Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY feTish

Seiki namanya, tapi ei malah bacanya saiki :kacau:

Mayan nih Opening
 
Inginnya sih semua member tim T. Semoga lancar updatenya hu. Yang sudah legal tentunya.


Btw mungkin di part2 awal ini belum ada ssnya, krna masi mau ngenalin si karakter utama ya dulu. Semoga bisa bersabar ya para suhusuhu sekalian.
Dan mohon dukungannya, terima kasih
coba otut masih ada.,
:((
 
cerita yg menarik hu.. ane tinggalin sendal ye biar ntar balik lagi
 
Part 3

"Buka lah amplop yang baru kau dapatkan itu.", Terdengar suara darinya, suara yang sudah lama tidak kudengar. Suara yang cukup berat, berwibawa, namun terdengar seperti orang yang kelelahan.

Aku pun membuka amplop itu, berisikan sebuah buku tabungan, kartu atm, SIM A dan C, serta Kartu Keluarga. Semua atas namaku, begitupun di Kartu Keluarga. Hanya ada satu nama saja, Seiki Ventesimo, tanpa Pratama.

"Mulai hari ini, kau resmi keluar dari keluarga Pratama. Kau bukan bagian dari kami lagi. Sudah saatnya kamu hidup mandiri tanpa mengandalkan bantuanku lagi. Oh iya anggap saja saldo yang berada di rekening mu itu merupakan warisan dari Ayah untukmu. Kau boleh menempati rumah itu dan semua fasilitasnya sampai kau berumur 22. Setelah itu aku harap kau segera pergi."

Bagaikan tersambar petir yang begitu hebat. Aku hanya bisa diam mematung sambil memegang selembar kertas yang dia maksud tadi.

"Ta.. tapi kenapa kak? Apa salahku? 6 tahun lalu kau mengasingkanku, dan tiba-tiba saja kau memanggilku ke Jakarta hanya untuk mengusirku. Apa maksudnya semua ini kak?", Jawabku parau.
"Bukankah sudah jelas? Aku membencimu. Dan mulai hari ini, kau juga harus berhenti menghubungi Mario. Sudah saatnya dia fokus untuk mengembangkan perusahaan, bukan untuk mengurusi bocah sepertimu lagi.", Terangnya, lalu menutup telponnya.

Marahkah? Kecewakah? Sedihkah? Aku sudah tak tahu lagi perasaan apa yang sangat cocok menggambarkan tentang yang aku alami hari ini. Kali ini Jakarta mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk membunuhku dalam satu pukulan telak.

"Air mata? Apa aku menangis? Apa artinya aku sedih karena perbuatan kakak? Atau aku hanya ingin dikasihani olehnya?", Ucapku dalam hati seraya menghapus air mata yang terasa mulai mengalir di pipiku ini.

Aku menatap om Mario dengan tatapan nanar, seraya mengembalikan handphone miliknya. Seakan tahu dengan apa yang aku rasakan, iya kini mulai memelukku, mengerti akan apa yang aku butuhkan, mengerti akan apa yang aku inginkan, mengerti tentang apa yang selama ini tidak pernah aku rasakan. Aku berusaha melepaskan dekapannya, namun ditahan. Setelah itu pun ia berucap:

"Menangislah, teriakanlah rasa frustasimu hari ini. Lantunkan rasa kecewamu. Nyanyikan semua lirik keputusasaanmu. Tapi ingat. Hanya hari ini saja."

Aku pun mulai mencurahkan semua perasaanku dalam tangisan ini, tangisan di pundaknya. Tangisan yang harusnya aku senandungkan hanya di depan orang terdekatku saja. Entah mengapa saat seperti ini aku sangat merindukan Ayahku. Aku memang kehilangan memori masa kecilku, tapi entah kenapa aku merasa kalau aku sangat dekat dengan ayahku. Ketika tangisanku terhenti, ada satu kata dari om Mario yang mampu membuat ku menyeringai. Membuat naluri terliar dalam hidupku bangkit lagi.

"Lawan", itulah yang om Mario utarakan.

Beberapa saat kemudian om Mario pamit dan kemudian pergi. Kini entah apa atau siapa yang mulai merasukiku aku mulai menyusun rencana dan siasat untuk merebut kekuasaan yang Kakakku pegang saat ini. Dia mungkin bisa menyingkirkanku dari keluarga ini, namun keberadaan ku di dunia ini adalah takdir. Bahkan jika karena takdirku itu aku harus berhadapan dengan kakakku sendiri, sudah aku pastikan bahwa aku akan melawannya.

Malam pun datang dan tetiba saja aku mengingat senyum gadis itu. Gadis periang yang baru saja Tuhan pertemukan itu. Aku pun mencari secarik kertas yang ia berikan, segera akupun meneleponnya saat itu.

"Hallo", suaraku memulai percakapan.
"Akhirnya kamu nelpon aku juga, Seiki kan?"
"Kenapa begitu yakin ini aku?"
"Bagaimanapun, aku mengenalmu. Dan tentang kejadian itu, aku akan menceritakannya. Sejauh yang aku tau."
"Ya, perkataan kamu tentang kejadian itu cukup mengusikku. Aku mungkin akan segera menanyakan hal itu padamu. Tapi tidak via telepon. Kapan kamu pulang dari Jogja?"
"Dua hari lagi. Jadi ceritanya kamu ngajak ketemuan nih?"
"Ga gitu, cuma kan katanya kalo ketemu lagi kamu mau traktir akunya."
"Oh jadi pengennya traktiran aku nih, bukan akunya?"
"Ya ga gitu juga, ya kebetulan aja aku ada butuh juga sama kamu."
"Ahahahahah, kamu masih lucu ya kayak dulu. Masih gampang panikan kalo ngomong sama cewek."

Tidak terasa waktu pun berlalu. Percakapan kami di malam itu diakhiri dengan sebuah janji. Janjiku padanya yang akan menjemputnya di stasiun ketika dia pulang nanti, dan janjinya padaku akan menceritakan tentang masa laluku yang telah lama kulupakan.

Melati Putri Rahel Sesilia
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd