Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DUNIA IBU TIRI - Kisah Kedua Part 1

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Arsip Kisah Pertama entah tercecer di mana. Tapi supaya tidak mandeg di tengah jalan,
kita tinggalkan saja dulu Kisah Pertama ya.
Langsung ke …..


















KISAH KEDUA


Part 1






Penerimaan lamaran Kang Pras adalah pilihan yang tepat bagiku. Karena meski usianya jauh lebih tua dariku, Kang Pras itu penyabar dan sangat menyayangiku.

Aku tidak merasa kekurangan apa pun sejak menjadi istrinya. Bahkan cita - cita untuk membahagiakan kedua orangtuaku, mulai terwujud setelah aku menjadi istri Kang Pras. Rumah Papa Mama direnovasi oleh suamiku menjadi rumah megah. Mobil pun dibelikan, meski hanya sebuah minibus. Kang Pras pun mengizinkanku untuk mengirim uang pada Mama tiap bulan, untuk menutupi beberapa kekurangan. Maklum Papa sudah pensiun, sementara adik - adikku masih membutuhkan dana untuk biaya pendidikan mereka.

Katakanlah kehidupanku mulai cerah. Papa dan Mama pun kelihatan turut bahagia menyaksikan putri sulungnya sudah mapan, kebutuhan mereka pun tercukupi olehku.

Aku sendiri merasa bahagia dengan sikap dan perilaku Kang Pras yang selalu memanjakanku. Karena itu wajarlah kalau aku pun memperlakukan kedua anak tiriku laksana dua anak kandungku sendiri, meski aku sendiri belum pernah hamil.

Ya, dari mendiang istri terdahulunya, Kang Pras memiliki 2 orang putera. Gilang dan Galih namanya. Gilang sudah bekerja di luar Jawa, sementara Galih masih sekolah di SMA.

Tidak ada masalah besar dengan kedua anak tiriku. Mereka sangat baik padaku. Gilang setiap 3 bulan pulang dan selalu membawa oleh - oleh khusus untukku. Sementara Galih sangat penurut. Apa pun yang kuanjurkan, selalu dilaksanakannya dengan baik.

Satu - satunya masalah pada Galih adalah sekolahnya itu. Usianya sudah 18 tahun tapi dia masih ngendon di SMA. Padahal banyak anak yang sebaya dengannya sudah pada jadi mahasiswa.

Suamiku sering membahas masalah Galih itu. Seperti pada suatu malam, menjelang tidur suamiku berkata, “Galih itu sangat membingungkanku. Pada waktu di SD dan SMP, dia selalu ranking satu. Tapi setelah di SMA dia ngedrop sekali. Bahkan pernah tidak naik di kelas satu. “

“Iya Kang. Padahal Galih itu anak baik. Apa pun yang kusarankan, selalu diikutinya dengan baik, “ sahutku.

“Kalau begitu, sebaiknya Mamie yang membimbing dan memberikan motivasi padanya. Karena aku kan jarang ada di rumah, “ kata suamiku, yang sering memanggilku Mamie. Terkadang ia memanggil namaku, sering juga memanggilku Ayang.

Aku sendiri terkadang memanggil suamiku dengan sebutan Papie, tapi seringnya aku memanggil Kang padanya. Gilang dan Galih selalu memanggilku Mamie, seperti yang dianjurkan oleh ayah mereka.



Keesokan harinya, ketika Kang Pras sudah terbang ke Kalimantan, aku mulai berniat untuk menyelidiki Galih. Ingin tahu apakah dia memang bodoh di sekolahnya ataukah ada sesuatu yang membuatnya malas belajar ? Yang paling aku takutkan, kalau Galih diam - diam kecanduan narkoba.

Karena itu, ketika Galih sedang di sekolahnya, diam - diam aku menggeledah kamarnya. Lemari pakaian, lemari buku, laci meja tulis dan segala yang bisa digunakan untuk menyembunyikan sesuatu, kuperiksa semua.

Tapi aku tak menemukan sesuatu yang aneh. Sesuatu yang bisa membuat Galih kehilangan semangat belajarnya.

Kemudian aku mengaktifkan laptop di meja tulisnya. Juga tiada sesuatu yang abnormal. Hanya banyak koleksi musiknya, karena Galih memang selalu mengumandangkan musik kalau sedang ada di rumah.

Tapi pada suatu detik pandanganku menemukan file berjudul : My Stepmom is The Best.

Aku jadi penasaran. Apa isi file ini ?

Setelah file itu dibuka, ternyata isinya foto - fotoku semua. Namun yang paling menarik, di bawah foto - fotoku itu ada beberapa kalimat yang membuatku tercenung. Isinya :

Kehadiranmu membuat jiwaku menjadi hangat. Karena dirimu bukan sekadar ibu sambung. Kehadiranmu laksana bidadari yang diturunkan ke rumah ini, sekaligus membuatku serba salah. Karena aku sadar bahwa dirimu milik ayahku yang paling berharga.

Tapi kenapa siang malam wajah dan gerak gerikmu terbayang terus di pelupuk mataku ? Kenapa otakku seolah tertutup untuk hal lain kecuali sosokmu yang begitu indah dan mempesona ?

Dirimu bukan sekadar ibu sambungku. Tapi juga sosok panutanku. Karena di mataku, wajahmu yang tercantik di dunia ini. Dan tubuhmu yang terindah di mataku.

Ya ... di dunia ini dirimu adalah ibu sambung yang terbaik dan terindah. Dirimu adalah bidadari di mataku.




Aku terhanyut oleh kata - kata yang Galih cantumkan di bawah foto - fotoku itu. Sedikit pun aku tak menyangka kalau Galih sangat mengagumiku. Bahkan menyebutku seolah bidadari di matanya.

Setelah men-shutdown laptop itu, kurapikan kembali meja tulis Galih itu. Lalu aku keluar dari kamar Galih. Dan masuk ke dalam kamarku. Untuk memikirkan semuanya itu.

Aku merasa bertanggung jawab untuk meningkatkan nilai Galih di sekolahnya.

Lalu apakah kekagumannya padaku bisa kujadikan motivasi belajarnya ?

Otakku pun berputar ....

Jam 6 sore Galih baru datang. Dengan wajah lusuh dan rambut kusut. Seperti biasa aku menyambutnya dengan cipika - cipiki setelah ia mencium tanganku.

“Kamu keringatan gini Lih ... “ ucapku.

“Iya Mam, “ sahutnya, “Abis olahraga. “

“Owh. Mandi dulu gih. Setelah mandi, makan malam. “

“Iya Mam, “ sahutnya sambil melangkah menuju kamarnya.

Aku pun menghampiri Siti, pembantuku, di dapur.

“Sebelum pulang, siapkan dulu makan malam Ti, “ kataku.

“Iya Bu, “ sahut Siti.

Aku pun masuk ke dalam kamarku. Hanya untuk melihat bayangan diriku di cermin besar. Orang - orang bilang aku ini cantik, seksi dan tampak lebih muda dari usiaku yang sudah 29 tahun ini. Lalu dari sudut mana diriku ini yang membuat Galih terpesona ? Dari bentuk tubuhku yang tinggi montok ini ? Dari kulitku yang putih bersih ini ? Atau dari wajahku yang orang - orang bilang cantik ini ?

Entahlah. Aku hanya berniat untuk mengembangkan kekaguman Galih itu agar bisa dijadikan motivasi belajarnya.

Beberapa saat kemudian, aku dan Galih makan bersama di ruang makan, sementara Siti sudah pulang karena hari sudah mulai gelap.

“Kamu belum punya pacar juga Lih ?” tanyaku setelah menghabiskan makananku.

“Belum Mam, “ sahutnya.

“Punya cewek itu bisa dijadikan motivasi belajar juga Lih. “

“Tapi di sekolahku gak ada cewek yang sesuai dengan kriteriaku Mam. “

Aku yang duduk di samping Galih, memegang tangan kirinya sambil bertanya, “Memangnya cewek yang seperti apa typemu ?”

Galih menatapku. “Boleh aku jujur Mam ?” tanyanya dengan suara seperti tertahan.

“Iya, “ aku mengangguk, “Jujurlah ... “

“Mamie adalah sosok typeku ... “ sahutnya sambil menunduk.

“Ohya ?! “ aku pura - pura kaget, “Memangnya kelebihan mamie ini apa ?” tanyaku sambil meremas tangan Galih dengan lembut.

Galih menatapku lagi, pada saat bibirku sedang menyunggingkan senyum untuknya. Lalu ia menunduk lagi, sambil berkata perlahan, “Mamie adalah paket lengkap bagiku. “

“Maksudmu ?” tanyaku sambil mengusap - usap rambut anak tiriku.

Dengan tersendat - sendat Galih menjawab, “Se ... segala yang ... yang aku sukai aaa ... ada pada diri Ma ... Mamie ... “

Aku menghela nafas. Lalu berdiri untuk membereskan meja makan, mengangkut piring - piring kotor ke bak cuci piring di dapur. Galih pun membantuku, mengangkut sebagian piring, mangkok dan gelas bekas kami makan ke bak cuci piring. Lalu meninggalkan dapur dan masuk ke dalam kamarnya.

Lalu terdengar bunyi musik dari kamar Galih. Pada saat itulah batinku bergelut. Antara ingin melakukan sesuatu dan tidak ingin melakukannya.

Sampai pada suatu saat, aku melangkah perlahan menuju pintu kamar Galih yang pendiam dan penurut itu.

Galih sedang duduk di meja tulisnya. Lalu spontan berdiri di lantai setelah melihatku berada di dalam kamarnya.

Aku pun duduk di satu - satunya sofa yang ada di dalam kamar Galih. “Sini duduknya, “ ucapku sambil menepuk sofa yang sedang kududuki, “mamie ingin bicara dari hati ke hati denganmu. “

Galih pun duduk di samping kananku.

“Mamie ingin kamu menjawab sejujurnya setiap pertanyaan mamie ya, “ ucapku sambil menepuk lutut Galih yang tak tertutupi celana pendek putihnya.

“Iya Mam, “ sahutnya perlahan.

Lalu kuusap - usap rambut Galih sambil berkata, “Kamu tentu merasa kalau mamie sayang sekali sama kamu kan ?”

“Iiii ... iya Mam. Aku juga sayang sama Mamie. “

“Lalu apa yang bisa mamie bantu agar semangat belajarmu meningkat dan lulus ujian yang sudah tinggal setengah tahun lagi itu ?”

Galih cuma menatapku, tanpa melontarkan jawaban sepatah kata pun.

“Papie dan mamie sangat memikirkan masa depanmu Lih. Karena itu mamie ingin agar semangat belajarmu bangkit. Dan tahun depan bisa kuliah di universitas yang bagus, “ kataku.

“Iii ... iya Mam. Entah kenapa belakangan ini aku jadi gak semangat belajar. Di sekolah malah ngantuk terus, “ ucapnya.

“Terus kalau kamu gak lulus ujian nanti, mau gimana ?” tanyaku.

“Ma ... mau kerja di perusahaan Papie aja di Kalimantan. Kan Gilang juga cuma tamatan SMA. Langsung dijadikan orang kepercayaan Papie di Kalimantan. “

“Sedangkal itukah cita - citamu ? Apakah kamu gak ingin jadi anak kebanggaan Papie dan mamie ?” tanyaku.

Galih tidak menjawab.

“Kalau mamie ikuti apa yang sering kamu khayalkan, apakah semangatmu bisa bangkit ?” tanyaku sambil tersenyum.

Galih tersentak. Lalu tertunduk dan membisu.

“Kamu kan mengagumi mamie, “ desakku.

“Iya Mam, “ sahutnya, “Aku sangat mengagumi Mamie. “

“Lalu kamu suka membayangkan mamie ?”

“Se ... selalu Mam. Wajah dan gerak - gerik Mamie membayangiku terus. Bahkan di sekolah pun aku selalu membayangkan Mamie. “

Kukecup pipi kiri Galih. Lalu berkata, “Mamie senang dengan kejujuranmu. Lalu apakah kamu pernah membayangkan seandainya mamie menjadi milikmu ?”

“Mam ... boleh aku bicara jujur ? Tapi kumohon Mamie jangan marah. “

“Iya. Bicaralah sejujur mungkin. “

“Setiap mau tidur ... aku suka membayangkan Mamie ... “

“Kamu kan sudah delapanbelas tahun. Tentu yang kamu bayangkan itu sangat jauh kan ?”

“Be ... betul Mam. “

Aku tersenyum senang. Senang mendengar pengakuan jujur Galih. Dan diam - diam kuselundupkan tanganku ke balik celana pendek putih Galih. Ternyata ia tak mengenakan celana dalam. Sehingga aku bisa langsung memegang batang kemaluannya. Batang kemaluan yang membuatku terkejut, karena terasa sangat panjang.

“Jawab yang jujur ya. Yang mamie pegang ini suka kamu kocok ?”

Galih tak menjawab.

“Jawab aja yang jujur. Masturbasi itu bukan suatu kesalahan. Daripada main dengan perempuan nakal, mendingan masturbasi. “

“Iya Mam. “

“Jadi kamu sering masturbasi ?”

“Iii ... iya Mam. “

“Kalau cowok sedang bermasturbasi, biasanya suka membayangkan sosok perempuan yang didambakannya. Apakah kamu juga begitu ?”

Galih mengangguk perlahan. Sementara batang kemaluannya terasa mulai membesar dan menegang. “Siapa perempuan yang suka kamu bayangkan pada saat sedang masturbasi ?”

Galih tak menjawab.

“Siapa yang kamu bayangkan ? Artis yang kamu anggap paling seksi ?” desakku.

Galih menggelengkan kepalanya.

“Lantas ... siapa yang suka kamu bayangkan ?” tanyaku lagi.

“Aku ... aku se ... selalu bayangin Ma ... Mamie .... “ sahut Galih sambil menunduk.

Pengakuan jujur itu membuatku senang. Lalu aku berbisik di dekat telinga Galih, “Apa yang sering kamu bayangkan itu akan menjadi kenyataan. Tapi dengan satu syarat ... kamu harus lulus dengan nilai terbaik di sekolahmu. “

“Siap Mam ... aku akan rajin belajar mulai hari ini juga ... ! “ ucap Galih dengan nada bersemangat.

“Kamu mengerti kan apa yang mamie maksud barusan ?” tanyaku masih kurang yakin.

“Iya ... mengerti ... bahwa ... bahwa Mamie akan mengijinkanku me ... menggauli Mamie kalau aku lulus dengan nilai terbaik di sekolahku. “

“Janji ya. Bahwa kamu akan berusaha agar lulus dengan nilai terbaik di sekolahmu. “

“Iya Mam. Aku janji. “

“Sekarang mamie hanya akan mengoralmu saja, sebagai tanda keseriusan mamie, “ kataku sambil menurunkan celana pendek Galih. Sampai membuat alat kelamin Galih yang panjang gede itu tampak sepenuhnya. Sudah dalam keadaan ngaceng pula.

Sama besarnya dengan penis Kang Pras. Tapi lebih panjang daripada punya suamiku.

Mulailah aku beraksi. Dengan mendaratkan ciumanku di bibir Galih. Ini adalah untuk pertama kalinya aku mencium bibir anak tiriku. Karena biasanya cuma mengecup pipi atau dahinya saja.

Pada saat itu aku hanya mengenakan kimono merah maroon. Di balik kimono ini, aku tak mengenakan beha mau pun celana dalam.

Setelah puas berciuman, kupamerkan sepasang payudaraku, dengan membuka kimono bagian dadaku. “Sekarang kamu hanya boleh memegang tetek mamie aja. Nanti kalau sudah benar - benar lulus dengan nilai terbaik di sekolahmu, mamie akan kasihkan semua padamu. Pokoknya sebelum kamu lulus ujian, hanya wilayah dada ke atas yang boleh kamu sentuh. “

“Iiii... iya Mamie ... “

“Tapi ingat ya ... ini rahasia kita berdua. Jangan sampai Papie tau. “

“Iya Mam. Aku janji, “ sahut Galih sambil memegang payudaraku dengan tangan gemetaran.

“Gimana ? Seneng megangin tetek mamie ?” tanyaku sambil meremas - remas zakarnya yang sudah ngaceng berat ini.

“Payudara Mamie jauh lebih indah daripada yang sering kubayangkan. “

“Tetek mamie kan belum pernah netekin bayi. Selalu dirawat pula. Biar jangan cepet gembyor, “ sahutku sambil menunduk ... mengarahkan mulutku ke kontol Galih yang masih kugenggam ini.

Lalu dengan gerakan terlatih, mulutku mulai mengulum batang kemaluan Galih. Mulai menggelutkan lidahku ke puncak dan leher kontolnya, sambil mengalirkan air liurku ke batang kemaluannya. Sehingga tanganku bisa mengurut kontol Galih yang sudah licin oleh air liurku.

Galih terpejam - pejam, dengan nafas tersengal - sengal. Mulutku pun semakin lahap menyelomoti batang kemaluannya, sementara tanganku semakin “rajin” mengurut - urut badan kontol anak tiriku yang ganteng ini.

Ya, tangan kananku makin giat mengurut - urut batang kemaluan Galih, seolah sedang mengocoknya. Namun diam - diam tangan kiriku memainkan kemaluanku sendiri di balik kimonoku. Karena waktu mengoral dan mengocok kontol Galih ini, aku sendiri sudah horny berat.

Tentu saja aku sendiri jadi horny berat waktu mengoral batang kemaluan Galih yang begini panjangnya dan begini sempurna ereksinya. Sehingga terbayang jika kontol anak muda ini dimainkan di dalam tempikku.

Kalau tekadku kurang teguh, pasti aku akan luluh dan meminta agar kontol Galih dimasukkan saja ke dalam liang kewanitaanku. Tapi karena apa yang sedang kulakukan ini mengandung “misi khusus”, aku bertahan sekuat mungkin. Aku harus menyelesaikan semua ini dengan sebaik mungkin.

Bahkan ketika kontol Galih memuncratkan air mani, kutelan semuanya, tidak kusisakan setetes pun. Mudah - mudahan saja hal ini mengesankan di hati Galih. Lagipula aku percaya bahwa air mani lelaki itu bagus untuk “jamu” bagi kulitku yang membutuhkan hormon.

“Ma ... Mamie telan spermaku ?” tanya Galih setelah kontolnya selesai memuntahkan air maninya di dalam mulutku.

“Iya ... sebagai tanda sayangnya mamie kepadamu Lih, “ sahutku sambil membelai rambut Galih.

“Terima kasih Mam. Aku akan semakin mencintai Mamie di hari - hari mendatang, “ ucap Galih sambil mengenakan celana pendek putihnya lagi.

“Buktikan cintamu itu dengan giat belajar. Mamie yakin kamu bukan anak bodoh. Cuma malas belajar saja. “

“Iya Mam. Aku akan membuktikannya mulai saat ini juga. “

Lalu aku membisiki telinganya, “Kalau kamu lulus dengan nilai terbaik di sekolahmu, kamu akan bisa merasakan enaknya memek mamie ... “

“Iiii ... iya Mam ... “



Setelah berada di dalam kamarku kembali, cepat kuambil “sesuatu” dari laci lemari pakaianku. Kupilih salah satu di antara sekian banyak dildo pemberian suamiku. Akhirnya kuputuskan untuk memakai dildo yang ukurannya kira - kira sama dengan kontol Galih.

Ya ... aku membutuhkan dildo ini, karena pada waktu mengoral Galih tadi nyaris tak kuat aku menahan nafsuku sendiri.

Kalau Galih sering bermasturbasi sambil membayangkan tengah menyetubuhiku, maka kini justru aku yang membayangkan dildo ini seolah kontol Galih yang sedang mengentot liang memekku.

Supaya cepat orgasme, kuhidupkan vibrator dildoku. Dan aaaaahhhh ... aku sedang membayangkan sedang disetubuhi olehmu Galih .... !

Meski cuma dengan dildo, aku cukup puas. Karena belasan menit saja kumainkan dildo bervibrator itu, aku pun mencapai orgasmeku. Lalu aku tertidur dengan nyenyaknya.

Esok paginya aku bangun kesiangan. Setelah mandi, kukenakan daster batikku. Lalu keluar dari kamarku. Menoleh ke sekitarku. Motor Galih sudah tidak ada. Berarti dia sudah berangkat ke sekolah.

“Galih udah berangkat sekolah ?” tanyaku kepada Siti yang sedang sibuk di dapur.

“Sudah Bu. Tadi pagi - pagi sekali udah berangkat. Ditawarin sarapan dulu juga gak mau. Ingin cepat sampai di sekolah katanya, “ sahut pembantu setiaku itu.

“Biar aja. Dia bisa sarapan di kantin sekolah, “ ucapku sambil ngeloyor ke garasi. Kuhidupkan mesin mobilku. Sambil menunggu mesin mobil panas, aku masuk ke dalam kamarku.

Kuganti dasterku dengan celana katun berwarna coklat tua dan kukenakan blouse katun juga yang berwarna coklat muda.

Aku lagi malas memakai sepatu. Karena itu kupakai sandal kulit saja, diselaraskan dengan tas kecil yang kubawa.

Aku cuma mau ke mall yang terdekat dengan rumahku. Untuk membeli parfum dan pakaian dalam. Karena itu aku berdandan seadanya saja.



Beberapa saat kemudian aku sudah berada di belakang setir sedan merahku, menuju mall yang letaknya cuma 2 - 3 kilometer dari rumahku.

Pada saat itulah handphoneku berdering. Ternyata dari suamiku yang sedang berada di Kalimantan.

Kemudian ....

“Hallo Kang. “

“Gimana pada sehat semua ?”

“Sehat. Ini aku lagi di jalan, mau beli pakaian dalam. “

“Gimana Galih ? Sudah dinasehati ?”

“Sudah sih. Mudah - mudahan aja ada perubahan. “

“Syukurlah. Kalau perlu janjikan aja uang jajannya akan ditingkatkan jadi dua kali lipat, asalkan dia berubah. Aku yakin dia itu tidak bodoh, tapi males belajar. Kerjanya cuma olah raga dan dengarin musik. “

“Pelan - pelan dia akan berubah Kang. Soalnya dia itu penurut anaknya. Kalau disuruh apa pun tak pernah membantah. “

“Atur - aturlah. Pokoknya apa pun yang harus kita lakukan, lakukanlah. Yang penting dia harus lulus ujiannya nanti. Masa mau berkubang di SMA terus. “

“Iya. Kalau sering dinasehati, pasti dia berubah Kang. “

“Ohya ... mau dikirim ikan asin tenggiri yang besar - besar ? Ada yang sampai tiga - empat kilo seekornya. ”

“Boleh Kang. Sekalian ikan asin sepat yang dibikin bundar kayak bunga matahari itu. Di sini juga ada yang jual, tapi tidak ada yang seenak dari Kalimantan. “

“Oke. Besok kupaketkan aja ya. Soalnya aku bakal lama di Kalimantan sekarang. Mungkin bisa sampai dua - tiga bulan gak bisa pulang. “

“Gak apa. Yang penting kalau pulang harus bawa duit yang banyak. “

“Hahahaaa … Mudah - mudahan. Sekarang ada buyer dari Jakarta yang bagus. Berapa pun banyaknya batu bara, ditampung terus olehnya. “

Banyak lagi yang dibicarakan bersama suamiku. Bahkan sampai mobilku terparkir di mall, pembicaraan kami belum selesai.

Setelah hubungan seluler ditutup, barulah aku meninggalkan mobilku di basement parkir. Lalu lewat lift aku naik ke lantai 3. Untuk mencari benda - benda yang kubutuhkan.

Kudahulukan mencari parfum dulu. Setelah itu barulah mencari pakaian dalam dan gaun rumah yang tidak ketinggalan zaman.

Pada saat keluar dari counter pakaian wanita itulah, aku mendengar suara memanggilku dari belakang, “Mita ....!”

Aku kaget dan menoleh. “Ananta ?!” seruku dengan sikap ceria. Karena di depanku telah berdiri teman se-almamater-ku, yang waktu aku masih kuliah kuanggap sebagai satu - satunya sahabatku.

Ananta menjabat tanganku dengan erat, “Sudah berapa anakmu ?” tanyanya.

“Dua, “ jawabku.

“Haaa ?! Sudah dua lagi anakmu ?”

“Anak bawaan suamiku, “ sahutku.

“Ooo ... anak tiri ...” gumamnya, “Terus anak yang kamu lahirkan sendiri udah ada ?”

Aku menggeleng. “Kamu sendiri sudah punya anak belum ?” tanyaku.

“Punya anak dari mana ? Nikah aja belum. “

“Kirain kamu udah nikah diem - diem, gak ngundang aku. “

“Belum nemu yang mirip Mita. Makanya aku masih bujangan sampai detik ini. “

“Halaaah .... bisa aja ... !” timpalku dengan batin terkesiap. Karena teringat lagi masa laluku. Masa ketika masih sama - sama kuliah dengan Ananta.

Pada masa itu Ananta punya “usul” untuk mengembangkan hubungan persahabatan kami menjadi hubungan cinta. Rupanya diam - diam Ananta sudah jatuh cinta padaku, sahabatnya ini.

Tapi pada masa itu aku sudah menerima pinangan Kang Pras. Tinggal menunggu aku diwisuda saja, kemudian aku akan disahkan menjadi istri Kang Pras. Karena itu secara halus kutepiskan keinginannya itu. “Persahabatan lebih kekal daripada percintaan. Mendingan kita bersahabat terus sampai kapan pun, “ kataku.

Dan di depan counter pakaian wanita dalam mall ini, Ananta mengatakannya lagi. Sebagai tanda bahwa ia belum bisa melupakannya. Tapi hatiku tidak tersentuh. Karena aku ingat Galih, yang diam - diam sedang kupikirkan.

Maka kataku, “Cowok seganteng kamu, mau nyari cewek secantik apa pun pasti bisa. “

“Sayangnya ukuranku bukan kecantikan, “ sahut Ananta sambil menunduk.

Aku tak mau menanggapinya, karena aku ingin tiba di rumah sebelum Galih pulang dari sekolahnya. Tapi ketika Ananta ingin melanjutkanpercakapan kami di café yang ada di dalam mall itu, kukabulkan juga.

Lalu kami ngobrol ke barat ke timur, tentang hal - hal yang tiada hubungannya dengan hasrat Ananta di masa aku masih lajang dulu. Kemudian kami tukaran nomor hape.

Setelah menghabiskan capucino dan snack di café itu, kami pun berpisah.

Ketika aku sedang mengeluarkan mobilku dari basement parkir, kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2 siang.

Biasanya Galih pulang sebelum jam 3 sore.

Setibanya di rumah, kulihat motor Galih belum ada. Berarti dia belum pulang.

Aku langsung masuk ke dalam kamarku. Untuk mandi sebersih mungkin. Sehingga tubuhku terasa segar kembali.

Setelah mandi, kucobain semua pakaian dalam dan housecoat yang kubeli dari mall tadi. Aku tersenyum sendiri ketika melihat celana dalam yang tipis transparant ini. Kebayang, seperti apa sikap Glaih kalau sudah melihat aku mengenakan celana dalam yang tipis transparant ini.

Lebih gokil lagi celana legging yang ada bolong di selangkangan ini. Hmm ... kebayang kalau aku mengenakan celana legging ini, tanpa mengenakan celana dalam. Sementara aku bisa memakai jaket yang panjangnya selutut. Untuk menutupi bagian bolong leggingku yang bisa memamerkan kemaluanku sepenuhnya ini .... !

Dalam keadaan berdada telanjang, kukenakan celana legging hitam ini, tanpa mengenakan celana dalam. Karena aku ingin melihat seperti apa celana legging ini setelah kukenakan, tanpa celana dalam di baliknya. Lalu kukenakan rok mini berwarna hitam juga. Dan berkaca di depan cermin. Hmmm ... toketku memang masih tampak sempurna. Lumayan gede, tapi tidak tergolong toge. Kedua puncak toketku berwarna gelap, dikelilingi bundaran berwarna agak gelap juga.

Dan ketika rok mini hitam ini kusingkapkan ... hihihihiiii ... memang memekku tampak jelas lewat lubang di bagian selangkanganku ini. Jadi aku bisa bersetubuh tanpa melepaskan celana legging ini ... !

Tiba - tiba terdengar bunyi pintu diketuk dan suara Galih, “Maaam ... “

Cepat kurapikan lagi letak rok miniku yang barusan kusingkapkan. “Masuk aja Galih, “ seruku sambil bertolak pinggang menghadapi kaca cermin lebar.

Terdengar bunyi langkah Galih menghampiriku. Mungkin ia agak heran karena aku hanya mengenakan celana legging dan rok mini serba hitam, sementara ke atasnya tidak mengenakan apa pun.

Namun dengan sigap Galih memelukku dari belakang, sambil memegang sepasang toketku. “Tadi malam aku belajar sampai jam dua pagi Mam. Aku akan mengejar ketertinggalanku seperti yang telah dijanjikan kepada Mamie. “

Aku memutar badanku jadi menghadap ke arah Galih. Lalu kurangkul lehernya dan kucium bibirnya dengan sepenuh kehangatanku.

“Sekarang mau langsung belajar lagi ?”

“Mau tidur dulu Mam. Buat bayar bagadang tadi malam. Setelah tidur, mau mandi dan belajar terus semampuku. “

“Kok barusan gak kedengaran bunyi motormu, tau - tau ada di rumah aja. “

“Motornya lagi diservice di bengkel Mam. Besok juga selesai. “

“Udah makan siang ?”

“Udah Mam. Tadi makan di warung nasi di samping bengkel, “ sahutnya sambil merapatkan pipinya ke toket kiriku.

“Terus ... sekarang kangen lagi sama mamie ?”

“Kangen sekali Mam, “ sahutnya, “Jujur ... wajah Mamie membayangi ingatanku terus. “

“Tapi kangen sama Mamie jangan bikin konsentrasi belajarmu jadi pecah. “

“Nggak Mam. Malah semuanya jadi motivasi belajarku. Mamie percaya deh padaku. Aku akan mampu mengejar ketinggalanku, bahkan akan mengalahkan semua sainganku kelak. “

Aku cuma tersenyum.

Sebenarnya kalau memperturutkan nafsu birahi, ingin saja kuajak Galih menyetubuhiku saat ini juga. Tapi aku punya tujuan yang sangat penting. Karena itu harus kutindas nafsu birahiku yang seakan tak tertahankan lagi ini.

“Kalau begitu tidurlah dulu sampai kenyang gih. “

“Iya Mam. Aku mau tidur dulu ya. “

Kemudian Galih meninggalkan kamarku dengan langkah tegap. Meninggalkanku dalam pergulatan batin.

Aku pun turun dari bed. Untuk menutupkan pintu kamarku, sekaligus menguncinya. Kemudian kubuka lemari pakaianku. Untuk mengeluarkan dildoku dari laci lemariku. Kemudian kumatikan lampu kamarku dan merebahkan diri di atas bedku.

Lalu kubenamkan dildo ke dalam liang kemaluanku, sambil membayangkan sedang disetubuhi oleh Galih.





Jujur, sebenarnya aku mengharapkan Galih yang menyetubuhiku. Tapi aku harus menahan diri sekuatnya, sampai Galih benar – benar lulus ujiannya dengan nilai yang bisa dibanggakan.

Karena itu biarlah aku memuasi diriku sendiri dengan dildo ini. Kemudian aku bisa tidur nyenyak.

Namun sebelum aku tidur, datang call dari suamiku. Lalu :

“Hallo Kang ... “

“Mita sayang ... gimana sehat ?”

“Sehat. Bagaimana Akang dan Gilang sehat juga ?”

“Sehat walafiat. Galih gimana ? Udah ada perkembangan sekolahnya ?”

“Sekarang sih jadi rajin belajar. Mudah – mudahan aja dia lulus dengan nilai yang baik nanti. “

“Iya. Pokoknya apa pun yang diinginkannya, kasih aja. Yang penting dia rajin belajar. Dan lulus ujiannya dengan nilai baik. “

“Tapi Galih hanya bisa bersemangat kalau dikasih sesuatu Mas. “

“Minta apa ? Mobil ? Janjikan aja bahwa keinginannya akan dikabulkan. “

“Bukan mobil Kang. “

“Lalu apa yang diinginkannya ?”

“Aku takut Akang marah sama Galih nanti. “

“Lho kenapa aku harus marah sama anak kesayanganku ? Aku tak pernah marah sama Galih di sepanjang hidupku. “

“Aku mau jujur ya Mas. Aku menemukan catatan khusus di laptopnya. Ternyata dia sudah lama tertarik padaku. Dan selalu menghayalkan diriku Kang. “

“Ohya ?! Hahahaaa ... itu normal Mam. Galih kan sedang dalam masa puber. Lantas hayalannya sudah diwujudkan dalam kenyataan ? “

“Belum Kang. Memangnya aku harus mewujudkannya ?”

“Ya wujudkan aja. Biar Mamie bisa sambil menyelam minum air. “

“Sambil menyelam minum air gimana ?”

“Biar keinginan Galih tercapai, Mamie pun bisa menikmatinya. Karena Mamie juga pasti sering digoda hasrat. Dan hasrat itu tak mungkin bisa dipuasi hanya oleh dildo. “

Aku terhenyak mendengar suara ucapan suamiku itu. “Lalu ... apa yang harus aku lakukan Kang ?”

“Untuk membangkitkan motivasi belajarnya, kasih aja. Tapi janjikan dulu agar semangat belajarnya dibangkitkan, jangan malas – malasan belajar. “

“Aku memang sudah menjanjikan akan mewujudkan hayalannya. Tapi nanti, setelah dia bisa membuktikan kelulusannya. Tapi tadinya sih aku cuma pehapein dia aja. Belum tentu janjiku akan kuwujudkan setelah dia lulus ujian sekali pun. “

“Jangan begitu Mam. Nanti akan lebih parah lagi kalau merasa tidak ditepati janjinya. Sedangkan aku ingin agar dia jadi sarjana. Jangan sekadar tamat SMA seperti Gilang. “

Kemudian Kang Pras memberi pengarahan padaku, tentang apa yang harus kulakukan. Intinya Kang Pras ingin agar semangat Galih jadi bangkit, sementara kebahagiaanku pun “dilengkapi” oleh Galih.

Tentu saja aku senang mendengar pengarahan dari suamiku yang panjang lebar itu.

Bahkan seandainya Galih menghamiliku pun, Kang Pras mengizinkan.



Setelah hubungan seluler dengan suamiku ditutup, aku jadi terbangun. Dan termenung sendiri, dengan perasaan lega. Karena suamiku sudah mengizinkanku untuk menepati janjiku pada Galih. Sehingga aku tak perlu sembunyi – sembunyi melakukan semuanya bersama Galih nanti.

Tapi tekadku sudah bulat. Bahwa aku hanya mau mewujudkan hayalan Galih setelah janjinya terbukti. Dengan kata lain, aku akan menunggu sampai dia benar – benar lulus dengan nilai yang sangat bagus.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd