Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY feTish

Bimabet
serasa membaca novel :jempol:

ini cerita yang paling saya tunggu kelanjutannya, gak to the point, dan punya alur tersendiri

mantap gan :jempol:
 
serasa membaca novel :jempol:

ini cerita yang paling saya tunggu kelanjutannya, gak to the point, dan punya alur tersendiri

mantap gan :jempol:
 
serasa membaca novel :jempol:

ini cerita yang paling saya tunggu kelanjutannya, gak to the point, dan punya alur tersendiri

mantap gan :jempol:
 
Part 4

“Udah dimana kamu?”, pesan singkat yang kuterima dari Meme
“Baru masuk stasiun nih. Kamu dah sampe?”, balasku.
“Jatinegara nih, bentar lagi palingan masuk ke Gambirnya. hehe.”


Hari ini sekitar pukul setengah enam sore aku berjanji untuk menjemputnya. Gadis cantik yang katanya mengenalku. Tahu tentang masa lalu ku, tahu tentang kebiasaan ku, bahkan tahu mengenai sifatku yang dulu. Aku sebenarnya tidak mau menyebut diriku sebagai seseorang yang memiliki krisis identitas, tapi bagaimanapun trauma yang aku alami itulah yang menyebabkan aku tak mengenal diriku sendiri.

Sekitar setengah jam berlalu akhirnya aku bertemu dengan gadis itu.

4879341267892504.jpg

"Maaf ya, Iki. Lama ya?", Tanyanya saat mu
"Ngga, kok. Aku baru aja beres parkir mobil."

"Mau langsung pulang? Atau mau ngapain dulu?", Lanjutku bertanya
"Langsung aja kalinya, takut kemaleman juga. Eh aku ngajak temen aku boleh?"
"Mmmh, boleh aja."
"Okeh, aku kabarin temen aku dulu ya.", Jawabnya, seraya menjauh sambil menelepon.

"Udah?", Tanyaku
"Udah kok, lagi pada kesini."
"Banyak?"
"Belima, sama aku. Muat kan?"
"Muat kok, aku bawa SUV." Jawabku, sambil melihat wajahnya yang selalu tersenyum kepadaku.

"Kamu kenapa senyum-senyum terus sih dari tadi?"
"Eh, masa sih? Ngga kok, hehe"
"Emang keliatan ya?", Tanyanya menegaskan
"Iyalah Me, kan dari tadi kamu tuh di depan aku. Yakali ga keliatan.", Jawabku yang sekarang mulai membalas senyumnya.
"Ahahah, jadi malu. Lagi seneng aja mungkin akunya. Kamu sehat kan, Ki? Kamu tinggal sama siapa sekarang? Terus kamu di Jakarta ngapain aja?"

Baru saja aku menjawab pertanyaannya, ternyata teman-teman Melati sudah datang menghampiri kami. Wajahnya mereka nampak tak asing bagiku. Si rambut lurus, si paras timur tengah, dan kedua gadis yang wajahnya mirip.

c213cb1267892454.jpg

"Hallo kak, ketemu lagi. Maaf ya jadi ngerepotin kakak.", Sapa si rambut lurus.
"Oh, iya kenalin aku Fia.", Lanjutnya memperkenalkan diri

187fdb1267892444.jpg

"Aku Ayana", sambung si paras timur tengah

d8745a1267892464.jpg

"Aku Zara, ini kakak aku Kyla", sambil menunjuk gadis disebelahnya.

fb534d1267892434.jpg

"Panggil Caca, kak."
"Aku Seiki.", Jawabku yang ikut meperkenalkan diri.

"Pacarnya Meme ya?", Tanya Fia
"Eh?", Reaksiku heras sambil melihat kearah Meme
"Ih Fia lu mah. Bukan, Iki ini temen aku pas kecil. Aku udah lama ga ketemu ama dia, makanya pangling kemaren."
"Pangling tapi lu gampar kan kemaren, pake pelukan segala lagi.", Timpal Ayana
"Ih kak Meme genit yaa", Zara ikut menggodanya
"Inget kak Golden Rules", Kyla pun ikut menambahkan.
"Golden Rules apaan?", Tanyaku
"Udah udah, gausah dipikirin ya, Ki. Nanti aja aku ceritain ya sekarang kita pulang dulu aja ya" ajak meme yang tampaknya mulai risih dengan candaan teman-temannya ini.

Di dalam mobil Melati duduk di depan bersama denganku, Ayana dan Fia ditengah, dan si kakak beradik duduk di belakang.

"Jadi kalian abis ngapain di Jogja?", Tanyaku memecah keheningan.
"Kita abis konser kemarin", jawab Ayana
"Konser? Emangnya kalian penyanyi atau apa?"
"Kita kan member JKT kak, masa gatau sih?", Jawab Zara
"JKT empat delapan?"
"Fourty Eigth kak!", Jawab mereka kompak
"Emang kamu beneran gatau kita member JKT?", Tanya Fia
Aku hanya menggeleng menegaskan
"Kasian yah ganteng-ganteng tapi kudet", ledek Kyla
"Ya gimana ya? Anak asrama soalnya hehe. Aku tau sih JKT pas sebelum masuk Asrama, tapi kan itu dulu. 6 tahun yang lalu. Aku taunya ya Melody sama Nabilah doang"
"Haha kasian kak Ayana, padahal satu generasi sama mereka tapi tetep ga dikenal haha.", Ledek Fia
"Ya maklum lah, dulu kan yang dipush sama JOT mereka-mereka aja kan.", Jawabnya
"Kamu sendiri, kenapa bisa masuk JKT, Me?", Tanyaku kepada Melati yang sedari tadi hanya tersenyum saja.
"Eh aku ya? Karna kamu"
"Kenapa aku?", Tanyaku heran
"Karena aku frustasi gabisa ketemu lagi sama kamu.", Jawabnya dengan sedikit membentak.

Kemudian hening.



Masih hening.



"Tapi seenggaknya perjuangan aku selama ini terbayarkan karena udah ketemu sama kamu lagi.", Tiba-tiba dia melanjutkan sambil menggenggam tanganku.
"Me?"
"Iyah?", Sambil tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke arahku.
"Aku ga bisa oper gigi nih, boleh dilepas dulu ga tangannya?"
Lalu dengan sangat cepat dia melepaskan tangannya dari tanganku. Senyumnya yang sangat malu-malu itulah yang entah kenapa membuat aku merasa nyaman.

"Cieeeeeeeee", kompak terdengar suara dari kursi di belakang kami lalu kemudian tertawa.
Tanpa sadar ternyata sedari tadi mereka terus memperhatikan kami, dan aku pun hanya bisa ikut tertawa.

Malam itu aku mengantarkan mereka berempat ke kontrakan dimana Kyla dan Zara tinggal. Malam itu Fia menginap di tempat mereka, sedangkan Ayana menunggu kakaknya untuk menjemputnya disana.

Aku membantu menurunkan bawaan mereka dari bagasi mobilku, sementara Melati pulas tertidur di bangku depan.

"Makasih ya, Ki. Udah mau direpotin buat nganterin.", Ujar Ayana menghampiriku saat sedang menutup pintu belakang.
"Ah gapapa kok Kak, maaf cuma bisa nganterin doang hehe."
"Ye segini juga aku udah bersyukur. Oh iya, Ki. Kamu beneran ga inget Meme?"
Aku menjawab dengan gelengan.
"Aku punya partial amnesia gitu kak, sebagian ingatan aku ilang. Makanya aku ga inget Meme."
"Oh gitu ya, aku minta nomer kamu boleh?"
"Buat apa ya kak?"
"Meme semenjak ketemu sama kamu moodnya gampang banget berubah, dikit-dikit seneng, dikit-dikit mellow. Aku khawatir aja, takut dia kenapa-kenapa. Soalnya aku gatau juga gimana masa lalu kalian berdua. Meme juga ga banyak cerita ke kita. Dia bilang kalo emang kita mau tau, harus nunggu dulu dia cerita ke kamu. Dia mau kamu jadi orang pertama yang tau tentang kisah kalian. Tapi kalo liat dari kesannya dia ke kamu, ya aku bisa ambil kesimpulan kalo kamu penting buat dia. Aku mohon banget ya, buat kamu jagain dia. Gimana pun selain dia sahabat aku. Dia juga aset yang penting buat JKT."
Aku hanya mengangguk, mengiyakan apa yang Ayana ucapkan.

Aku pun berpamitan kepada mereka semua, dan tidak lupa mereka mengucapkan terima kasih kepadaku. Sebelumnya aku sempat menanyakan alamat rumah Melati kepada mereka, sayangnya Fia hanya tahu nama komplek dimana Melati tinggal, tidak dengan rumahnya. Mau tidak mau aku harus tetap membangunkan dia.

"Me. Me. Bangun, Me. Ini kita udah sampe depan komplek kamu.", Aku berusaha membangunkan dia sambil menggoyang-goyangkan badannya
"Hmmmm, iya Ki.", Dia berusaha membuka mata sambil mengucek-ngucek matanya. Terlihat sekali bahwa dia kelelahan.
"Jam berapa Ki?", Lanjutnya bertanya
"Jam 10an, Me."
"Loh yang lain kemana?", Tanya heran saat melihat ke kursi belakang.
"Udah aku drop kan di kontrakan Kyla."
"Terus kok kamu tau komplek aku?"
"Kan ada Maps, Me. Tadi sempet dikasih tau Fia juga komplek kamu. Cuma aku gatau rumah kamu yang mana jadi maaf banget ya harus bangunin kamu."
"Eh, maaf ya. Abis aku ngantuk banget tadi. Ga Bisa tidur juga pas di kereta. Yaudah pulang yuk"


Tidak jauh dari gapura depan, akhirnya kami di rumah Melati.

"Mah, Meme pulang.", Teriak Melati sambil membuka pintu rumahnya.
"Malem banget sih pulangnya, loh ini siapa?", Jawab perempuan, yang akhirnya ku ketahui itu ibunya.
"Malem tante, Seiki.", Jawabku sambil mencium tangan ibunya Melati.
"Seiki? Anaknya Brian?", Tanya ibunya sambil menoleh ke arah Melati
"Iya, Mah. Anaknya om Brian."
"Yaampun udah gede aja ya sekarang, ganteng lagi sekarang."
"Ah tante bisa aja.", Jawabku tersipu malu.
"Yaudah silahkan masuk, udah makan belum?"
"Belum tante, hehe"
"Yaudah ayo sekalian makan ya bareng."

Tante bercerita bahwa ia sangat mengenal ibuku. Ibu Melati dan ibuku merupakan sepasang sahabat dekat.

"Tante sama ibu mu itu dulu sahabat pena loh. Kita dulu sering kirim-kiriman kartu pos. Bianca itu orangnya cantik, baik, sopan. Pokoknya ga neko-neko deh.", Cerita Tante.

Ibuku bernama Bianca, dia adalah seorang warga Italia. Aku tidak tahu banyak tentang ibuku, karena ibuku meninggal saat melahirkan ku. Tante bercerita bagaimana tentang pertemuan ayah dan ibuku. Jadi ketika ibuku berkunjung ke Indonesia dia dia dikenalkan oleh tante yang dulu adalah teman dari ayahnya Melati. Mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama, dan setelah beberapa tahun berpacaran akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.

Setelah melahirkan anak pertama, yaitu kakakku, ibuku beberapa kali mengalami keguguran sampai akhirnya dia mengandungku. Tidak heran kenapa rentang umur kakakku dan aku cukup jauh.

"Loh Iki punya kakak mah?", Tanya Melati
"Punya Me, cuma dari kecil udah tinggal di Roma. Mamah juga belum pernah ketemu. Lahirnya juga disana kalo ga salah. Iya kan, Ki?"
Aku hanya mengangguk.
"Dah Meme mandi dulu sana, bau keringet ih."
"Gapapa masih cantik kok, hehe.", Jawab Melati kemudian pergi untuk mandi.

"Mata kamu mirip ibu kamu, Ki. Hijau. Tante seneng bisa ketemu kamu lagi. Bisa ngobatin kangen tante ke ibu kamu. Kamu sama Meme tuh lahirnya hampir barengan."

Tante cerita kalo aku lahir pada tanggal 31 Desember 1999, sedangkan Melati tanggal 1 Januari 2000. Menurut dokter seharusnya Melati sekitar 2 minggu lagi, namun karena Tante shock ketika mengetahui ibuku meninggal saat melahirkan ku, tante mengalami pendarahan sehingga harus melahirkan bayinya dalam keadaan prematur. Meskipun begitu Melati merupakan bayi yang sangat kuat, tidak ada kejanggalan dengan dirinya pada saat dilahirkan. Terlihat dari bagaimana dia bisa seceria itu saat ini.

"Maaf ya Tante, karena aku tante jadi kehilangan sahabat tante. Maafin aku ya. Aku emang pembunuh. Ga seharusnya aku lahir waktu itu."
"Ya Tuhan, Ki. Jangan ngomong gitu. Ga pernah sedikit pun tante, bahkan ayahmu berpikir seperti itu. Bagi tante kamu adalah kenangan terakhir yang ibu kamu berikan buat tante. Kamu ga boleh mikir kalo kamu pembunuh. Kamu itu anugrah. Kamu itu mukjizat yang ibu kamu tunggu selama bertahun-tahun. Jadi ketika ada kesempatan buat melahirkan kamu, ibumu ga mau menyia-nyiakan itu meskipun nyawa taruhannya. Karena bagi seorang ibu kebahagian anaknya adalah sesuatu yang lebih penting.", Ceritanya, tangannya yang hangat kini berada di kedua pipiku. Air mata jelas mengalir dari matanya.

Hangat, itulah yang kurasakan. Entah kenapa aku merasa sangat dekat dengannya. Seketika aku merindukan ibuku walaupun aku belum pernah bertemu dengannya. Tidak terasa aku mulai menangis dan aku pun memeluk tubuh tante dengan sangat erat. Inikah rasanya kasih sayang seorang ibu yang selama ini aku dambakan? Cukup lama aku menangis dalam pelukannya, sebelum akhirnya dia melepaskan pelukanku dan mengelap air mataku.

"Tante kangen banget sama kamu, Ki. Tapi yang lebih kangen lagi itu pasti Meme. Soalnya pas kamu pergi itu kamu ga pamit. Dia sering banget nangisin kamu. Jadi pendiem, suka melamun. Beda waktu masih sering main sama kamu. Bagaimanapun Tante udah anggap kamu anak sendiri. Makanya tante pengen yang terbaik buat kalian berdua. Kalian kan sekarang udah gede nih, jadi tante harap kalian bisa saling ngejaga ya mulai saat ini. Tante gamau liat kamu, ataupun Melati sedih lagi."
"Tante, boleh ga aku minta satu hal ke tante?"
"Boleh dong, apa?"
"Boleh aku manggil tante mamah?"
"Pastinya boleh dong, sini anak mamah.", Jawabnya dengan senang sambil memelukku.

"Ada apa nih, baru ditinggal sebentar udah pelukkan aja. Mamah genit nih.", Tiba-tiba terdengar suara Melati yang masih sibuk mengeringkan rambutnya.
"Ih kok genit sih? Masa meluk anak sendiri dibilang genit sih.", Jawab Tante, kemudian berdiri dan membereskan meja makan.

Melati menatapku dengan tatapan heran, aku hanya tersenyum dan kemudian membantu tante membereskan meja makan.

Tidak terasa hari sudah sangat larut, aku yang tadinya ingin pulang terpaksa menginap. Karena tante tidak mengizinkan ku untuk pulang saat itu. Aku menempati kamar kakaknya Melati, yang saat itu sedang pergi ke luar kota.

"Ki, udah tidur?", Terdengar suara Melati dari balik pintu.
"Belum, Me. Masuk aja", aku pun kini duduk diatas kasur sambil bersandar ke tembok.
Kemudian Melati masuk dan duduk persis di sebelahku, ia pun memberikan selembar foto. Tampak foto sepasang anak lelaki dan perempuan yang saling merangkul.

39bb1f1267892424.jpg

"Ini foto aku sama kamu, waktu kita masih sering main bareng.", Jelas Melati kepadaku
Aku hanya diam saja sambil memperhatikan foto itu.
"Maaf ya, Me. Aku bener-bener ga inget sama foto ini."
"Iya gapapa, aku kan udah bilang aku maklum. Jadi kamu mau aku mulai cerita dari mana?"
"Mmmmh. Kenapa kamu jadi member JKT?"
"Soalnya aku berusaha buat ngelupain kamu. Makanya aku cari kesibukan. Kalo ditanya kenapa JKT, karena aku mau membuat semua orang yang kenal sama aku bahagia. Sama kayak yang aku lakuin ke kamu dulu."
"Bukannya dulu kamu sempet pendiem gitu ya kata mamah?"
"Iya, terus aku mikir. Kalo aku pengen buat kamu bahagia, ya aku harus bahagia duluan. Dari situ aku belajar buat selalu ceria setiap saat."
"Emang dulu hubungan kita gimana sih Me?"
"Dulu aku inget banget, kamu tuh suka banget belain aku kalo aku dibully sama anak-anak cowok di sekolah gara-gara aku tomboy. Disaat aku ga punya temen, kamu selalu ada. Terus semenjak kejadian itu kamu, jadi pendiem ga peduli ama sekitar kamu. Terus tau-tau kamu pergi gitu aja, ga pake pamit sama aku. Sakit tau ga sih, Ki. Orang yang selama ini selalu ada buat aku, yang selalu ngelindungin aku, yang selalu buat aku bahagia. Pergi gitu aja tanpa pamitan, udah gitu ga pernah ada kabar. Yang aku tau dari mama cuma kamu pergi ke Surabaya, aku coba tanya mama lebih detail tapi mama diem aja. Aku capek Ki. Aku frustasi harus ngadepin ini semua sendiri. Aku ga tau lagi harus cari tau tentang kamu kemana. Aku capek Ki, capek banget.", Kini dia mulai menangis terisak di sebelahku.


Aku tangan kiriku pun merangkulnya, membiarkan kepalanya bersandar di bahuku. Sementara tangan kananku kini menggenggam tangannya. Untuk sementara aku membiarkannya menangis.

"Kamu sendiri lebih seneng sama aku yang mana?", Tanyaku padanya saat dia mulai tenang.
"Yang dulu, sebelum kamu berubah."
"Yaudah kalo gitu, aku gak akan tanya-tanya soal kejadian itu. Aku gamau buat kesalahan yang sama. Kesalahan dimana aku buat kamu sedih. Aku minta maaf juga buat kesalahan yang udah aku buat dulu. Kamu mau kan bantu aku? Bantu aku jadi aku yang dulu? Yang bisa selalu ada buat kamu? Mau kan?" Tanyaku sambil memegang kedua pipinya seraya menghapus air matanya.

Ia hanya mengangguk pelan. Kini aku menatap kedua matanya dalam-dalam. Melati masih menunduk. Aku mendekatkan pandanganku padanya. Wajah kami pun saling mendekat, tatapan kami saling bersambut. Waktu terasa berhenti saat itu. Tanpa sadar kami sudah saling berciuman.
 
seiki kusuo kun, kehidupan kelam apakah yg pernah anda alamiiiiii?
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd