Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Kalo niat mau nulis samapai akhir gak usah pedulikan komentar lain, yang namanya komentar gak sama, ada yang pas ada jua yg nyakitin. Klo kaya gini mah, Tergantung niat ma tekad penulis aja, kuat apa kagak ama komentar...
 
Selama Asep masih jadi gigolo, kisah ini memang belum berakhir.
Lalu bagaimana pembaca yang lain ? Lanjutkan GIGOLO itu atau akhiri saja ?
Lanjutkan huuu cuma sekedar saran adegan ah uh ah nya banyakin dan kasih tulisan yg jelas
.kan ini cerita dewasa too huu
 
Lanjutkan terus sampai tamat Suhu.
Meski pun sampai ratusan part, kami
akan setia mengikutinya.
 
Part 49



A
ku menunjuk ke daerah perbukitan yang tampak dari jendela kaca lebar itu sambil bertanya, “Do you want to try playing in the hilly areas? “ (Ingin mencoba bermain di daerah perbukitan?)

Alida menatapku, lalu mengangguk sambil tersenyum. Lalu ia mengenakan gaun putihnya tanpa memakai celana dalam mau pun bra di baliknya. Aku pun mengenakan celana denim dan baju kausku, juga tanpa memakai celana dalam. Biar “mudah” setelah tiba di daerah perbukitan itu.

Kukeluarkan 2 pasang sandal jepit dari dalam lemari kecil. “Sebaiknya pakai sandal ini. Kalau pakai high heels bisa jatuh nanti, “ kataku. Alida mengangguk dan mengenakan sandal jepit, aku pun memakai sandal jepit juga.

Kuambil sehelai selimut yang masih terlipat rapi, lalu kami keluar lewat pintu belakang.

“Kenapa membawa selimut segala ? Apakah di lembah sana udaranya dingin sekali ?” tanya Alida dalam bahasa Inggris.

“Selimut ini bukan untuk melawan udara dingin. Tapi untuk kita rebahan atau fucking di pinggir sungai kecil yang airnya bening nanti, “ sahutku.

“Wow, baru mendengarnya aja aku sudah horny Yos, “ ucap Alida sambil melingkarkan lengan kanannya di pinggangku.

“Apakah di Jerman pernah main outdoor ?” tanyaku.

“Pernah, tapi dengan suami pertamaku. Dengan Bernard belum pernah. “

“ Suami pertama ? Apakah sebelum menikah dengan Bernard pernah punya suami lain ?”

“Ya, “ Alida mengangguk, “suami pertamaku meninggal karena kecelakaan di tempat kerjanya. Setahun kemudian aku menjadi istri Bernard.”

“Owh ... “

“Karena suamiku tewas akibat kecelakaan di tempat kerjanya, aku mendapatkan uang asuransi yang sangat banyak. Uang itu pula yang dipakai untuk modal usaha Bernard di negara ini. “

“Lalu apakah Alida mau stay di negara ini secara permanen ?”

“Maunya sih begitu. Tapi sekarang aku baru mendapatkan visa selama setahun. Setelah setahun, aku harus memperpanjang lagi visanya kalau terasa kerasan tinggal di negara ini. “

Sesaat kemudian kami sudah berada di jalan setapak menuruni bukit yang di kanan kiri kami hutan pinus semua. Pada saat itulah Alida seperti tak kuat lagi menahan nafsu birahinya. Ia memeluk dan mendesakku ke belakang, sehingga aku tersandar ke salah satu pohon pinus. Lalu ia berlutut di depan kakiku sambil menurunkan kancing zipper celana denimku. Dan berhasil menyembulkan kontolku yang tak bercelana dalam ini.

Kemudian dengan lahapnya ia mengulum dan menyelomoti kontolku, tak ubahnya anak kecil yang sedang menyelomoti permen loli.

Tentu saja kontolku spontan ngaceng. Karena Alida sangat trampil menyepong kontolku sebagaimana biasanya wanita bule di video bokep yang sedang melakukan felatio.

Aku pun jadi duduk tersandar ke pohon pinus. Sementara Alida menyingkapkan gaun putihnya sambil menduduki kontolku. Karena dia tidak mengenakan celana dalam, dengan mudah memeknya bisa “mengulum” kontolku sampai mentok di dasar liang memeknya.

Lalu ia mengayun bokongnya seperti seorang wanita yang sedang menunggang kuda.

Dengan sendirinya liang memeknya bergesekan terus dengan badan kontolku, membesot - besot dan memilin - milin dengan kuatnya.

Tanah di sekitar villa yang luasnya lebih dari 20 hektar ini memang sudah dipagar besi dan kawat berduri di sekelilingnyha. Sehingga suasananya jadi sepi sekali, takkan ada yang berani masuk ke dalam lahan yang sudah menjadi milik perusahaanku ini (karena lahan yang luasnya melebihi 5 hektar tidak bisa dimiliki oleh pribadi, jadi harus atas nama beberapa orang, atau atas nama perusahaan).

Kami tidak telanjang. Aku hanya menurunkan cleana denimku sampai di lutut, Alida pun hanya menyingkapkan gaun putihnya. Tapi kami bisa bersetubuh dengan asyiknya di bawah pohon pinus ini.

Semilir angin yang menerpa daerah perbukitan ini membuat dedaunan bergoyang dan menimbulkan bunyi gemerisik. Ini malah menambah romantisnya persetubuhan kami.

Bokong semok Alida naik turun dan naik turun terus. Liang kewanitaannya pun membesot - besot dan memilin - milin kontolku. Sementara Alida bertubi - tubi menciumi bibirku tanpa menghentikan ayunan bokongnya.

Tapi begitulah orang bule. Cuma banyak gayanya saja, seperti di bokep - bokep banyak benar atraksinya. Tapi pas mulai ngewe beneran, baru beberapa menit juga sudah crot.

Alida juga begitu. Dia mengayun bokongnya sambil menciumi bibirku. Terkadang ia merintih - rintih histeris, sambil memperbinal ayunan bokongnya.

Namun ketika aku baru “manasin mesin”, ia memekik tertahan “Joooooseeeeeph ... !”

Lalu ia ambruk setelah mencapai orgasmenya yang kedua.

Kubiarkan dia terkulai dalam dekapanku.

Tapi aku masih jauh dari ejakulasi.

“Kamu belum ejakulasi juga ?” tanyanya sambil menatapku dengan sorot sayu.

“Belum, “ aku menggeleng.

“Kamu benar - benar tangguh. Aku kagum padamu Yos, “ ucapnya sambil mengangkat bokongnya sampai kontol ngacengku terlepas dari liang memek wanita bule itu.

“Kita lanjutkan di bawah nanti ya. Biar merasakan indahnya bercinta di pinggir sungai, “ kataku yang dibalas dengan anggukan kepala Alida.

Dengan susah payah, akhirnya kami tiba di pinggir sungai kecil yang mata airnya berada di tanah milikku juga. Bisa dikatakan sungai ini milik pribadiku. Tapi tetap kualirkan ke luar batas hak milikku. Untuk dimanfaatkan oleh masyarakat di sebelah selatan lahan milikku.

Sungai kecil ini bening sekali airnya. Sehingga bebatuan di dasarnya terlihat jelas. Bebatuan besar pun banyak dan bisa dipakai duduk - duduk, karena permukaannya halus. Batu hidup kata orang - orang. Mungkin disebut “hidup” karena ukurannya bisa membesar setelah bertahun - tahun.

Alida merentangkan kedua lengannya sambil berseru, “Wow everything is beautiful here. I feel so comfortable !” (Wow semuanya indah di sini. Saya merasa sangat nyaman).

Aku cuma tersenyum sambil menghamparkan selimut yang kubawa dari villa tadi. Alida pun menghampiriku sambil bertanya, “Bisakah kita telanjang di sini ?”

“Bisa. Di sini bebas, “ sahutku.

“Kalau di Jerman, orang bebas mau telanjang di tempat ramai sekali pun, “ kata Alida sambil menanggalkan gaun putihnya. Dan membuatnya jadi telanjang bulat.

“Kalau di negara ini hanya orang gila yang dibiarkan telanjang di tempat umum, “ sahutku sambil menahan tawaku.

Lalu ia merangkak di atas selimut sambil menunggingkan bokong semoknya. Dan menantangku, “Come on fuck me again ... “ (Ayolah entot aku lagi)

Aku pun menanggalkan celana denim dan baju kausku. Lalu meraba - raba memek Alida yang kelihatan tembem kalau dilihat dari belakangnya. Sambil berlutut kubenamkan kontolku ke dalam liang memek Alida dengan mudahnya, karena masih basah paska orgasme tadi.

Entah kenapa orang bule senang posisi doggy ini. Bahkan di awal bersetubuh selalu dimulai dengan posisi gogog ini. Memang fantastis juga sih. Karena sambil mengentot aku bisa memegang dan menepuk - nepuk bokongnya. Tapi menurutku, posisi ini bukan posisi romantis. Karena aku tidak melihat wajah pasangan seksualku. Tidak bisa mencium bibirnya, tidak bisa mengemut pentil toketnya, tidak bisa menjilati lehernya dan sebagainya.

Karena itu aku jarang sekali bisa ejakulasi dalam posisi doggy ini.

Namun kuikuti saja apa pun yang diinginkan oleh wanita Jerman ini. Sampai ia orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya.

Setelah orgasme Alida menelentang. Dan membiarkanku membenamkan lagi kontolku ke dalam liang memeknya yang sudah becek ini.

Dalam posisi missionary inilah aku bisa ngecrot di dalam liang memek istri Bernard ini.

CrooooooooootttttCrettttCroooooooottttttCretttCrooooootttttCroooooooooootttttttttt ... !



Apakah perkawinanmu dengan Bernard berdasarkan cinta ?” tanyaku setelah mencabut kontolku dari liang memek wanita bule itu.

“Entah apa namanya, “ sahut Alida, “Saat itu aku hanya merasa butuh lelaki untuk mendampingiku setelah ditinggal mati oleh suami pertamaku. Lalu Bernard mengajakku menikah. Ya kusetujui saja ajakannya. Tapi tadinya Bernard itu hanya teman biasa. “

Aku mencoba menilainya. Dan aku mendapatkan kesimpulan, bahwa perkawinan Alida dengan Bernard itu bukan berdasarkan cinta. Tapi aku tak mau mengatakan hal itu padanya. Takut Alida tersinggung dan menganggapku sotoy.

Tiba - tiba Alida memeluk dan mencium bibirku diikuti dengan ucapan perlahan. “Bisa saja pada suatu saat aku menjadi istrimu. Karena semua yang telah terjadi denganmu sangat mengesankan. Ini sesuatu yang baru bagiku. Dan aku tidak tahu apa yang telah terjadi pada diriku saat ini. “

“Aku juga sangat terkesan. Karena bisa ikut memiliki wanita secantik kamu. Tapi aku tak mau menghianati persahabatanku dengan suamimu, “ sahutku.

Alida mengenakan gaun putihnya kembali. “Kalau aku mencintaimu bagaimana ?” tanyanya.

Pertanyaan itu membuatku sulit menjawabnya. Tapi kujawab juga, “Aku tak mau menari di atas penderitaan temanku sendiri. “

“Jadi ... ?”

“Kapan pun kamu ingin berhubungan seks denganku, akan kulayani. Tapi please, jangan bicara masalah cinta. Anggap saja semua yang telah dan akan kita lakukan atas dasar kebutuhan biologis semata. “

Alida tertunduk sambil berkata, “Sebenarnya aku sudah jenuh menjadi istri Bernard. Karena dia pun sepertinya tidak mencintaiku. Aku sendiri menganggapnya seperti seorang pengasuh. Bukan sebagai suami yang kucintai. “

“Dan sekarang, “ lanjutnya, “aku merasa ingin memilikimu selamanya. “

Ucapan itu Alida lanjutkan dengan menerkam dan menciumi bibirku dengan lahapnya.

“Kita bisa saling memiliki tanpa hubungan resmi, “ kataku setelah ciuman - ciumannya mereda.

“Gak apa - apa. Aku tak perlu hubungan kita dilanjutkan perkawinan. Yang penting kita harus bertemu secara berkala Honey. “

“Tapi selama kamu masih jadi istri Bernard, sebelum ketemuan denganku harus minta ijin dulu padanya. “

Alida menyahut, “Aku dan Bernard sudah sepakat untuk bercerai secara baik - baik. “

“Haaaa ?!” aku terperanjat, “Tapi kamu mau stay selama setahun di negara ini kan ?”

“Iya. Tolong carikan saja rumah yang mau dijual. Aku siap untuk berpisah dengan Bernard. “

“Soal rumah sih gampang. Tapi kalau ketahuan oleh Bernard, pasti hubungan persahabatanku dengannya akan memburuk, “ kataku.

“Tidak, “ sahutnya, “ Begitu aku pindah ke rumahku sendiri, Bernard sudah bukan suamiku lagi. Dia tak punya hak apa - apa lagi padaku. Lagian kami sudah sepakat untuk bercerai secara baik - baik. “

Aku sudah mengenakan kembali pakaianku. Tapi kemudian kulepaskan kembali semuanya. Dan melangkah ke pinggir sungai berair bening itu. Lalu mencebur ke dalamnya.

Air sungai kecil ini tidak dalam. Hanya merendam sebatas pertengahan pahaku. Tapi kalau aku duduk di dasar sungai, terasa sekali sejuk dan segarnya sungai yang mata airnya hanya beberapa puluh meter di sebelah utaraku itu.

Alida pun melakukan hal yang sama. Gaun putihnya yang sudah dikenakan, ditanggalkan kembali. Lalu dalam keadaan telanjang dia pun melompat ke dalam sungai berair bening dan sejuk ini.

Namun ia hanya berendam beberapa detik di dalam air sungai yang bening ini. Lalu ia melompat ke atas batu yang sebagian besar tidak terendam air sungai. Batu itu berwarna hitam dan berbentuk seperti telur raksasa. Dan Alida duduk di atas batu telur raksasa itu sambil menepuk - nepuk memeknya dengan senyum manis dilayangkan padaku. Ketika aku berdiri di depannya, ternyata ketinggian memeknya ngepas dengan ketinggian kontolku.

Aku hanya butuh waktu beberapa detik untuk membuat kontolku ngaceng kembali. Lalu sambil berdiri kubenamkan kontol ngacengku ke dalam liang memek wanita bule itu.

Alida tampak enjoy dientot dalam posisi seperti itu. Kedua kakinya terendam air sungai, namun memeknya tidak terendam air.

“Woooow ... ini luar biasa indahnya, niscaya akan kukenang di seumur hidupku, “ ucapnya terengah, “Ooooohhhh ... come on Yos ... fuck me harder ... fuck meeee ... oooooh ... oooooo .... oooooohhhhh ... Yoooosssss ... ini luar biasa indahnya Yoooosssss .... ini sesuatu yang takkan kulupakan ... indah sekali ... oooooh .... Yoooosssss ... Yooooosssss ... fuck meee ... fuck ... fuck ... oooohhhhhhhhh ... kamu memang luar biasa Yooossss ... “

Aku pun sedang menikmati sesuatu yang luar biasa indahnya. Mengentot liang memek wanita bule cantik itu sambil mengemut pentil toket kirinya dan meremas toket kanannya.

Alida malah asyik meletakkan dagunya di atas bahuku, dengan pipi merapat ke pipiku. Terkadang ia mencium dan melumat bibirku. Terkadang ia mengelus - elus kelentitnya sendiri, mungkin supaya “lengkap” nikmatnya.

Dan aku semakin gencar mengentotnya, karena berkali - kali melontarkan kata - kata “fuck me harder”, mungkin dalam bahasa Jermannya “fick mich härter”, dalam bahasa kita “entot aku lebih keras” ...... !

Saking kerasnya aku mengentot memek Alida, sehingga pertemuan selangkanganku dengan selangkangan Alida menimbulkan bunyi plokkk ... plooookkk ... plokkk ... plokkk ... ploookkk ... ploook ... ploooook ... ploooook ...

Entah kenapa, kali ini perasaanku ikut bermain. Bukan sekadar memperturutkan nafsu belaka. Ketika Alida mengatakan suasana di sungai kecil ini terasa luar biasa indahnya, hatiku pun mengiyakan. Lalu seandainya Alida sudah berpisah dengan Bernard, salahkah aku kalau Alida kutempatkan di kompleks perumahan elit di mana aku sudah menempatkan adik Bunda yang bernama Ira itu ?

Masalahnya, kini aku merasakan liang memek Alida itu luar biasa enaknya. Mungkin karena perasaanku ikut bermain, mungkin karena suasana di sekitar sungai ini memang indah sekali, entahlah.

Yang jelas, ketika Alida mulai berkelojotan, aku punh menggencarkan entotanku. Maka gesekan kontolku dengan dinding liang memek Alida pun, membuatku serasa melayang - layang di langit tinggi. Langitnya orang dewasa yang sedang memadu birahi.

Dan ketika Alida mengejang sambil menahan nafasnya, aku pun sudah tiba di puncak birahiku. Lalu kutancapkan kontolku sedalam mungkin.

Detik - detik terindah itu pun terjadi. Bahwa ketika ketika liang memek Alida bergerak seperti spiral, laksana ular kecil yang sedang membelit kontolku, pada saat itu pula kontolku mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku.

Cretttt ... croooooooooottttt ... crooooooootttttt ... crettcretttt ... crooooooooooooootttttttttt ... croooooooooooooottttttttttt ... !

Hanya beberapa detik Alida terkulai dalam dekapanku. Lalu ia melompat ke dalam sungai ... byuuurrrrrrr .... ! Meski kedalaman air sungai bening itu dangkal, namun Alida berusaha untuk berenang dan menyelam.



Kesepakatan aku dan Bernard, jam 18.00 kami akan pulang meninggalkan villa. Itulah yang kami lakukan. Alida gabung lagi dengan Bernard, sementara Sinta bersamaku kembali.

Dalam perjalanan pulang dari villa, di dalam mobil kutepuk tangan Sinta sambil bertanya, “Berapa ronde sama Bernard tadi ?”

“Dua ronde. Tapi aku cuma satu kali orgasme. Yang pertama, dia keburu meletus. Hihihiii ... “

“Gimana rasanya kontol bule ? Enak gak ?”

“Jauh enakan sama Big Boss. “

“Gombal kamu. “

“Serius Big Boss. “

“Kontolnya gede gak ?”

“Hampir sama dengan punya Big Boss. Tapi punya dia jauh lebih pendek daripada punya Big Bos. Lagian yang bikin suasana hati gak nyaman, gak disunatnya itu. Pokoknya ada perasaan bersalah karena harus meladeni lelaki yang gak bersunat itu. Tapi Bernard kelihatan serius. Dia malah mengajakku untuk menjadi istrinya, karena dia sudah sepakat dengan Alida untuk bercerai, “ kata Sinta.

“Itu bagus juga, “ tanggapku, “ Masa depanmu lebih terjamin daripada bertahan dengan suamimu yang TKI di Hongkong itu. “

“Nggak ah. Aku sih maunya diajak nikah sama Big Boss. “

“Hahahahaa ... kenapa ? Karena kontolku lebih panjang ?”

“Bukan cuma itu. Big Boss kan seiman denganku. “

“Sinta kok seperti yang belum kenyang digenjot sama Bernard. “

“Emang bener. Makanya kalau sekarang diajak main sama Big Boss, aku gak bakalan nolak deh. “



2 hari kemudian, kuterima WA dari Ira. Isinya pemberitahuan bahwa dia sudah berada di rumah yang sudah kuhadiahkan padanya itu.

Aku pun memberitahu akan ke sana nanti malam.

Dan malamnya, ketika jam tanganku sudah menunjukkan pukul 19.00, aku sudah berada di dalam sedan hitamku, menuju perumahan elit di luar kota itu.

Sejam kemudian aku sudah tiba di depan rumah yang sudah kuhadiahkan kepada Ira itu.

Pintu depan pun terbuka. Ira berdiri di ambang pintu yang terbuka itgu. Lalu ia menarik tanganku, masuk ke dalam rumahnya. Setelah pintu ditutup, Ira langsujng mencium bibirku bertubi - tubi.

“Aku kangen sekali sama Asep. Tapi sayang aku sekarang sedang datang bulan, “ kata Ira setelah mengajakku duduk di ruang keluarga.

“Waaah ... lagi mens ? Padahal punyaku sudah tegang nih. Pengen dimainin di dalam punyamu, “ sahutku dengan nada kecewa.

Ira mendekatkan mulutnya ke telingaku, “Sama Bi Ratna aja ya. “

“Ha ?! Siapa Bi Ratna ?”

“Aku kan pernah minta ijin sama Asep, untuk membawa orang yang bisa menemaniku di rumah ini. Makanya kubawa adik bungsu ibuku dari kampung. Dia janda, gak ada kerjaan. Mendingan diajak ke sini kan ? Sekarang ... mudah - mudahan dia bisa mewakiliku untuk memuasi Asep. “

“Di mana dia sekarang ?” tanyaku.

“Di kamarnya, “ sahut Ira, “mudah - mudahan dia belum tidur. “

Ira melangkah ke pintu kamar yang berdampingan dengan kamarnya. Aku pun mengikutinya dari belakang, karena penasaran juga, ingin tahu seperti apa Bi Ratna itu.

Ternyata wanita yang bernama Ratna itu sudah berbaring di atas bednya. Dan kulihat sesuatu yang mendebarkan. Bi Ratna itu tidur sambil memeluk bantal guling. Selimut tebal di dekat kakinya tidak dipakai. Sementara dasternya tersingkap dan memamerkan paha sampai ke pantatnya.

Dan aku masih berada di tahap pandangan hidup. Belum sampai ke pegangan hidup. Jadi, baru memandang paha dan pantat semok yang putih mulus itu, kontolku langsung bangun di balik celana denim dan celana dalamku.

Ira menjahili bibinya yang sudah tidur itu, dengan mencolek bagian di antara kedua pangkal paha Bi Ratna. Sambil berkata, “Jam delapan udah tidur. Udah kebiasaan di kampung ya. “

Wanita itu terkejut. Lalu bangkit, duduk sambil menggesek - gesek kelopak matanya. “Kan udah gak ada kerjaan lagi Ra, “ katanya.

“Itu lihat siapa yang berdiri di dekat pintu, “ kata Ira sambil menunjuk padaku.

Bi Ratna menoleh ke arahku. “Si ... siapa itu Ra ?”

“Kang Asep, “ sahut Ira.

“Owhhh ... “ Bi Ratna turun dari bed. Menghampiriku sambil menjabat tanganku. “Aku bibinya Ira, “ katanya.

“Kalau begitu, Bi Ratna ini bibinya Bunda juga ya Ra ?” tanyaku kepada Ira.

“Iya, “ Ira mengangguk, “tapi usianya kira - kira sebaya dengan Teh Sari. Dan soal kecantikannya ... juga sebanding dengan bundamu kan ?”

Aku mengangguk sambil tersenyum. Di dalam hati aku mengakui, keluarga Bunda itu cantik - cantik semua.

“Bi ... kasihanilah Kang Asep itu ... dia pengen wikwik sama aku. Tapi aku kan baru datang bulan. Bi Ratna mau kan ladeni Kang Asep ?” tanya Ira sambil memegang tangan bibinya.

“Haaa ?! Gak salah ngomong nih ? Masa pacarmu sendiri dipasangin sama bibi ?”

“Aku sih cewek yang penuh pengertian Bi. Aku tau Kang Asep banyak calon istrinya. Banyak pacarnya. Tapi aku tetap ingin membahagiakan dirinya, tak mau membiarkan dirinya kecewa, “ sahut Ira.

Mendengar ucapan Ira itu kupegang tangan Bi Ratna yang usianya mungkin lebih muda daripada Bunda itu. “Mau tunggu apa lagi Bi ? “ tanyaku, “Ira sudah mengijinkan. Berarti malam ini Bi Ratna akan tidur bersamaku. “

Bi Ratna menatapku dengan sorot seperti terhipnotis oleh pandanganku. Lalu, “ Aku mau cuci muka dulu boleh ?” tanyanya.

Ira menepuk bahu bibinya, “Jangankan mau cuci muka dulu. Mau mandi dulu juga boleh. Di kamarku aja mandinya Bi. Kamar mandiku kan ada air panasnya. Biar bersih mandinya. “

“Iya, “ sahut Bi Ratna sambil mengeluarkan kimono putih dari lemarinya. Lalu keluar dari kamarnya, diikuti olehku dan Ira.

“Mandinya perlu kusabuni gak Bi ?” tanyaku.

“Jangan ... hihihiii ... nanti bobol di kamar mandi dong ... hihihiii ... “ sahut Bi Ratna sambil ketawa centil.

Lalu Bi Ratna masuk ke dalam kamar mandi Ira. Sementara Ira masih mendekap pinggangku.

“Aku menunggu di ruang keluarga ya Sayang, “ ucap Ira sambil mengecup pipiku, “Apakah perlu kukunci pintunya dari luar ?”

“Jangan, “ sahutku, “Nanti kalau aku mau keluar susah. Biar nanti kukunci dari dalam aja. Kuncinya akan kusembunyikan, supaya Bi Ratna tidak kabur. “

“Ya udah, “ ucap Ira sambil meremas kedua tanganku, “Semoga Bi Ratna bisa mengurangi perasaan kangen Kang Asep padaku ya. “

“Tapi ... apakah semua ini sudah Ira pikirkan matang - matang ?” tanyaku.

“Sudah, “ sahutnya, “Selain ingin menyenangkan hati Kang Asep, aku pun ingin membuat Bi Ratna kerasan tinggal di sini, supaya aku selalu ada yang menemani di rumah sebesar ini. “

Aku mengangguk. Lalu kucium bibir Ira dan kubiarkan dia meninggalkan kamarnya ini.

Lalu kukunci pintu keluar itu dan kusembunyikan kuncinya di atas lemari pakaikan Ira.

Agak lama Bi Ratna di kamar mandi. Mungkin saking ingin membersihkan tubuhnya sampai ke sela - sela tersembunyinya pun dibersihkan.

Dan aku menunggu sambil duduk di atas sofa impor berwarna biru muda. Sambil merenungi diriku sendiri. Memang aneh perjalanan birahiku sendiri. Banyak di antara wanita yang hadir di dalam kehidupanku, lalu menghadirkan sosok lain sebagai paket lengkapnya. Bahwa Hui Ying menghadirkan Tante Fang. Anggraeni menghadirkan Bu Ida. Ima menghadirkan Bu Emi. Bi Mita menghadirkan Tina dan Tini. Dhea menghadirkan Bu Rosanna. Bu Arini menghadirkan Ceu Yati, lalu Ceu Yati menghadirkan Ninis. Dan kini Ira yang tadinya dibawa oleh Bunda, malah menghadirkan Bi Ratna yang berperawakan begitu bohaynya. Apakah suratan takdirku memang sudah tertulis seperti itu ?

Entahlah. Namun buatku, semua ini bukan suatu kebetulan belaka. Pasti ada sesuatu kekuatan yang tak bisa dilawan oleh pihak mana pun.

Namun aku akan tetap menjalani apa pun yang sudah tersurat untukku. Tanpa mempertanyakannya. Dengan semangat dan gairah birahiku yang masih meledak - ledak ini.

Kutanggalkan baju kaus dan celana denimku, lalu duduk lagi di sofa dalam keadaan tinggal bercelana dalam. Dan akhirnya Bi Ratna muncul dari kamar mandi, dengan tubuh berbalut handuk dari atas toket sampai ke pahanya yang mengkilap saking kencang dan mulusnya. Dan ia tersipu - sipu waktu kulambaikan tangan agar menghampiriku.

“Mana Ira ?” tanyanya.

“Ira di luar, sengaja ingin memberi kebebasan pada kita berdua, “ sahutku sambil menarik tangannya agak kuat. Sehingga ia terduduk di atas sepasang pahaku.

“Bibi degdegan Sep, “ ucapnya dengan suara perlahan dan bergetar.

“Degdegannya seperti apa ? Seperti pengantin di malam pertama ? ” tanyaku sambil mendekap pinggangnya.

“Lebih dari itu ... hihihiiii ... soalnya Ira pernah bilang punya Asep panjang sekali ... hihihiiii ... “

“Ira pernah bilang juga kalau Bi Ratna harus mau wikwik sama aku ?”

“Iya, “ Bi Ratna mengangguk, “mumpung bibi masih menjanda katanya. “

“Lepasin dong handuknya, biar aku bisa liat seperti apa bentuk badan Bibi. “

“Jangan diketawain ya, badan bibi kan tidak terawat seperti bunda Asep, “ sahutnya sambil berdiri dan melepaskan belitan handuk dari tubuhnya.

Setelah handuk itu terusir dari tubuhnya, Bi Ratna berdiri di depanku sambil menutupi sepasang toketnya dengan kedua tangannya. Sementara satu - satunya benda yang masih melekat di badannya adalah celana dalam berwarna hitam.

Kulihat ada perbedaan antara Bunda dengan Bi Ratna ini. Kalau perut Bunda kempis, karena sering melakukan senam, perut Bi Ratna ini agak melembung, tapi tidak buncit. Hanya kurang kempis saja.

Tapi hal itu tak jadi masalah bagiku. Lalu aku pun berdiri dan menuntun Bi Ratna ke arah tempat tidur. Di atas tempat tidur Ira itulah kutarik celana dalam Bi Ratna sampai terlepas dari kedua kakinya, karena aku sudah penasaran ingin melihat seperti apa bentuk memek perempuan bohay itu.

Memek Bi Ratna berjembut lumayan lebat. Tapi hanya dibiarkan tumbuh di bagian atas memeknya sampai ke bawah pusar perutnya. Sementara dari kelentit ke bawah, bersih dari baok (jembut).

Dengan kata lain, memek Bi Ratna tidak seperti padang gersang, tapi “layak jilat”.

Kulepaskan celana dalamku. Lalu kudekatkan kontol ngacengku ke memek Bi Ratna. Dan kupukul - pukulkan kontolku ke memek Bi Ratna.

Wanita yang sebaya dengan Bunda, tapi statusnya bibi Bunda itu terbangun dan memegang kontolku dengan tangan gemetaran.

“Gila panjang banget, “ gumamnya.

“Dan Bi Ratna ...seksi banget ... “ sahutku sambil menepuk pantat telanjang Bi Ratna.

“Kata orang sih bibi ini kayak Uut Selly. Hihihiiii ... “

“Siapa itu Uut Selly ?”

“Penyanyi dangdut dari Jogja. “

“Wah, gak tau aku. Tapi Bibi cantik kok, “ ucapku sambil mengepit kedua belah pipinya dengan sepasang telapak tanganku.

Bi Ratna tersipu. Dan tiba - tiba saja dia mendorong dadaku sampai membuatku celentang. Lalu ia menyerudukkan mulutnya ke kontolku yang sudah dipegangnya lagi. Mungkin ia sudah gemas, ingin menyepong kontolku.

Ternyata Bi Ratna sangat trampil melakukan felatio. Tak ubahnya pornstar yang sedang beraksi di depan kamera. Bukan hanya mulutnya yang beraksi, tapi kedua tangannya juga aktif mengocok kontolku yang tidak terkulum oleh mulutnya. Tangan kanannya mengocok kontolku, sementara tangan kirinya asyik mengusap - usap pelerku.

Kubiarkan saja ia melakukan semuanya ini. Sambil sesekali kuremas toketnya yang lumayan gede dan sudah agak tergantung ke bawah.

Sampai pada suatu saat, dengan sigap ia berjongkok dengan mulut memek yang sudah menempel di moncong kontolku. Lalu ia menurunkan bokong semoknya, sehingga kontol ngacengku membenam sampai mentok di dasar liang memeknya.

“Duuuuh ... gak bisa masuk semuanya Sep, “ ucapnya sambil mengangkat kembali bokong semoknya lalu menurunkannya kembali. Kemudian Bi Ratna mulai mengayun bokongnya, naik turun dan naik turun terus dengan cepatnya. Dan setiap kali kontolku mentok di dasar liang memeknya, selalu saja ia melontarkan suara “Aaaaw ... “

Kali ini aku tak mau berdiam pasif. Aku pun menggerakkan kontolku secara berlawanan arah dengan gerakan memek Bi Ratna. Kalau memeknya menurun, kunaikkan kontolku. Dan kalau memeknya naik, kutarik pula kontolku. Sehingga ayunan bokong Bi Ratna jadi efektif dan cepat tiba di “tujuan”.

Kedua tanganku pun tak mau membiarkan sepasang toket yang sudah turun secara natural itu. Kuremas dan kuremas terus sepasang toket gede dan alamiah itu dengan agak keras. Namun Bi Ratna tidak complain meski remasanku terlalu kuat. Ia bahkan semakin asyik mengayun bokongnya dengan mata merem melek.

Namun saking bersemangatnya Bi Ratna beraksi dalam posisi WOT ini, hanya belasan menit ia kuat bertahan. Lalu ... ia ambruk di atas dadaku sambil merintih, “Bibi meletus Seeep .... “

Kemudian ia menelentang dengan kedua kaki direntangkan. Kedua tangannya pun direntangkan.

Aku tersenyum dan membenamkan kontolku ke dalam liang memek yang sudah becek itu.

Tapi bagusnya Bi Ratna langsung menyambutku dengan pelukan erat. Tidak tampak kepayahan meski sudah orgasme.

Inilah saatnya bagiku untuk beraksi. Ketika aku baru membenamkan kontolku, kedua kaki Bi Ratna melingkari bokongku. Sehingga aku leluasa untuk membenamkan kontolku sedalam mungkin, meski sudah mentok sekali pun.

Memang posisi missionary ini paling lengkap menurutku. Karena dalam posisi ini banyak daerah sensitif wanita bisa kusentuh, sementara aku pun ikut menikmatinya. Seperti waktu aku mulai mengentot Bi Ratna ini, tanganku bisa meremas toketnya sambil menjilati lehernya yang sudah keringatan. Dan tampaknya Bi Ratna pun lebih menikmati suasana romantis seperti ini.

Selain itu, legit dan pulennya liang memek Bi Ratna mulai benar - benar kurasakan. Dan ketika aku memandang wajah cantiknya, hatiku berkata, Bi Ratna ini layak menjadi simpananku ... !

Maka bangkitlah semangatku untuk mengentot Bi Ratna habis - habisan. Kugencarkan entotanku, sementara Bi Ratna membalasnya dengan menggeol - geolkan bokongnya dengan goyangan yang aduhai ... membuat gairahku semakin menjadi - jadi.

Ketika tangan Bi Ratna berada di samping kepalanya, aku pun menyerudukkan mulutku ke ketiaknya yang bersih dari bulu dan menyiarkan harum deodorant. Lalu kujilati ketika Bi Ratna dengan lahapnya, disertai dengan sedotan - sedotan kencang. Sementara kontolku tetap gencar mengentot liang memek legitnya.

Geolan pantat Bi Ratna pun semakin menggila.

Wow ... tak kusangka akan mendapatkan pasangan seksual yang begini atraktifnya, meski Bi Ratna datang dari kampung.

Tubuhku mulai bersimbah keringat. Begitu juga Bi Ratna, tubuhnya sampai mengkilap di sana - sini karena sudah ditutupi oleh lapisan keringatnya.

Legit dan pulennya liang memek Bi Ratna membuatku mulai memasuki titik “gawat” alias sudah dekat ejakulasi.

“Aku oooooooohhhhh ... hampir ngecrot Bi. Ma ... mau lepasin di luar apa di dalam ?” tanyaku terengah.

“Di dalam aja Sep. Ooooohhhhh ... bibi juga udah hampir lepas ... barengin aja Seeep ... ooooh ... biar lebih nikmaaaat ..... “ sahut Bi Ratna sambil mempergila geolan pantatnya.

Lalu detik - detik terindah itu kunikmati.

Ketika Bi Ratna mengejang tegang sambil menahan nafasnya, kutancapkan kontolku sampai menyundul dasar liang memeknya. Pada saat itulah liang memek Bi Ratna mengedut - ngedut kencang, disambut dengan mengejut - ngejutnya kontolku yang sedang memuntahkan lendir surgawiku.

Jrooooooooooottttttttt ... crettttt ... jrooooooooooooooootttttt ... cretcretttttt ... jrooooooottt ... jrooooooooooooooooooooooooooottttt ... !
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd