Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Fantasi Pamer Istri

9 : Angkringan

"Kamu mau makan apa?" tanya istriku.

"Emangnya kalo aku jawab, ada jawaban yang bener?" tanyaku.

"Coba aja dulu."

Aku berpikir sejenak. "Ayam bakar? Mie ayam? Ketoprak? Bubur? Nasi uduk?"

"Enggak," jawab istriku singkat.

Aku menghela napas sambil menggeleng tipis. Namun, tiba-tiba terpikirkan sebuah ide.

"Beb, angkringan gimana?" tanyaku.

Ia tampak berpikir. "Boleh deh, aku lagi enggak mau makan banyak."

Terbesit senyum di wajahku. "Beb, jangan pake daleman ya."

"Enggak mau," jawabnya.

"Loh, katanya mau kooperatif?"

"Kamu lagi on emangnya?"

Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Malu ah, tempat umum begitu," sambungnya.

"Aku janji cari yang sepi deh!"

Ia menghela napas pasrah, lalu mengangguk tanpa komentar.

"Aku tunggu di depan. Pokoknya harus menggiurkan!" Aku bersiap-siap, lalu berjalan ke teras meninggalkan istriku yang sedang bersiap-siap.

Beberapa menit berlalu, akhirnya ia keluar dan menghampiriku di motor setelah mengunci pintu.

Aku tersenyum menatap dada busungnya dari balik kaos putih dilapisi cardigan hitam, lengkap dengan celana jeans biru.

"Aku suka kalo kamu pake yang putih," ucapku. "Lebih nyeplak."

Istriku menampilkan mimik datar. "Besok aku beli warna lain, jaga-jaga kalo kamu sange dadakan gini. Abisnya sange kamu agak beda."

Aku terkekeh. "Yuk."

Ia pun naik ke atas motor dan kami berkeliling kota malam ini untuk mencari angkringan sepi.

Setelah berputar-putar, akhirnya tibalah kami di sebuah tempat bernama GDC, yang mana jalan di sini menyuguhkan banyak jajanan.

"Nanti aku yang pancing apa kamu pancing sendiri, beb?" tanyaku.

"Pancing apa?"

"Katanya mau bercanda jorok?"

"Kayaknya aku berubah pikiran deh. Kemarin aku mau nurutin kamu gara-gara kebawa suasana di ranjang aja," ucapnya.

"Enggak boleh curang. Pokoknya aku mau denger kamu nimpalin candaan jorok!" Protesku.

"Tapi itu aja ya? Enggak lebih. Kalo ada yang mau macem-macem, pokoknya kamu harus jagain aku. Aku istri kamu."

"Iya, janji," ucapku.

Motorku terus melaju hingga menemukan angkringan yang sepi, dan kami pun melipir.

Aku turun terlebih dahulu dan duduk di depan gerobak. "Pak, pesen susu satu," ucapku.

"Di rumah ada susu kok, malah jajan di luar," timpal istriku.

Jujur, aku tak menyangka istriku akan menyambar dan malah menyalakan api duluan.

Ku lihat si bapak penjual angkringan menatap istriku. Arah matanya tertuju pada bongkahan kenyalnya.

"Yang di rumah kan enggak bisa diminum," balasku.

Istriku duduk di sampingku. Ia diam tak berkomentar.

"Bisanya diapain tuh, Mas?" tanya si bapak.

"Kenyot-kenyot doang, Pak," jawabku.

"Oneng!" Istriku menoyor kepalaku dengan ekspresi malu dan wajah memerah.

"Wah, kalo di sini mah bisa di minum," ujar si bapak. Kini tatapannya berpindah ke arah istriku. "Kalo mbak mau minum apa?"

"Susu juga deh, boleh," jawab istriku.

"Berarti susunya dua, ya?" Si bapak melirik ke arah dada istriku.

"Iya, emang cuma dua kok susunya, Pak," sambungku.

"Mau digelas kecil apa gede?" tanya si bapak.

"Kecil apa gede?" tanyaku pada istriku dengan senyum meledek.

Ia menghela napas sambil menatap si bapak. "Nyesuain ukuran aja, Pak," Jawab istriku.

"Gede berarti, ya," sahut si bapak.

"Iya, Pak," balas istriku lagi.

Si bapak hanya tersenyum dan membuatkan minuman kami. Sementara itu aku dan istriku memilih sate untuk dibakar.


"Susunya pake kentel manis ya, Pak?" tanyaku iseng.

"Iya nih, Mas, adanya ini. Jadi enggak? Apa mau ganti?"

"Jadi kok," jawabku. "Kalo yang di rumah sih meskipun cuma dikenyot, tapi susu murni pak."

"Susunya ada di rumah apa di dibawa ke sini juga, Mas?" tanya si bapak diiringi kekehan kecil.

"Istri saya yang bawa."


Si bapak memberikan dua gelas susu dan sekali lagi tatapannya melirik ke arah dada istriku.

Istriku menjulurkan tangannya memberikan piring berisi sate. "Pak, minta tolong dibakar, ya."

"Oke, mbak." Si bapak kemudian membakar sate yang kami pesan.

Aku mendekat pada istriku dan berbisik, "Beb, nanti pura-pura betulin jilbab ya, pose ngiket rambut.


Ia hanya mengangguk sebagai jawaban. Wajahnya terlihat pasrah.

Tanganku dengan cepat melesat mencubit putingnya dan memilinnya pelan. Ia pun menepak tanganku dengan mata melotot.

"Beby! Jangan digituin!" Sekilas ia melirik ke arah si bapak. "Kalo si bapak liat gimana?"

"Paling pengen yang sebelah," jawabku.

"Hish!"

Aku tertawa melihat ekspresi kesal, panik, bercampur dengan terkejutnya.

Singkat cerita, tak ada kejadian yang mendebarkan lagi sampai makanan kami datang. Selesai dengan kerjaannya, si bapak pun duduk di balik gerobak.

"Sepi banget pak dagangannya?" tanyaku berbasa-basi membuka obrolan.

"Iya nih, kalo lagi rame ya rame, kalo sepi ya gini."

Ku berikan sinyal pada istriku, dan ia menangkapnya. Ketika keadaan hening dan tatapan si bapak menangkap bongkahan dada istriku, Ifa mengangkat tangan den membenarkan rambut bagian belakangnya di balik jilbab.

Bajunya tertarik ke atas sehingga dadanya membusung ke depan. Mungkin karena sadar sedang diperhatikan, dan sebelumnya sempat ku rangsang, kini puting itu agak membesar dan terceplak di bajunya.

"Mbak, enggak pake BH, ya?"

Pertanyaan si bapak yang berani dan tak terduga membuat istriku refleks menurunkan tangan dan menutupi bagian dadanya. Wajahnya memerah malu.

"Eh, i-iya nih, Pak. Soalnya males pakenya," jawabnya kikuk.

"Emang keliatan ya pak?" tanyaku.

Si bapak dengan polosnya menunjuk ke istriku. "Maap, tadi pentilnya nyeplak soalnya, Mas."

"Dari luar mantep ya, Pak?" tanyaku lagi.

Si bapak mengacungkan jempol. "Mantep, Mas. Situ pinter nyari cewek."

Aku tersenyum, lalu merangkul istriku bangga. "Tuh, kan, apa kataku juga. Aset kamu tuh bagus."

Ia memalingkan wajah dari ku dengan wajah memerah karena malu.

"Kalo saya jadi mas mah, saya mending nyusu di rumah," timpal si bapak diiringi kekehan.

Aku ikut tertawa, lalu menatap ke arah bongkahan dada istriku. Fantasiku mendadak liar. Membayangkan si bapak menyusu di susu gantung istriku.

(Fantasy mode on)

"Kalo nyusu di sini aja mau, Pak?" tanya istriku sambil membusungkan dadanya seolah menantang.

Si bapak menatapku seolah meminta persetujuan, dan ku balas dengan anggukan kepala.

Ia meneguk ludah, lalu berpindah duduk di sebelah istriku.

Istriku memutar arah, menghadap ke arah si bapak. Sejenak ia toleh kanan dan kiri, lalu kembali membusungkan dadanya.

Tangan si bapak terjulur meremas bongkahan kenyal tersebut.

"Pak! Saya nawarin nyusu, bukan remes," ucap istriku marah, tak suka dengan perlakuan si bapak.

"Ma-maaf, mbak."

Istriku mengangkat kaosnya hingga bongkahan berputing cokelat itu terlihat sempurna. Tanpa permisi, si bapak langsung menunduk dan melahapnya rakus. Bagai mesin, ia memompa payudara istriku.

"Shhh ...." Istriku mulai berdedis seperti ular.

"Enak sedotannya, baby?" tanyaku.

Ifa menatapku nakal sambil mengangguk pelan.

Mulut bapak berpindah dari bola kanan dan kiri istriku, hingga pada satu titik tangannya kembali memainkan satu puting yang menganggur.

"Ahhh, bapak nakal ya," ucap istriku manja.

"Enak susu kami, mbak," ucap si bapak.

"Cuma empengnya doang, pak," balas istriku.

"Bapak mau tau cara proses pembuatan susu kentel manis enggak?" tanya istriku.

"Ma-mau," jawab si bapak.

Si bapak masih duduk, sementara gantian istriku berjongkok, menjepit kontol si bapak di belahan dadanya.

Ia menggesek kontol si bapak dengan tempo turun naik. Si bapak terlihat keenakan.

"Bapak mau keluar, mbak!"

"Keluarin, pak, jangan ditahan-tahan," balas istriku.

Seketika itu cairan peju menyemprot dada hingga ke wajah istriku.

"Ini namanya susu kontol manis, pak," ucap istriku.

"Makasih ya, mbak."

(Fantasy mode off)

Kalo saya jadi mas mah, saya mending nyusu di rumah," timpal si bapak diiringi kekehan.

Aku ikut tertawa, lalu menatap ke arah bongkahan dada istriku.

"Ini mau pulang, Pak. Mau lanjut nyusu di rumah," ucapku. "Jadi berapa totalnya?"

***
Setelah membayar, aku dan istriku segera pulang.

Sesampainya di rumah, ia langsung mencium ku dan mengarahkan tanganku ke dadanya.

"Kenapa, baby?" tanyaku.

"Garukin, babyyy, gatel."

"Apanya gatel?"

Ia memukulku manja. "Pentilnya ih!"

Aku tersenyum, lalu menggaruk puting istriku yang sudah sangat keras. Malam itu kami bermain hebat sampai empat ronde.
 
Pelan pelan yg penting ada progres yaa huu....:beer::semangat: coba ajakin renang huu ga pake bh lg seruu kyknya..:p:Peace::ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd