Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Fake Story] KISAH PALSU (Copas amburadul)

Bimabet
Ch.06

***

Sudah 2 minggu berlalu sejak aku meninggalkan Penthouse apartemen mewah Aimee. Kekoyolan dan kesombonganku dengan hanya meninggalkan kartu namaku ternyata tidak sesuai ekspetasiku, karena Aimee ternyata tidak pernah menghubungi aku lagi.

Awalanya aku sendiri juga tidak terlalu memperdulikan hal itu. Aimee hanyalah salah satu petualangan seks 1 night stand-ku yang mengesankan, tapi tidak lebih dari itu. Aimee hanyalah seorang Lady Escort profesional kelas atas yang sangat cantik. tapi dia bisa disewa siapapun yang mampu membayar harga jasa service nya.

Mungkin Aimee juga sudah punya cowok atau pacar atau malah seorang suami.

Namun setelah seminggu pertama berlalu entah kenapa aku semakin merindukan kembali sosok Aimee. Bayangan keindahan sosok Aimee makin sering muncul dan membuatku gelisah hingga aku jadi makin kurang fokus baik di rumah maupun di kantor. Untungnya sedang tidak terlalu banyak pekerjaan yang harus aku handle, lagipula perusahaan konsultan multimedia dan advertising tempat aku bekerja sekarang adalah salah satu perusahaan milik Om sepupu Papaku.

Ya memang KKN tapi itu adalah realita dan kesempatan yang aku ambil secara rasional. Jabatanku juga hanya tingkat Asisten Manager IT disana, kinerjaku cukup baik dibandingkan pegawai non KKN. Bahkan aku lebih banyak mendapatkan project berninali besar yang menjadi pemasukan utama perusahaan dibandingkan Divisi Marketing disana. Sekali lagi itupun juga karena KKN berkat Papaku yang pejabat Pemda hingga banyak tender project yang masuk dari instansi-instansi Pemerintah.

Namun tentu saja itu aku imbangi dengan kualitas dan mutu serta nilai harga yang relatif wajar, meskiun tak dapat dihindari masih banyak pejabat nakal yang minta “jatah komisi” hingga terpaksa kami harus sedikit mark-up untuk menutupi biaya gelap itu. Belum lagi pembayaran yang sering kali tertunda lama karena menunggu anggaran cair atau tanda tangan persetujuan pejabat berwenang dengan birikrasi yang agak berbelit-belit, juga nilai kurs dollar yang sering kali fluktuatif berubah drastis saat harga pengajuan dan realisasi pembayaran. Tapi aku tidak harus pusing dengan itu semua, aku hanya pegawai yang bekerja sesuai job desk ku saja sebagai Asmen IT Division, lagipula semua di kantorku pasti segan padaku si keponakan owner Big Boss ini …hahahaha.

Anyway back to te story….

Aku mulai penasaran dan mencari lebih banyak informasi tentang Aimee. Yang ternyata cukup mudah aku kumpulkan.

Aimee Larasati, 22 adalah putri seorang pemilik bengkel mobil yang cukup besar di kota Malang dan pernah mengalami masa jaya, namun ayahnya kemudian bangkrut karena tertipu investasi bodong.

Aimee yang saat itu berusia 18 tahun baru saja masuk kuliah fakultas Ekonomi di salah satu universitas swasta elite di Jakarta. Aimee terpaksa harus menopang kehidupannya sendiri dan mulai menjadi SPG dan model berkat kecantikannya.

Tidak ada kisah tragis dramatis seperti dongeng-dongeng kisah nyata yang pernah aku baca. Aimee memilih sendiri untuk kemudian memanfaatkan kecantikannya untuk mendapatkan uang lebih banyak dengan lebih mudah dan cepat. Konon Aimee mengirimkan sebagian uangnya untuk Ibu dan adik-adiknya karena Ayahnya stress dan kabur meninggalkan tagihan hutang, tapi menurut info ibu dan adik-adik Aimee sebenarnya tidak terlalu susah karena mereka banyak saudara yang mampu dan masih memiliki aset yang cukup dengan sebuah mini market kecil sebagai sumber penghasilan utama keluarga mereka di Malang.

Aimee pada usia 20 tahun kemudian direkrut oleh seorang Germo/Mucikari highclass yang bernama Om Dedi Patanroy tapi lebih dikenal dengan nama “Daddy Roy”.

Daddy Roy berusia sekitar 46 tahun, dia adalah pemilik Agency Model dan SPG ‘Citra Talenta’. Penampilannya selalu necis dan bertubuh atletis hingga sering dikira masih berusia awal 30-an.

Aku sempat bertemu dan mengobrol dengan Daddy Roy, dan ternyata dia adalah seorang yang sangat ramah, santai, humoris dan pandai bergaul dengan siapa saja.

Daddy Roy tidak pernah memaksakan “anak-anak asuhannya”. Mereka semua termasuk Aimee boleh berhenti dan keluar kapan saja, mereka juga boleh bebas memerima “hadiah” dari para klien selama tidak “norak” ketara “ngeret” dan ngemis-ngemis minta. Seandainya pun itu terjadi Daddy Roy pun cuma akan memberikan teguran kalau dia mendapai komplain dari klien.

Komisi yang diambil Daday Roy dari “anak-anak asuhannya” memang besar, hingga bisa mencapai sekitar 50%, tapi itu dia kelola untuk membayar aparat dan segala fasilitas terbaik untuk “anak-anak asuhan”nya. Daddy Roy juga menjadi marketing yang handal berkat pergaulannya yang luas dikalangan konglomerat dan pejabat papan atas. Aimee adalah salah satu dari 12 gadis level premium asuhan Daddy Roy. Diluar entah berapa puluh gadis kelas dibawahnya dan entah berapa freelance parttime yang beliau kelola.

Intinya, Aimee memilih sendiri jalan hidupnya tanpa paksaan siapapun. Bahkan dia sendiri yang kemudian memutuskan berhenti kuliah.

Informasi terakhir yang aku dapat adalah saat ini Aimee di booking seminggu menemani seorang direktur perusahhan asuransi untuk menemani si Boss ke Beijing.

Dan entah kenapa tanpa alasan yang bisa aku pahami hal itu membuatku jadi sangat kesal sendiri …gak jelas!

***

2 hari yang lalu aku menerima pesan aplikasi WhatsApp di Hpku:

“Hai Rico, gue temenya Aimee. boleh kenal gak”

Hanya itu saja pesannya. Nama ID yang tertera adalah Vivian Zhang, foto profilnya menampilkan seorang gadis oriental cantik yang mirip artis hongkong.

Aku tak menghiraukan pesan itu, hingga sore ini tiba-tiba aku penasaran.

“Hallo, Vivian?” tanyaku di telepon.

“Ya, siapa nih” tanyanya kembali.

“Saya Rico, temennya Aimee?” kataku.

“Hai.., kok lama baru telepon?,, nanti sore ada acara nggak? ketemuan yuk Ric!” ajaknya langsung dengan nada lembut yang agak sedikit cadel.

“Aku pulang kantor jam 5, mmm…jam 6:30 gimana?” sahutku.

“Oke di The Ranch Sudirman aja ya, gue lagi luluran nih di salon nih, dah dulu ya. See you later Mr.Rico…” Dan Vivian pun memutuskan hubungan telpon.

**

Usai jam kerja, aku mandi di kantor dan menganti kemejaku dengan kaos polo dan celana jeans yang memang selalu aku siapkan di tas yang aku letakkan di bagasi belakang Pajero hitamku. Aku kemudian meluncur menuju ke sebuah restoran di lantai 26 lantai paling atas sebuah gedung di bilangan Sudirman, sebuah restoran yang terkenal dengan steaknya dan bersuasana romantis dan agak remang pada malam hari.

Aku menunggu sekitar 15 menit sebelum Vivian datang dengan anggunnya, berjalan dengan blouse putih atasan tanpa lengan memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang kuperkirakan berukuran 36B, rok span ketat warna coklat diatas lutut, dengan tinggi lebih dari 170 cm, memperlihatkan bentuk kaki panjang yang indah menopang sepasang gundukan pantat bulat yang menggemaskan. Dengan rambut lurus tergerai rapi, menunjang pancaran aura menggemaskan, sexy menggairahkan yang mengundang setiap mata untuk segera memandangi nya.

Dia mengambil kursi di hadapanku sehingga aku dapat memandang wajah cantik oriental sexynya sepuas-puasnya, apalagi dengan sinar lampu yang remang-remang hingga menambah gairah hangat yang terasa mengalir di tubuhku. Aku memesan Ribs Medium Well dan Vivian memesan Tenderloid Well Done beserta sebotol red wine.

Vivian ternyata adalah seorang wanita muda cantik yang enak diajak ngobrol. Pengetahuannya luas dengan gaya bicara serta body language yang mengagumkan sehingga membuatku terangsang. Kami mengobrol santai ringan tentang Aimee lanjut ke topik dunia hiburan sampai dunia usaha dan ekonomi.

Tak terasa Botol wine kami habiskan pada saat jam telah menunjukkan pukul 20:15. Tak terasa hampir 2 jam kami asik mengobrol seperti teman lama saja. Kupanggil waiter untuk meminta bill. Setelah kubayar, kami berjalan menuju lift untuk menuju ke tempat parkir.

Vivian langsung naik ke Pajero hitamku

“Mau kemana nih kita, ke VH?” tanyaku.

“Gak ah, anterin gue pulang aja ke Senopati”

Kami keluar dari tempat parkir menyusuri Sudirman ke arah selatan dan aku mengikuti petunjuk Vivian memasuki kompleks perumahan. Kami sampai di sebuah rumah bergaya minimalis yang cukup besar. Seorang pembantu membuka pintu pagar. Tadinya aku sudah hendak parkir di carport namun Vivian menyuruhku untuk memasukkan saja mobilku ke dalam garasi. Aku parkir disamping sebuah Pegeot 206 hijau yang sudah ada terlebih dahulu didalm garasi.

Aku diajak Vivian masuk melalui pintu garasi lalu Vivian mengambil sebotol wine dari lemari es-nya beserta 2 buah gelas dan menyodorkannya padaku. Aku tuang wine itu masing-masing setengah gelas dan kuberikan sebuah pada Vivian. Lalu Vivian menggandeng tanganku dan membawaku naik ke lantai 2 rumah itu, memasuki kamar tidurnya yang besar, tampak lemari besar. Satu set sofa dan kursi malas melengkapi isi kamar itu.

Aku tertegun agak lama karena kulihat sebuah bingkai foto besar di atas ranjang, foto Vivian tanpa busana namun terkesan sangat artistik dimana Vivian berpose dalam keadaan duduk, menaikkan sebelah kakinya untuk menutupi vaginanya serta kedua tangannya disilangkan untuk menutupi sepasang buah dadanya.

“Ric.., kenapa bengong.. Bagus kan fotoku? Mari kita minum lagi”

Cahaya redup menambah romantisnya suasana ditambah suara musik dari sebuah CD player di pinggir ranjang dengan suara lembut di seluruh sisi kamar tersebut. Sound System yang bagus. Aku minum seteguk lalu dia mendorongku duduk di sofa yang ada senderan tangannya, gelas wine yang dipegangnya diberikan padaku.

“Lo duduk di situ baik-baik ya, gue mau nari buat lo” kata Vivian lembut agak mendesah sambil tersenyum

Suara musik swing Jazz slow terdengar lembut, aku duduk di muka Vivian. Irama musik semakin agak lebih cepat. Vivian menggoyangkan badannya mengikuti irama sambil menatapku dan tersenyum nakal menggoda. Vivian mulai menggerakkan tangannya. Berawal dari mulut, dibasahinya bibirnya dengan jilatan lidahnya. Dimasukkannya jari-jari tangannya lalu dihisap. Kunikmati adegan itu sambil menatap siluet lekuk indah tubuh langsing Vivian yang kencang. Dikeluarkannya sedikit desahan lalu diturunkannya tangannya ke bawah perlahan menyusuri lekuk tubuhnya.

Bergerak dengan lambat di buah dadanya, diusap-usap dengan nafsu yang mulai hadir membara. Tangannya pun mulai turun melewati perut ke arah bawah. Dipandanginya aku dengan mata penuh nafsu dan mulut mendesah-desah. Kakinya dibuka lebar lalu melangkah mendekatiku, satu kakinya dinaikkan ke kursi di antara kedua pahaku, rok span ketatnya terangkat ke atas sehingga tampak celana dalam hitamnya yang kecil hanya berbentuk segitiga menutupi gundukan belahan memeknya. Pantatnya diputar-putar sambil tangannya terus bergerilya di dadanya.

Kakinya dijulurkan menyentuh dan menekan kontolku yang mulai menegang. Aku menarik kakinya, tapi Vivian dengan halus menarik kembali kakinya hingga membuatku penasaran. Dia berbalik sambil mulai menarik blus halusnya ke atas melewati kepala. Tidak terlihat ada BH yang melingkar di dadanya hingga aku sempat heran karena sedari tadi aku tidak mengetahui bahwa Vivian tidak mengenakan BH.

Dengan perlahan sambil tangannya meraba pantatnya sendiri, lalu Vivian menjulurkan tangan, ditariknya kepalaku sambil membungkukkan badannya sehingga pantatnya berada hanya 5 cm dari hidungku. Dengan rok yang telah terangkat ke pinggul, tampak Vivian hanya mengenakan G-String tipis. Vivian memasukan 2 jari ke dalam vaginanya dan mengocoknya beberapa kali sambil kepalanya terus menoleh ke arahku. Aku memajukan kepalaku dan kupegang sambil kukecup pantatnya tetapi goyangan dan gerakan memutarnya yang lembut kembali menggagalkan usahaku.

Kembali dia melenggok dan memutar pinggulnya. Jarinya dikeluarkan dari vaginanya, disodorkan padaku dan segera kujilat dan kukulum kedua lentiknya jari itu, lalu Vivian mengocok jarinya di dalam mulutku. Kontolku sudah ereksi dengan sangat keras di dalam celana jeansku yang menggelembung. Aku berusaha untuk membuka celanaku, tapi Vivian dengan sigap menarik kedua tanganku dan meletakkannya di pinggangnya. Aku mencoba memerosotkan G-Stringnya, tapi dengan erotisnya dia mencegahnya dengan menarik tali pinggir G-Stringnya ke atas.

Akhirnya Vivian berjongkok dan mendorongku untuk bersandar, lalu dengan cekatan Vivian membuka celana jeans dan celana dalamku melewati kedua kakiku hingga seketika kontolku lepas terbebas dan langsung mencuat tegak ke atas.

“Hmmm.. ternyata Aimee gak boong …it's big.., it must be nice..” desah Vivian perlahan.

Sambil tetap menggoyangkan pantatnya, Vivian duduk di pangkuanku lalu membuka Kaos Polo ku hingga aku telanjang bulat, sementara dia masih mengenakan rok yang telah terangkat sampai pinggang dan G-Stringnya.

“Very nice breast Vi…” ujarku sambil membelai-belai lembut buah dadanya yang terasa kencang padat namun begitu halus dengan kedua tanganku.

Vivian memegang batang kontolku sambil menundukkan kepala dan mulai menciumi bibirku dengan lembut.. Aku dibuat penasaran ingin segera melumat bibir tipisnya namun dengan lihainya Vivian menahannya di dalam sehingga aku hanya dapat menciumi bibirnya saja. Vivian menjulurkan lidahnya aku merespon dengan membuka mulutku utuk menerima lidahnya namun Vivian justru menghisap lidahku sehingga lidahku tertarik masuk ke dalam mulutnya.

“Oughh..”, aku agak kaget.

Vivian tersenyum nakal sambil turun dari pangkuanku. Dipegangnya kontolku, bibir sexynya mulai mencium ujung lubang kencing kontolku lalu dijilatnya. Rasa ngilu beserta desir rangsangan terasa langsung menyengat seluruh tubuhku. Kedua kakiku diangkatnya ke atas senderan tangan kursi lalu pantatku ditariknya sehingga aku terduduk di ujung sofa. Lalu Vivian menjilati seluruh batang kontolku, lalu diciumnya kembali ujung kontolku sambil diberinya sedotan ringan yang semakin lama semakin keras sambil lidahnya tetap bermain di ujung lubang kontolku. Dengan kenyotan yang semakin keras, otomatis kontolku masuk ke dalam mulutnya sedikit demi sedikit.

“Oohh.. Vi.. it feel so good..,” dasahku sambil kutengok ke bawah, Vivian sedang berkonsentrasi melakukan teknik oralnya sambil matanya menerawang ke atas. Matanya jelas sangat oriental namun sama sekali tidak sipit.

Dengan tekniknya, batang kontolku semakin masuk ke dalam mulutnya, sudah 3/4 nya, sudah terasa sampai ke ujung dalam pangkal mulutnya. Vivian mulai memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil terus menyedot kontolku hingga terasa semakin masuk. Kulihat Vivian menahan nafasnya dan terus berusaha untuk mendorong kepalanya ke bawah. Akhirnya seluruh kontolku berhasil masuk ke dalam mulutnya sampai bibirnya dapat menyentuh dasar kontolku yang berbulu lebat.

“Aghh.., very.. nice..Vi” aku mengeram kejang.

Vivian telah menunjukkan keahlian oralnya padaku, tepi ternyata belum berhenti sampai di situ. Vivian tetap menahan kontolku di dalam mulutnya yang ujungnya telah masuk sebagian ke dalam tenggorokannya, lalu dia melakukan gerak menelan dengan mulutnya berkali kali dan mulai membelai-belai bola biji pelirku dengan jemarinya, semakin lama semakin dalam rasanya hingga kontolku serasa dipijit-pijit, dikocok dan diperas.

Aku tidak dapat menggoyangkan pantatku karena tertekan oleh tangan kiri Vivian. Gerakan menelan dan kocokan jarinya semakin lama semakin cepat hingga akhirnya terasa ada denyutan-denyutan desakan sperma yang akan segera mendorong keluar dari batang kontolku. Mulut Vivianjustru didorong sedalam-dalamnya sehingga bibirnya menekan dasar kontolku bersamaan dengan menyemburnya spermaku dengan deras yang langsung masuk di tenggorokannya.

Sperma kental yang sudah terproduksi dan tertimbun tak tersalurkan sejak 2 minggu yang lalu bersama Aimee.

“Aghh …Vi I never feel like this before.., very nice” pujiku.

Tak terlihat ada sperma di mulutnya karena semuanya telah langsung tertelan di tenggorokannya. Dengan sangat perlahan dikeluarkannya batang kontolku dari mulutnya sambil tetap menahan sedotan mulutnya

Aku gak bingung bagaimana Vivian melakukan proses gerakan menelan sampai aku orgasme klimaks dalam waktu setidaknya semenit. Berarti Vivian tidak bernafas selama itu juga, karena lubang nafas di tenggorokannya tertutup oleh batang kontol kerasku.

Aku bersandar di kursi menikmati sensasi orgasme nikmat baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya berkat teknik blowjob Vivivan.

Vivian meletakkan kepalanya di atas pahaku sambil melirik kepadaku. Tampak rona puas di wajahnya atas keberhasilannya menaklukkanku. Tak ada keringat di tubuh kami berdua karena memang kami tidak bergerak untuk mencapai orgasmeku, Vivian hanya menggerakkan mulut, leher dan jarinya, sedangkan seluruh badanku diam hanya sesekali saja otot kegelku berkedut.

Vivian bangkit menarik tenganku dan membawaku ke ranjangnya, Dibaringkannya aku di ranjang besarnya yang empuk. Aku tiduran sambil memejamkan mataku masih menikmati sensasi klimaks dasyatku. Lalu Vivian berbaring di sisiku sambil sesekali tangannya mengelus membelai-belai batang kontolku.

Tak lama kemudian aku bangkit, perlahan aku berjongkok di lantai dekat kakinya, kutundukkan kepalaku, kukecup ringan jempol kakinya. Vivian agak terkejut hingga menarik kakinya, tapi dijulurkannya kembali. Aku melanjutkan mengecup seluruh jari kakinya yang sangat putih lalu mulai mengulum jempol dan menghisapnya berkali kali. Kuulangi untuk seluruh jarinya kiri dan kanan.

“Rico.. geli... Ric..” rintih Vivian mendesah manja.

Kulanjutkan penjelajahan lidahku di telapak kakinya sambil memberi gigitan-gigitan kecil di permukaannya hingga Vivian menggoyang-goyangkan kakinya karena kegelian. Lalu aku naik ke betisnya, aku hisap belakang lututnya dan terus menelusuri paha mulusnya hingga naik ke atas. Kujilati lipatan pangkal pahanya sambil sesekali menyentuh fundukan memeknya yang masih tertutup G-String dan roknya masih berada di pinggang.

Aku naik ke atas. Kutindih tubuhnya dan mulai kulumat gemas bibirnya, beradu lidah sambil menekankan kontolku ke klitorisnya dan menggeseknya maju mundur, kujilat telinganya dan kugigit perlahan. Aku hisap sekeras-kerasnya, kujilat bibirnya tanpa mencium. Dia mengelinjang.

“Go down.. Ric..”, pintanya semakin bergairah. Aku jilat lehernya dengan penuh nafsu. Semakin turun, kujilat dadanya dan kugigit kecil putingnya.

“Ssff.., Rico.. Aaugghh....”

Kujilat juga perutnya yang rata. Semakin ke bawah, masih ada lipatan rok di punggang rampingnya yang mengganggu keasyikanku. Sambil kuhisap puting susunya, kubuka roknya lewat kaki serta kutarik G-Stringnya lepas.

Kulanjutkan menjilati bagian perut dan kuhisap ringan pusarnya sampai bagian bawah perutnya. Kujilat klitorisnya sebentar lalu kuteruskan ke bagian sisi belahan mungil memeknya yang tak berbulu sambil sesekali kuhisap agak kuat dan kupermainkan kembali klitorisnya dengan bibirku sambil terkadang kusedot. Sementara itu kumasukkan jariku sedikit ke dalam liang vaginanya hingga membuat dia semakin penasaran. Badannya bergoyang menahan sensasi. Tangannya meremas-remas dadanya sendiri.

“Pleasee lick it, Rico.. Oohh...” rintih Vivian.

Tetapi aku belum mau menuntaskan permainan oralku. Kuangkat tinggi-tinggi kakinya dan kulanjutkan jilatanku menuju anusnya tanpa menyentuh vaginanya hingga membuatnya semakin blingsatan. Kujilat selangkangan pangkal pahanya lalu kucium pinggiran belahan memeknya.

Kubalikkan badan Vivian keposisi tengkurap, kuambil bantal lalu kusisipkan di bawah perut Vivian sehingga sekarang posisi pantatnya menungging dengan kepalanya menekan ke ranjang.

Kembali kucium dan kujilat bongkahan pantatnya dari ujung atas belahan pantatnya serta menelusuri belahannya ke bawah, kugunakan kedua jempol tanganku untuk menarik kedua pantatnya Kujulurkan lidahku dan menyapu melingkari permukaan belahan memeknya yang makin menebal dan merekah kemerahan.

“Ooughh..”, jeritnya keenakan ketika lidahku menyentuh liang vaginanya. kudekap seluruh belahan memeknya dengan bibirku, lalu kudorong lidahku ke dalam liang vaginanya dengan keras sambil kuputar-putar lidahku beberapa kali.

“Aaghhh Ricoo....” rintihnya sambil menggelengkan kepalanya. Lalu dengan tiba tiba, kutarik lidahku dari vaginanya dan kusedot kuat kuat memeknya.

Lalu kuulangi teknik itu beberapa kali sampai Vivian memohon..

“Rico... udah ..Please.. Bring in your big cock inside me.., ..” Desahnya dengan suara yang sangat merangsang.

Aku balikkan tubuhnya. Vivian membuka kakinya mengangkang sehingga belahan memeknya terpampang dengan jelas, tapi aku belum selesai dengan oralku. Kujilat kembali klitorisnya dan kupermainkan dengan bibirku dan kusedot kuat kuat. Setelah puas memainkan klitorisnya, lalu aku mulai menyorongkan wajahku ke arah kemaluannya untuk menjilatinya. Aroma bau khas memek Vivina harum lembut dan merangsang.

“Aauuww.. Aahh.. Sshh.. Rico, terruuss.. Oohh..”

Kuhisap-hisap cairan alami vaginanya, tubuh Vivian semakin bergerak meliuk-liuk liar. Aku ciumi dan jilai belahan memek Vivian dengan lidahku, kuputar-putar dan kumasukkan lidahku ke dalam liang vaginanya dan aku jilati klitoris mungilnya. Badan Vivian terasa menegang dan paha mulus sehalus sutra namun kencangnya menghimpit kepalaku, membuatku agak susah bernafas.

“Oohh.. Ooww.. Ooww.. Uuhh.. Aahh..” rintih Vivian gelisah menahan sensasi hingga sekitar 2 menit memeknya semakin basah.

Aku tersenyum memandang Vivian yang terengah-engah.

Vivian menarik dan mencium bibirku dengan lembut, penuh dengan perasaan. Lidahnya menari-nari di dalam mulut, bermain dengan lidahku. Sementara tangannya meremas pantatku perlahan. Ditidurkannya aku kembali ke sisinya. Ciumannya bergeser ke bawah, ke leherku. Dijilatinya perlahan, kembali lagi ke telingaku, lidahnya menari-nari di dalam telinga lalu turun mengelitik dadaku.

Kini aku sudah tak sabar lagi

Kembali kutelentangkan tubuh Vivian di ranjang dengan pantat kuganjal bantal. Kuarahkan batang kontolku ke liang vaginanya dan kudorong sedikit. Aku mulai menggoyangkan pantatku ke kanan kiri secara perlahan seakan mengorek dan menusuk-nusuk dinding liang vaginanya.

“Ooh.. Ooh..” Vivian merintih m sambil menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar. Tangannya memegang pinggulku lalu menariknya dengan kencang sehingga terasa sangat dalam kontolku masuk di liang vagina memeknya. Memek Vivian terasa basah,licin dan lembut namun cukup sempit hingga batang-kontolku seakan terasa seperti diremas-remas kuat dengan sutra yang halus.

Kutekuk kedua lulutku lalu kuangkat kaki Vivian sampai lututnya menyentuh dadanya dan kutindih dia sambil mengenjot-enjot menyodok-nyodok memeknya dengan hentakan penetrasiyang dalam.Makin lama makin kupercepat hentakan sodokan-sodokan batang kontolku dalam liang vaginanya..

Vivian hanya merintih-rintih dan mendesah-desah pasrah dengan mata terpejam.

Entah berapa ratus kali sodokan aku hentakkan hingga akhirnya kurasakan tubuh Vivian mengejang kuat sambil tangannya mencengkeram punggungku kuat kuat, saat itu pula kontolku sudah berkedut-kedut dan tak lama kusemburkan sperma kentalku di dalam liang vagina memek Vivian sambil kudorong sedalam-dalamnya ke vagina Vivian. Terada ada 5-6 semprotan deras yang kukeluarkan dan setiap semburan mengakibatkan semakin kencangnya cengkeraman Vivian di punggungku.

“Ricoohhh.. Oouhhh..oughhh.. .” Vivian mengerang kejang. Badanku sedikit kuangkat untuk memberi ruang bagi Vivian meluruskan kakinya lalu badanku ambruk di atas tubuh indahnya yang begitu halus.

*****

Aku berbaring menikmati sensasi puncak klimaksku sambil merasakan dinginnya AC menurunkan suhu tubuhku.K ondisiku memang agak kurang fir dan lelah kurang bersemangat seminggu ini.

Aku terbangun saat kurasakan kehangatan menyelimuti kontolku. Kubuka mataku dan kulihat Vivian sedang mengulum dan menjilati lagi batang kontolku. Terasa jilatannya berbeda dengan yang aku rasakan sebelumnya. Kali ini Vivian menjilati dan mengulum kontolku dengan lebih lembut, dijilatnya mulai pangkal sampai ujungnya bergantian, kadang biji pelirku dijilati, dikulum dan disedotnya hingga menyebabkan aku kegelian.

Aku mengajaknya berposisi 69. Vivian mengangkangi menyodorkan belahan memeknya ke mulutku yang langsung kujilat dan kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Kontolku kembali mengeras dan tegak. Kami saling mengoral dengan lembut.

Vivian bangkit dan mengambil posisi duduk mengangkangi pinggangku lalu batang kontolku diarahkannya dan digesek-gesek ke belahan memeknya beberapa saat sampai kembali dia sesakkan masuk kedalam liang vaginanya.

Saat ujung kepala kontolku sudah masuk, aku beri dorongan ringan tapi Vivian menahan pinggulku. Bibirku diciumnya dan lidahnya menyeruak ke dalam mulutku mencari lidahku. Kami berciuman dengan hangatnya.

Sambil berciuman, terasa kontolku seperti tertarik masuk perlahan-lahan kedalam liang vagina Vivian padahal aku tidak mendorongnya. Kupegang pinggul Vivian yang ternyata diam juga, tetapi kembali terasa kontolku memasuki vaginanya dan bibir vaginanya berdenyut-denyut menekan hingga membawa kontolku masuk. Jarakku dengan Vivian semakin dekat dan akhirnya menempel bersentuhan. Kuraba kontolku, ternyata semuanya sudah masuk ke dalam liang vagina memek Vivian. Terlihat bintik keringat di wajahnya pertanda Vivian telah mengeluarkan tenaganya untuk menyedot masuk kontolku.

Menakjubkan.., Vivian ternyata memiliki teknik bercinta yang sangat luar biasa. Dia telah memperlihatkan teknik oral sex yang tidak ada duanya, dan sekarang dia tunjukkan pula teknik penetrasi yang jarang dimiliki oleh wanita.

Saat kontolku sudah masuk semua, terasa kontolku masih dipijit-pijit otot-otot selangkangannya. Buah dadanya yang sangat indah kuremas-remas. Lalu Vivian mulai mengayunkan pantatnya mengocok kontolku sambil menekankan klitorisnya pada batang kontolku. Gerakannya bervariasi kadang lembut, kadang cepat lalu diubah dengan gerakan meliuk memutar yang semakin cepat seperti penari hula-hula. Remasanku di buah dadanya semakin gemas. Kontolku terasa diperas dan dipelintir.

“Vivian.. Agrh.. lo. hebaat Vi..” desahku.

Vivian hanya menatap sayu sejenak sambil tersenyum lalu matanya kembali terpejam seperti berkonsentrasi sambil merintih-rintih lembut. Putarannya semakin cepat lalu tubuh Vivian sesekali mengejang hebat, terasa liang vaginanya semakin licin.

Putaran pinggangnya tidak berhenti, keringat sudah bercucuran dari wajah, leher dan seluruh badannya hingga menjadikan kulit oriental putih mululsnya semakin mengkilat basah dan semakin sexy.

Vivian melepaskan jepitan vaginanya dari kontolku dan digantikan oleh mulutnya. Kontolku dikulum sambil dikocoknya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian orgasmeku tiba dan spermaku menyemprot hingga mengenai langit-langit mulut Vivian. Vivian berusaha tetap mengulum kontolku. Setelah selesai dengan orgasmeku, tampak Vivian menelan spermaku lalu dia naik ke tubuhku dan mencium bibirku dengan mesra.

Vivian lalu bangkit kekamar mandi sebentar, lalu kembali membawakan aku segelas air mineral dingin segar.

“Vi, gue pengen nanya yang mungkin agak pribadi, boleh nggak?” aku bertanya.

“Tanya aja” jawabnya sambil tersenyum.

“Are you married?” kuberanikan bertanya langsung pada tujuan.

“Nope, ...but kinda” jawabnya santai.

“Gue jadi selir simpenan, tapi gak terikat pernikahan” Vivian menjelaskan dan aku paham pasti seorang konglomerat lah yang sudah “memelihara” Vivian.

Vivian mulai bercerita. Singkatnya:

Vivian sebelumnya juga adalah LC asusan Daddy Roy dan sempat bersahabat dan menjadi teman se apartemen dengan Aimee. Namun dia mengaku sempat cerobah dan hamil hingga memutuskan untuk menjadi istri simpanan. Namun ternyata janinnya mengalami keguguran di usia kehamilan bulan ke 7.

“So lo dapet nomor telpon gue dari Aimee?” tanya gue mengalihkan pembicaraan yang sepertinya agak membuat wajah Vivian jadi murung.

“Yups!” sahut Vivian sambil tersenyum lagi.

“Kenapa gue? Kan banyak cowok yang bakal ngantri buat cewek secantik lo?”

“Hahaha penasaran aja abis denger cerita heboh si Aimee yang kayaknya sebel tapi demen …hihihi!” jawab Vivian terkikik geli.

“So gimana …Lo puas? Terus terang gue lagi agak lesu nih minggu ini.”

“Mmmmm …not bad lah” sahut Vivian sambil tersenyum menahan tawa geli.

“Emang gak apa-apa nih kita maen dirumah gini, kenapa gak di hotel aja sih Vi?” Aku agak khawatir juga.

“Gak apa*apa santai aja Ric, laki gue juga paling lagi maen sama sekertaris barunya yang lagi dia ajak ke Lombok ….Lagian gue udah setahun lebih gak maen sama cowok lain” jawab Vivian.

Kami duduk bugil berdampingan sambil mengobrol kesana kemari hingga tak terasa sudah jam 12 malam..

Vivian sangat cantik, sexy, hot, cerdas dan baru berusia 25 tahun, tapi entah kenapa nafsu birahiku padanya tidak sebesar seperti saat aku bercumbu bersama Aimee 2 minggu yang lalu.

Aku tiba-tiba terkejut dan agak panik ketika tiba-tiba mendengar pintu gerbang rumah Vivian dan ada suara mesin mobil masuk.

“Hahahaha tenang aja itu Irene sepupu gue” Vivian terkikik melihat ekspresi wajah tegangku

***
 
Waah..ada Irene..3 some nih..hehe..Vivian Zhang tu cantik n sexy sekali..Irene..yang mana satu :adek:
 
keren...ttm an dgn high class LC...main hati mesti sadar posisi, tapi hati gak rela klo kehilangan...asyik2...mantab.....
 
copas ... tapi hot suhuuu ...:semangat:

gelar tiker buat ... kelanjutanya :tegang:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd