Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Fantasi Pamer Istri

Halo, nih update lanjutannya ya. Btw mau kasih tau aja kalo dalam cerita ini salah satu point yang jadi perhatian itu ada di fantasy mode on/off. Kalo ga ada embel-embel itu, ceritanya kejadian beneran alias true damage wkwkwk

Buat yang komen kurang realistis dll, maaf di sini cuma ada isi kepala ane, jadi mau ada monyet gunung yang ikutan netek pun ya terserah ane itu mah.

Mungkin ada beberapa alur yang ane ambil berdasarkan kejadian real, tapi enggak dengan fantasi-fantasi atau kejadian sex lainnya. Cuma suasananya aja.

Keep enjoy, salam semprot

_______________________

Bab 6 : Takluk

Ketiga orang itu tak kunjung datang. Kami menunggu sekitar sepuluh menit, tetapi mereka belum juga muncul batang hidungnya.

"Saya susul deh," ucapku hendak menyusul ke atas.

Namun, Ucup menarik ku. "Saya aja, Mas. Mas kan lagi kurang fit tangannya, nanti malah makin capek."

"Ya udah, tolong ya, Mas Ucup."

Ucup menaruh bawaannya di tanah, lalu berjalan ke arahku. "Titip ya, Mas." Setelah itu ia naik kembali meninggalkanku di pos pendakian.

Perasaanku agak gelisah, tetapi di sisi lain juga sangat excited. Aku kurang tahu tentang Agum, tapi yang ku tahu Ali adalah manusia bejat. Si berewok itu pasti sudah merencanakan sesuatu saat ia bilang ingin menolong kami dengan menggendong istriku. Kini mereka belum muncul dan malah disusul Ucup. Aku membayangkan bagaimana jika di atas sana istriku dipaksa melayani mereka?

Dari posisiku berdiri, aku membayangkan jika diriku lah yang menyusul ke atas, bukan Ucup.

(Fantasy moden on)

Aku naik kembali dan berjalan cukup jauh, tetapi belum menemukan siapa pun, bahkan tak merasakan hawa keberadaan orang lain di sekitar ku. Rasanya agak yang aneh.

Aku berusaha mencari petunjuk dan tak sengaja menatap jejak kaki di tanah. Jejak-jejak itu adalah jejak yang kami tapaki saat turun tadi dan terekam di bumi karena tanah yang lembab. Di tempat itu ada lebih dari dua jejak kaki, yang artinya mereka seharusnya sudah lewat.

"Aneh, harusnya papasan tadi," gumamku saat tak bertemu dengan istriku dan dua pria yang membawanya.

Ku putuskan untuk kembali, tetapi sambil berjalan, mataku berfokus pada jejak-jejak kami. Aku menyusuri jalan kembali, hingga pada satu titik menemukan kejanggalan. Jejak mereka menghilang, menyisakan dua jejak yang masih lurus ke arah bawah.

Ku tatap sekitar untuk mencari petunjuk lagu dan ku temukan rerumputan yang agak rusak seperti habis terinjak.

Pelan-pelan aku berjalan melipir ke pinggir jalur dan menatap ke arah hutan di sampingku. Ku tatap sekitar lagi sambil sesekali meneguk ludah. Sejenak aku berusaha memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh. Mudah-mudahan itu benar jejak yang mereka tinggalkan, bukan jejak hewan liar.

Tak ada jalur di sini, tetapi semak dan pepohonan cukup terbuka sehingga bisa dilewati. Aku berjalan dengan pelan dan waspada sambil menatap fokus pada sekeliling.

Samar-samar terdengar suara isak tangis seorang wanita. Memang kurang jelas, tapi berdasarkan situasi saat ini, bisa ku asumsikan bahwa itu tangisan istriku. Aku berusaha fokus mencari arah suara tersebut dan menghampirinya.

Aku berjalan cukup dalam menembus hutan. Mungkin segala jenis suara dari dalam sini tak akan terdengar hingga ke jalur pendakian.

Langkah ku terhenti saat mataku berhasil menangkap kehadiran manusia lain. Aku bersembunyi di balik pepohonan dan mengintip ke arah depan.

Damn! Terlihat istriku yang sedang berdiri menghadap ke arah Agum. Ali berdiri di belakang istriku memegangi kedua tangannya.

Istriku menangis tersedu-sedu. "Tolong lepasin saya," gumamnya.

Agum mengusap wajah istriku. "Mbak tau enggak? Semalem waktu saya dan teman saya lagi ngobrol, tiba-tiba suami mbak pamit ke dalem tenda mau tidur. Tapi ternyata dia enggak tidur, mbak. Mbak tau dia ngapain di dalem tenda?"

Ifa menggeleng sambil terisak. Sementara Agum tersenyum dengan jempol yang mengusap bibir istriku.

"Di dalem tenda dia malah main kuda-kudaan. Semalem kita dikasih tontonan cuma siluet sama suara aja. Mbak tahu enggak saya nahan nafsu sampe detik ini gara-gara permainan kuda-kudaan kalian?" tanya Agum. "Saya enggak mau apa-apa, cuma mau mbak tanggung jawab aja. Abis itu udah, kita lupain semua."

Istriku hanya diam menangis, tak berkomentar perihal ucapan Agum. Ia meronta-ronta, tetapi percuma. Sekali pun ia lepas, kakinya tak bisa melangkah jauh.

"Sekarang saya cuma mau mbak ngelakuin hal yang sama ke kita. Udah itu aja," sambung Agum.

"Inget dosa, Mas Agum ... Mas Ali," balas Ifa. "Istighfar."

Agum menghela napas. Ia menggaruk kepalanya, lalu tiba-tiba menarik kaos yang dikenakan istriku ke atas dengan kasar hingga menampilkan BH putihnya yang menggairahkan.

"JANGAN!" teriak istriku. "Tolong jangan, Mas Agum, jangan."

"Katanya suruh istighfar, kan?" Agum menurunkan BH istriku hingga payudara kirinya terekspos. Senyum nakal muncul di wajah Agum sampai akhirnya ia memainkan puting susu istriku seperti sedang bertasbih.

"Jangan, tolong jangan begini," ucap istriku yang semakin terisak.

"Bener katamu, Li. Teteknya gede," ucap Agum. Tiba-tiba ia mengeluarkan payudara kanan istriku sehingga kini kedua bongkahan itu terekspos tanpa penghalang.

Agum meremas-remas kuat bongkahan dada istriku gemas hingga membuat istriku kesakitan. Sesekali ia cubit putingnya keras dan menarik-narik nya kasar.

"SAKIT!" pekik istriku.

"Saya punya saran, mbak," ucap Ali. "Mending mbak nikmati aja kayak semalem daripada berontak kayak gini. Toh, sama-sama dientot juga. Bedanya kalo mbak ikhlas, kita bertiga seneneg. Kalo mbak berontak gini, kasian mbaknya. Udah tetep dientot, tapi enggak nikmatin."

Istriku sontak separuh menoleh dengan mata melotot pada Ali yang berada di belakangnya. Ia sangat marah ketika tahu siapa yang sudah menggagahinya semalam.

"Jangan pelotoin aku kayak gitu dong, babyyy," ledek Ali sambil terkekeh.

"Li, urus Li pake jurusmu. Kamu kan jago main bawah," ucap Agum. "Aku rangsang atasnya."

"Oke, siap."

Ali dan Agum bertukar posisi. Kini Agum asik memainkan dada istriku dari belakang, sementara Ali berusaha melepas celana istriku.

"Jangan dilepas!" seru istriku berusaha menghentikan Ali. "Oke, oke, mainin atasnya aja, tapi jangan yang bawah!"

Ali menghentikan aktivitasnya, kini ia menatap wajah istriku. "Ya udah coba nikmatin."

Agum tersenyum. Ia meremas manja dada istriku dan memainkan putingnya dari belakang. Ia putar puting susu istriku sambil sesekali menarik-narik nya manja.

"Ahhh ... ahhh ... remes terus, Mas," ucap istriku dengan nada manja diiringi desahan-desahan tipis.

"Pentilnya belum keras, Li. Bohongan dia," ucap Agum.

Ali tertawa. "Mau bohong apa enggak sama aja. Kita tetep garap, Gum." Ali meneruskan membuka celana istriku.

Istriku memberontak setengah mati hingga satu tangannya berhasil lepas dan mencengkeram tangan Ali.

"JANGAAAN!" bentaknya.

Agum sengaja melepaskan satu tangan istriku lagi dari pelukannya sehingga kini kedua tangannya bebas.

Istriku langsung memberontak sepenuhnya dan berusaha menghentikan Ali.

Namun, tiba-tiba Agum menunduk dan langsung melesat dari samping, melahap payudara istriku dengan mulutnya.

Dari kejauhan, istriku terlihat berusaha menghentikannya. Ia menjambak rambut Agum yang tipis, berusaha melepaskan mulut itu dari dadanya.

Namun, di saat ia fokus pada Agum, kini Ali berhasil melorotkan celananya hingga ke pergelangan kaki. Istriku menjatuhkan diri ke tanah sebagai bentuk pertahanan, tetapi hal tersebut sama sekali tak menghentikan aktivitas kedua pria itu di tubuhnya. Dengan cekatan Ali langsung menerobos celana dalam istriku dan memasukkan dua jarinya.

"Hayooo mau dicolmek apa digrepe?" tanya Ali menggoda.

Ali mengusap-usap bagian luar memek istriku dengan jempolnya, sementara dua jarinya mendesak masuk.

"Oh MY GOOODDD TOLOOONG!" teriak Ifa. Entah itu teriakan minta tolong sungguhan atau leguhan kenikmatan.

Agum memainkan dada istriku dengan lembut. Sepertinya ia memang piawai memainkan gungukan itu. Caranya mentreatment dada istriku benar-benar lembut sehingga aku yakin bahwa sebenarnya saat ini istriku sedang merasa enak, hanya saja ia menolak rasa itu karena yang mencoba merangsangnya bukanlah muhrimnya. Di sisi lain Ali pun sangat mahir memainkan daerah kewanitaan. Dari semalam ia pun selalu mampu menjaga tempo untuk membuat wanita merasa terbang.

Perlahan kedua tangan istriku yang berusaha melawan pun terdiam pasrah dengan lemas. Ia malah menjambak rambut Agum dan Ali dengan jambakan kasih sayang. Perlahan ia mulai memasrahkan diri pada kedua eksekutor itu.

Hanya saja mulutnya masih menolak untuk mengeluarkan desahan dan matanya masih mengeluarkan air mata, yang artinya meskipun tubuhnya sudah tunduk oleh dua pria itu, tetapi hatinya belum menyerah.

"Udah nikmatin aja kayak semalem, babyyy," ucap Ali. Ia mempercepat tusukannya hingga membuat kedua jari kaki istriku menekuk ke bawah. "Tadi waktu suami kamu sama porternya turun, kita sempet istirahat sebentar. Waktu kamu minum, air yang kamu minum itu udah kita campurin sesuatu. Sekarang efeknya udah kerasa, kan? Memek kamu udah basah nih."

Agum masih sibuk dengan payudara istriku, kini ia berpindah pada payudara yang satunya. Ku taksir jika permainan mulut pria itu juga sangat mahir. Puting istriku yang baru saja ia nikmati terlihat sangat tegang dan keras. Agum menjilat, menghisap dan menggigit secara bergantian. Diperlakukan seperti itu membuat istriku menjambaknya semakin erat sambil menempelkan kepalanya di tubuh Agum.

Istriku kini terengah-engah menerima rangsangan dari dua titik sensitifnya. Menyadari bahwa pertahanannya semakin lemah, Ali mempercepat lagi tempo colokannya hingga membuat mata istriku merem melek.

"Mphhh ... mphhh ...." Istriku masih berusaha menahan mulutnya agar tidak ikut menikmati perbuatan bejat mereka.

"Jurus semburan naga." Pada satu titik Ali menarik jarinya keluar dari lubang istriku dengan pose estetik. Dalam tayangan lambat ia tersenyum menatap wajah istriku yang sudah tak karuan dan sama sekali hilang perlawanan.

"AAAAHHHHH ...." lenguh istriku panjang dengan tubuh sedikit mengejang. Lubang senggamanya menyemburkan air yang cukup banyak seolah mengikuti jari-jari Ali yang baru saja keluar dari sana.

Ali menjilat bibir bagian atasnya sendiri, lalu perlahan mendekatkan wajahnya ke lubang yang sudah basah tersebut.

"Janganhh ...," lirih istriku dengan wajah merahnya.

Sejenak Ali menatap nakal wajah istriku. Istriku langsung membuang wajah darinya. "Jangan dijilat, Baby ... kotor," lirih istriku.

Mendengar nada istriku yang nakal, si gempal dan si brewok itu tersenyum.

"Enggak apa-apa, baby, aku suka." Ali menjilat memek istriku yang sudah basah dengan beringas.

"Ahhhh ... ahhh ... mphhh ...." Istriku menjambak rambut Ali dan membenamkannya semakin dalam. "Ahhh ...." Ia menggelinjang mantap sambil mendongak menatap ke arah wajah Agum yang kini berada tepat di atas wajahnya.

Agum hanya tersenyum sambil membelai mesra rambut istriku. "Gimana, enak?"

Istriku mengangguk lemah sambil menahan rangsangan dari Ali. "Enaakhhh," lirihnya.

Melihat wajah nafsu istriku membuat Agum juga ikut terangsang hebat. Pria itu langsung melumat bibir istriku dan mereka berciuman dengan liar. Lidah pria itu dan istriku menari-nari dan saling bertukar ludah.

Kini istriku yang diibaratkan kuda liar itu berhasil ditaklukan sepenuhnya oleh kedua pendaki tersebut dan siap ditunggangi. Aku hanya bisa menatap mereka dari kejauhan sambil mengocok kontolku yang sudah sangat keras.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd