Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Fantasi Pamer Istri

Bimabet
Hu coba deh ifa nya ditinggal ber 2 apa bisa nahan diri atau malah pasrah di ewe sama konti laennya, bikin ifa makin hot suhu, semangat suhu
 
16 : Bali

Memasuki akhir tahun, aku dan istriku berangkat ke Bali untuk berlibur sekaligus merayakan anniversary kami yang kedua.

Kami menginap di daerah Ubud selama tiga hari dua malam, dan rencananya akan menutup liburan di malam terakhir dekat bandara saja agar tidak repot.

Istriku adalah tipikal wanita yang senang jalan-jalan, jadi segala persiapan dari tiket, penginapan, bahkan agenda liburan, ia sudah siapkan matang-matang. Aku hanya tinggal menggesek kartu ATM dan transfer saja.

Singkat cerita, dari bandara taxi online kami tiba di penginapan. Aku dan istriku turun dan segera menuju lobby untuk check in.

Aku cukup heran dengan selera istriku yang senang dengan pemandangan alam. Sejujurnya aku lebih suka tinggal di hotel berbintang dengan segala fasilitasnya. Entah, mungkin ia masih menyimpan trauma jika menginap di hotel berbintang mengingat rekam jejak fantasiku sebelumnya.

Setelah check in, aku dan istriku di antar ke sebuah rumah panggung yang bernuansa tradisional. Aku agak kecewa dengan tempatnya, tetapi setelah masuk rupanya kekecewaan itu sirna. Pasalnya, di dalam rumah panggung ini cukup mewah.

Di saat istriku berbincang dengan pegawai hotel, di sisi lain aku membuka pintu belakang dan langsung berjalan ke arah sana. Rupanya di belakang ada kolam berenang dan juga kolam berendam kecil. Segalanya tersusun dengan aesthetic dan cukup memukau.

"Babyyy, yuhuu."

Aku menoleh ke arah dalam. Terlihat istriku yang sedang berbaring di kasur. Tempat tidurnya bagaikan kendaraan yang bisa digerakkan dengan remot. Ia terlihat mendekat hingga tempat tidurnya keluar dari bagian rumah dan maju sampai separuh beranda belakang.

"Keren enggak?" tanyanya.

"Mantaaaap."

"Mas, Mbak, kalo mau nonton film, bisa hubungi pihak hotel. Nanti ada pegawai yang datang untuk mempersiapkannya," ucap si pegawai pria yang masih berada di dalam dan menjelaskan segala hal tentang tempat ini.

Di belakang kolam renang, ada sebuah tiang yang sepertinya merupakan tiang layar. Layarnya tergulung dan bisa dibuka untuk menikmati sinema proyektor. Di belakang layar, ada area persawahan yang cukup luas.

Perlahan otakku bertransisi dari liburan menjadi fantasi. Aku membayangkan menunggangi istriku di area terbuka seperti ini dan ada ada petani yang melihatnya. Membayangkannya saja membuatku tegang. Namun, aku tak mau bicara apa pun soal fantasiku, untuk menghormatinya di hari menjelang anniversary kami.

Selesai menjelaskan perihal tempat ini, si pegawai hotel pun pergi. Kini hanya ada aku dan istriku.

"Hari ini mau ke mana?" tanyaku.

"Istirahat aja di sini, nanti sore mau berenang, terus malemnya baru keluar sekalian cari makan."

"Oke."

Kami pun beristirahat sampai hari mulai teduh. Istriku berbaring membuat story instagram, sementara aku berbaring sambil bermain mobil legends.

***

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Ku lirik istriku yang sedang memandang ke arah luar dari pintu kaca belakang.

"Baby," panggilnya.

"Hah?"

"Tolongin aku dong."

Aku bangkit dan menatap ke arahnya. "Tolongin apa?"

"Liatin di belakang ada orang apa enggak? Aku takut masih ada petani yang kerja," ucap istriku.

"Ya udah sih biarin aja," balasku.

Ia memicingkan mata dengan ekspresi sinis. Aku paham, ia sedang tak mau meladeni fantasiku kali ini, jadi aku beranjak dan berjalan keluar untuk memantau situasi.

"Aman," ucapku yang celingak-celinguk menatap sawah.

"Oukai." Ia pun berjalan dengan hati-hati menuju beranda belakang tak mengenakan hijab. Setelah sudah di luar, perlahan ia membuka kimono hotel sambil memastikan lagi bahwa memang tak ada siapa pun di persawahan.




https://sendvid.com/pmgvlxgb




Setelah membuka handuk dan menyisakan pakaian renang terbuka, ia pun berendam dulu di kolam kecil. Aku menatap belahan dadanya yang basah dan terlihat lezat. Ia mengajakku untuk ikut berendam, tetapi aku sedang malas.

Di tengah aktivitas kami, mataku menangkap sebuah pergerakan dari arah sawah. Rupanya ada dua orang petani yang baru saja mau pulang dan masih berada di area persawahan.

Istriku tak melihatnya karena saat ini ia sedang menghadap ke arahku. Aku pun berusaha membuang tatap, berusaha tak mempedulikan dua petani itu.

Namun, sekilas melirik, mereka berdua diam berdiri menghadap ke arah kami, hingga beberapa saat kemudian mereka melanjutkan langkahnya untuk pergi, dengan pandangan yang masih tertinggal ke arah kami, tepatnya istriku.

"Ih malah ngaceng," ledek istriku yang menyadari kebangkitan sang pahlawan.

Aku tersadar dari lamunan. "Ngacenglah, orang kamu sexy banget."

"Aku yang sexy atau ngaceng ngebayangin ada orang yang liat aku lagi begini?" tanya istriku frontal.

Aku tersenyum padanya, lalu berjalan mendekat. Ku lepas pakaian renangnya, lalu ku lempar ke kolam berenang besar yang berada di belakang.

"Heh?!" Ia menutupi dadanya yang hanya tertutup oleh BH tipis berwarna putih.

"Ambil sana," ucapku.

Ia pun bangkit dari kolam kecil dan berjalan ke kolam renang, lalu menceburkan diri mengambil pakaian renangnya.

Ku lihat ke arah persawahan, rupanya kedua petani itu belum pergi dan malah mengendap ke sini sambil sesekali berhenti dan mengintip. Sepertinya mereka tak menyadari bahwa aku sudah menyadari duluan keberadaan mereka.

Aku berjalan masuk ke dalam dan bersembunyi, siapa tahu ada kejadian tak terduga. Namun, sampai langit senja pudar menghitam, tak ada kejadian apa pun.

Agak penasaran sebenarnya bagaimana istriku dari sudut pandang persawahan. Ku putuskan untuk berjalan keluar menuju sawah lewat pintu depan.

Jaraknya tidak jauh. Hanya memutar sedikit dan sudah sampai.

Aku menghentikan langkah saat menangkap sosok seorang bapak-bapak berkumis yang sedang berdiri mengocok kontolnya sambil menatap ke arah villa kami.

Ku putuskan untuk mendekatinya sambil celingak-celinguk mencari yang seorang lagi, tetapi tak ada.

Ia menyadariku dan hendak kabur, tapi ku tarik tangannya agar laki-laki itu tak bisa ke mana-mana. Ku bawa ia agak menjauh dari area villa.

"Maafkan saya, Pak," ucapnya melas. "Jangan laporkan pada pihak Villa."

"Bapak tahu apa yang sudah bapak lakukan?" tanyaku.

"Maafkan saya, Pak," ucapnya memohon.

"Menurut bapak gimana tubuh istri saya?"

Ia agam terlihat bingung. "Ba-bagus, Pak."

"Apanya yang bagus?" tanyaku.

"Dadanya montok, Pak, maaf."

"Mana teman kamu yang satu lagi?"

"Sudah pulang, Pak," jawabnya.

"Dia onani juga?"

Si bapak mengangguk. "Tapi dia keluar duluan, Pak, jadi sudah puas langsung pulang."

Ku rangkul si bapak agar tidak terlalu tegang. "Bapak belum puas?"

"Pak, mohon maafkan saya, Pak. Jangan laporkan pada pihak Villa."

"Gini aja deh, saya minta nomor bapak. Kalo saya suruh dateng, bapak harus dateng lewat belakang. Gimana?"

"Mau ngapain, Pak?" Ia terlihat agak takut.

"Nanti juga tau." Aku mengeluarkan hapeku. "Sini."

Singkat cerita kini aku sudah memiliki nomor petani itu. Aku berniat untuk menuntaskan kepuasannya yang sempat tertunda tanpa bilang apa-apa. Setelah itu aku kembali ke villa.

***​

Waktu bergulir. Aku dan istriku puas bermain sekaligus makan malam di dekat pantai. Kini kami sudah kembali ke villa.

"Nonton yuk," Ajak istriku.

"Ya udah nanti aku panggil abang hotel buat setting proyektor."

Malam ini istriku mengenakan daster biru yang menggoda. Sesekali areola-nya menyembul keluar.

Kami bersantai sejenak. Ia duduk separuh tidur di bagian belakang sambil menikmati angin malam, sementara aku merebahkan diri di kasur.

Suara ketukan pintu terdengar lirih. Ku rasa istriku tidak menyadarinya karena jarak yang cukup jauh.

Aku bangun dan segera menuju pintu. Otakku langsung berpikiran kotor. Ku buka pintu sambil tersenyum licik.

"Selamat malam, Mas, mau setting proyektor ya?" tanya pegawai hotel memastikan. Yang satu ini agak sangar dengan tato di sekitaran lengan. Villa ini tidak seperti hotel. Meskipun rapi dan perfect, tetapi pegawainya di bebaskan mengenakan pakaian apa pun selama sopan.

"Iya, betul. Masuk aja, Mas," balasku.

Ia pun berjalan masuk melewati ku dan segera menuju belakang. Aku mengikutinya pelan, tetapi hanya sampai tempat tidur saja.

Ku lihat ia terdiam sejenak menatap istriku yang sedang duduk separuh tidur di kursi santai dari belakang dengan posisi tinggi.

"Permisi, Mbak, mau setting proyektor," ucapnya sopan.

"Oh iya." Ia refleks bangun.

Aku tak tahu ekspresi istriku, tetapi yang jelas ia langsung masuk ke dalam dengan langkah cepat.

Ia langsung menghampiriku. "Beb," lirihnya. "Kok enggak bilang-bilang kalo abangnya dateng?"

"Emang kalo bilang mau ngapain?"

"Ya siap-siap dulu pake jilbab. Ini mana tetek aku ke mana-mana tadi pas Mas nya dateng."

Aku tersenyum dan menyimpangkan tali dasternya sehingga areolanya kembali terlihat.

"Bagus begini," ucapku.

"Kebiasaan ih!" Istriku menepis tanganku.

"Beb, godain dong," ucapku dengan gerak bibir tanpa suara.

"Duh, kumat deh kebiasaan."

"Ya, ya, ya?"

Ifa menghela napas. "Sebenernya aku udah capek sama fantasi kamu, tapi aku juga capek berantem terus. Ya udah mumpung besok anniv kita, anggap aja ini hadiah yang kamu mau ya. Aku godain Masnya."

"Nah gitu dong."

"Tapi kamu ngumpet ke kamar mandi gih. Biar dia leluasa sekalian," ucap istriku.

"Lah, terus gimana aku nikmatinnya?"

Istriku mengambil ponselnya dan melakukan Vcall ke ponselku, lalu menonaktifkan volume ponselnya.

"Nikmatinnya lewat vcall aja, jadi berasa nonton bokep sekalian!" ucap istriku.

"Kasih pegang ya," ucapku.

"Liat nanti."

Aku mencium keningnya "Makasih, Beby."

Aku tersenyum puas melihat istriku yang akhirnya setuju untuk memainkan fantasi ku. Dengan cepat, aku melangkah ke kamar mandi, menutup pintu rapat, dan menatap Vcall di ponselku. Istriku, yang sudah menemukan spot bagus, meletakkan ponselnya miring dengan cermat agar tak tak mencurigakan. Sehabis menyetel ulang posisi ponsel, ia menghilang dari pandangan layar. Sepertinya ia berjalan ke arah belakang menghampiri si pegawai hotel.

"Mas, selesai setel proyektor, nanti minta tolong cek kasur ya. Ada suara-suara aneh kasurnya soalnya." Suara istriku terdengar dari balik panggilan Vcall.

"Oh oke, Mbak."

Setelah itu istriku berjalan ke tempat tidur dan duduk di tepi ranjang. Ia mengikat rambutnya sehingga menampilkan bagian lehernya yang indah dan tentunya pemandangan dadanya yang semakin jelas. Sengaja ia geser ke pinggir tali dasternya agar areolanya kembali mengintip.

Selang beberapa menit, pegawai itu datang menghampiri istriku.

"Mbak, sudah selesai. Proyektornya sudah bisa digunakan," ucapnya. "Perihal kasur ada masalah apa ya, mbak?"

"Coba deh mas duduk," ucap istriku. "Terus goyang-goyangin. Ada suara aneh."

Ia mendekat dan duduk di samping istriku, lalu menggoyang-goyangkan kasur. "Kenapa ya, Mbak? Enggak ada suara apa-apa."

"Masa sih?" Istriku bangkit dari posisinya dan duduk di pangkuan pria itu. "Coba goyang-goyangin lagi."

"Ahh, mbak. Ja-jangan gini dong, nanti saya bisa dipecat," ucapnya kikuk.

"Pihak hotel enggak akan tahu kok. Suami ku juga lagi keluar. Kalo kamu mau keluar apa dikeluarin?"

Pegawai itu terlihat meneguk ludah dari layar ponsel. "Di-dikeluarin, Mbak."

"Coba goyangin," ucap istriku manja.

Perlahan pegawai itu menggoyangkan tubuhnya turun naik seolah sedang menggenjot istriku dari belakang.

"Mphhh ... ahhh ...." Istriku menoleh nakal ke belakang diiringi desahan tipis. "Tuh kan, ada suara aneh kalo digoyangin."

"I-ia, Mbak, ada," balasnya kikuk.

"Ada volumenya loh, Mas. Bisa digedein" Ia menarik kedua tangan pegawai itu dan menuntun ke dadanya. "Tinggal puter."

Pegawai itu meremas dada istriku dari belakang. Pemandangan yang sangat erotis ketika melihat istriku duduk dipangkuan pria lain sambil digerayangi dari belakang. Jari-jari si pegawai mulai mencari puting istriku dan memutarnya dari luar daster.

"Shhh ... ahhhh," lenguh istriku dengan suara yang lebih besar dari sebelumnya.

Tangan dengan tato itu menarik-narik puting istriku sambil sesekali diputar-putar, membuat istriku bersandar di dadanya.

"Cepet ya, keburu suamiku pulang." Istriku bergeser ke sampingnya dan menurunkan satu tali dasternya. "Sini sini."

Pegawai itu membuka celananya sambil mencuri tatap pada payudara kiri istriku. "Teteknya gede, Mbak."

"Suka?" tanya istriku.

Ia mengangguk. "Suka."

"Mainin aja, tapi kocoknya sendiri ya."

"O-oke."

Sejenak istriku menatap ke arah kamera, lalu menutup matanya. Ia menggigit bibir bawahnya saat kulit payudaranya tersentuh oleh pria lain yang bukan suaminya.

"Teteknya bagus, Mbak. Halus, besar, kenyal," kata pegawai itu. "Kalo boleh tau namanya siapa?"

"Ifa," jawab istriku. "Masnya siapa?"

"Saya Nyoman, Mbak."

Terlihat istriku melirik ke arah penis Nyoman yang tergolong lebih besar dari punyaku. "Yang cepet ya, takutnya suamiku pulang."

Nyoman menarik tangan istriku dengan tangan kekar bertatonya. Ia arahkan tangan mungil itu ke penisnya.

"Kocokin, Mbak, biar cepet."

"Enggak ah," ucap istriku dengan nada meledek. Ia melepaskan tangannya dan menolak untuk membantu Nyoman beronani.

Nyoman terlihat kecewa. Ia langsung menunduk dan melahap payudara istriku dengan rakus.

"Shhhh ... pelan-pelan gigitnya, ngilu."

Nyoman menjilat jarinya, lalu memainkan puting istriku yang satunya dengan tangan.

"Mas, ahhhh ... kapan keluarnya kalo gini?" tanya istriku.

"Makanya kocokin."

Istriku terlihat menghela napas dari layar ponselku. Ia menghadap ke arah Nyoman, lalu menggenggam batang pria itu dan mulai mengocoknya.

"Ahhh enak, Mbak," lenguh Nyoman. "Ahhhhh mantap."

Satu tangan istriku mengusap kepala pria itu yang masih memompa putingnya. "Shhhh ... pelan-pelan, Mas Nyoman, ngilu."

"Abisnya toket kamu gemesin, Mbak Ifa."

Istriku memainkan kepala kontol Nyoman dengan jempolnya.

"Ahhhh, Mbak, manteep."

"Udah ya, yuk cepetan," ucap istriku.

Kini istriku mengocok batang itu dengan cepat. Di sisi lain Nyoman meremas kedua bongkahan payudara istriku dengan keras hinga membuat wajah istriku terlihat menahan sakit.

"Shhh ... Pelan-pelan, Mas mphhh."

Pada satu titik, ia tarik puting istriku tinggi-tinggi hingga membuatnya memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya.

"Shhhh ahhhh Mas Nyomaaan," desah istriku dengan tubuh condong ke depan.

"Ahhhhh saya mau keluar, Mbaaak ... ahhhh."

"Keluarin, Mas."

Nyoman mendorong tubuh istriku hingga berbaring di kasur, dengan cepat ia menempelkan kontolnya ke toket istriku dan menyemburkan spermanya ke area payudara istriku.

"Heh, Mas! Kok keluar di situ sih?" Protes istriku yang hanya bisa pasrah.

"Sekarang gantian, Mbak." Nyoman menyingkap daster istriku memasukkan tangannya ke dalam celana dalam istriku.

"Heh, Mas, ngapain?!" tanya istriku yang berusaha memberontak. "Nanti suami saya pulang! Udah sana, udah dikasih enak juga!"

Nyoman pun menghentikan pergerakannya. "Maaf, Mbak, maaf kalo saya kejauhan, maaf."

"Ya udah enggak apa-apa, sekarang kamu bisa pergi," ucap istriku.

Nyoman berdiri dan menatap istriku merasa bersalah. "Sekali lagi maaf, Mbak Ifa."

"Iya, iya," jawab istriku ketus.

"Makasih ya atas servicenya."

"Sama-sama."

Ia pun pergi keluar dari Villa kami. Seperginya Nyoman, aku keluar dari kamar mandi dan menghampiri istriku.

"Kamu kok enggak keluar sih pas aku digituin? Takut tau," ucap istriku.

"Aku udah siap-siap. Kalo dia berani lebih, aku mau hajar, tapi untungnya kamu bisa urus, jadi aku sengaja enggak keluar karena pasti akward banget kan kalo aku keluar dari kamar mandi ternyata, bukan dari luar beli rokok." Aku memeluk istriku. "Udah, sekarang kamu aman."

"Aku maunya diservice kamu," ucapnya manja dengan sedikit air mata yang keluar.

"Iya, iya sini aku kasih service."

Dan kami pun bertempur hebat malam ini.
 
Yg ini mulai real ya ga pake fantasy mode?
Real nya dlm keadaan istri sadar, ntr lama² mulai doyan dilecehkan lelaki lain.. Uhhhhh
 
Bimabet
Ifaa, bikin ngaceng terus si ifa. mantap terus update an ente suhu.. next ditunggu semoga ifa lebih hot dan lost kontrol sampe digesek konti laen
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd