BAB XVII : MAKAN HATI
Bandara yang ramai membuat Yuni sedikit kesulitan mencari pintu untuk embarkasinya, setelah tahu lokasi pintunya, dia lalu mampir ke lounge sejenak, minum kopi, makan penganan ringan sebelum naik ke pasawat Malaysia Airline untuk berangkat ke Kuala Lumpur siang ini.
Dia diutus mewakili Hotel Polaris ke Kuala Lumpur untuk hadir di acara Festival Wisata disana, karena Pak Andreas, Presdir Polaris Hotel , memintanya pergi, maka dia pun memutuskan untuk menurutinya. Ada juga perwakilan dari Surabaya dan bandung serta Bali, tapi mereka menggunakan pesawat Garuda yang pagi, dia sendiri yang sengaja menggunakan Malaysia Airlines.
Yunita Hapsari 27 tahun sudah ada dari pertama kali Hotel Management ini berdiri 5 tahun yang lalu semenjak dia lulus dari Universitas Sahid, sehingga wajar sekarang dia menjabat Executive Assisten Manager, atau wakil dari GM. Meski ada sedikit gosip yang beredar, namun dia memilih cuek dengan gosip yang menurutnya hanya akan menghambat langkahnya untuk maju.
Dia dengan tinggi 165 cm, memiliki wajah cantik eksotis, dan kemampuan kerjanya memang sangat memukau, makanya dengan cepat dia mencapai posisi itu. Ditambah lagi dengan kedekatannya dengan sang Owner, membuat dia dengan cepat melejit posisinya.
Sebenarnya pacarnya Darren ingin ikut bersamanya, usahanya di bagian retail memang fleksible, namun Yuni melarangnya, alasan Yuni kesibukan dan ketatnya protokol acara membuat dia sulit jika ada pacarnya ikut.
Alasan utama dia melarang bukan itu sebetulnya, karena Yuni tahu bahwa CEOnya dari Paris akan mampir di Kuala Lumpur, sebelum bertolak balik ke Jakarta. Dia sudah lama tidak bertemu secara pribadi dengan Eka, dan kali ini adalah kesempatan langka yang harus dimanfaatkanya.
Dia meminta untuk hotelnya hari ini dibooking sehotel dengan Eka, dan kedekatannya dengan Intan, personal assistannya Eka, dengan mudah dia mengetahui dimana Eka menginap. Dia berharap bisa bertemu dan bicara dengan Eka, karena ada hal yang ingin dia tanya ke Eka.
Hotel Grand hyatt Kuala Lumpur berdiri dengan megahnya, dan Yuni dengan senang akhirnya dia bisa tiba disini, dan setelah masuk ke lobby, mengecek semua formalitasnya, lalu dia naik ke kamarnya, dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.45 KL time.
Dia mandi dan membersihkan diri, lalu masih dengan handuk yang melilit di badannya, dia mengecek ponselnya, membalas wa dari Darren, setelah tadi menelpon dalam perjalanan di taksi ke hotel, mengecek acara buat besok, lalu mencari sebuah nomor lalu mengetik sebuah pesan.....
*******************
Jam 22.15 di lounge Yuni duduk menanti seseorang, dan tidak lama muncul sosok yang dtunggunya dari tadi
“hai...” rasanya ingin dia terkam dan peluk sosok yang muncul didepannya
“mau minum apa?”
“ngga, aku sudah minum dikamar?”
Yuni agak kecewa melihatnya, tapi dia lalu mentralisir dengan senyumannya
“ sendiri?”
“yang dari Bandung, Surabaya dan Bali juga ada, tapi mereka di hotel lain”
“oh oke...”
“ih sombong ah, udah punya yang baru makanya lupa ama aku...”
Sosok itu tersenyum dan tertawa kecil
“ di kamar berapa? “
“diatas, 918”
“ ngga kemana mana kan?’
“ngga, tadi mau tidur di wa kamu makanya aku turun”
Yuni tertawa kecil
“mau aku temenin tidur malamnya?” tanya Yuni
“ngga ah, adanya ngga bisa tidur nanti...” dia tertawa
“ih....bukannya suka...”
Sosok itu tersenyum, meletakkan kartu kamarnya di meja lounge
“jam 12 balik kamar yah... ada yang mau aku kerjakan soalnya....’ sambil berdiri dia lalu keluar dari lounge menuju lift.
Yunita hanya terdiam, dia tersenyum sedikit kecewa, dia merasa ditolak, tapi rasa rindu dan ingin bersama sosok itu membuat dia membuang semua rasa gengsinya, dia lalu berdiri dan minta tagihan ditagih ke kamarnya, lalu naik ke kamarnya lebih dahulu, dia mengambil lingerie seksi, celana dalam tong nya, lalu kemudian keluar dari kamar, menuju ke lift untuk kemudian naik ke kamar di lantai 9.
Nyaris 3 tahun sudah dia menjadi sex partner tepatnya dari bossnya ini. Tubuhnya yang seksi dan kulit mulusnya ini membuat boss nya tertarik sewaktu bertemu di rapat tahunan, dimana baru kali itu Yuni melihat secara langsung bossnya.
Pertemuan itu berlanjut saat mereka hadir di pembukaan hotel di Bali, dan malam harinya di sebuah klub private, dia diundang oleh tangan kanan boss, untuk ikut hadir, malam itu lalu dia tidak kembali ke kamarnya, tapi ke kamar bossnya.
Seks semalam itu membekas dihati keduanya, dan secara rutin mereka lalu mengatur pertemuan di apartmentnya Yuni, hingga berapa bulan lalu bossnya sudah agak jarang mengunjunginya. Bahkan sempat boss nya bertanya jika Yuni sudah punya pacar. Nampaknya memang hanya seks yang dicari oleh bossnya, meski secara finansial dan jabatan Yuni juga banyak diuntungkan.
Kondisinya yang galau karena tidak kunjung diseriusi oleh bossnya, lalu dimanfaatkan oleh Darren, salah satu pengusaha retail yang suka dengan Yuni. Maklum tampang artisnya Yuni memang menarik hati para pria, meski dia tertariknya malah ke boss nya yang dingin ini.
Bell berbunyi di kamarnya, Eka hanya diam saja dan tidak membuka pintunya. Dan benar saja, Yuni lalu masuk ke kamarnya dan kemudian berdiri di hadapan meja kerja di ruang tamu suite roomnya Eka. Dia lalu masuk ke kamar, dan kemudian keluar dari kamar dengan lingerie seksi, yang transparan dan hanya ada celana tong yang menutupi segitiganya yang rambutnya tercukur rapih.
Eka tersenyum melihat Yuni yang sudah dengan pakaian tempurnya
Yuni mendekati Eka yang masih duduk di kursi dibelakang meja, dia duduk di pangkuannya, buah dadanya terlihat jelas dari balik transparannya lingerie yang dia pakai. Dia lalu mulai mencium bibir Eka dengan penuh nafsu.
Ciuman meraka saling bertautan dan bibir saling beradu dengan penuh birahi, dan jilatan lidahnya kini memenuhi mulut hingga ke rongga Eka, dia jadi ganas sekali dalam mencium Eka, wajah tampan yang putih itu membuatnya semakin bernafsu
Dengan cepat dia membuka kaos yang dikenakan Eka, tangannya meremas dada bidang seksi itu, jarinya menari lincah di putingnya yang bersih tanpa ada bulu yang mengganggu, lalu dia turunkan jarinya ke perut sixpack Eka yang kini terbuka. Puas dengan mainan jarinya, kini lidahnya yang menyusuri lehar, dada dan turun ke perut Eka.
Celana bermuda Eka pelan- pelan diturunkan dari pinggang hingga lepas dari kedua kakinya, batang kemaluannya masih tertidur setengah dibalik celana dalam boxer Giordano hitamnya, tangan Yuni kini meremas batang yang mulai menggeliat dibalik balutan celana dalamnya, batang yang kini mulai bangun.
Ciuman Yuni kini kembali menerpa bibir Eka, dengan penuh perasaan dia mencium dan melumat bibir sexy yang tidak berbau nikotin, dia melumat bibirnya kadang menggigit lembut bibir bawahnya, sambil tangannya membelai batang kemaluan yang sudah mengeras dibalik celana dalam.
Kini dia membuka celana dalam Eka, sambil berjongkok dia di hadapan pria itu, dia menurunkan celana dalamnya hingga Eka telanjang bulat di kursinya, dan mulutnya dengan sigap menyambut batang kemaluan dengan mulutnya.
Bibir sexy Yuni dengan cekatan melumat batang yang sudah tegang itu, rambut kemaluannya yang tercukur rapi membuat batang itu tegak sempurna dan indah dilihat dimata wanita ini, dengan penuh semangat dia melumat, menjilat dan kadang mengocok dengan tanagn lembutnya.
Biji yang menggantung dibawah batang tegang itupun tidak luput dari jilatan bibirnya Yuni. Dia benar-benar kesetanan dengan birahinya, liar dan total dalam bercinta, membuat Eka suka menikmati layanannya dalam bercinta di atas ranjang.
Bibirnya dengan lembut dan kadang cepat tetap melahap batang tegang itu, kepalanya naik turun menelan kontol berurat itu dengan berirama, dan lidahnya juga bergerak lincah menjilati seperti sedang menikmati es kirm yang lezat, hingga akhirnya dia sendiri yang tidak kuat menahan birahinya.
Dinding vaginanya kini semakin basah dan luber cairannya, lubang kemaluannya kini semakin berkedut dan minta segera dijebol oleh kontol perkasa itu. Dia lalu bangkit dan membuka lingerienya, hingga hanya menyisahkan celana dalam kecil yang tidak mampu menutupi seksinya vaginanya yang mumbul dan dihiasi rumput hitam tipis.
Dia menarik kepala Eka, untuk melumat buah dadanya, dan saat mulut Eka menjemput putingnya, Yuni langsung merasakan elektrik menyengat badannya dengan gelombang yang sangat kuat, apalagi saat pantatnya diremas mesra, lumatan di buah dada dan remasan itu membuat vaginanya semakin basah dan minta untuk diisi segera.
Yuni menarik tangan Eka, dia benar-benar tidak tahan ingin segera diisi lubangnya dengan batang keras yang kini sudah tegang....
“disofa yuk sayang...”
Dia membuka celana dalamnya yang tersisa dibadannya, lalu duduk di sofa, sambil membuka pahanya lebar-lebar. Badannya yang nyaris sempurna, putih mulus, wajahnya yang eksotis, bibirnya penuh dan seksi, buah dada yang besar menonjol, dan vagina indah ditumbuhi rumput hitam yang rutin dicukur rapih, membuat kombinasi indah tubuh wanita yang membuat pria normal manapun pasti tegang batangnya melihatnya
“masukan Yang....”
Pintanya ke Eka yang kini mulai menimpahnya, dan meletakan batang itu di pintu bibir kemaluan Yuni, dan lembah yang basah itu kemudian mulai menelan batang tegang itu dengan diiringi erangan pelan dari bibir Yuni, dia merasa seperti terbang ke langit saat batang tegang itu masuk.
“enaknya sayang......”
Tangannya membelai wajah Eka, lalu menarik pundak Eka agar badannya menempel ke badannya, sambil bepelukan di sofa, pinggang Eka mulai bergerak naik turun dan mata Yuni kini terpejam merasakan eratnya jepitnya memeknya menjepit batang kemaluan Eka yang masuk keluar masuk kedalam lembah basah miliknya.
Rasa rindu dan kangen bahkan cintanya dia ke Eka, membuat rasa bahagianya menyulut birahinya untuk terbang ke langit asamara yang indah, yang membuat dia merasakan indahnya bercinta yang tidak pernah pernah dia rasakan dengan siapapun pria yang pernah dengan dirinya, hanya Eka yang mampu membuatnya merasakan rasa ini, rasa haus dan ingin memberi kenikmatan yang tidak bisa dia nilai dengan apapun, rasa nikmat yang hanya ingin dia berikan buat pria ini.
Belitan lengannya yang mengetat, membuat dada mereka menempel erat, bibirnya lalu memagut bibir Eka, saat bagian bawah mereka bersatu, dan batang tegang itu tetap dengan penuh irama keluar masuk, membuat dinding vaginanya semkain berair dan tumpah melumaskan gesekan batang itu di dalam basahnya vaginanya.
“aku mau diatas sayang...”
Eka lalu mencabut batangnya yang sedang terbenam, dia lalu pindah disamping Yuni
Yuni kini naik ke atas tubuh Eka, dia memposisikan batang itu tepat diatas vaginanya, dan kemudian vaginanya kembali menelan batang yang tegang itu, dia kembali meringis menikmati batang besar itu masuk.
Lalu mulai dia menurunkan badannya, memaju dan memundurkankan pantatnya dengan cepat. Posisi Eka yang sedang bersandar di sandaran sofa, membuat posisi bibrinya tepat di buah dada, dan sambil menikmati jepitan vagina Yuni, Eka dengan lembut melumat puting buah dada Yuni, dengan bergantian dia menjepitnya dengan bibirnya, dan ini mebuat vagina Yuni yang sedang memegang posisi diatas, semakin sulit membendung orgasmenya yang sudah ditahannya semenjak tadi sore.
Dia semakin liar menggoyangkan pantatnya, dan teriakannya dan erangannya semakin tidak terkendali. Gaya bercinta yang liar memang memmbuta Yuni ini sangat tepat dijadikan partner sex yang ideal, kekuatannya dalam bercinta juga diatas rata-rata wanita lain, ini yang disukai Eka.
Akhirnya orgasmenya yang dia tunggu pun tiba. Teriakannya memenuhi suite room itu saat klimaksnya tiba. Dia memeluk erat kepala Eka, menancapkan badannya dengan kuatnya ke batang kemaluan Eka, dia berteriak dan disusul menggigit bibirnya sendiri, orgasme yang dia daki kini tiba di puncaknya.
Nafasnya terengah engah, bibirnya dengan ganas mencium dan menyapu bibir Eka
“enak banget sayang.....gila kontolnya kencang banget....bikin aku kangen terus....”
Eka lalu menarik badan Yuni, mereka pindah ke ranjang di dalam. Setengah di dorong, membuat Yunita jatuh terlentang diatas kasur empuk, dia kesenangan dengan ganasnya Eka, pahanya kini dibuka lebar-lebar menanti batangnya Eka
“masukin sayang....” desisnya penuh birahi
Batang Eka kembali tenggelam, kini dengan ganas Eka menggoyang dengan penuh nafsu, batangnya keluar masuk di vagina yang becek dan basah akibat orgasme yang sudah duluan dicapai oleh Yuni saat di sofa beberapa saat lalu.
Goyangan yang ganas kini semakin lama semakin membuat arahnya kini kian bertepi di ujung puncaknya Eka, jepitan dan pelukan erat Yuni membuatnya semakin tidak tahan untuk jatuh ke kawah birahi yang membuatnya kini semakin dekat, dan semakin tidak mampu ditahan lagi.
Dan akhirnya dengan cepat dia mencabut batang kemaluannya dan menyemprotkan semua cairan kenikmatannya yang keluar dari ujung pistol tumpulnya, cairan putih kental itu tumpah di perut dan sebagian kena di buah dada besar milik Yuni.
Yuni memeluk erat sambil mengusap rambutnya Eka..... mereka saling mengatur nafasnya satu-satu, sambil meresapi nikmatnya persetubuhan yang nikmat barusan.
********************
“kok dibuang diluar?” tanya Yuni sedikit manyun
“nanti jadi lagi...” jawab Eka
Yuni hanya memainkan bibirnya
“nanti mau lagi?” tanya Yuni genit ke arah Eka.
Eka hanya tersenyum tipis
“ada yang mau aku kerjain”
Sambil beranjak ke kamar mandi mencuci onderdilnya.
Selesai dari kamar mandi, Eka lalu keluar dari ruang tidur, memakai celanan dalamnya yang tadi dicopot di ruang depan suite roomnya, memakai celana pendeknya meski masih bertelanjang dada. Yuni hanya bisa mngehela nafas kekecewaaan, dia yang berharap bisa tidur malam ini bersama Eka, malah seperti diusir dengan halus
Dia lalu masuk ke kamar mandi, mencuci vaginanya dan perutnya yang habis ditumpahin cairan pejuh Eka, lalu memakai celana dalamnya yang tadi dipakai kesini, behanya juga dipasang dengan wajah agak kesal, dia merasa seperti ditolak. Dress nya juga segera dikenakannya, lalu dia keluar mengambil lengerie yang dipakainya, dimasukan ke tas kecil yang dibawa tadi.
“aku pamit balik kamar”
“oke, makasih yah....”
Yuni menatap Eka dengan tatapan nelangsa, sakit hatinya rasanya diperlakukan seperti ini, selesai dipakai terus disuruh pulang, seperti seorang pelacur aja dia
“ no hug? No goodnight kiss?” tanyanya lirih
Eka mengangkat alisnya, lalu bangun dari duduknya
Yuni memeluknya erat, airmatanya berusaha untuk ditahan. Eka memang dari dulu selalu dingin seperti ini, namun entah kenapa belakangan ini dia semakin dingin, bahkan seperti tidak perduli sama sekali dengan Yuni. Hal itu disadari dari awal dia saat mulai menjalin hubungan sebagai sex partner, dia tahu Eka memang tidak mencintainya, dan tidak akan pernah mungkin mencintainya, tapi dia sempat berharap waktu akan mengubah semua itu, dan ternyata malam ini pun tetap demikian.
***************************
Beberapa jam setelahnya, saat subuh menyapa Kuala Lumpur......
Sewu kuto uwis tak liwati
Sewu ati tak takoni
Nanging kabeh podo rangerteni
Lungamu neng endi
Pirang tahun anggonku nggoleki
Seprene durung biso nemoni
Suara empuk milik Didi Kempot almarhum terdengar kencang lewat pemutar musik portable di sebuah kamar hotel mewah. Sosok pria yang sedang menatap kosong ke arah jendela kamar, ada mata yang kosong tatapannya, ingatannya bergerak entah kemana
Ritual yang sering dia lakukan jika sedang sendiri, baginya lagu campursari galau milik Lord Didi memang sangat dia sukai, karena lagu itu juga dulu disukai oleh Renata.
“lagu ini kelak aku nyanyikan kalo kangen ama kamu, Mas.... jika kamu sudah ngga disini lagi.....” ucap Renata ketika itu.....
Gimana kabar kamu, Ayangku?
Seberapa besar anak kita??
Minggu lalu ialah hari ulangtahun Renata, yang ke 35 tahun, sebuah tas sengaja dia belikan untuk Renata. Hal yang menjadi rutinitas semenjak dia memiliki penghasilan sendiri, setiap ulang tahun Renata dia selalu membeli hadiah, disimpan di rumahnya, kelak jika mereka bertemu, Renata harus tahu bahwa dia tidak pernah lupa akan ulang tahunnya.
Wajah manis, mungil dan matanya yang indah, rasanya tidak ada keindahan mata wanita lain yang bisa menandingi keindahan mata itu. Senyumannya, suaranya yang selalu lembut mengingatkan Eka, apalagi suara tangis di malam terakhir saat mereka harus berpisah, sulit bagi Eka untuk melupakan itu semua.
“jangan pernah membenci papa kamu, ambil hikmahnya dibalik ini....” kata-kata neneknya saat pembicaraan mereka tentang Renata. Ini membuat Eka selalu bisa meredam kekecewaan terhadap bapaknya, meski rasa rindunya sering menderanya dan membuat dia menangis seperti malam ini yang dia rasakan.
“jika tidak demikian, mungkin tidak ada Cakrawala Group yang begitu besar” tambah Eyang Putri lagi.
Ucapan nenek memang benar adanya, jika mungkin saat itu dia memutuskan menikah selulus SMA, kabur dengan Renata, mungkin tidak ada yang tahu ada pengusaha muda bernama Eka Putra, tidak ada Polaris dan Cakrawala yang kini semakin berkibar.
Kesal dan benci kepada Papanya memang selalu menjadi dendam dan akar pahit di hatinya sebagai anak, meski dia tidak pernah menunjukan perasaan itu dihadapan siapapun, tapi perlakuan papanya ke dirinya, dan ke Renata tidak akan pernah dia lupakan, mungkin jahat pikiran dia sebagai anak, tapi melupakan sesuatu yang begitu menghantui dirinya sekian tahun, memang rasanya sulit.
Renata..... dimana kamu Ayang...??
Masih kenal aku kah? Kamu sudah menikah?? Anak kita bagaimana??
Semua pertanyaan ini silih berganti muncul di ingatan Eka....
Tahukah Ayang kalo aku kangen?? Tahu ngga Ayang kalo rindu?? Tahu ngga ayang kalo aku ngga akan menikah sebelum menemukan Ayang dan anak kita??