat aku tertabrak sebuah mobil, tubuhku terpental....., sesaat aku masih sadar dan melihat beberapa orang berlari ke arahku, tapi entah kenapa tubuhku terasa perih dan semakin panas....., kepalaku terasa tertimpa beban yang begitu berat, dan semakin berat, sedetik kemudian aku sudah tak merasakan apapun.........
Sekian dulu.....
Harapan!!...., aku cuma orang bodoh yang terlalu berharap dengan mimpi-mimpi konyolku.
Tujuan!!...., tapi dibalik harapan dari mimpiku, ada tujuan yang harus aku capai, yaitu sebuah kesuksesan.
Inilah kisahku, kisah seorang pemimpi yang selalu berusaha membuat nyata mimpinya, meski kadang kecewa dan putus asa menyertainya.
"Dani, biarpun kamu hidup dalam serba kekurangan, jangan sekalipun kamu melakukan keburukan!!...., jalanlah di jalan kebaikan, niscaya suatu saat kamu akan sukses nak...."
°<>°
Ingatan pesan terakhir almarhum Ibuku yang selalu menjadi semangatku di pagi hari.
Sepedah tua, entahlah setua apa. Tapi sepeda ini memang tua, umurnya mungkin dua kali umurku.
Aish...., sampai lupa, kenalin gue Dani Sahputra, cukup panggil gue Dani, keren kan??...., nama keren tak menjamin kehidupanku keren juga.
Terlahir dari keluarga tidak mampu, sekolahpun selesai bisa baca tulis, aku cabut dari sekolah, maklum mahal sekolah.
Apalagi sekarang gue hidup sebatang kara, Ibu satu-satunya harta berhargaku, telah bahagia di surga.
Ahhh...., malah panjang perkenalannya, mending kerja.
Menjual kopi keliling dengan sepeda tuaku inilah kerjaku untuk menyambung hidupku.
Puluhan kilo meter setiap hari kukayuh sepedaku menelusuri jalanan Ibu Kota. Panas, hujan, angin, bahkan banjirpun sudah akrab denganku.
Tapi hari ini aku merasa ada sesuatu yang akan terjadi, entahlah apa!!...., baik atau buruknya hal yang akan menimpaku hari ini aku tak pernah tau.
"Jon...., gue nguli dulu!!...., nitip kos-kosan!!..." teriak ku pada sobatku yang kerjanya molor mulu di kosan.
"Yo'i......" jawab singkatnya dan kemudian melanjutkan tidur paginya.
"Joni, Joni, dasar satpam diskotik, malam ngalong, siang ngebo..." gumamku mengawali ayunan pertama sepedaku.
Aroma khas jalanan, segera aku rasakan saat sepedaku sudah bersatu dengan aspal jalanan.
"Masih jam 5...." tuturku sesaat melihat waktu di jam tangan jadulku.
Car free day biasa mulai ramai pukul enam pagi, hari minggu ini car free day lah sasaranku.
Ditepi jalan aku parkirkan sepedaku, "semua sudah siap, tinggal nunggu pelanggan...." ku semangati diriku sendiri.
Sambil melihat lalu lalang orang-orang di sekitarku yang dari waktu ke waktu semakin memenuhi tempat ini, aku tak hentinya menawarkan daganganku.
"Kopi mas, mbak....., kopi hangat, kopi susu hangat....."
"Mas kopi susu dua!!...." sapa seorang wanita.
"Ok mbak, sebentar....." jawabku seramah mungkin.
Dua gelas plastik, racikan kopi, gula, dan susu sudah seimbang aku taruh di masig-masing gelas, air panas secukupnya-pun sudah aku tambahkan. "Aduk-aduk, laris manis" gembiraku dalam hati.
"Semuanya enam ribu mbak...." kataku seraya menyerahkan pesanan wanita tadi.
"Ini mas uangnya, kembaliannya buat mas saja...." uang dua puluh ribu diberikannya padaku, belum sempat aku sekedar menolak atau berterimakasih, wanita itu telah pergi menjauh. "Rejeki....." gumamku lirih.
Entah hoki atau memang aku beruntung, sejak kedatangan wanita tadi, silih berganti pembeli datang membeli daganganku.
Lembaran-lembaran uang mulai mengisi dompet lusuhku. "Seandainya setiap hari seperti ini, kayalah aku".
Air panas di lima wadah yang kubawa telah habis, beberapa kopi instan juga sudah habis.
Dengan hati senang, kuarahkan sepedaku beserta perlengkapan dagangku ke sebuah warung nasi.
Perut memang gak bisa bicara, tapi rasa lapar bisa membuatku sulit bicara, hehehehehe.....
Tiga bungkus nasi kucing plus ikan asin habis kusantap. "Oikkkk....., kenyang" ungkapku setelah selesai bersantap.
"Le...., lek tak sawang-sawang awakmuki jek enom kok wes kerjo!!...., la wong tuwomu nang ngendi??...." °°Nak...., kalau saya lihat kamu itu masih muda kok sudah kerja!!...°° tanya bapak penjual nasi kucing.
"Nggeh...., wancine kulo niku taksih SMA pak, geh niku, Ibu kulo pun sedo, Bapak kulo ical dibeto rondo kuto. Akhire kulo kerjo" °°yahh...., seharusnya saya itu masih SMA pak, ya itu, Ibu saya sudah meninggal, Bapak saya hilang dibawa janda kota. Akhirnya saya kerja°° jelasku ke Bapak itu.
"Walah le, urepmu apes tenan. Yo wes seng sregep kerjane. Ge sangu sakbendinane....." °°hidup kamu apes bener nak. Ya sudah yang rajin kerjanya. Buat uang hidup setiap harinya°°.
Setelah obrolan singkat itu, aku lanjutkan mengayuh sepedaku ke pasar tempat biasa aku belanja kebutuhan dagangku.
"Pak joko, kopi susu instan satu renteng terus kopi bubuknya satu pak, sama gula tiga kilo..." pintaku ramah ke penjual langgananku.
"Totalnya 150ribu, buat kamu Bapak potong 30ribu, jadi bayar kamu cuma 120ribu Den...." memang baik penjual yang satu ini.
Sebenarnya aku merasa gak enak dengan potongan harganya. Pernah sekali aku menolak potongan harganya, aku malah di marahin. Gak taulah kenapa juga dengan nih bapak satu.
Selesai pembayaran, aku berjalan kembali ke sepeda tuaku yang aku titipkan di parkiran depan pasar.
"Makan udah, belanja udah, tinggal pulang......" perasaan senangku saat memacu sepedaku menuju kos ku.
"Citt....." suara rem sepedaku.
Lampu merah sedikir menghambat perjalananku, "5,4,3,2,1...., yes hijau....".
"BRUGHHH......." bunyi yang timbul saat aku tertabrak sebuah mobil, tubuhku terpental....., sesaat aku masih sadar dan melihat beberapa orang berlari ke arahku, tapi entah kenapa tubuhku terasa perih dan semakin panas....., kepalaku terasa tertimpa beban yang begitu berat, dan semakin berat, sedetik kemudian aku sudah tak merasakan apapun.........
Sekian dulu.....
Terakhir diubah: