Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Part 25





Ketika kucabut batang kejantananku dari liang memek Tina, kulihat ada darah yang mengering di kain seprai, tepat bawah memeknya. Itu saksi nyata. Darah perawan Tina.

Tadinya kupikir Tini akan ketakutan setelah melihat darah perawan saudaranya itu. Tapi ternyata tidak.

Tina turun dari bed. Lalu melangkah ke kamar mandi. Mungkin mau bersih - bersih.

Aku pun turun dari bed. Membuka lemari dan mengeluarkan kain seprai yang masih bersih dan belum pernah dipakai.

“Tini ... tolong ganti dong kain seprainya dengan yang baru nih, “ kataku sambil menyerahkan kain seprai baru ke tangan Tini.

Tini mengangguk, lalu menarik kain seprai yang sudh terpercik darah perawan Tina itu. Aku pun mengambil lampu senter kecil dan botol lotion dari bed.

Ketika kuperhatikan botol lotion itu, ternyata sudah kosong. Berarti tidak ada lagi lotion untuk Tini nanti. Agak bingung juga aku dibuatnya.

Hmmm ... air liurku bisa kujadikan pengganti lotion. Kenapa bingung - bingung ?

Setelah Tini selesai memasang kain seprai baru, aku pun naik ke atas bed. Dengan hanya membawa lampu senter kecilku yang hanya sebesar ballpoint. Lalu kusimpan lampu senter kecil itu di bawah bantal.

Lalu aku menoleh ke arah Tini yang sejak tadi telanjang terus. Kuraih dan kucelentangkan saudara sepupuku yang usianya hanya beberapa bulan lebih muda dariku itu.

“Sekarang giliran kamu ya ?” ucapku sambil menghimpit perut dan dadanya. Sambil mengamati cantiknya saudara sepupuku itu. Memang sulit membedakan wajah Tini dengan Tina. Kalau dikasih nilai, dua - duanya bernilai sama. Hanya bedanya, Tini tidak ada tahi lalat di atas bibirnya.

“Hihihi ... iya Kang ... “ sahutnya perlahan.

Lalu kupagut bibir tipis yang agak ternganga itu ke dalam ciuman hangatku. Tini pun merangkul leherku ke dalam pelukan hangatnya. Ia bahkan memulai dengan melumat bibirku. Dan membiarkanku meremas toket kanannya dengan lembut.

Suhu badan Tini pun mulai meningkat.

“Nanti memekmu akan kujilati sampai orgasme, karena kebetulan lotionnya sudah habis, “ kataku setelah bibirku lepas dari lumatannya.

“Lakukanlah apa yang Akang anggap terbaik, “ sahut Tini, “Aku kan masih bodoh dalam soal seks Kang. “

Setelah mendengar itu, dengan tenang aku melorot turun, sampai berhadapan dengan memek Tini yang bentuknya sangat mirip memek Tina.

Lalu kudorong kedua paha Tini agar merenggang selebar mungkin. Lalu kubuka bibir luar memeknya yang masih tersembunyi di balik tekukan memek tembemnya.

Setelah mulut memek Tini ternganga, kusorotkan lampu senter ke bagian dalam mulut memeknya itu.

Klop. Bentuk bagian dalamnya pun sangat mirip memek saudara kembarnya. Dan aku yakin, Tini memang masih perawan.

Lalu mulailah mulutku beraksi. Menciumi dan menjilati memek Tini dengan lahapnya.

“Aaaaw ... “ suara Tini terdengar dalam kagetnya. Mungkin karena memeknya belum pernah disentuh mulut lelaki. Tapi ia lalu terdiam. Bahkan mulai menggeliat - geliat ketika jempol kiriku mulai menggesek - gesek kelentitnya yang telah kutemukan.

Bahkan desahan - desahan Tini pun mulai terdengar, “Aaaaaaahhhh .... aaaaaa .... aaaaaaaaahhhhh .... Kaaaang Aseeeeppphhh .... aaaaaaahhhh ... ini ... enaaak Kang Aseeeep .... ooooooo .... oooooohhhhhh ... “

Pada saat itulah terdengar suara Tina, “Kok Tini dijilatin memeknya. Aku kan nggak dijilatin tadi Kang ... “

Terpaksa kuhentikan dulu jilatanku, untuk menolah ke arah Tina dan menyahut, “Lotion sudah habis. Lihat aja tuh botolnya di meja. Jadi terpaksa harus pakai jalan ini untuk memudahkan penetrasi nanti. “

“Tapi aku juga pengen dijilatin kayak gitu Kang, “ kata Tina bernada jealous melihat Tini diperlakukan “lain”.

“Iya nanti memekmu akan selalu kujilati sebelum kuentot ... santai aja Na, “ sahutku yang disusul dengan kelanjutan aksiku. Untuk menjilati memek Tini selahap mungkin. Dan mengalirkan air liurku sebanyak mungkin ke dalam mulut memek Tini.

Lalu terdengar lagi suara Tina, “Aku mau berenang pakai celana dalam aja ya ... gak bawa baju renang sih ... “

Aku tak menyahut, karena sedang “sibuk - sibuknya” menjilati memek perawan Tini. Sementara ujung jempolku pun semakin “rajin” menggesek - gesek kelentit Tini yang terasa sudah menegang ini.

Sementara itu Tina sudah keluar dari kamar. Mungkin dia juga pengen nyobain berenang di kolam renang yang berdampingan dengan villa ini. Kolam renang itu dibentengi oleh pagar tembok tinggi, sehingga meski mau berenang dalam keadaan telanjang bulat, tak jadi masalah. Takkan ada orang luar yang bisa melihat atau mengintip.

Sudah lebih dari seperempat jam aku menjilati memek Tini. Sambil mengelus - elus kelentitnya pula dengan ujung jari tanganku.

Sampai pada suatu saat, Tini tak sekadar mendesah dan merintih. Dia mengepak - ngepakkan kedua tangannya ke kain seprai baru ini. Lalu terdengar suaranya seperti panik, ‘Kaaaang ... ooooooh .... Kaaaaang ... ini semakin enak aja Kaaang ... tapi ... tapi sekarang ini lain rasanya ... ooooh ... kang ... kenapa memekku seperti mau ambrol ? Kaaaang ... ooooooooooh Kaaaang ....”

Lalu tak terdengar lagi suara Tini, karena ia sedang mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Dan ... akhirnya Tini mencapai orgasmenya. Mulut memeknya pun jadi menganga. Seperti mawar merekah mekar ... !

Inilah kesempatan bagiku, untuik secepatnya memasukkan kontolku ke dalam liang memek Tini.

Maka cepat kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Tini yang sedang mekar itu, sambil merenggangkan sepasang paha putih mulusnya.

Lalu ... lepppph ... kepala kontolku berhasil menyelundup ke dalam celah tipis yang sedang mengembang mekar itu. Lalu kudesakkan lagi ... sekuat tenaga ... sekuat mungkin .... lepppp ...membenam sampai leher kontolku.

Tini pun membuka matanya. “Ini dimasukin Kang ?”

“Iya sayang ... kalau sakit sedikit tahan aja ya Tini Sayang ... “

“Iya Kang ... “ sahut Tini agak meringis.

Kudesakkan lagi kontolku sekuatnya. Melesak masuk semakin dalam. Sudah lebih dari separohnya.

Aku pun merapatkan perut dan dadaku ke perut dan sepasang toket Tini.

Tini menatapku dengan sorot pasrah.

“Sakit ?” tanyaku.

“Tadi agak sakit. Sekarang gak lagi. Ini udah masuk Kang ?” tanyanya.

“Udah. Tapi permainan birahi kita baru akan dimulai, “ sahutku.

Lalu mulailah aku mengayun kontolku pelan - pelan dan dalam jarak pendek - pendek.

Meski masih perlahan dan pendek - pendek jaraknya, setiap kali aku menarik kontolku, Tini berdesis, eperti orang yang merasa ngilu. “Iiii ... iii ... iiiiihhhhh .... Kaaaang ... iiii ... iiiii ... iiiiiih ... iii ... iiini terasa dari ujung kaki sampai ke ubun - ubun Kang ... hhhhhh ... Kaaaang ... ternyata begini ya rasanya digaulin ... sam ... sampai sreseeet ... sresettt giniiii ... serasa melayang - layang gini Kaaaang ... “

“Tapi enak khan ? “

“Eeee ... eeenaaak sekaliiii Kaaaang ... “

Kucium bibir Tini, “Emwuaaaaaah .... !”

Lalu aku mempercpeat entotanku, sampai batas normal.

Tini pun semakin merintih dan merengek manja. “Owwwwhhhh ... Kaaang ... oooohhhh ... rasanya seperti melayang - layang lagi Kaaang ... ini indah sekali Kaaaang ... “

Terlebih setelah mulutku nyungsep di leher jenjangnya. Untuk menjilati leher hangat itu, disertai dengan gigitan - gigitan kecil yang tidak menyakitkan. Sementara tanganku mulai rajin meremas toketnya yang masih super kencang dan mancung lurus ke depan.

Tini pun merem melek dibuatnya. Terlebih ketika aku mengemut pentil toket kirinya sambil meremas toket kanannya, Tini pun menggeliat geliat seperti ular terinjak kepalanya. Berdesis - desis pula mulut dan hidungnya.

Namun yang paling romantis adalah ketika aku menggencarkan entotanku sambil melumat bibir tipis sensualnya. Ia memeluk tengkukku sambil balas melumat bibirku. Padahal saat itu kontolku sedang garang - garangnya mengentot liang memeknya yang super sempit tapi sudah basah dan licin.

Pada saat itu pula aku terlalu hanyut, terlalu bawa perasaan, karena lezatnya perawan Tina dan perawan Tini. Liang memek mereka yang super sempit, membuat kontolku merasakan sekali gesekan dengan liang memek mereka.

Dan kini ... ketika Tini sedang kelojotan sambil meraung - raung histeris, lalu kontolku pun sedang ganas - ganasnya menggedor - gedor liang memek Tini.

Akibatnya ... ketika aku menancapkan kontolku sedalam mungkin, liang memek Tini berkedut - kedut kencang, sementara kontolku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku. Crooootttt ... crettttt ... crrrroooooooooooootttt ... cretttcret ... croooooooooooooooootttttt ... croooooooooooootttttttt ... cretttt ... !

Kami sama - sama terkapar dan terkulai lemas.

Namun Tini menyadari sesuatu. “Kang ... barusan sperma Akang dilepaskan di dalam memekku ?” tanyanya.

“Iya, “ sahutku sambil mencabut kontolku dari dalam memek Tini. Lalu turun dari bed dan mengeluarkan 2 strip pil kontrasepsi. Lalu menyerahkannya kepada Tini yang sedang memperhatikan darah perawannya yang mungkin dianggapnya mengotori kain seprai baru.

“Itu pil kontrasepsi buat kalian berdua. Baca aja aturan pakainya. “

“Tina kok gak langsung minum pil ini sebelum keluar tadi ?” tanyanya.

“Biar aja. Waktu aku dengan Tina tadi, spermaku belum meletus. Baru lepas setelah dengan Tini barusan. “

Setelah minum sebutir pil kontrasepsi, Tini mengajakku gabung dengan Tina di kolam renang.

Aku dan Tini masih sama - sama telanjang. Namun kami tak peduli dan langsung keluar dari kamar, kemudian menceburkan diri ke dalam kolam renang.

Tina tampak senang ketika melihat aku dan saudara kembarnya sudah “selesai” dan bergabung bersamanya. Bahkan ketika melihat kami ssama - sama telanjang, Tina pun menanggalkan celana dalamnya di dalam kolam, lalu mengepal celana dalam itu dan melemparkannya ke kursi malas plastik yang ada di samping kolam renang.

Lalu kami berenang dengan santai. Sampai kami merasa lelah, kemudian berdiri di bagian dangkal kolam dan berbincang - bincang santai di situ.

Pada suatu saat aku bertanya kepada mereka, “Apa dasar kalian menerima ajakanku untuk dipoligami ?”

Tina yang menjawab, “Karena kami tak bisa berpisah Kang. Apalagi kalau berpisah jauh, wah gak kebayang bagaimana resahnya kami. “

“Iya Kang, “ sambung Tini, “Ke mana - mana kami harus berdua terus. Karena itulah yang membuat hati kami nyaman. “

“Jadi setelah menikah kelak, kalian ingin diserumahkan aja ?” tanyaku.

“Iyaaaa ... “ sahut mereka serempak.

“Tapi hal itu mungkin bakal bikin gempar media dan publik. Jadi nanti kita nikah secara diam - diam aja. Dari pihakku, paling juga hanya tiga orang yang hadir. Ayah, mama sambungku dan kakakku bersama suaminya. “

“Gak apa - apa Kang. Yang penting kita sah secara agama mau pun negara. “

Aku mengangguk - angguk sambil tersenyum.

Lalu kataku, “Sekarang aku semakin yakin untuk menikahi kalian. Karena aku sudah membuktikannya bahwa kalian masih perawan sebelum kusetubuhi tadi. Sekarang aku akan menunggu sampai luka di kemaluan kalian sudah kering. Karena kalau disetubuhi lagi, mungkin luka di dalam kemaluan kalian akan melebar. “

Tampaknya mereka menganggap kilahku sebagai hal yang masuk di akal. Padahal sebenarnya aku ingin menjaga stamina seksualku, untuk meladeni sekian banyak ibu - ibu yang sudah membookingku. Karena itu aku tak mau “habis - habisan” dengan mereka berdua.

Setelah berjalan - jalan di seputar villaku, mereka pun siap untuk diantarkan ke rumah pakde mereka di Jakarta.

Lelaki tua yang dipanggil Pakde oleh mereka itu, adalah kakak kandung ayah Tina dan Tini. Ayah Pakde orang Jawa, tapi ibu Pakde orang Arab. Itulah sebabnya lelaki tua itu dipanggil Pakde oleh Tina dan Tini.

Setelah mengantarkan Tina dan Tini ke rumah pakde mereka, aku pun pulang ke kotaku. Tanpa belok sana belok sini, kecuali makan di rest area jalan tol.

Besok pagi aku akan menyaksikan dimulainya pembangunan hotel baruku di belakang hotel lama. Tentu saja aku sudah laporan kepada Mbak Mona tentang perkembangan itu. Mbak Mona, yang ternyata sudah mulai hamil, sangat menyambut rencanaku. Ia bahkan berjanji untuk membantuku kalau ada kekurangan modal dalam pembangunan hotel bintang empat itu.

Bahkan Mbak Mona ingin agar nanti dibuatkan kamar rahasia yang terletak di bwah tanah. Di situlah Mbak Mona dan aku bisa mengadakan pertemuan rahasia. Mungkin saja untuk “menuakan” kandungan Mbak Mona, mungkin juga untuk “membuat anak keduanya”. Karena Mbak Mona sangat ingin punya anak sebanyak mungkin dariku.

Aku pun meminta arsitek membuat design kamar di bawah tanah itu secara layak dipakai oleh wanita setajir Mbak Mona.



Sebenarnya aku ingin beristirahat total selama seminggu dari hal yang berbau seks. Pokoknya aku harus konsen pada ke58 wanita yang harus kupuasi nanti.

Tapi tiga hari kemudian datang call dari Danke yang sudah pulang dari Sumba.

Lalu :

“Sef ... mamahku kangen sama loe kayaknya. Dia nanya - nanyain loe terus. “

“Emang loe udah bilang secara terbuka kalau pertemuan gue sama mamah loe itu atas anjuran loe sendiri ?”

“Iya. Gue bilang daripada Mamah ngaco sama orang lain, mendingan sama sahabat gue sendiri, gitu. “

“Ya udah ... entar malam gue datang ke rumah loe. “

Aku tidak bertanya kenapa Danke pulang lebih cepat dari rencananya, karena hal itu bukan urusanku.

Yang jelas, malamnya aku datang ke rumah Danke. Dan langsung menghampiri Tante Pia yang sedang memandangku dengan senyum malu - malu. Mungkin dia malu kepada anaknya, atau aku saja yang salah lihat, entahlah.

Yang jelas Danke berkata padaku di depan mamahnya, “Gue masih capek. Mau istirahat dulu ya Sef. “

Aku mengangguk sambil tersenyum.

“Enjoy aja Sef. Sekarang gak ada rahasia lagi di antara aku dan Mamah, “ kata Danke.

“Oke Bro ... !” sahutku sambil duduk di samping Tante Pia yang tampak sudah kangen berat padaku.

Bahkan dengan lahapnya Tante Pia menciumi bibirku, kemudian berbisik, “Di kamar tante aja yuk. “

“Kalau di sini kenapa ?” tanyaku.

“Jangan ah. Kalau Dadang keluar dari kamarnya, tenta bakal kikuk nanti. “

Akhirnya kami masuk ke dalam kamar Tante Pia yang dahulu pernah menjadi kamarku. Di situlah kami sama - sama telanjang, lalu bergumul hangat di atas bed. Tanpa memikirkan Danke lagi.

Ketika kontolku membenam ke dalam liang memek mamahnya Danke, terdengar rintihan wanita setengah baya itu, “Oooooh ... akhirnya kangen tante bakal terobati Seeeep ... “

Lalu mulailah kontolku menyodok - nyodok memek Tante Pia, yang membuat wanita itu meraung - raung histeris, tanpa rasa takut suaranya terdengar oleh anaknya.

Aku tidak tahu apakah Danke mendengar suara histeris mamahnya atau tidak. Dan aku tidak tahu seperti apa perasaannya pada saat aku sedang bersetubuh dengan ibunya ini.

Entahlah. Yang jelas, ketika aku mau pamitan pulang kepada Danke keesokan paginya, Danke membisiki telingaku, “Berapa ronde tadi malam ?”

Kusahut singkat, “Gue sih cuma sekali. Tapi mamah loe sampai lima kali orgasme. “

“Terima kasih ya Bro. Jangan bosan jenguk mamah gue ke sini. “

“SIiip, “ sahutku, “tapi empat bulan ke depan gue gak bisa. Nanti setelah program Mamih selesai, baru gue bisa ke sini lagi. Jadi kalau mamah loe nanyain gue, bilang aja gue sedang di luar Jawa, ngurus bisnis gue. “

“Iya, iyaaa ... jangan lupa, kalau butuh bantuan, gue siap Bro. “

Lalu kutinggalkan rumah itu setelah mencium bibir Tante Pia di depan anak tunggalnya.





1. Bu Linda




Empat hari berikutnya berlalu tanpa godaan seks. Sehingga aku merasa sudah siap untuk melaksanakan program Mamih yang 4 bulan itu.

Wanita pertama yang harus kutemui bernama Linda. Aku harus menemuinya jam setengah tujuh malam di sebuah villa yang alamat lengkapnya sudah ada padaku.

Villa itu terletak di luar kota. Tapi tidak jauh dari kotaku. Karena itu aku baru mengeluarkan mobilku jam setengah enam sore. Dan yakin aku takkan terlambat mencapai villa itu pada waktu yang telah ditetapkan.

Memang benar. Jam 18.25 sedan hitamku sudah merapat ke depan villa itu.

Kulihat sebuah sedan yang jauh ... sangat jauh lebih mahal daripada sedan hitamku, terparkir di depan villa itu. Kalau sedannya saja semahal dan semewah itu, sudah pasti pemiliknya bukan wanita sembarangan.

Tapi aku sudah terbiasa pede berhadapan dengan wanita dari kelas jet set sekali pun, sehingga dengan tenang aku melangkah ke teras depan villa, di mana seorang wanita berperawakan tinggi langsing berdiri di ambang pintu depan.

“Yosef ?” tanyanya.

“Betul, “ sahutku, “ Dengan Bu Linda ?”

“Iya. Wah ... mobilnya keren Sef, “ ucapnya pada waktu berjabatan tangan denganku.

“Mobil Ibu sangat jauh lebih keren daripada mobilku. “

Wanita bergaun beludru hitam dan berwajah cantik yang usianya kutaksir belum 40 tahun itu tersenyum manis. Hmm ... manis sekali senyum Bu Linda itu. Aku merasa beruntung karena wanita - wanita yang pernah membookingku di atas rata - rata semua wajahnya. Tapi entahlah dalam program 58 wanita kali ini. Mungkin ada yang jelek juga. Tapi aku sudah siap menggauli yang sejelek apa pun, yang penting ada memeknya. Itu saja.

“Pasti suka bisnis juga ya. Bukan sekadar gabung sama si Mamih, “ ucapnya sambil menuntun tanganku masuk ke dalam villa itu.

“Kecil - kecilan suka juga Bu, “ sahutku sambil duduk di atas sofa hitam, berdampingan dengannya. Harum parfum mahal pun tersiar ke penciumanku.

“Dalam bidang apa bisnisnya ?” tanya Bu Linda.

“Hanya main saham Bu. “

“Wow ... suka main saham juga ?! Main saham itu kalau bintangnya lagi terang, bisa mendadak tajir melintir lho. “

Aku cuma tersenyum.

Tiba - tiba Bu Linda memegang taganku sambil berkata serius, “Ini untuk pertama kalinya aku akan berselingkuh di belakang suamiku. Soalnya udah gak kuat menahan perasaan sakit karena diselingkuhi terus olehnya. “

“Mudah - mudahan aku bisa menyembuhkan sakit hati Ibu, “ tanggapku, “Karena wanita secantik Bu Linda ini tidak layak disakiti oleh siapa pun. “

“Terima kasih Yosef, “ sahutnya sambil merapatkan pipinya ke pipiku, “Kamu juga tampan banget. Kayaknya ngontrak kamu setahun dua tahun juga aku mau. “

“Ibu memang cantik natural. Sepintas pun kelihatan, alis dan bulu mata ibu asli. Pasti segala - galanya asli. “

“Memang iya. Aku gak pernah pake bulu mata palsu, apalagi alis dicukur abis dan diganti dengan coretan pensil alis. Toket juga gak pernah diisi silicon dan sebagainya. Dan ... sekarang aku gak pake celana dalem nih. Biar Yosef bisa langsung mencapai tujuan utama. Hihihihiiii ... ini kegenitan pertamaku kale. “

“Masa sih Bu ? Bikin penasaran aja ... pengen segera menyentuhnya ... “ ucapku sambil tersenyum.

“Boleh. Tapi aku udah gemes banget ... ingin cium bibirmu ... “ Bu Linda melingkarkan lengannya di leherku, lalu mencium bibirku dengan lahapnya.

Jendela di villa itu hanya kaca es yang tinggi sekali, lebih tinggi daripada tinggi manusia pada umumnya. Kalau pun ada orang memakai tangga bisa mencapai jendela itu, tentu tak bisa melihat apa - apa, karena kacanya kaca es. Tak ada lubang ventilasi juga, karena semua ruangan di villa ini dipasangi AC semua.

Karena itu apa pun yang kami lakukan di ruang tamu ini, takkan ada yang bisa melihatnya dari luar. Maka ketika Bu Linda demikian lamanya melumat bibirku yang kata orang bibir macho ini, aku pun mulai merayapi lutut Bu Linda lewat belahan gaun beludrunya. Lalu merayap ke balik gaun beludru hitam itu, merayapi pahanya yang licin dan hangat ... sampai ke pangkalnya. Ternyata benar. Aku bisa langsung menyentuh memeknya yang tak bercelana dalam.

Meski belum melihatnya dengan mataku, namun jemariku sudah bisa mengetahui betapa rimbunnya jembut Bu Linda ini, namun hanya tumbuh di atas memek dan kelentitnya. Sementara kentit dan sepasang labia mayoranya bersih dari jembut. Dengan kata lain aku bisa bebas menjilati memek dan kelentitnya, tanpa diganggu jembut lebat itu.

Ketika Bu Linda masih ssaja saling lumat bibir denganku, aku pun mulai melakukan fingering, memainkan jari jemariku di sekitar celah memeknya yang mulai membasah.

Sang Kontol pun mulai terjaga dari tidur lelapnya. Karena membayangkan betapa lezatnya memek wanita setengah baya ini.

Aku pun tak kuasa menahan hasrat lagi. Ketika bibir Bu Linda melepaskan bibirku, spontan aku berkata, “Pengen jilatin yang sedang kugerayangi ini Bu. “

“Iya, “ sahutnya sambil menyingkapkan gaun beludru hitamnya, lalu merenggangkan jarak di antara kedua belah pahanya selebar mungkin. “Aku malah ingin melakukannya di luar villa ini. Tapi di sini juga gak apa - apa, hitung - hitung perkenalan aja dulu ya. “

“Iya Bu, “ sahutku yang sedang terpukau menyaksikan indahnya memek wanita yang pasti sangat tajir ini.

Lalu tanpa ba bi bu lagi aku langsung bersila di depan memek Bu Linda yang masih duduk di sofa. Di antara kedua betisnya yang direnggangkan.

Aku memang gemar jilatin memek. Sehingga disuguhi memek yang sudah ternganga di depan mataku, dengan sepenuh gairah kuciumi memek yang jembutnya hanya tumbuh di atas kelentitnya saja itu. Di bagian yang paling peka ini pun aku mencium harumnya parfum mahal, membuatku semakin bersemangat untuk menjilatinya.

Bu Linda pun mulai terpejam - pejam sambil meremas - remas kulit sofa.

“Oooohhh ... oooo ... ooooohhhh ... boleh percaya boleh tidak ... ini adalah pertama kalinya aku merasakan kemaluanku dijilatin begini .... “ rintihnya berbaur pengakuan.

Aku mencari - cari dengan ujung jempolku, di mana bersembunyinya kelentit Bu Linda ini. Dan setelah ketemu, kuelus - eluskan ujung jempolku ke permukaan kelentit Bu Linda.

“Mungkin suami Bu Linda sudah berumur ... masih aliran jadul dalam soal seks, “ kataku sambil menghentikan jilatanku sejenak. Lalu melanjutkannya kembali.

“Mem ... memang benar ... usianya duapuluh tahun lebih tua dariku. Ooooohhhh ... enak sekali Yoseeef ... aaa ... aku tigapuluhtujuh, dia limapuluhtujuh ... aaaaaaahhh ... Yoseeef ... enak sekali Seeeef ... “

Pantaslah, pikirku, kalau usia suami Bu Linda sudah 57 tahun, tentu belum mengenal jilmek alias cunnilingus pada zamannya.

Maka semakin bergolaklah nafsu dan gairahku, untuk menjilati memek Bu Linda habis - habisan, sementara ujung jempolku pun menggesek - gesek kelentitnya tanpa kenal ampun.

Namun terlalu bersemangatnya aku melakukan connilingus dan fingering pada kelentitnya ini, membuat Bu Linda menggeliat - geliat, mengggelepar - gelepar dan akhirnya terkejang - kejang sambil menahan nafasnya. Disusul dnegan rengekan lirihnya, “Yosef ... aku sudah orgasme ... aaaah ... pandai benar kamu mengoral kemaluanku sih ... sampai secepat ini aku orgasme ... “

Aku menghentikan aksi mulut dan jempol tangan kiriku.

“Pindah ke kamar aja yuk, “ ajak Tante Linda.

“Siap Bu, “ sahutku sambil berdiri.

Ketika melangkah menuju kamar yang ditentukan oleh Bu Linda, aku mau melewati washtafel. Maka aku pun berkumur - kumur dulu di washtafel itu, baru kemudian mengikuti langkah Bu Linda. Masuk ke dalam kamar.

Di situlah Bu Linda melepaskan gaun beludru hitamnya. Dan ... langsung telanjang bulat di depan mataku. Berarti sejak tadi Bu Linda tidak mengenakan celana dalam mau pun beha.

Dan kini aku terpana menyaksikan betapa indahnya tubuh Bu Linda itu. Tinggi langsing namun tidak kurus. Sepasang toketnya tidak kecil tapi juga tidak gede. Bokongnya tidak gede - gede amat, tapi bentuknya sangat indah. Kesimpulannya, Bu Linda itu bertubuh proporsional. Kulitnya putih mulus pula. Bu Linda seolah diciptakan sempurna bodynya (menurut ukuran manusia biasa).

Aku tak kuasa menahan diri untuk menyentuh tubuh indah itu. Tapi Bu Linda menghindar sambil berkata, “Aku sudah telanjang, Yosef kok masih berpakaian lengkap ?”

“Hehehee ... maaf Bu. Aku jadi lupa segalanya setelah menyaksikan begitu indahnya bentuk tubuh Bu Linda, “ sahutku sambil menanggalkan baju kaus abu - abuku. Lalu juga celana corduroy biru tuaku, sehingga tinggal celana dalam yang masih melekat di badanku.

Dan Bu Linda seperti tersanjung oleh ucapanku. Lalu melangkah ke depanku. Merapatkan badannya ke badanku, namun dengan tangan diselinapkan ke balik celana dalamku. Memegang kontolku yang sudah ngaceng sejak tadi.

“Wooow .... ini apa ?” Bu Linda berjongkok di depanku, sambil memerosotkan celana dalamku. Dan terbelalak setelah melihat kontolku yang mendongak ke atas, dalam keadaan sudah siap nyoblos ini.

Bu Linda meletakkan bagian bawah kontolku di telapak tangan kirinya, dan mengusap - usap bagian atas kontolku dengan tangan kanannya, “Edan ... panjang sekali ... ! “ gumamnya dengan mata hampir tak berkedip.

Lalu Bu Linda menarik kontolku sambil melangkah mundur dan merebahkan diri ke atas bed. Tak cuma itu. Ia meraih tubuhku agar berada di atas perutnya, lalu memegang kontolku lagi. Mencolek - colekkan moncong kontolku ke mulut memeknya yang sudah basah akibat jilatanku dan orgasmenya tadi.

Tak cuma mencolek - colekkan ke mulut memeknya, Bu Linda pun menarik kontolku sampai topi bajanya membenam ke dalam liang memeknya. Sehingga aku tinggal mendorongnya saja tanpa membutuhkan tenaga. Dan kontolku melesak masuk ke dalam liang memeknya, sampai menyentuh dasarnya ... !

Suara Bu Linda pun terdengar, “Nah tuh ... gak bisa masuk semua kan ? Diapain kontolmu Sef ? Kok bisa panjang banget ?”

“Gak diapa - apain Bu. Udah dari sononya begini, “ sahutku.

Bu Linda pun melingkarkan kedua kakinya di bokongku, sehingga aku bakal bisa membenamkan kontolku sedalam mungkin pada saat mengentotnya nanti.

Dan aku mulai mengentot wanita cantik bertubuh indah laksana tubuh gadis - gadis model itu.

Bu Linda menatapku dengan sorot pasrah, dengan mulut agak ternganga dan nafas tertahan - tahan. Lalu kupagut bibir sensualnya itu dengan sepenuh gairahku. Lalu kami saling lumat dengan hangatnya, sementara kontolku mulai bergeser - geser di dalam jepitan liang memek wanita cantik itu.

Liang memek Bu Linda tentu tidak sesempit liang memek Tina dan Tini. Tapi aku amat menikmatinya, karena kontolku langsung lancar mengentot liang memek yang bergerinjal - gerinjal empuk ini.

Ketika kontolku semakin gencar mengentot liang memek Bu Linda, wanita setengah baya itu pun tidak berdiam diri seperti gebok pisang. Pinggulnya mulai bergerak - gerak, sehingga memeknya terkadang menukik, terkadang mendongak ke atas. Hal ini sangat efektif, membuat kelentitnya jadi sering bergesekan dengan badan kontolku.

Aku pun mulai menjilati lehernya yang sudah bekeringat namun harum parfumnya tersiar kle penciumanku. Tampaknya hal ini membuat Bu Linda terlena, mungkin dalam arus nikmat yang tengah dirasakannya. Terlebih setelah aku menyertai jilatanku dengan gigitan - gigitan kecil, Bu Linda pun meremas - remas sepasasng bahuku. Terkadang ia pun meremas - remas rambutku. Sementara rintihan - rintihan histeris dan erotisnya mulai berkumandang di dalam kamar villa ini.

“Ooooowhhh ... Yooosseeefff ... ini luar biasa indahnya ... oooooowwwhhhh .... aaaaaaa ... aaaaawhhhhh ... luar biasa enaknya Seeef ... tak percuma aku datang jauh - jauh ke kota ini ... ternyata aku akan mendapatkan kenikmatan darimu Seeeef .... “
 
Part 25





K
etika kucabut batang kejantananku dari liang memek Tina, kulihat ada darah yang mengering di kain seprai, tepat bawah memeknya. Itu saksi nyata. Darah perawan Tina.

Tadinya kupikir Tini akan ketakutan setelah melihat darah perawan saudaranya itu. Tapi ternyata tidak.

Tina turun dari bed. Lalu melangkah ke kamar mandi. Mungkin mau bersih - bersih.

Aku pun turun dari bed. Membuka lemari dan mengeluarkan kain seprai yang masih bersih dan belum pernah dipakai.

“Tini ... tolong ganti dong kain seprainya dengan yang baru nih, “ kataku sambil menyerahkan kain seprai baru ke tangan Tini.

Tini mengangguk, lalu menarik kain seprai yang sudh terpercik darah perawan Tina itu. Aku pun mengambil lampu senter kecil dan botol lotion dari bed.

Ketika kuperhatikan botol lotion itu, ternyata sudah kosong. Berarti tidak ada lagi lotion untuk Tini nanti. Agak bingung juga aku dibuatnya.

Hmmm ... air liurku bisa kujadikan pengganti lotion. Kenapa bingung - bingung ?

Setelah Tini selesai memasang kain seprai baru, aku pun naik ke atas bed. Dengan hanya membawa lampu senter kecilku yang hanya sebesar ballpoint. Lalu kusimpan lampu senter kecil itu di bawah bantal.

Lalu aku menoleh ke arah Tini yang sejak tadi telanjang terus. Kuraih dan kucelentangkan saudara sepupuku yang usianya hanya beberapa bulan lebih muda dariku itu.

“Sekarang giliran kamu ya ?” ucapku sambil menghimpit perut dan dadanya. Sambil mengamati cantiknya saudara sepupuku itu. Memang sulit membedakan wajah Tini dengan Tina. Kalau dikasih nilai, dua - duanya bernilai sama. Hanya bedanya, Tini tidak ada tahi lalat di atas bibirnya.

“Hihihi ... iya Kang ... “ sahutnya perlahan.

Lalu kupagut bibir tipis yang agak ternganga itu ke dalam ciuman hangatku. Tini pun merangkul leherku ke dalam pelukan hangatnya. Ia bahkan memulai dengan melumat bibirku. Dan membiarkanku meremas toket kanannya dengan lembut.

Suhu badan Tini pun mulai meningkat.

“Nanti memekmu akan kujilati sampai orgasme, karena kebetulan lotionnya sudah habis, “ kataku setelah bibirku lepas dari lumatannya.

“Lakukanlah apa yang Akang anggap terbaik, “ sahut Tini, “Aku kan masih bodoh dalam soal seks Kang. “

Setelah mendengar itu, dengan tenang aku melorot turun, sampai berhadapan dengan memek Tini yang bentuknya sangat mirip memek Tina.

Lalu kudorong kedua paha Tini agar merenggang selebar mungkin. Lalu kubuka bibir luar memeknya yang masih tersembunyi di balik tekukan memek tembemnya.

Setelah mulut memek Tini ternganga, kusorotkan lampu senter ke bagian dalam mulut memeknya itu.

Klop. Bentuk bagian dalamnya pun sangat mirip memek saudara kembarnya. Dan aku yakin, Tini memang masih perawan.

Lalu mulailah mulutku beraksi. Menciumi dan menjilati memek Tini dengan lahapnya.

“Aaaaw ... “ suara Tini terdengar dalam kagetnya. Mungkin karena memeknya belum pernah disentuh mulut lelaki. Tapi ia lalu terdiam. Bahkan mulai menggeliat - geliat ketika jempol kiriku mulai menggesek - gesek kelentitnya yang telah kutemukan.

Bahkan desahan - desahan Tini pun mulai terdengar, “Aaaaaaahhhh .... aaaaaa .... aaaaaaaaahhhhh .... Kaaaang Aseeeeppphhh .... aaaaaaahhhh ... ini ... enaaak Kang Aseeeep .... ooooooo .... oooooohhhhhh ... “

Pada saat itulah terdengar suara Tina, “Kok Tini dijilatin memeknya. Aku kan nggak dijilatin tadi Kang ... “

Terpaksa kuhentikan dulu jilatanku, untuk menolah ke arah Tina dan menyahut, “Lotion sudah habis. Lihat aja tuh botolnya di meja. Jadi terpaksa harus pakai jalan ini untuk memudahkan penetrasi nanti. “

“Tapi aku juga pengen dijilatin kayak gitu Kang, “ kata Tina bernada jealous melihat Tini diperlakukan “lain”.

“Iya nanti memekmu akan selalu kujilati sebelum kuentot ... santai aja Na, “ sahutku yang disusul dengan kelanjutan aksiku. Untuk menjilati memek Tini selahap mungkin. Dan mengalirkan air liurku sebanyak mungkin ke dalam mulut memek Tini.

Lalu terdengar lagi suara Tina, “Aku mau berenang pakai celana dalam aja ya ... gak bawa baju renang sih ... “

Aku tak menyahut, karena sedang “sibuk - sibuknya” menjilati memek perawan Tini. Sementara ujung jempolku pun semakin “rajin” menggesek - gesek kelentit Tini yang terasa sudah menegang ini.

Sementara itu Tina sudah keluar dari kamar. Mungkin dia juga pengen nyobain berenang di kolam renang yang berdampingan dengan villa ini. Kolam renang itu dibentengi oleh pagar tembok tinggi, sehingga meski mau berenang dalam keadaan telanjang bulat, tak jadi masalah. Takkan ada orang luar yang bisa melihat atau mengintip.

Sudah lebih dari seperempat jam aku menjilati memek Tini. Sambil mengelus - elus kelentitnya pula dengan ujung jari tanganku.

Sampai pada suatu saat, Tini tak sekadar mendesah dan merintih. Dia mengepak - ngepakkan kedua tangannya ke kain seprai baru ini. Lalu terdengar suaranya seperti panik, ‘Kaaaang ... ooooooh .... Kaaaaang ... ini semakin enak aja Kaaang ... tapi ... tapi sekarang ini lain rasanya ... ooooh ... kang ... kenapa memekku seperti mau ambrol ? Kaaaang ... ooooooooooh Kaaaang ....”

Lalu tak terdengar lagi suara Tini, karena ia sedang mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Dan ... akhirnya Tini mencapai orgasmenya. Mulut memeknya pun jadi menganga. Seperti mawar merekah mekar ... !

Inilah kesempatan bagiku, untuik secepatnya memasukkan kontolku ke dalam liang memek Tini.

Maka cepat kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Tini yang sedang mekar itu, sambil merenggangkan sepasang paha putih mulusnya.

Lalu ... lepppph ... kepala kontolku berhasil menyelundup ke dalam celah tipis yang sedang mengembang mekar itu. Lalu kudesakkan lagi ... sekuat tenaga ... sekuat mungkin .... lepppp ...membenam sampai leher kontolku.

Tini pun membuka matanya. “Ini dimasukin Kang ?”

“Iya sayang ... kalau sakit sedikit tahan aja ya Tini Sayang ... “

“Iya Kang ... “ sahut Tini agak meringis.

Kudesakkan lagi kontolku sekuatnya. Melesak masuk semakin dalam. Sudah lebih dari separohnya.

Aku pun merapatkan perut dan dadaku ke perut dan sepasang toket Tini.

Tini menatapku dengan sorot pasrah.

“Sakit ?” tanyaku.

“Tadi agak sakit. Sekarang gak lagi. Ini udah masuk Kang ?” tanyanya.

“Udah. Tapi permainan birahi kita baru akan dimulai, “ sahutku.

Lalu mulailah aku mengayun kontolku pelan - pelan dan dalam jarak pendek - pendek.

Meski masih perlahan dan pendek - pendek jaraknya, setiap kali aku menarik kontolku, Tini berdesis, eperti orang yang merasa ngilu. “Iiii ... iii ... iiiiihhhhh .... Kaaaang ... iiii ... iiiii ... iiiiiih ... iii ... iiini terasa dari ujung kaki sampai ke ubun - ubun Kang ... hhhhhh ... Kaaaang ... ternyata begini ya rasanya digaulin ... sam ... sampai sreseeet ... sresettt giniiii ... serasa melayang - layang gini Kaaaang ... “

“Tapi enak khan ? “

“Eeee ... eeenaaak sekaliiii Kaaaang ... “

Kucium bibir Tini, “Emwuaaaaaah .... !”

Lalu aku mempercpeat entotanku, sampai batas normal.

Tini pun semakin merintih dan merengek manja. “Owwwwhhhh ... Kaaang ... oooohhhh ... rasanya seperti melayang - layang lagi Kaaang ... ini indah sekali Kaaaang ... “

Terlebih setelah mulutku nyungsep di leher jenjangnya. Untuk menjilati leher hangat itu, disertai dengan gigitan - gigitan kecil yang tidak menyakitkan. Sementara tanganku mulai rajin meremas toketnya yang masih super kencang dan mancung lurus ke depan.

Tini pun merem melek dibuatnya. Terlebih ketika aku mengemut pentil toket kirinya sambil meremas toket kanannya, Tini pun menggeliat geliat seperti ular terinjak kepalanya. Berdesis - desis pula mulut dan hidungnya.

Namun yang paling romantis adalah ketika aku menggencarkan entotanku sambil melumat bibir tipis sensualnya. Ia memeluk tengkukku sambil balas melumat bibirku. Padahal saat itu kontolku sedang garang - garangnya mengentot liang memeknya yang super sempit tapi sudah basah dan licin.

Pada saat itu pula aku terlalu hanyut, terlalu bawa perasaan, karena lezatnya perawan Tina dan perawan Tini. Liang memek mereka yang super sempit, membuat kontolku merasakan sekali gesekan dengan liang memek mereka.

Dan kini ... ketika Tini sedang kelojotan sambil meraung - raung histeris, lalu kontolku pun sedang ganas - ganasnya menggedor - gedor liang memek Tini.

Akibatnya ... ketika aku menancapkan kontolku sedalam mungkin, liang memek Tini berkedut - kedut kencang, sementara kontolku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku. Crooootttt ... crettttt ... crrrroooooooooooootttt ... cretttcret ... croooooooooooooooootttttt ... croooooooooooootttttttt ... cretttt ... !

Kami sama - sama terkapar dan terkulai lemas.

Namun Tini menyadari sesuatu. “Kang ... barusan sperma Akang dilepaskan di dalam memekku ?” tanyanya.

“Iya, “ sahutku sambil mencabut kontolku dari dalam memek Tini. Lalu turun dari bed dan mengeluarkan 2 strip pil kontrasepsi. Lalu menyerahkannya kepada Tini yang sedang memperhatikan darah perawannya yang mungkin dianggapnya mengotori kain seprai baru.

“Itu pil kontrasepsi buat kalian berdua. Baca aja aturan pakainya. “

“Tina kok gak langsung minum pil ini sebelum keluar tadi ?” tanyanya.

“Biar aja. Waktu aku dengan Tina tadi, spermaku belum meletus. Baru lepas setelah dengan Tini barusan. “

Setelah minum sebutir pil kontrasepsi, Tini mengajakku gabung dengan Tina di kolam renang.

Aku dan Tini masih sama - sama telanjang. Namun kami tak peduli dan langsung keluar dari kamar, kemudian menceburkan diri ke dalam kolam renang.

Tina tampak senang ketika melihat aku dan saudara kembarnya sudah “selesai” dan bergabung bersamanya. Bahkan ketika melihat kami ssama - sama telanjang, Tina pun menanggalkan celana dalamnya di dalam kolam, lalu mengepal celana dalam itu dan melemparkannya ke kursi malas plastik yang ada di samping kolam renang.

Lalu kami berenang dengan santai. Sampai kami merasa lelah, kemudian berdiri di bagian dangkal kolam dan berbincang - bincang santai di situ.

Pada suatu saat aku bertanya kepada mereka, “Apa dasar kalian menerima ajakanku untuk dipoligami ?”

Tina yang menjawab, “Karena kami tak bisa berpisah Kang. Apalagi kalau berpisah jauh, wah gak kebayang bagaimana resahnya kami. “

“Iya Kang, “ sambung Tini, “Ke mana - mana kami harus berdua terus. Karena itulah yang membuat hati kami nyaman. “

“Jadi setelah menikah kelak, kalian ingin diserumahkan aja ?” tanyaku.

“Iyaaaa ... “ sahut mereka serempak.

“Tapi hal itu mungkin bakal bikin gempar media dan publik. Jadi nanti kita nikah secara diam - diam aja. Dari pihakku, paling juga hanya tiga orang yang hadir. Ayah, mama sambungku dan kakakku bersama suaminya. “

“Gak apa - apa Kang. Yang penting kita sah secara agama mau pun negara. “

Aku mengangguk - angguk sambil tersenyum.

Lalu kataku, “Sekarang aku semakin yakin untuk menikahi kalian. Karena aku sudah membuktikannya bahwa kalian masih perawan sebelum kusetubuhi tadi. Sekarang aku akan menunggu sampai luka di kemaluan kalian sudah kering. Karena kalau disetubuhi lagi, mungkin luka di dalam kemaluan kalian akan melebar. “

Tampaknya mereka menganggap kilahku sebagai hal yang masuk di akal. Padahal sebenarnya aku ingin menjaga stamina seksualku, untuk meladeni sekian banyak ibu - ibu yang sudah membookingku. Karena itu aku tak mau “habis - habisan” dengan mereka berdua.

Setelah berjalan - jalan di seputar villaku, mereka pun siap untuk diantarkan ke rumah pakde mereka di Jakarta.

Lelaki tua yang dipanggil Pakde oleh mereka itu, adalah kakak kandung ayah Tina dan Tini. Ayah Pakde orang Jawa, tapi ibu Pakde orang Arab. Itulah sebabnya lelaki tua itu dipanggil Pakde oleh Tina dan Tini.

Setelah mengantarkan Tina dan Tini ke rumah pakde mereka, aku pun pulang ke kotaku. Tanpa belok sana belok sini, kecuali makan di rest area jalan tol.

Besok pagi aku akan menyaksikan dimulainya pembangunan hotel baruku di belakang hotel lama. Tentu saja aku sudah laporan kepada Mbak Mona tentang perkembangan itu. Mbak Mona, yang ternyata sudah mulai hamil, sangat menyambut rencanaku. Ia bahkan berjanji untuk membantuku kalau ada kekurangan modal dalam pembangunan hotel bintang empat itu.

Bahkan Mbak Mona ingin agar nanti dibuatkan kamar rahasia yang terletak di bwah tanah. Di situlah Mbak Mona dan aku bisa mengadakan pertemuan rahasia. Mungkin saja untuk “menuakan” kandungan Mbak Mona, mungkin juga untuk “membuat anak keduanya”. Karena Mbak Mona sangat ingin punya anak sebanyak mungkin dariku.

Aku pun meminta arsitek membuat design kamar di bawah tanah itu secara layak dipakai oleh wanita setajir Mbak Mona.



Sebenarnya aku ingin beristirahat total selama seminggu dari hal yang berbau seks. Pokoknya aku harus konsen pada ke58 wanita yang harus kupuasi nanti.

Tapi tiga hari kemudian datang call dari Danke yang sudah pulang dari Sumba.

Lalu :

“Sef ... mamahku kangen sama loe kayaknya. Dia nanya - nanyain loe terus. “

“Emang loe udah bilang secara terbuka kalau pertemuan gue sama mamah loe itu atas anjuran loe sendiri ?”

“Iya. Gue bilang daripada Mamah ngaco sama orang lain, mendingan sama sahabat gue sendiri, gitu. “

“Ya udah ... entar malam gue datang ke rumah loe. “

Aku tidak bertanya kenapa Danke pulang lebih cepat dari rencananya, karena hal itu bukan urusanku.

Yang jelas, malamnya aku datang ke rumah Danke. Dan langsung menghampiri Tante Pia yang sedang memandangku dengan senyum malu - malu. Mungkin dia malu kepada anaknya, atau aku saja yang salah lihat, entahlah.

Yang jelas Danke berkata padaku di depan mamahnya, “Gue masih capek. Mau istirahat dulu ya Sef. “

Aku mengangguk sambil tersenyum.

“Enjoy aja Sef. Sekarang gak ada rahasia lagi di antara aku dan Mamah, “ kata Danke.

“Oke Bro ... !” sahutku sambil duduk di samping Tante Pia yang tampak sudah kangen berat padaku.

Bahkan dengan lahapnya Tante Pia menciumi bibirku, kemudian berbisik, “Di kamar tante aja yuk. “

“Kalau di sini kenapa ?” tanyaku.

“Jangan ah. Kalau Dadang keluar dari kamarnya, tenta bakal kikuk nanti. “

Akhirnya kami masuk ke dalam kamar Tante Pia yang dahulu pernah menjadi kamarku. Di situlah kami sama - sama telanjang, lalu bergumul hangat di atas bed. Tanpa memikirkan Danke lagi.

Ketika kontolku membenam ke dalam liang memek mamahnya Danke, terdengar rintihan wanita setengah baya itu, “Oooooh ... akhirnya kangen tante bakal terobati Seeeep ... “

Lalu mulailah kontolku menyodok - nyodok memek Tante Pia, yang membuat wanita itu meraung - raung histeris, tanpa rasa takut suaranya terdengar oleh anaknya.

Aku tidak tahu apakah Danke mendengar suara histeris mamahnya atau tidak. Dan aku tidak tahu seperti apa perasaannya pada saat aku sedang bersetubuh dengan ibunya ini.

Entahlah. Yang jelas, ketika aku mau pamitan pulang kepada Danke keesokan paginya, Danke membisiki telingaku, “Berapa ronde tadi malam ?”

Kusahut singkat, “Gue sih cuma sekali. Tapi mamah loe sampai lima kali orgasme. “

“Terima kasih ya Bro. Jangan bosan jenguk mamah gue ke sini. “

“SIiip, “ sahutku, “tapi empat bulan ke depan gue gak bisa. Nanti setelah program Mamih selesai, baru gue bisa ke sini lagi. Jadi kalau mamah loe nanyain gue, bilang aja gue sedang di luar Jawa, ngurus bisnis gue. “

“Iya, iyaaa ... jangan lupa, kalau butuh bantuan, gue siap Bro. “

Lalu kutinggalkan rumah itu setelah mencium bibir Tante Pia di depan anak tunggalnya.





1. Bu Linda



E
mpat hari berikutnya berlalu tanpa godaan seks. Sehingga aku merasa sudah siap untuk melaksanakan program Mamih yang 4 bulan itu.

Wanita pertama yang harus kutemui bernama Linda. Aku harus menemuinya jam setengah tujuh malam di sebuah villa yang alamat lengkapnya sudah ada padaku.

Villa itu terletak di luar kota. Tapi tidak jauh dari kotaku. Karena itu aku baru mengeluarkan mobilku jam setengah enam sore. Dan yakin aku takkan terlambat mencapai villa itu pada waktu yang telah ditetapkan.

Memang benar. Jam 18.25 sedan hitamku sudah merapat ke depan villa itu.

Kulihat sebuah sedan yang jauh ... sangat jauh lebih mahal daripada sedan hitamku, terparkir di depan villa itu. Kalau sedannya saja semahal dan semewah itu, sudah pasti pemiliknya bukan wanita sembarangan.

Tapi aku sudah terbiasa pede berhadapan dengan wanita dari kelas jet set sekali pun, sehingga dengan tenang aku melangkah ke teras depan villa, di mana seorang wanita berperawakan tinggi langsing berdiri di ambang pintu depan.

“Yosef ?” tanyanya.

“Betul, “ sahutku, “ Dengan Bu Linda ?”

“Iya. Wah ... mobilnya keren Sef, “ ucapnya pada waktu berjabatan tangan denganku.

“Mobil Ibu sangat jauh lebih keren daripada mobilku. “

Wanita bergaun beludru hitam dan berwajah cantik yang usianya kutaksir belum 40 tahun itu tersenyum manis. Hmm ... manis sekali senyum Bu Linda itu. Aku merasa beruntung karena wanita - wanita yang pernah membookingku di atas rata - rata semua wajahnya. Tapi entahlah dalam program 58 wanita kali ini. Mungkin ada yang jelek juga. Tapi aku sudah siap menggauli yang sejelek apa pun, yang penting ada memeknya. Itu saja.

“Pasti suka bisnis juga ya. Bukan sekadar gabung sama si Mamih, “ ucapnya sambil menuntun tanganku masuk ke dalam villa itu.

“Kecil - kecilan suka juga Bu, “ sahutku sambil duduk di atas sofa hitam, berdampingan dengannya. Harum parfum mahal pun tersiar ke penciumanku.

“Dalam bidang apa bisnisnya ?” tanya Bu Linda.

“Hanya main saham Bu. “

“Wow ... suka main saham juga ?! Main saham itu kalau bintangnya lagi terang, bisa mendadak tajir melintir lho. “

Aku cuma tersenyum.

Tiba - tiba Bu Linda memegang taganku sambil berkata serius, “Ini untuk pertama kalinya aku akan berselingkuh di belakang suamiku. Soalnya udah gak kuat menahan perasaan sakit karena diselingkuhi terus olehnya. “

“Mudah - mudahan aku bisa menyembuhkan sakit hati Ibu, “ tanggapku, “Karena wanita secantik Bu Linda ini tidak layak disakiti oleh siapa pun. “

“Terima kasih Yosef, “ sahutnya sambil merapatkan pipinya ke pipiku, “Kamu juga tampan banget. Kayaknya ngontrak kamu setahun dua tahun juga aku mau. “

“Ibu memang cantik natural. Sepintas pun kelihatan, alis dan bulu mata ibu asli. Pasti segala - galanya asli. “

“Memang iya. Aku gak pernah pake bulu mata palsu, apalagi alis dicukur abis dan diganti dengan coretan pensil alis. Toket juga gak pernah diisi silicon dan sebagainya. Dan ... sekarang aku gak pake celana dalem nih. Biar Yosef bisa langsung mencapai tujuan utama. Hihihihiiii ... ini kegenitan pertamaku kale. “

“Masa sih Bu ? Bikin penasaran aja ... pengen segera menyentuhnya ... “ ucapku sambil tersenyum.

“Boleh. Tapi aku udah gemes banget ... ingin cium bibirmu ... “ Bu Linda melingkarkan lengannya di leherku, lalu mencium bibirku dengan lahapnya.

Jendela di villa itu hanya kaca es yang tinggi sekali, lebih tinggi daripada tinggi manusia pada umumnya. Kalau pun ada orang memakai tangga bisa mencapai jendela itu, tentu tak bisa melihat apa - apa, karena kacanya kaca es. Tak ada lubang ventilasi juga, karena semua ruangan di villa ini dipasangi AC semua.

Karena itu apa pun yang kami lakukan di ruang tamu ini, takkan ada yang bisa melihatnya dari luar. Maka ketika Bu Linda demikian lamanya melumat bibirku yang kata orang bibir macho ini, aku pun mulai merayapi lutut Bu Linda lewat belahan gaun beludrunya. Lalu merayap ke balik gaun beludru hitam itu, merayapi pahanya yang licin dan hangat ... sampai ke pangkalnya. Ternyata benar. Aku bisa langsung menyentuh memeknya yang tak bercelana dalam.

Meski belum melihatnya dengan mataku, namun jemariku sudah bisa mengetahui betapa rimbunnya jembut Bu Linda ini, namun hanya tumbuh di atas memek dan kelentitnya. Sementara kentit dan sepasang labia mayoranya bersih dari jembut. Dengan kata lain aku bisa bebas menjilati memek dan kelentitnya, tanpa diganggu jembut lebat itu.

Ketika Bu Linda masih ssaja saling lumat bibir denganku, aku pun mulai melakukan fingering, memainkan jari jemariku di sekitar celah memeknya yang mulai membasah.

Sang Kontol pun mulai terjaga dari tidur lelapnya. Karena membayangkan betapa lezatnya memek wanita setengah baya ini.

Aku pun tak kuasa menahan hasrat lagi. Ketika bibir Bu Linda melepaskan bibirku, spontan aku berkata, “Pengen jilatin yang sedang kugerayangi ini Bu. “

“Iya, “ sahutnya sambil menyingkapkan gaun beludru hitamnya, lalu merenggangkan jarak di antara kedua belah pahanya selebar mungkin. “Aku malah ingin melakukannya di luar villa ini. Tapi di sini juga gak apa - apa, hitung - hitung perkenalan aja dulu ya. “

“Iya Bu, “ sahutku yang sedang terpukau menyaksikan indahnya memek wanita yang pasti sangat tajir ini.

Lalu tanpa ba bi bu lagi aku langsung bersila di depan memek Bu Linda yang masih duduk di sofa. Di antara kedua betisnya yang direnggangkan.

Aku memang gemar jilatin memek. Sehingga disuguhi memek yang sudah ternganga di depan mataku, dengan sepenuh gairah kuciumi memek yang jembutnya hanya tumbuh di atas kelentitnya saja itu. Di bagian yang paling peka ini pun aku mencium harumnya parfum mahal, membuatku semakin bersemangat untuk menjilatinya.

Bu Linda pun mulai terpejam - pejam sambil meremas - remas kulit sofa.

“Oooohhh ... oooo ... ooooohhhh ... boleh percaya boleh tidak ... ini adalah pertama kalinya aku merasakan kemaluanku dijilatin begini .... “ rintihnya berbaur pengakuan.

Aku mencari - cari dengan ujung jempolku, di mana bersembunyinya kelentit Bu Linda ini. Dan setelah ketemu, kuelus - eluskan ujung jempolku ke permukaan kelentit Bu Linda.

“Mungkin suami Bu Linda sudah berumur ... masih aliran jadul dalam soal seks, “ kataku sambil menghentikan jilatanku sejenak. Lalu melanjutkannya kembali.

“Mem ... memang benar ... usianya duapuluh tahun lebih tua dariku. Ooooohhhh ... enak sekali Yoseeef ... aaa ... aku tigapuluhtujuh, dia limapuluhtujuh ... aaaaaaahhh ... Yoseeef ... enak sekali Seeeef ... “

Pantaslah, pikirku, kalau usia suami Bu Linda sudah 57 tahun, tentu belum mengenal jilmek alias cunnilingus pada zamannya.

Maka semakin bergolaklah nafsu dan gairahku, untuk menjilati memek Bu Linda habis - habisan, sementara ujung jempolku pun menggesek - gesek kelentitnya tanpa kenal ampun.

Namun terlalu bersemangatnya aku melakukan connilingus dan fingering pada kelentitnya ini, membuat Bu Linda menggeliat - geliat, mengggelepar - gelepar dan akhirnya terkejang - kejang sambil menahan nafasnya. Disusul dnegan rengekan lirihnya, “Yosef ... aku sudah orgasme ... aaaah ... pandai benar kamu mengoral kemaluanku sih ... sampai secepat ini aku orgasme ... “

Aku menghentikan aksi mulut dan jempol tangan kiriku.

“Pindah ke kamar aja yuk, “ ajak Tante Linda.

“Siap Bu, “ sahutku sambil berdiri.

Ketika melangkah menuju kamar yang ditentukan oleh Bu Linda, aku mau melewati washtafel. Maka aku pun berkumur - kumur dulu di washtafel itu, baru kemudian mengikuti langkah Bu Linda. Masuk ke dalam kamar.

Di situlah Bu Linda melepaskan gaun beludru hitamnya. Dan ... langsung telanjang bulat di depan mataku. Berarti sejak tadi Bu Linda tidak mengenakan celana dalam mau pun beha.

Dan kini aku terpana menyaksikan betapa indahnya tubuh Bu Linda itu. Tinggi langsing namun tidak kurus. Sepasang toketnya tidak kecil tapi juga tidak gede. Bokongnya tidak gede - gede amat, tapi bentuknya sangat indah. Kesimpulannya, Bu Linda itu bertubuh proporsional. Kulitnya putih mulus pula. Bu Linda seolah diciptakan sempurna bodynya (menurut ukuran manusia biasa).

Aku tak kuasa menahan diri untuk menyentuh tubuh indah itu. Tapi Bu Linda menghindar sambil berkata, “Aku sudah telanjang, Yosef kok masih berpakaian lengkap ?”

“Hehehee ... maaf Bu. Aku jadi lupa segalanya setelah menyaksikan begitu indahnya bentuk tubuh Bu Linda, “ sahutku sambil menanggalkan baju kaus abu - abuku. Lalu juga celana corduroy biru tuaku, sehingga tinggal celana dalam yang masih melekat di badanku.

Dan Bu Linda seperti tersanjung oleh ucapanku. Lalu melangkah ke depanku. Merapatkan badannya ke badanku, namun dengan tangan diselinapkan ke balik celana dalamku. Memegang kontolku yang sudah ngaceng sejak tadi.

“Wooow .... ini apa ?” Bu Linda berjongkok di depanku, sambil memerosotkan celana dalamku. Dan terbelalak setelah melihat kontolku yang mendongak ke atas, dalam keadaan sudah siap nyoblos ini.

Bu Linda meletakkan bagian bawah kontolku di telapak tangan kirinya, dan mengusap - usap bagian atas kontolku dengan tangan kanannya, “Edan ... panjang sekali ... ! “ gumamnya dengan mata hampir tak berkedip.

Lalu Bu Linda menarik kontolku sambil melangkah mundur dan merebahkan diri ke atas bed. Tak cuma itu. Ia meraih tubuhku agar berada di atas perutnya, lalu memegang kontolku lagi. Mencolek - colekkan moncong kontolku ke mulut memeknya yang sudah basah akibat jilatanku dan orgasmenya tadi.

Tak cuma mencolek - colekkan ke mulut memeknya, Bu Linda pun menarik kontolku sampai topi bajanya membenam ke dalam liang memeknya. Sehingga aku tinggal mendorongnya saja tanpa membutuhkan tenaga. Dan kontolku melesak masuk ke dalam liang memeknya, sampai menyentuh dasarnya ... !

Suara Bu Linda pun terdengar, “Nah tuh ... gak bisa masuk semua kan ? Diapain kontolmu Sef ? Kok bisa panjang banget ?”

“Gak diapa - apain Bu. Udah dari sononya begini, “ sahutku.

Bu Linda pun melingkarkan kedua kakinya di bokongku, sehingga aku bakal bisa membenamkan kontolku sedalam mungkin pada saat mengentotnya nanti.

Dan aku mulai mengentot wanita cantik bertubuh indah laksana tubuh gadis - gadis model itu.

Bu Linda menatapku dengan sorot pasrah, dengan mulut agak ternganga dan nafas tertahan - tahan. Lalu kupagut bibir sensualnya itu dengan sepenuh gairahku. Lalu kami saling lumat dengan hangatnya, sementara kontolku mulai bergeser - geser di dalam jepitan liang memek wanita cantik itu.

Liang memek Bu Linda tentu tidak sesempit liang memek Tina dan Tini. Tapi aku amat menikmatinya, karena kontolku langsung lancar mengentot liang memek yang bergerinjal - gerinjal empuk ini.

Ketika kontolku semakin gencar mengentot liang memek Bu Linda, wanita setengah baya itu pun tidak berdiam diri seperti gebok pisang. Pinggulnya mulai bergerak - gerak, sehingga memeknya terkadang menukik, terkadang mendongak ke atas. Hal ini sangat efektif, membuat kelentitnya jadi sering bergesekan dengan badan kontolku.

Aku pun mulai menjilati lehernya yang sudah bekeringat namun harum parfumnya tersiar kle penciumanku. Tampaknya hal ini membuat Bu Linda terlena, mungkin dalam arus nikmat yang tengah dirasakannya. Terlebih setelah aku menyertai jilatanku dengan gigitan - gigitan kecil, Bu Linda pun meremas - remas sepasasng bahuku. Terkadang ia pun meremas - remas rambutku. Sementara rintihan - rintihan histeris dan erotisnya mulai berkumandang di dalam kamar villa ini.

“Ooooowhhh ... Yooosseeefff ... ini luar biasa indahnya ... oooooowwwhhhh .... aaaaaaa ... aaaaawhhhhh ... luar biasa enaknya Seeef ... tak percuma aku datang jauh - jauh ke kota ini ... ternyata aku akan mendapatkan kenikmatan darimu Seeeef .... “
Baru 1 cewe masih ada 57 cewe lagi yang ngantri, belum cewe selingan nya jd perjalanan mu masih panjang Sef!!!😂😂😂😂
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd