Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Elipsis

Status
Please reply by conversation.
Masih baru tho?
Masih fres donk?..
Nompang pej wan aja lah
 
Ikut nimbrung sist suhu besar... nubie pengagum mu, penggunaan bahasa nya, rapih... wah... master memang beda...
 
Syuka banget sama pengungkapan dialognya...berasa jadi pemerannya. Mudah2an lancar sampe tamat suhu. Salam hormat
 
Wiiih. .. suhu yg satu ini akhirnya turun gunung...
Pantengin pastinya..
Semangat ya hu...
Sampe tamat
 
Turut menyimak suhu besar,
Judulnya aja udh keren, ngeri2 sedap
 
Wah kayaknya tetangga sebelah si cewek batuk batuk nih, makasih suhu besar ceritanya..
 
Gue suka nih yang prolognya udah bagus kayak gini...
 
Part II : The World

“ Jangan lupa dimakan buahnya “ aku membaca chatku semalam yang bahkan belum di baca oleh Ryan sampai siang ini. Belum bangun ? atau memang sengaja tak mau membalas chatku ? “ kuhela nafas kesal.

Okay, ini bukan pertama kalinya Ryan begini, bahkan sepertinya sudah jadi kebiasaan buruknya yang berulang-ulang untuk terus marah dan uring-uringan apalagi terkait penghasilan, pekerjaan dan …

Ah ya memang dia seperti itu, sering lost dalam emosinya. Itu yang membuatnya sedikit menjengkelkan. Enggak-enggak sedikit tapi sangat menjengkelkan, sebenernya dia itu sangat pintar lulusan Management Pemasaran terbaik di angkatannya.

Perusahaan-perusahaan consultant besar baik yang lokal maupun asing, memberikan tawaran pekerjaan untuknya, namun dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan beasiswa dari kampus untuk jenjang S-2 nya, dan akhirnya perusahaan-perusahaan itu satu persatu menarik tawarannya karena keberatan untuk memberikan banyak waktu cuti dan izin untuk karyawan yang baru masuk ke perusahaan mereka, wajar sih sebenernya. Dan yang tersisa akhirnya hanya perusahannya yang sekarang, yang memberikannya keleluasaan untuk izin kapan saja namun harus ternyata malah harus berhadapan dengan owner-ownernya yang menyebalkan.

“ Cher, cher “ Bu Diah managerku memanggil dari balik pintu kaca ruangannya. Setelah pertengkaran kemarin aku membatalkan niatku untuk mengambil libur hari ini.

“ Iya bu “ aku menyahut sambil beranjak menuju ruangannya yang berada tepat di sebelah meja kerjaku “ Kenapa bu ? “

“ Pak Edison tadi telepon “ sahutnya sambil melihat kearah handphonenya, dia membaca pesan yang baru masuk itu dengan seksama, sebelum terlihat sibuk membalas pesan itu.

Dan Ibu Diah sekarang memanggil Edison dengan panggilan Bapak.

“ Cher, kamu bisa ke project kita yang di Jakarta barat ? “

“ Hmm, naek apa ya bu ? “ tanyaku sambil berdoa bukan pakai mobilku.

“ Kamu bisa pergi sendiri kan ? pakai kendaraan kamu “

“ Ya bisa sih bu, tapi “ Bu Diah menatapku sambil memicingkan matanya “ Tapi saya harus pergi sekarang bu ? “

“ Habis makan siang aja kamu perginya, sekitar jam 2an beliau masih ada urusan dengan tema.. masih ada urusan yang lain “ ucap bu Diah beralasan.

Ok sekarang sudah jam 11 siang dan masih sibuk main dengan temannya.

“ Baik bu, saya harus bawa apa ? “ tanyaku.

“ Kayaknya cuma mau bahas desain kamu yg untuk cluster baru itu deh “

“ Oh, baik bu “ aku mengangguk sambil menahan kesal, dan lagi-lagi aku harus menyetir sendiri lagi. Untuk urusan kantor yang harusnya bisa diselesaikan di kantor. Ketemu diluar jam 2 berarti aku harus melewatkan istirahat makan siangku dan harus lembur sore ini karena aku membuang empat jam hari ini untuk perjalanan yang gak jelas.

Atau lebih baik aku pergi sekarang, dan mengecek Ryan di kostnya. Aku takut kalau dia sakit dan belum sarapan. Aku diam sesaat, dan berbalik ke Bu Diah.

“ Bu, saya boleh jalan sekarang aja gak ? “,” takutnya macet dan jadinya saya bisa kerja juga dikantor sana “ tanyaku ragu.

Bu Diah diam sesaat, dia melirik jam sesaat.

“ Yawda kalau gitu, kamu jalan sekarang aja tapi jangan lupa ya. Kita punya beberapa deadline yang nunggu loh “

“ Baik bu, saya jalan sekarang ya “ kataku sambil tersenyum dalam hati.

Aku berjalan ke cubicalku, mengambil laptop dan membereskan gambar-gambarku yang belum selesai. Harusnya aku sempat menengok Ryan sebentar, kuperiksa tasku memastikan kunci kostnya sudah kubawa.

##

Kamarnya kosong, sepertinya dia sudah pergi bekerja pagi tadi. Sisa makanan kemarin belum dibereskan olehnya, tapi buah yang kemarin kusiapkan sudah dihabiskan oleh Ryan. Berarti benar dugaanku, dia hanya sekedar marah dan sengaja tidak membalas pesanku seperti biasa.

Kutarik nafas panjang menahan gemas, kutaruh tasku sambil bergerak cepat merapikan piring dan mangkuk di meja kecil lipat yang biasa kami gunakan untuk meja makan. Dia memang selalu begitu, sangat kekanak-kanakan, dan entah kenapa aku. Aku gak pernah bisa mengungkapkan kekesalanku padanya, bahkan tak pernah juga memprotesnya untuk merubah sedikit saja sifatnya yang pemarah dan menjengkelkan itu.

Kutumpuk piring dan gelas yang ada dimejanya, sambil berjalan keluar ke pojok lantai dua kost ini, menuju sisi kost yang difungsikan sebagai tempat cuci piring. Seseorang berdiri disana sambil terlihat kebingungan.

“ Hei, Jenn ? “ sapaku mengenali sosok yang tengah kebingungan itu, dia Jennifer. Tetangga kost Ryan yang baru, kemarin kami sempat berkenalan sebentar saat bertemu di depan pintu kamarnya.

Dia berbalik, masih dengan masker di wajahnya.

“ Hai Cher.. “ , “ Udah pulang ? “ tanyanya dengan suara berat.

“ Enggak, cuma mampir aja sebentar, sekalian ada kerjaan lagi diluar “ , “ Itu kamu taruh aja piring kamu disitu, rak-nya buat sama-sama koq “ lanjutku mencoba menebak kebingungannya.

“ Oh boleh ya, makasih “ dia tersenyum sambil berdiri bingung.

“ Kamu kerja atau kuliah Jenn ? “ tanyaku sambil membantunya menaruh beberapa peralatan makannya di rak piring.

“ Aku, baru mau masuk kuliah di Jakarta sebenernya, tapi aku lagi kurang enak badan makanya hari ini aku ga ke kampus buat urus-urus administrasinya “ jawabnya datar tapi berusaha tersenyum.

“ Kamu sakit ya ? udah kedokter belum ? mau aku anter gak ? “ tanyaku sambil berdiri di sebelahnya dia bergeser sedikit bergantian posisi denganku yang akan mencuci piring dan gelas yang kubawa.

“ Kurang enak badan aja sih ini, batuk sedikit.. Ga usah ke dokter lah, repotin aja sakit begini sih sebentar juga sembuh koq “

“ Yakin ? “ aku bergumam mendekatinya, sambil menempelkan tanganku untuk memeriksa suhu tubuhnya, hmmm aku suka matanya yang bulat.

“ Yakin koq bener deh “ dia terbatuk sekali sambil tersenyum

“ Kamu kost disini juga Cher ? “ tanyanya sambil mengeringkan tangannya yang basah.

“ Eh, enggak koq. Itu yang sewa di kamar sebelah kamu itu temen aku “ aku tersenyum kecil, agak ragu dengan jawabanku sendiri.

“ Ah yang bener, temen apa temen “ dia tertawa lebar mendengar jawabanku penuh curiga.

“ Mmm, mantan sih “ jawabku cepat sambil member tanda agar dia berhenti bertanya dengan jariku.

“ Oh, ehem ehem “ dia hanya tertawa centil sambil tersenyum dari balik maskernya.

“ Yeh, ngeledek ya kamu “ cubitku, tawaku lepas untuk menutupi wajahku yang memerah.

“ Ich, merah banget mukanya “ dia tertawa lebih keras sekarang meledekku. “ Masih ga rela ya lepasin kenangan masa lalu “ lanjutnya.

“ Haha dasar, hmmm rela ga yah “ aku tertawa sendiri. Mencuci tanganku bersih setelah selesai mencuci piring-piring dan mengeringkannya. “ Rela koq rela “ jawabku tertawa tak yakin.

“ Oh rela, yawda kalau begitu buat aku aja “ dia tertawa memancing reaksiku.

“ Gih, kalau kamu suka sama dia, emank tau orangnya yang mana “ aku tak mau kalah

“ Gak tau sih, haha bercanda koq bercanda “ Jennifer tertawa sebelum kembali terbatuk.

“ Makanya jangan ngetawain orang terus, batuk kan “ aku menasehatinya sambil bercanda, “ Eh gawat, aku harus cepet-cepet ke tempat bos-ku “

“ Oh, udah habis ya jam istrahatnya “ gumamnya.

“ Kapan-kapan kita main yuk “ ajakku, sepertinya dia masih asing dengan daerah ini dan kemarin dia cerita kalau dia salah turun stasiun sehingga harus jalan kaki sekitar 3 km karena tidak tahu harus naik kendaraan umum apa untuk sampai ke kost ini.

“ Boleh boleh, kapan-kapan kita main ya “ dia tersenyum mendengar ajakanku.

“ Yawda, aku minta nomor hape kamu donk boleh gak ? “ aku mencari handphoneku di sakuku. “ hmm, kayaknya handphoneku ada di tasku “

“ Aku aja yang miscall kamu, nomor kamu berapa Cher ? “ tanyanya sambil mengambil handphonenya yang ditaruhnya di samping rak piring.


“ Nol Delapan Sebelas Sembilan belas “ aku menyebutkan nomor teleponku.

“ Hmm, okay udah masuk ya “ dia memastikan.

“ Siip siip, nanti kita ngbrol-ngbrol lagi. Sekarang aku harus jalan ke Jakarta ketemu boss ku dulu ya “

“ Okay, hati-hati ya kamu “ ucapnya sambil berjalan bersama menuju kamarnya.

##

“ Cher kamu dimana ? “ Bu Diah menelponku dengan nada kesal. Ya ampun bu, tempat janjiannya kan dia yang rubah dan sekarang saya juga gak boleh terlambat gitu ?.

“ Sudah mau sampai bu, lagi mau parkir ini “ jawabku kesal, sambil mencari tempat kosong untuk parkir, dan bergegas turun.

“ Kamu cepetan ya, kayaknya dia mau pergi lagi “ ucap bu Diah lagi, kali ini tak menungguku menjawab perintahnya dan langsung menutup telepon.

Okay dan sekarang aku beralih dari Interior Desiner menjadi assisten pribadinya Edison. Kupastikan tidak ada barangku yang tertinggal sebelum turun dari mobilku dan bergegas berjalan menuju kafe di sekitar komplek apartment ini.

Proyek baru yang dikatakan oleh bu Diah adalah komplek mall yang akan dibangun di kawasan komplek ini, dan dari gosip yang kudengar Edison yang akan menjadi project director untuk pengembangan komplek kota mandiri ini, dan kalau itu benar maka yang dikatakan oleh Ryan benar juga, Bulan ini Supervisor, bulan depan manager bulan depannya lagi dia sudah menjadi direktur.

Dengan langkah cepat aku berusaha mencari nama kafe yang disebutkan oleh bu Diah tadi. Komplek kota mandiri ini belum selesai malah jauh dari kata selesai, beberapa crane masih menjulang tinggi. Para pekerja berjalan hilir mudik dari bedeng-bedeng di lokasi proyek.

Satu-satunya bangunan menjulang di kompleks ini adalah bangunan apartment yang sudah beroperasi sejak 2 tahun yang lalu, dari apartment inilah konsep kota mandiri dikembangkan oleh perusahaanku.

Nah ini dia kafenya, aku melirik kedalam menemukan bossku yang duduk di kafe bernuansa merah gelap. Dia tampak berbicara serius dengan seseorang yang duduk di depannya, hmm sepertinya aku pernah melihat orang itu. Tapi dimana ya ?

Aku sengaja duduk di meja di depannya agar bossku itu bisa melihatku, dan dia melirikku sesaat setelah dia duduk dan mengangkat jarinya memintaku menunggu sesaat. Lelaki yang bersamanya menoleh kebelakang ke arahku sambil tersenyum.

Mereka berbicara sesaat saat seorang pelayan menyapaku dan memberikanku pilihan menu.

“ Pesen aja, kamu mau minum apa ? “ ucap Edison yang sudah berdiri di sampingku menaruh dokumennya di meja dan duduk didepanku.

“ Hmm, Orange Juice ? “ ucapku pelan sambil mengangguk ragu membaca minuman lain di menu itu.

“ Latte ? Kamu suka Latte ga ? “ tanya Edison lagi sambil memesan satu untuknya sendiri.

“ Saya ga minum kopi pak “ jawabku sambil tersenyum, dia mengangguk sambil menungguku memesan dengan sabar.

“ Jadi mau pesen apa mbak ? “ tanya pelayan itu sambil tersenyum.

“ French friesnya satu ya “ ucap Edison lagi memesan membiarkanku memiliki waktu sedikit lebih lama untuk berfikir.

“ Orange Juice aja deh 1 ya “ , “ Fresh kan ya mas ? “ tanyaku memastikan.

“ Fresh koq mbak “ jawabnya

“ Yawda kalau gitu Orange Juice aja satu ya “

“ Baik mbak, saya ulang pesanannya ya. 1 latte, 1 orange Juice, dan 1 french fries “ ulang pelayan itu.

Edison mengangguk dan membuka dokumen yang dibawanya.

“ Pak, bapak minum kopi sama kentang goreng ? “ tanyaku bingung

Dia hanya tersenyum kecil.

“ Ini, saya udah lihat semua desain kamu, ada beberapa yang saya suka tapi yang lainnya jelek “ jawabnya singkat, padat dan sadis

Rautnya dingin seketika, aku mengambil beberapa kertas hasil desainku. Okay, dan gak ada satupun tanda koreksi disana. Jadi apa yang jelek ? Apa yang salah ?

“ Ya hampir semuanya “ dia seolah membaca pikiranku,

“ Hampir semuanya desain-desain indah yang kamu bikin itu gak akan bisa diwujudkan di sebuah perusahaan “ , “ Pernah gak kepikir untuk detail seperti itu, kamu butuh biaya berapa banyak untuk satu ruangan aja “

“ Terus perusahaan untungnya dari mana, kalau kamu buat semahal dan sedetail itu “

Aku diam, aku bisa paham dengan pola berfikirnya. Tapi menurutku membuat mass production harusnya bisa menekan harga dari detail-detail yang aku buat.

“ Lattenya pak “ Pelayan itu menyela sambil menaruh secangkir latte di depan Edison dan sepiring French Fries.

“ Makasih ya Jon “ ucap Edison setelah pelayan itu selesai menaruh jus jeruk di depanku.

Aku tersenyum sambil mengangguk berterima kasih pada pelayan itu.

“ Jadi bapak mau saya rubah semua desain layoutnya “

Edison menggeleng cepat sambil mengambil sebatang French fries dan mengunyahnya.

“ Saya pesen buat kamu kok “ katanya “ Lagi, gak mungkin juga kan minum kopi sambil makan kentang “ dia tersenyum, entah mengejek atau sekedar basa basi.

“ Jadi gimana pak ? “ tanyaku mengejar jawaban darinya.

“ Mmm, buat saya pilihan terbaik buat kamu ya keluar dari perusahaan ini sekarang juga “ Jawabnya dingin.

Dan aku, terdiam… senyumnya terkesan begitu angkuh.

Sesaat otakku benar-benar tidak bisa berfikir

Benar-benar terdiam sesaat memandang wajahnya yang tersenyum dingin padaku.

##
 
Awalnya sebel tapi lama2 mana tau, hemm kita liat aja Cher jatuh ke pelukan Edison apa enggak? Ceritanya oke suhu besar, ditunggu lanjutannya..
 
ijin menyimak suhu...mumpung masih fresh ceritanya..hehe

“ Lagi, gak mungkin juga kan minum kopi sambil makan kentang “
...hahaha, dan ane salah satu dari golongan gak mungkin itu :D
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd