Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 33



B
u Rosanna sudah siap - siap untuk menuju meeting room hotel ini.

“Aku gimana Mam ? Harus ikut ?” tanyaku.

“Gak usah. Tunggu aja di sini ya. Mau tiduran juga boleh. Santai aja. Aku senang ditemani sama cowok tampan kayak kamu. Mmmmm ... memang ngegemesin kamu ini Yos, “ ucap Bu Rosanna sambil mengepit sepasang pipiku dengan kedua telapak tangannya, “Sangat pantes Dhea jatuh cinta padamu, karena kamu punya daya pesona yang sulit ditemukan pada cowok lain. Emwuaaaah .... “ Bu Rosanna mencium bibirku ... !

“Nanti kalau makan atau minum sesuatu, telepon aja resto hotel. Minta pesananmu diantarkan ke sini. Aku nyimpan deposit secukupnya untuk makan dan minum kita selama tiga hari tiga malam, “ kata Bu Rosanna lagi.

Lalu wanita bertubuh seperti gitar Spanyol itu meninggalkanku sendirian. Bersama kebingunganku karena dia mencium bibirku barusan. Tapi aku tak mau memikirkannya. Mungkin karena Bu Rosanna lahir dan besar di Jerman. Kata orang, mencium bibir kepada sahabat dan keluarga di Eropa memang sesuatu biasa. Bukan sesuatu yang spesial. Kampungan banget kalau aku berpikir yang bukan - bukan.

Lalu kulepaskan sepatu dan merebahkan diri di atas bed yang luas ini.

Tiba - tiba handphoneku berdenting. Cepat kukeluarkan hape dari saku celana panjangku. Ternyata dari kekasihku yang senang dipanggil Mamie itu, walau pun usianya cuma 3 tahun lebih tua dariku. Kemudian :

“Hallo Beib ... “

“Udah nyampe hotel Honey ?”

“Udah. Mama juga udah ke meeting room. Meninggalkanku sendirian di kamar yang membuatku bingung ini. “

“Emangnya kenapa bingung ?”

“Di kamar ini bednya cuma satu. Nanti malam aku tidur di mana ?”

“Tidur sama Mama lah. Masa yang gitu aja bingung. “

“Aku takut Mams. Takut aku salah pegang tanpa sadar pada waktu tidur. Soalnya aku sudah terbiasa tidur sama Mamie. “

“Lebih dari salah pegang juga gak apa - apa. Pokoknya apa pun yang terjadi sama Mama, aku ijinkan. Karena Mama sangat sayang padaku. Aku pun sangat menyayanginya. Kalau Papie bisa membahagiakan Mama, aku pun merasa bahagia Honey. “

Aku cuma bengong, karena tidak tahu lagi harus ngomong apa.

Terdengar lagi suara Mamie Dhea, “Rekan - rekanku sudah datang Honey. Aku mau menerima mereka dulu ya. Have a nice day Honey ... “

Lalu hubungan seluler ditutup.

Aku terlongong sesaat. Tapi lalu berusaha melupakan semuanya dengan semboyan,

whatever will be will be ... apa yang akan terjadi terjadilah.

Lalu kukeluarkan celana pendek dan baju kaus serba putih untuk mengganti celana panjang hitam dan kemeja tangan panjang biru mudaku. Dengan bercelana pendek dan baju kaus serba putih ini, aku merasa lebih leluasa bergerak. Pakaian jenis ini pula yang sering kukenakan waktu di Singapura dan di tempat lain.

Setelah menggantungkan celana panjang hitam dan kemeja tangan panjang biru mudaku di kapstok, aku pun menggeletak di atas sofa sambil menyalakan televisi yang ada di depan sofa ini.

Lalu aku terlena, antara tidur dengan tidak. Sementara televisi tetap menyala, tapi tak kupedulikan lagi. Karena tiada acara yang menarik.

Sekitar 3 jam kemudian, kudengar suara langkah yang ternyata Bu Rosanna sudah pulang. Dia tadi membawa kartu electronic key kamar ini. Sehingga dia bisa masuk sendiri ke dalam kamar ini, tanpa harus mengetuknya terlebih dahulu.

Aku tak langsung bangun dari sofa yang sedang kutiduri. Bahkan pura - pura tidur. Merem - merem ayam, sambil mengamati apa yang akan Bu Rosanna lakukan.

Ternyata ia melepaskan blouse dan spanrok orange-nya. Sehingga tinggal beha dan celana dalam serba putih yang masih melekat di badannya. Saat itu ia membelakangiku, sehingga aku bisa mengamati keindahan bokong semoknya yang putih dan mengkilap, seperti terbasahi oleh keringat. Padahal bokongnya itu kering.

Dan ketika ia sedang membungkuk, untuk melepaskan stocking hitamnya, aduhai ... betapa indah dan menggiurkannya bokong Bu Rosanna itu ... !

Tapi ketika ia seperti akan memutar badannya, cepat kupejamkan mataku dan pura - pura sedang tertidur nyenyak.

Namun sesaat kemudian, kurasakan tangan Bu Rosanna menyelinap ke balik baju kaus putihku, mengusap - usap dada bidangku dan mengusap - usap perut sixpack-ku. Aku masih pura - pura tidur nyenyak. Tapi ketika ia menggelitik pinggangku, mau tak mau aku terbangun dan pura - pura baru tahu kalau dia sudah pulang meeting.

“Sudah pulang lagi Mama ?” tanyaku sambil membuang muka, karena jengah melihat Bu Rosanna yang cuma berbeha dan bercelana dalam.

“Tahap pertama sudah selesai. Besok dlanjutkan ke tahap kedua, sahutnya, “Yosef udah makan siang ?”

“Belum, “ sahutku.

“Nanti kita cari makan siang di luar aja ya. Makanan di hotel suka kurang lezat. “

“Iya Mama. “

“Yosef ... coba cubit bokong dan pahaku. Kalau bisa nyubit, hebat deh kamu, “ ucapnya sambil berdiri membelakangiku, lalu membungkuk sambil memegang sepasang lututnya.

“Cubit ininya Mam ?” tanyaku sambil mendaratkan telapak tanganku di buah pantat kanannya.

“Iya, “ sahutnya, “Cubitlah. Kalau bisa, berarti kamu jagoan. “

Aku mencoba mencubitnya. Gila ... berkali - kali aku mencoba mencubit pantat Bu Rosanna tapi gagal terus. Mungkin saking padat dan kencangnya bokong Bu Rosanna ini, sehingga aku seperti mencubit buah semangka. Takkan bisa mencubitnya.

“Wah, nyerah deh aku Mama, “ ucapku dibarengi rasa kagum. Karena begitu kencangnya pantat Bu Rosanna, sehingga aku tak bisa mencubitnya.

Lalu Bu Rosanna berdiri menghadap ke arah kiriku. Sambil menepuk - nepuk paha kirinya. “Coba sekarang cubit pahaku ini. Bisa nggak ?” tantangnya.

Aku mengusap - usap paha putih mulus dan mengkilap juga itu dengan jantung berdegup kencang. Lalu berusaha mencubitnya. Juga tidak berhasil.

“Mama luar biasa. Kok bisa merawat bokong dan paha sampai sedemikian kencangnya Mam ?”

“Aku kan belum tua - tua benar Yos. Empatpuluh tahun juga belum. Wajar kalau aku selalu merawat sekujur tubuhku dengan rajin ngejim, senam dan lari pagi, “ sahut Bu Rosanna sambil duduk lagi di sebelah kiriku.

Tiba - tiba Bu Rosanna bicara serius, “Yos ... tadi rekan - rekan bisnisku pada ngomong yang hot - hot terus. Jadi aja aku horny dibuatnya. “

Bu Rosanna mengucapkan kalimat itu sambil memijat - mijat lutut dan pahaku yang tak tertutupi celana pendek putihku.

“Terus ... apa yang bisa kubantu Mam ?”

“Mainin kemaluanku sama tanganmu ... sampai aku orgasme. Bisa nggak ?”

“Bi ... bisa. Ta ... tapi kalau ketahuan Dhea, pasti dia ngambek Mam, “ sahutku grogi.

“Jangan ngomong - ngomong sama Dhea dong. Anggap ini rahasia kita berdua aja, “ kata Bu Rosanna sambil menurunkan celana dalam putihnya sampai terlepas dari kakinya.

Lalu ... aku terlongong dibuatnya. Karena menyaksikan perut Bu Rosanna yang kempes dan memeknya yang berjembut tapi tergunting rapi dan pendek - pendek, sehingga bentuk aslinya kelihatan.

Tentu saja kontolku langsung ngaceng. Karena aku masih berada dalam periode “pandangan hidup” (melihat sesuatu kontolku langsung hidup), belum sampai di periode “pegangan hidup” (setelah dipegang - pegang baru hidup), apalagi periode “perjuangan hidup” (harus berjuang dulu agar hidup).

Bu Rosanna menarik tanganku agar berdiri. Setelah berdiri berhadapan, ia berkata, “Sebelum mainin kemaluanku dengan tanganmu, aku ingin mencium bibirmu dulu ... bibir yang menggemaskan buatku. “

Lalu Bu Rosanna mencium dan melumat bibirku, sambil melingkarkan lengannya di leherku. Aku pun balas melumat bibirnya, sambil mendekap pinggangnya yang tak tertutup apa - apa.

Pada saat melakukan semuanya ini, sebenarnya batinku bergulat hebat. Antara lakukan dan jangan lakukan. Tapi terngiang ngiang lagi suara Mamie Dhea di handphoneku tadi

“Lebih dari salah pegang juga gak apa - apa. Pokoknya apa pun yang terjadi sama Mama, aku ijinkan. Karena Mama sangat sayang padaku. Aku pun sangat menyayanginya. Kalau Papie bisa membahagiakan Mama, aku pun merasa bahagia Honey. “

Kalimat itu belum jelas bagiku. Tapi sedikitnya membuat diriku tenang.

Dan ketika Bu Rosanna sudah duduk di sofa, sambil mengusap - usap kemaluannya yang berjembut pendek - pendek itu (sebut aja jembut cepak, hihihiii), aku pun seperti ditarik oleh daya magnet yang kuat sekali. Lalu duduk bersila di atas karpet, di antara kedua betis Bu Rosanna yang direnggangkan.

Untuk memuaskan angan - anganku, sebelum memainkan memek berjembut cepak itu,

kuselusurkan kedua tanganku untuk merayapi sepasang betis indah Bu Rosanna. Lalu juga merayapi sepasang pahanya yang bikin aku tergiur dan penasaran atas kepadatan dan kelicinannya itu.

Lalu mulailah aku mengelus - eluskan jemariku di sepasang bibir luar memek Bu Rosanna. Sementara jari jemari tangan kiriku telah menemukan kelentit wanita cantik berbody sangat mulus dan aduhai itu.

Setelah terasa bagian dalamnya membasah, aku pun memasukkan jari tengah tangan kananku ke dalam celah memeknya. Sementara ujung jemari tangan kiriku berupaya mengelus - elus kelentitnya yang sudah kutemukan.

Bu Rosanna menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa, sambil memejamkan matanya. Mungkin ia sedang menikmati syurnya sodokan - sodokan jari tengah kananku di liang memeknya dan gesekan - gesekan ujung jari tangan kiriku di kelentitnya. Bahkan setelah terasa basah, kutemani jari tengah kananku dengan telunjuk. Sehingga jadi dua jari tangan kananku yang menyodok - nyodok liang memek Bu Rosanna. Sementara jempol tangan kiriku digunakan untuk menggesek - gesek kelentitnya dengan tekanan agak kuat, supaya lebih terasa olehnya.

“Oooooo .... ooooooooooohhhh .... Yooooosssss .... oooooooh .... Yooooooooossssssss ... ini enak sekali Yoooooosssssss .... itilnya elus - elus terus Yooooos ... iyaaaaaaaa ... duuuh Yoooossss ... enak Yooooosssss.... enaaaaaaak ..... aaaaa .... aaaaaaaaahhhhh ...... kamu pandai sekali memainkan memekku Yoooooossss .... “

Dua jari tangan kananku menyodoki - nyodok liang memek Bu Rosanna terus menerus, sementara jempol tangan kiri pun terus menerus menggesek - gesek kelentitnya yang terasa menegang ini. Kedua tangan Bu Rosanna pun menepuk - nepuk sofa terus, sambil membuka mulutnya, terkadang juga meringis. Belasan menit aku melakukan semua ini tanpa henti sedetik pun. Sampai akhirnya Bu Rosanna mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Lalu nafasnya dihembuskan lagi, dengan tubuh melemas.

“Udah Yos ... aku udah orgasme. Terima kasih ya, “ ucap Bu Rosanna lirih.

Aku nyaris bertanya, apakah Bu Rosanna tidak ingin merasakan dientot oleh kontolku. Tapi niat itu kubatalkan. Karena perutku sudah terasa lapar. Biarlah Bu Rosanna tak tahu seperti apa bentuk kontolku. Nanti pada waktunya toh bakal tahu juga, kalau aku tega mengentotnya.

Lalu aku mencuci tanganku di washtafel. Dan menghampiri Bu Rosanna yang sudah mengenakan celana dalamnya lagi.

“Sekarang kita cari makan dulu di luar ya, “ ucap Bu Rosanna sambil mengepit sepasang pipiku dengan kedua telapak tangannya. Lalu mencium bibirku lagi.

“Aku pakai baju ginian aja gak apa - apa Mam ?” tanyaku yang sadar bahwa saat itu hanya mengenakan celana pendek dan baju kaus.

“Gak apa - apa. Pakai apa juga kamu sih tetap tampan Yos, “ sahut Mamasambil mengenakan celana legging hitam, lalu mengenakan gaun putih yang panjangnya selutut.

Sementara aku hanya mengeluarkan sandal kulit dari kantong plastikku. Mendingan pakai sandal kalau cuma mau makan doang.

Beberapa saat kemudian aku dan Bu Rosanna sudah berada di dalam sedan hitamku lagi. Hanya untuk mencari restoran yang sesuai dengan selera Bu Rosanna. Namun meski Bu Rosanna lahir besar di Jerman, ternyata dia memilih rumah makan Padang. “Sudah lama gak makan rendang dan ayam pop, “ katanya.

Memang kalau dipikir, masakan buatan bangsaku lebih terasa asam garamnya kalau dibandingkan dengan masakan Eropa. Bahkan yang aku tahu banyak orang Eropa yang jadi ketagihan masakan Indonesia.

Kebetulan rumah makan itu sedang sepi, sehingga aku dan Bu Rosanna bisa berbincang - bincang ngalor ngidul.

Namun pada ujungnya aku menanyakan hal yang istimewa, “Memangnya Mama gak pengen ngerasain ena - ena yang sebenarnya ?”

“Tentu aja mau. Tapi takut gak dikasih sama Yosef. Emangnya Yosef mau kalau aku minta yang satu itu ?”

“Kapan Mama maunya ?”

“Nanti aja, setelah makanan di perut kita turun, kita mandi dulu sebersih mungkin. Biar enak mainnya. “

Lalu Bu Rosanna berbisik ke dekat telingaku, “Kalau kontol cowok sebaya kamu, pasti perfect ereksinya. “

Aku memang akan berpegangan pada kata - kata Mamie Dhea tadi : Pokoknya apa pun yang terjadi sama Mama, aku ijinkan. Karena Mama sangat sayang padaku. Aku pun sangat menyayanginya. Kalau Papie bisa membahagiakan Mama, aku pun merasa bahagia ...

Kata - kata Mamie Dhea itu terngiang - ngiang terus di telingaku. Dan aku sudah mengerti makna kata - kata yang berbau diplomatis itu. Maka dengan jujur aku berkata kepada Bu Rosanna, “Tentu aja akan ngasih sampai benar - benar puas. Tadi juga waktu mainkan punya Mama, aku sudah naik ke otak saking hornynya. Tapi perutku terasa lapar. Makanya kupikir mungkin nanti malam bisa melakukannya, itu pun kalau Mama mau. “

“Iya aku mau. Yang tadi kan hanya untuk meredakan horny aja, “ ucap Bu Rosanna perlahan, “Kalau di bioskop sih, yang tadi hanya trailer aja. Film utamanya nanti malam. Setuju ?”

Aku mengangguk sambil tersenyum. “Tapi Mam ... kalau pada suatu saat Dhea tau, Mama bisa meredakan kemarahannya kan ?”

“Aku jamin Dhea takkan marah kalau tahu kita begituan sekali pun. Mau tau rahasianya ?”

“Apa rahasianya ?”

“Begini, “ kata Bu Rosanna, “Dahulu Dhea nikah secara diam - diam di Bangkok. Walinya tentu saja keluarga dari pihak ayahnya. Aku sama sekali tidak dikasihtau. Sampai setahun Dhea tinggal di Bangkok bersama suaminya. Tapi akhirnya mereka pulang juga ke Indonesia. Khusus untuk menemui aku. “

“Terus ?”

“Ternyata suami Dhea itu mantan pacarku ... !”

“Wow ... kok bisa begitu ?”

“Katanya sih Dhea sudah banyak berhutang budi pada mantan pacarku itu. Namanya gak usah disebut ya, karena sekarang dia sudah meninggal. “

“Terus Mama marah ?”

“Nggak lah. Dia sudah jadi mantan. Sudah putus hubungannya denganku. Tapi kuakui dia itu kaya raya. Tanahnya ada di mana - mana. Di Jerman juga ada perkebunan apelnya, pabrik elektroniknya dan sebagainya. Aku juga kenalnya pada waktu masih tinggal di Jerman. Masih ABG lah. Sementara mantanku itu jauh lebih tua dariku. Apalagi kalau dibandingkan dengan Dhea. “

“Lalu Mama damai - damai aja sama almarhum ?”

“Ya damai - damai aja. Hubungan sudah putus kok. Hatiku juga udah gak nyimpen perasaan apa - apa. “

“Terus apa hubungannya dengan ucapan Mama tadi, bahwa Dhea takkan marah meski tau kita begituan juga ?”

“Dhea itu merasa bersalah padaku. Merasa telah merebut pacarku. Padahal almarhum sudah bukan pacarku lagi. Nah ... tadi malam kuledekin dia, kalau dianter sama Yosef, bisa terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Eee ... Dhea malah bilang begini, silakan aja Mama. Kalau dengan Mama aku ikhlas, bahkan senang. Hitung - hitung membalas kesalahan masa laluku yang pernah merebut pacar Mama. Walau pun saat itu hubungan Mama sudah putus dengan almarhum, tapi kalau aku tau sebelumnya, aku takkan mau menikah dengan dia. “

“Oooo ... begitu ceritanya. “

“Iya. Bahkan dia bilang begini, kalau Mama melakukannya dengan Yosef, berarti Mama tidak menyimpan dendam sedikit pun padaku. Kalau Mama tidak melakukannya, berarti diam - diam Mama masih menyimpan perasaan dendam padaku. Begitu ceritanya Yosef. “

“Berarti cerita Mama ini nyambung dengan telepon dari Dhea waktu Mama sedang meeting tadi. Dhea bilang begini, pokoknya apa pun yang terjadi bersama Mama, aku ijinkan. Karena Mama sangat sayang padaku. Aku pun sangat menyayanginya. Kalau Papie bisa membahagiakan Mama, aku pun merasa bahagia ... “

“Hmmm ... baguslah. Eh dia manggil Yosef Papie ya ?”

“Iya, Dhea manggil Papie padaku, aku pun memanggil Mamie padanya. “

“Hihihiii ... anak muda zaman sekarang ... papie en mamie. Padahal punya anak juga belum. “

Obrolan itu dilanjutkan di dalam mobilku yang sudah kularikan menuju hotel kembali. “Aku jadi penuh semangat Mam. Karena aku bisa nyobain enaknya punya Mama. Tadi kan cuma dimainin pake tangan doang. Nanti pakai ini, “ kataku sambil menepuk - nepuk celana pendekku tepat di bagian kontolku tersembunyi.

“Mama juga sangat bersemangat, karena bakal ngerasain kontol berondong tampan. Hihihiiii .... “ sahut Mama sambil merayapkan tangannya ke balik celana pendekku yang bagian pahaku banyak ruangan kosongnya.

“Sudah hampir nyampe Mam. Nanti aja di hotel kalau Mama mau lihat dan megang keris pusakaku sih, “ ucapku yang sudah mau membelokkan mobilku ke halaman depan hotel tempat kami akan menginap selama 3 hari.

Bu Rosanna pun mengeluarkan lagi tangannya dari balik celana pendekku. Lalu kujalankan mobilku ke basement parkiran. Setelah mendapatkan tempat parkir, aku mengeluarkan koperku dari bagasi, lalu mengikuti langkah Bu Rosanna menuju pintu lift.

“Kenapa gak dari tadi kopernya dibawa ?” tanya Mama sambil menunggu pintu lift yang belum terbuka.

“Tadi kelupaan Mam, “ sahutku pada waktu pintu lift terbuka. Kami pun masuk ke dalam lift yang kosong. Hanya kami berdua isinya. Mambuat Bu Rosanna berani memeluk dan mencum bibirku dengan hangatnya, lalu berkata, “Aku akan bahagia sekali kalau bisa ikut memilikimu Yos. Bisa - bisa aku beli rumah di kota ini nanti. Biar bisa sering bertemu denganmu.”

Setelah pintu lift terbuka di lantai 5, Bu Rosanna melepaskan pelukannya lagi. Lalu kami keluar dari lift, menuju kamar yang sudah dibooking oleh Bu Rosanna itu.

Setibanya di dalam kamar, giliran aku yang mendekap Bu Rosanna dari belakang. “Mam ... bolehkah aku lihat toket Mama ?”

“Hihihihiii ... iya. Dari tadi Yosef gak dikasih lihat toketku ya, “ sahut Bu Rosanna sambil melepaskan kancing blousenya. Lalu melepaskan blousenya. DIikuti dengan pelepasan behanya.

Lalu dalam keadaan cuma bercelana legging hitam yang hanya sampai perut, sepasang toket gede itu diangsurkannya ke depanku. Tak kuasa menahan diri lagi, kuserudukkan mulutku ke pentil toket kirinya dan kudaratkan telapak tangan kiriku di toket kanannya. Kujilati pentil toket kirinya dengan penuh nafsu ditemani remasan pada toket kanannya.

Aduhai ... betapa masih kencang dan mulusnya sepasang toket gede Bu Rosanna ini. Sehingga secara keseluruhan body Bu Rosanna ini kencang padat. Tiada yang kendor di bagian mana pun.

Wanita itu berjalan mundur sambil mendekap pinggangku sambil berkata setengah berbisik, “Aku langsung horny lagi Yos ... “

Setelah kakinya berada di pinggir bed, ia menghempaskankan punggungnya ke atas bed, sambil mendekap pinggangku. Ia menelentang dengan kaki terjuntai ke lantai. “Mandinya nanti aja setelah main ya, “ ucapnya.

“Iya Mam, “ sahutku sambil berusaha menurunkan celana leggingnya. Sedikit demi sedikit celana legging hitam itu melorot dan akhirnya bisa kulepaskan dari kedua kakinya. Sehingga tinggal celana dalam putih yang masih melekat di tubuh bohai itu.

Aku pun menanggalkan baju kaus dan celana pendekku. Pada saat yang sama Bu Rosanna melepaskan celana dalamnya, sehingga sekujur tubuh seksi abis itu tak tertutup apa - apa lagi. Aku pun ingin mengimbanginya dengan melepaskan celana dalamku. Lalu naik ke atas bed.

Bu Rosanna tampak seperti terkejut setelah melihat kontolku yang sudah ngaceng berat ini. Ia terduduk dan menjulurkan tangannya ke arah kontolku. Dan menangkapnya sambil berkata, “ Yosef ... punyamu ini ... panjang sekali ... ! Pantesan Dhea seperti sudah tergila - gila padamu ... ”

Aku hanya menjawab dengan senyum. Dan ketika Bu Rosanna sudah celentang lagi, kupukul - pukulkan kontol ngacengku ke permukaaan memek berjembut cepat itu. Lalu kucolek - colekkan moncong kontolku ke belahan memek yang kemerahan itu. Memek yang sudah agak basah itu. Sehingga aku tak mau buang - buang waktu lagi. Kudorong kontolku sekuatnya. Dan ... blesssssskkkk ... mulai membenam ke dalam liang memek wanita setengah baya itu.

Tadi waktu aku mainkan jari tanganku di liang memek Bu Rosanna, aku tidak menyadari sesuatu yang berbeda dengan liang memek wanita catik plus seksi ini. Tapi ketika kontolku sudah masuk separuhnya, aku terheran - heran. Karena liang memek Bu Rosanna ini ... sempit sekali ... !

“Mam ... rasanya liang memek Mama seperti belum pernah melahirkan ... masih sangat prima begini ... “ ucapku.

“Kelahiran Dhea kan lewat operasi cesar. Jadi memekku belum pernah dilewatikepala bayi, “ sahutnya sambil tersenyum bangga.

“Kok gak ada bekas operasinya ?”

“Ada. Nanti kalau diperhatikan secara seksama, pasti kelihatan. Tapi memang sudah dirapikan oleh dokter dalam waktu lama. Jadi tidak seperti bekas operasi lagi. Cuma garis tipis dan samar - samar. “

Aku tidak mau bilang bahwa liang memek Bu Rosanna ini lebih sempit daripada liang memek puterinya. Karena aku tak mau membandingkan dirinya dengan puterinya sendiri.

Liang memek Bu Rosanna rasanya ngepas sekali dengan ukuran kontolku. Ketika aku membenamkan kontolku, bisa masuk semuanya. Tapi tak urung moncongnya “mencolek” dasar liang memek wanita setengah baya ini.

Yang sangat menyenangkan, meski liang memek Bu Rosanna masih sangat sempit, lendir libidonya langsung terbit. Lendir yang menjadi pelumas. Sehingga aku bisa langsung mengentotnya meski harus perlahan - lahan dulu.

Desah - desah nafas Bu Rosanna pun mulai terdengar, “ ... aaaaaaahhhhh ... aaaaahhhh .... Yossss .... aaaaaaa .... aaaaah ... kontolmu panjang sekali Sayaaang .... ooooooohhhh ... sampai mentok gini di dasar liang vaginaku .... oooooh ... Yoseeeef .... aku sudah menjadi milikmu Yoooossss .... ooooh .... aku ... aku pasti beli rumah di kota ini nanti ... supaya kita bisa sering ketemuan ... ooooh Yoseeeef ... kamu bukan cuma tampan ... tapi juga menyenangkan ... oooooo .... oooooh .... “

Sebagai jawaban, aku menyerudukkan mulutku ke leher jenjang dan harumnya, untuk menjilatinya, disertai gigitan - gigitan kecil yang sangat disukai oleh wanita mana pun yang pernah kugauli.

Makin lama entotanku makin lancar. Tangan dan mulutku pun semakin melengkapi aksiku. Terkadang aku menjilati lehernya sambil meremas toket gedenya yang masih kencang ini. Terkadang kujilati telinganya, kukecup - kecup kelopak matanya, bahkan kujilati pula ketiaknya yang harum dan bersih dari bulu. Membuat rintihannya semakin menjadi - jadi.

“Yoooossss ...ooooo .....oooooohhhh .... Yoseeeef ... aku belum pernah merasakan ML yang senikmat ini Yooossss ... ini ... luar biasa enaknya Sayaaaaang ... ayo setubuhi aku sepuasmu Yossss ... aaaaaaaah .... oooo .... ooooohhhhh ... fuck me harder please ... fuck me ... fuck meee ... fuuuck ... come on ... Yooossss ... oooooh Yossss ... oooo ... oooooooohhhh .... Yoseeeeeef .... “

Seperti ingin mencapai kenikmatan setinggi mungkin, pinggul Bu Rosanna pun mulai dimainkan. Bergoyang memutar - mutar dan meliuk - liuk. Terkadang juga memeknya menukik, sehingga kelentitnya bisa bergesekan dengan kontolku.

Dalam hal ini, anatomi wanita berbeda - beda. Ada yang clitorisnya agak jauh dengan vaginanya, namun ada pula yang sangat dekat dengan vaginanya. Dan kelentit Bu Rosanna ini sangat dekat dengan mulut memeknya. Sehingga jika memeknya menukik sedikit saja, pasti bergesekan dengan badan kontolku. Tentu saja hal ini sangat menguntungkan baginya. Karena dengan menukikkan memeknya saja dia bisa merasakan lengkapnya kenikmatan hubungan seks ini.

Keringat pun mulai membasahi tubuh kami. Namun aku malah semakin bergairah untuk mengentot mamanya Dhea ini.

Tidak demikian halnya dengan Bu Rosanna. Setelah lebih dari 20 menit kusetubuhi, Bu Rosanna mulai memperlihatkan gejala - gejala akan orgasme. Aku memang sudah hafal seperti apa gerak - gerik wanita yang akan mencapai orgasmernya.

Bu Rosanna gedebak gedebuk sambil merintih, “Here I come ... I come ... here I come Yoooooooooossssss .... “ Lalu sekujur tubuhnya mengejang tegang. Nafasnya p[un tertahan. Pada saat itulah kubenamkan kontolku sedalam mungkin, sampai mentok di dasar liang memeknya. Lalu kudiamkan kontolku, sambil menunggu Bu Rosanna “menyelesaikan” orgasmenya.

Ya ... nafasnya terurai lagi, disusul dengan kedat - kedut liang memeknya. Kemudian terasa lendir libidonya membanjiri liang kenikmatannya.

Sekujur tubuhnya melemas dan terdengar suaranya lirih, “Ooooooh .... ini luar biasa nikmatnyaaaaa ... “

Aku pun memperhatikan wajah Bu Rosanna yang tampak semakin cantik. Lalu kucium bibirnya semesra mungkin.

“Terima kasih Sayang ... ini sesuatu yang paling indah di dalam kehidupanku, “ ucapnya sambil mengusap - usap rambutku, “Tapi ... Yosef belum ejakulasi kan ?”

“Belum. Santai aja Mam, “ sahutku.

“Bagaimana kalau kita mandi dulu ? Aku udah bersimbah keringat gini nih, gak enak rasanya kalau gak dibersihkan. “

“Oke, “ sahutku sambil menarik kontol ngacengku sampai terlepas dari liang memek Bu Rosanna.

Bu Rosanna pun bangkit dan turun dari bed. Lalu ia mengambil handuk dan peralatan mandi lainnya dari dalam kopernya. “ Aku gak suka pakai handuk hotel. Makanya ke mana - mana selalu bawa handuk. “

“Iya, mendingan pakai handuk sendiri yang sudah terjamin kebersihannya. Kalau handuk hotel, meski kelihatannya putih bersih, pasti sudah sering dipakai orang, “ sahutku sambil mengeluarkan handuk, sikat gigi, odol dan sabun cair dari dalam koperku.

Lalu kami melangkah ke kamar mandi. Dengan tubuh masih berkeringat.

Ketika Bu Rosanna memutar keran ke arah air panas, aku malah teringat Dhea ... Dheaku yang sudah kucintai itu. Seperti apa reaksinya kalau melihatku waktu mengentot ibunya tadi ? Seperti apa pula reaksinya kalau melihatku sedang telanjang bulat di kamar mandi ini bersama ibunya yang juga telanjang bulat ?

Aaah ... entahlah. Aku harus melupakan Mamie Dhea dulu untuk sementara. Sampai “tugasku” selesai. Tugas menemani dan mengawal Bu Rosanna ini.

Air hangat shower pun mulai memancar dari atas kepala kami. Sampai sekujur tubuh dan kepala kami basah kuyup. Lalu shower dimatikan dulu. Kami pun saling menyabuni disertai canda - canda mesra. Namun pada suatu saat Bu Rosanna menghampiri meja washtafel yang terbuat dari batu pualam itu. Ia membungkuk sambil memegang pinggiran meja washtafel itu. Ia menepuk - nepuk pantatnya sendiri sambil berkata, “Ayo lanjutin lagi di sini. Biar ada kenangan yang dibawa pulang nanti. “

Aku mengangguk dan menghampiri Bu Rosanna yang tubuhnya masih banyak busa sabun itu. Lalu kutepuk - tepuk pantat semok dan kencangnya. Dan kubuka belahan memeknya yang tampil menghadap ke kontolku yang akan kubenamkan ke dalam liang memeknya. Bu Rosanna tetap berdiri membungkuk dan membelakangiku. Sementara kontolkuku mulai membenam lagi ke dalam liang memeknya yang masih mekar dan basah paska orgasmenya tadi.

Lalu mulailah aku mengentotnya lagi dalam posisi setengah doggy di dalam kamar mandi ini.

Bunga - bunga surgawi pun mulai bertebaran lagi di dalam batinku. Disertai amukan nafsu birahi yang senantiasa menuntut untuk dilampiaskan segila mungkin.

Duniaku terasa indah sekali. Indah yang sulit dilukiskan dengan kata - kata belaka.
Ini wanita yg paling hot nih kayaknya… damnnnn nafsuin banget ibu Rossana. Lebih nafsuin lagi kalo umurnya di atas 40 bro… lebih hyper heheheh.
Mantap bro… salut gue sama kisah pengalaman yg luar biasa
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd