Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 04



T
ernyata menyetubuhi perempuan gemuk ini asyik juga. Karena aku merasa sedang menelungkupi kasur yang sangat empuk dan hangat. Terlebih lagi karena perempuan gendut ini masih perawan sebelum kusetubuhi tadi.

Ketika aku mengentot Bu Yola sambil menahan tubuhku dengan kedua telapak tanganku yang ditekan ke kasur, aku jadi bisa melihat kontolku yang sedang maju mundur di dalam liang memek tembem Bu Yola. Aku melihat buktinya itu. Bukti bahwa kontolku seperti dilapisi darah ... darah perawan Bu Yola ... !

Menyaksikan bukti itu, aku pun semakin bergairah untuk melanjutkan aksiku di atas perut Bu Yola ini.

Sebenarnya aku ingin mengentotnya dengan gerakan normal. Tapi liang memek Bu Yola benar - benar masih sangat sempit. Sehingga aku hanya bisa mengentotnya dengan irama “nyiur melambai”. Biar lambat asal nikmat.

Ya, meski entotanku gak bisa cepat, tapi aku sangat menikmatinya. Bahkan saking nikmatnya, ketika Bu Yola mendesah - desah sambil klepek - klepek, aku pun hampir ngecrot. Tapi aku berusaha untuk mengulur durasi ngentotku. Kucabut kontolku, lalu melorot turun. Kujilati memek Bu Yola dengan lahapnya. Tanpa mempedulikan ada darah perawannya atau tidak.

Aksiku ini hanya untuk mengulur meletusnya ejakulasiku.

Dan aku sangat ganas menggasak memek dan kelentit Bu Yola dengan bibir dan lidah yang sudah terlatih ini. Sehingga pada suatu saat Bu Yola memekik lirih, “Yo ...sef .... ini seperti ada yang mau ambrol tapi enak sekali Seeeef .....!”

Mendengar rintihan itu aku malah semakin bersemangat untuk menyedot kelentitnya kuat - kuat. Sementara jari tengahku diselundupkan ke dalam liang memek super sempitnya.

Lalu Bu Yola menahan nafasnya sambil mengejang tegang. Disusul dengan sesuatu yang berbeda pada liang memeknya. Ya ... liang memeknya mengejut - ngejut, lalu bergerak seperti spiral, seperti ingin mendorong jari tengahku yang sedang utak - utek di dalam liang kewanitaannya.

Kemudian tubuh Bu Yola melemas. “Beneran aku masih perawan kan ?” tanyanya sambil berusaha duduk meski masih tampak lemas.

“Benar. Itu saksinya, “ sahutku sambil menunjuk ke arah bercak - bercak darah yang sudah mulai mengering di kain seprai.

Lalu kudorong agar Bu Yola menelentang lagi. Setelah ia celentang kembali, kubenamkan lagi kontolku ke dalam liang memeknya.

“Udah orgasme barusan ya ?” cetusku setelah membenamkan sekujur badan kontolku di dalam liang memek Bu Yola.

“Gak tau, “ sahut Bu Yola lugu, “Apa itu yang disebut orgasme atau bukan. Yang jelas aku seperti melayang - layang ... lalu seperti mau jatuh ... dan ... begitulah. ”

“Tapi enak sekali kan Bu ?” “

“Iya. Luar biasa enaknya ... “

“Ya itulah yang disebut orgasme. Puncak kenikmatan wanita pada saat melakukan hubungan seks. “

“Owh ... baru tau, “ ucapnya ketika aku mulai mengentotkan kembali kontolku, “ Aku kan masih bodoh dalam soal seks sih ... ddududuuuh ... Seeef ... ini enak lagi Seeef .... oooooooh .... memekku enak Sef ?”

“Uuuughhhh ... enak sekali Bu .... memek Bu Yola ini paling enak di dunia ... “ ucap gombalku terengah, karena sedang enak - enaknya mengentot memek perempuan gendut setengah baya ini.

“Kontolmu juga enak sekali Sef ... bikin sur - ser dari ujung kaki sampai ke ubun - ubunku. “

“Pahanya jangan dirapatkan gini Bu ... renggangkan lagi ... renggangkan selebar mungkin deh. Biar kontolku leluasa menjelajahi liang memek Ibu ... naaaaah ... iya .... iya begitu Buuuu ... “

Kali ini aku semakin serius ingin membuat Bu Yola orgasme lagi, kalau bisa. Karena itu tangan dan mulutku mulai beraksi. Menjilati lehernya yang sudah lembab oleh keringat, disertai gigitan - gigitan kecil yang takkan menyakitkan. Kebetulan leher Bu Yola sudah diharumkan entah oleh parfum atau deodorant apa. Sehingga aku sangat bersemangat menjilati lehernya, sementara tangan kananku mulai asyik meremas - remas toket kirinya yang seperti buah melon ini. Bu Yola pun tampak terlena dibuatnya. Matanya kadang terlongong menatap plafon kamarku. Kadang - kadang terpejam, dengan mulut ternganga dan berdesah - desah seperti kepedasan.

Terlebih ketika mulutku menyeruduk ketiaknya. Pada mulanya seperti kaget. Tapi ketika aku sudah mulai menjilati ketiaknya disertai gigitan dan sedotan kuat, ia pun merintih - rintih histeris, “Yoseeeef ... ooooooh ... kenapa semua yang kamu sentuh enak sekali rasanya Seeef ? Ooooohhhhh ... entot terus Seeef ... rasanya heunceutku lagi dimanjakan oleh kontolmu Seeef ... entooooottttttt ... entoooootttttt .... iyaaaaa ... makin lama makin enak Seeeef .... entoootttt .... entoooootttttt terussssss Seeeef ..... entot terus Seeeef ... ternyata memang nikmat sekali diewe kamu ini Seeef ... gak nyangka ... enak Seeeef ... enak sekaaaaliiiii ... “

“Uuuuggghhh ... iyaaa Buuuu ... nanti kalau aku mau ngecrot, lepasin di mana Bu ?”

“Di dalam heunceutku aja Sef .... kan aku udah nyiapin pil kontrasepsi .... “

Mendengar kata “heunceut” itu aku tersenyum sendiri. Karena seorang guru pun kalau sedang lupa daratan begini, ya bisa lupa diri. Bisa melontarkan kata - kata vulgar begitu. Kata orang, terkadang identitas asli seorang manusia bisa muncul pada waktu sedang bersetubuh.

Tapi aku juga pernah membaca dalam sebuah buku pengetahuan seks, antara lain ada kalimat seperti ini : Pada waktu berhubungan seks, sesekali boleh berbicara sekotor mungkin. Karena hal itu bisa membangkitkan gairah.

Mungkin Bu Yola pun pernah membaca buku itu. Tapi baru sekarang bisa mempraktekkannya.

Tapi biarlah hal itu tak usah dipikirkan. Yang mesti kupikir, liang memek Bu Yola ini memang nikmat sekali. Karena setiap kali kontolku bergerak, gesekan antara kontolku dengan dinding liang memek Bu Yola terasa sekali. Karena liang memek perempuan gendut ini memang super sempit. Dengan sendirinya terasa benar menjepitnya pada waktu kontolku sedang kuayun.

Sampai pada suatu saat, Bu Yola merengek manja, “Awww ... Yosef ... ini kayaknya mau orgasme lagi Seeeef ..... !”

Mendengar rengekan Bu Yola itu, aku pun tak mau mengulur waktu lagi. Karena rasanya ejakulasiku sudah dekat juga. Maka dengan agak gencar sang kontol kuayun. Sampai akhirnya, ketika Bu Yola sedang mengejang tegang, kudesakkan kontolku sekuat mungkin. Sehingga moncong kontolku menabrak dan mendesak dasar liang memek wanita gendut itu.

Pada saat itulah, ketika kontolku ditancapkan tanpa digerakkan lagi, liang memek Bu Yola terasa berkedut - kedut kencang. Disusul dengan mengejut - ngejutnya kontolku yang sedang memuntahkan air maniku.

Creeettt ... croooooootttt ... crettt ... crettt ... crooottttttt ... crooooooooottttttt ... cretttt ... !

Nafas Bu Yola tertahan beberapa detik. Lalu menghembuskan nafas panjangnya. “Hhhhhaaaaaaaaaaahhhhhh ... luar biasa Sef. Barusan Yosef ejakulasi juga ?”

“Iya Bu, “ sahutku, “ Kalau diletusin bareng - bareng, nikmat kan ?”

“Ho’oh ... indah sekali. Waktu spermamu menyemprot liang memekku, lebih indah sekali. Karena merasakan hangatnya lendir manimu membasahi memekku. Aaah ... pantasan banyak orang bilang bahwa nikmatnya bersetubuh itu tiada tandingannya. Bahkan banyak yang menyebutnya sebagai surga dunia. “

Lalu kucabut kontolku dari liang memek Bu Yola, sambil berucap, “Gemuknya Bu Yola menimbulkan greget tersendiri bagiku. Makanya tak salah kalau aku bilang gendut itu seksi di mataku. “

Bu Yola bangkit dan memelukku yang masih duduk di atas bed. “Pokoknya sekujur tubuhku ini milikmu seorang, sampai aku punya suami. Tapi kalau aku ditakdirkan hidup sendiri terus, seumur hidup aku akan tetap menjadi milikmu Sef. “

Mendengar ucapan lugu itu, aku menyambutnya dengan ciuman hangat di bibir sensualnya.

“Aku siap untuk memuasi Bu Yola kapan dan di mana pun, “ ucapku setelah melepaskan ciumanku.

“Terima kasih, “ Bu Yola memelukku, “Rasanya aku bakal ketagihan sama dirimu Sef. “

Ketika Bu Yola membelakangiku, kutepuk bokongnya yang gede banget sambil berkata, “Aku juga bakal ketagihan sama bokong gede ini Bu ... ! ”

Lalu kami melangkah ke kamar mandi dalam keadaan masih sama - sama telanjang.

Kami pun mandi bersama. Sambil saling menyabuni.

Pada waktu Bu Yola menyabuni kontolku yang sudah lemas, ia berkata, “Ajarin aku cara untuk ngemut kontol Sef. “

“Gampang itu sih, “ sahutku sambil menarik tangan kanannya ke dekat mulutku. Lalu kukulum telunjuknya, diibaratkan kontol yang sedang diemut. Kugerak - gerakkan juga telunjuk itu, maju mundur di dalam mulutku. Sementara lidahku pun ikut menggeluti telunjuk Bu Yola. Pokoknya aku mengibaratkan telunjuk Bu Yola itu kontolku yang sedang disepong.

“Gitu aja, “ kataku sambil mengeluarkan telunjuk Bu Yola dari dalam mulutku, “Mudah kan ?”

Bu Yola mengangguk - angguk. Lalu menyemprotkan shower manual ke kontolku sambil berkata, “Mau nyobain ya. Tapi aku sulit jongkok ... “

“Kalau mau praktek, aku bisa duduk di sana, “ kataku sambil menunjuk ke meja washtafel. Karena sebagai landasan washtafel keramik itu ada meja nya yang terbuat dari batu granit, “ Supaya Bu Yola gak usah jongkok. Cuma membungkuk dikit aja. “

Lalu aku melangkah dan naik ke atas meja batu granit yang tingginya lebih tinggi daripada meja makan itu. Kemudian aku duduk dengan kedua kaki terjuntai ke bawah, sambil memegangi kontol yang akan disepong oleh Bu Yola.

Bu Yola tersenyum. Dan langsung mengerti apa yang harus dilakukannya. Ia pun berdiri di depan meja batu granit penyangga washtafel, sambil memegang kontolku yang masih lemas. Lalu dengan agak membungkuk ia mengulum kontolku.

Ternyata tak sulit mengajari bu guru gendut itu untuk nyepong kontolku. Ia mulai memaju mundurkan mulutnya sambil memegangi pangkal kontolku. Sambil mengalirkan air liurnya ke badan kontolku.

Bu Yola pun mulai bisa mengurut badan kontolku setelah dibasahi air liurnya. Sehingga kontolku seperti sedang dikocok, sementara “topi baja”nya dijilati oleh guru BBW itu.

Setelah belasan menit Bu Yola menyepongku ...... “Sudah ngaceng lagi Sef, “ ucapnya.

‘Iya ... “ sahutku sambil turun dari meja batu granit itu, “Sekarang kita main lagi dengan posisi yang berbeda. “

Lalu kuatur agar tetap berdiri menghadap meja granit itu, sambil membungkuk dan memegang pinggiran meja granit.

Bu Yola menurut saja. Karena mungkin ia ingin punya pengalaman baru. “Kata orang, pengantin di malam pertama bisa lebih dari lima kali disetubuhi pengantin pria ya. “

“Katanya sih begitu. Bahkan ada yang sampai sepuluh kali eweannya. Ibu mau begitu juga ?” tanyaku.

“Terserah Yosef aja, “ sahutnya, “tapi gak usah sampai sepuluh kali benar ... tiga atau empat kali juga cukup. “

“Kalau gitu, Ibu harus nginap di sini. Karena di ronde berikutnya, pasti aku lama sekali durasi ngentotnya. “

“Nginap sih gak bisa Sef. Besok pagi aku harus ngajar. “

Aku tak bicara lagi. Karena sedang berusaha memasukkan kontolku dari belakang. Dalam keadaan membelakangiku ini, memek Bu Yola malah tampil sepenuhnya. Seperti sepasang bibir yang sedang tersenyum malu - malu di bawah anusnya.

Kali ini tak terlalu sulit membenamkan kontolku ke dalam liang memek Bu Yola.

Lalu, dalam posisi sama - sama berdiri, aku mulai mengentot liang memek yang masih sempit tapi sudah agak melar karena baru orgasme tadi.

Meski tidak saling berhadapan, aku suka posisi ini. Karena pantat Bu Yola super gede. Sehingga sambil mengentot liang memeknya aku pun bisa memijat - mijat dan menepuk - nepuk buah pantat gedenya. Plak ... plok ... plak .... plok ... plaaaaakkkk .... plooookkkk .... plaaaaakkkk .... ploooookkkkk .... plaaaaaakkkkk .... ploooookkkkkkk .... !

Terdengar suara Bu Yola, “Duh enak pantatku ditepokin gitu Seeef ... coba lebih keras lagi nepokinnya ... !”

Aku pun menguatkan tepukanku seperti yang diinginkannya. Bahkan kini bukan tepukan lagi, melainkan tamparan - tamparan kelas. Plaaaaaar .... pllllllaaaaaaarrr ... plaaaaarrrrr .... plaaaaaarrrr .... !

Terdengar lagi suara Bu Yola, “Lebih keras lebih enak Sef ! Kemplangin terus bokongku sekuat mungkin Sayaaaang .... !”

Jadinya aku “sibuk” sekali. Harus mengentot sambil mengemplangi bokong gede Bu Yola. Sampai kedua telapak tanganku terasa panas, sementara pantat Bu Yola pun sudah merah padam. Semerah bekas kerokan.

Tapi Bu Yola tampak menikmati dengan aksiku kali ini. Bahkan pada suatu saat ia memekik perlahan, “Yoseeef ... aku orgasme lagiiiii .... “

Memang dia klepek - klepek sambil berdiri membungkuk dan membelakangiku itu. Dan setelah klepek - klepeknya reda, aku mau mencabut kontolku, untuk memberi kesempatan pada Bu Yola untuk istirahat.

Tapi Bu Yola melarangku. “Jangan dicabut Sef ... ! Entot aja terus ... ! Udah orgasme juga tetap enak, gak ngilu ... entot terus sambil kemplangin lagi pantatku ... !”

“Heheheee ... telapak tanganku sudah pada panas Bu. “

“Pantatku juga sakit. Tapi entah kenapa, kayaknya aku harus disetubuhi sambil disakiti. Karena semakin sakit malah semakin nikmat Sef. Mungkin tetek atau leherku harus dibuat sakit ... pindah ke kamar aja yuk. “

Lalu kucabut kontolku, untuk melangkah keluar dari kamar mandi.

Bu Yola duluan celentang di atas bedku sambil mengangkangkan kedua paha gempal sintal itu.

“Tadi kan kamu bisa ngentot sambil jilatin dan gigitin leherku. Coba sekarang cupangin leherku. Kalau perlu sampai keluar darah Sef. Soalnya aku merasakan sakitku jadi nikmat pada waktu sedang dientot sih, “ kata Bu Yola sambil mengusap - usap memek tembemnya.

Tanpa banyak bicara lagi, aku menelungkup di atas perut buncit Bu Yola, sambil membenamkan kontolku dengan mudahnya, karena liang memak Bu Yola masih sangat basah.

Aku pun langsung mengentotnya. Mengentot liang memek yang sudah becek ini. Meski pun becek, liang memek Bu Yola tetap terasa sempit. Namun jadi sangat licin, memudahkanku untuk mengentotnya.

Lalu Bu Yola berkata terengah, “Oooooh .... ini mulai enak lagi Sef. Cupangin leherku ... sambil digigitin yang kuat. Sampai keluar darah juga gak apa - apa ... “

“Aku bukan dracula Tante ... mana tega aku menggigit leher Tante sampai berdarah. Cupangin biasa aja ya. “

“Aku ingin digigit sampai berdarah please ... “ ucapnya bernada memohon.

“Toketnya aja cupangin lalu akan kugigit juga sampai berdarah ya Bu. “

“Iya, iyaaa ... mendingan juga toketku. Kalau di leher nanti harus ditutup pake selendang terus. Tapi jangan gigit pentilnya ya. Badan toketnya aja. “

“Iyaaaa .... “ sahutku sambil mempergencar entotanku. Maju mundur dan maju mundur dan maju mundur terus di dalam liang super sempit namun licin sekali ini.

Lalu. ketika aku sedang gencar - gencarnya mengentot liang memek Bu Yola, aku pun mulai menyedot - nyedot toket gedenya sekuat mungkin. Sampai meninggalkan bekas merah padam sebesar coin seribuan.

“Duuuh ... enak sekali Sef ... ! Ayo gigit sampai berdarah ... !” rintih Bu Yola sambil memejamkan matanya.

Tapi aku tetap tak tega menggigit toket gede itu sampai berdarah. Maka kataku, “Bu ... mendingan aku disuruh meremas toketnya sekuat mungkin. Gimana ?”

“Ya, cobain aja. Pokoknya remas sampai aku kesakitan, “ sahutnya sambil menatapku dengan senyum manis di bibir sensualnya.

Aku pernah diberi petunjuk oleh Mamih, bahwa meremas toket klien harus dengan lembut. Jangan menimbulkan kesakitan. Tapi kali ini aku harus meremasnya sekuat mungkin, sampai Bu Yola merasa sakit. Karena rasa sakit pada waktu disetubuhi, menimbulkan nikmat tersendiri.

Aku memang pernah membaca buku tentang beberapa sensasi wanita tentang seks. Ada wanita yang ingin dominan pada waktu bersetubuh, pokoknya dia harus berkuasa untuk menentukan apa pun pada waktu sedang bersetubuh. Ada juga wanita yang mengikuti selera pasangannya.

Ada pula wanita yang ingin disakiti pada waktu sedang wikwik. Antara lain minta dipukulin dulu pantatnya dengan plastik penggebuk lalat. Ada juga yang ingin dicupang di lehernya, sampai bekasnya merah menghitam. Dicupang itu sakit, tapi wanita jenis ini senang membaurkan rasa nikmat dan rasa sakit.

Mungkin jenis yang terahir itulah Bu Yola. Ingin diberi kenikmatan sekaligus rasa sakit.

Maka berdasarkan itulah aku meremas sepasang toket gede Bu Yola sambil mengentotnya dengan gencar ... dengan ganas ... dengan garang ... !

Bu Yola malah terpejam - pejam sambil mendesah dan merintih, “Hhhhhhehhhh .... hheeehhhhhh .... ini lebih nikmat Sayaaaaang ... remas terus toketnya kuat - kuat Seeeef .... ooooooohhhhh ... ini luar biasa nikmatnyaaaaaa .... ooooooohhhh .... “

Aku tidak tahu apakah toket segede itu mati rasa atau bagaimana. Yang jelas, kalau aku melakukannya pada Lilis, pasti akan berteriak kesakitan. Tapi Bu Yola malah merengek enak dan enak. Ini suatu pengalaman baru bagiku. Bahwa tiap perempuan punya selera yang berbeda pada saat sedang disetubuhi.

Yang jelas, kontolku tetap lancar menggenjot liang memek super sempit namun licin ini. Dan akhirnya, aku berhasil tiba di puncak kenikmatan secara serempak.

Bahwa ketika liang memek Bu Yola sedang berkedut - kedut kencang, kontolku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lahar lendirku ... !



Ketika hari sudah mulai malam, Bu Yola pulang. Dengan wajah seperti berat meninggalkanku. Memang aku pun merasakan hal yang sama. Kepergiannya meninggalkan kesan khusus di dalam batinku.

Namun ternyata Bu Yola tak pernah datang lagi ke rumah megah milik Tante Sharon ini.



H
ari demi hari pun berputar terus ......

Aku pun tetap memiliki “kegiatan” untuk memuasi Tante Sharon, sambil berusaha keras agar dia bisa hamil seperti yang diangan - angankannya.

Namun ternyata menghamili Tante Sharon tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dua bulan aku “serajin mungkin” menyetubuhi Tante Sharon. Kecuali pada waktu ia datang bulan, aku bisa istirahat dulu. Dan setelah ia bersih, aku melaksanakan “tugas” kembali. Untuk mengentot dan mengentotnya terus.

Namun hasilnya masih nol besar. Sehingga aku nyaris putus asa.

Pada pertengahan bulan ketiga Tante Sharon datang dengan wajah muram. Sehingga aku menghampirinya sambil menggandeng lengannya untuk duduk di sofa ruang keluarga.

“Ada apa Tante ? Kok kelihatannya Tante seperti sedang sedih, “ ucapku.

Tante Sharon menundukkan kepalanya. Agak lama dia tak mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian ia mengeluarkan sebuah map dari tas kerjanya. Lalu menyerahkannya padaku.

“Apa ini Tante ?” tanyaku heran.

“Baca aja sendiri, “sahutnya.

Kubuka map itu. Kulihat isinya sertifikat hak milik (SHM) rumah dan tanahnya. Lalu kuteliti secermat mungkin. Ternyata sertifikat rumah megah yang sedang kuhuni ini.

“Sertifikat rumah ini ? Ada apa dengan sertifikat ini ?” tanyaku.

“Ini penyebabnya, “ sahut Tante Sharon sambil mengeluarkan secarik surat dari dalam tasnya. Surat itu pun diserahkannya padaku.

Aku pun membacanya dengan teliti. Lalu berkata, “Ini surat keterangan dokter ? Kenapa ? Tante sakit ? Sakit apa ?”

“Baca dong yang teliti. Di bawah ada tulisan positif 4 minggu. “

“Oh iya ... ini ada tulisan positif 4 minggu. Positif terinfeksi penyakit ?”

Tante Sharon mendekatkan mulutnya ke telingaku. Lalu ia berbisik, “Positif hamil Sayang. “

“Haaaaaa ?!! “ aku bangkit dari sofa, lalu menengadahkan kedua tanganku. “Ini serius Tante ?” tanyaku tak percaya pada pendengaranku sendiri.

Tante Sharon pun berdiri sambil berteriak keras, “Yaaaa ... ! Aku sudah hamil empat mingguuuu .... ! “

“Tapi kenapa tadi Tante datang - datang bermuka masam gitu ?”

“Sengaja ingin ngeprank kamu dulu Sayang. Hiihihihiiiii ... akhirnya aku hamil jugaaa ! Emwuah ... emwuaaaaah ..... “ Tante Sharon mencium pipi kanan dan pipi kiriku.

Kemudian Tante Sharon berkata lagi, “Sertifikat hak milik rumah ini kuberikan padamu, untuk menepati janjiku. Jadi mulai sekarang rumah dan tanahnya ini menjadi milikmu Sef. Besok kita buat akte hibahnya di depan notaris. “

“Aku ... aku merasa seperti sedang bermimpi Tante, “ ucapku sambil menciumi sertifikat hak milik itu.

“Sejak awal aku punya feeling, bahwa kamu akan berhasil menghamiliku, “ Tante Sharon mencium bibirku dengan mesranya. Lalu berbisik di dekat telingaku, “Terima kasih ya Sayang. “

“Aku yang harus berterima kasih kepada Tante atas pemberian yang luar biasa berharga ini. Kalau aku mengumpulkan duit sendiri, sampai limapuluh tahun pun takkan bisa memiliki rumah semegah ini, “ ucapku.

“Tapi sama siapa pun jangan bilang - bilang kalau rumah ini pemberian dariku ya Sef. “

“Iya Tante. Akan kurahasiakan. “

“Suamiku punya beberapa perusahaan. Tapi aku juga punya perusahaan sendiri. Karena itu rumah ini kubeli dari hasil keringatku sendiri, tidak memakai uang suamiku. Dan sampai sekarang suamiku tidak tahu kalau aku punya rumah di sini. “

“Ogitu ya. “

“Mmm ... satu - satunya kelemahan rumah ini, belum ada garasinya. Nanti aku pikirkan untuk membangun garasi di pelataran depan itu. Supaya kalau aku sedang berada di sini, mobilku takkan terpamerkan di luar. “

“Iya Tante. “

“Sebenarnya aku ingin kangen - kangenan dulu sama kamu. Tapi hari ini aku sedang sibuk di kantor perusahaanku. Lagian biarkan dulu janin di dalam perutku jangan diganggu oleh gerakan kencang dulu. Nanti kalau kandunganku sudah tiga bulan ke atas, barulah kita bisa wikwik lagi. “

“Iya Tante. Kebayang seksinya Tante kalau perutnya udah buncit nanti. “

Tante Sharon tersenyum manis. Mungkin senang mendengar pujianku.

“Ohya ... kontrakmu dua minggu lagi selesai. Tapi kita harus tetap punya hubungan ya Sef. “

“Tentu aja Tante. Sekarang aku kan sudah ada ikatan batin dengan yang di dalam perut Tante ini, “ sahutku sambil mengusap - usap perut Tante Sharon.

“Tapi kalau anaknya sudah lahir, suamiku menyuruh agar aku dan Yosef membuat perjanjian disaksikan notaris. “

“Perjanjian apa ?”

“Perjanjian bahwa kamu takkan menuntut apa pun pada anak kita. Dengan kata lain, anak ini secara resminya anak suamiku. “

“Oh, iya iya. Tenang aja Tante. Aku memang tak mau mengganggu soal itu sih. Mudah - mudahan aja suami Tante bakal sayang sama anak kita. “

“Harus menyayanginya. Karena semua yang pernah kita lakukan, juga atas saran dan restu suamiku. Ohya, apa rencanamu setelah kontrak kita selesai nanti ?”

“Aku hanya ingin pulang kampung dulu selama beberapa hari. Selanjutnya, ya harus mengikuti instruksi Mamih lagi. Gak apa - apa kan Tante ?”

“Gak apa - apa, “ sahut Tante Sharon, “Karena pelanggan Mamih itu wanita terhormat semua. Wanita terhormat yang ingin mendapat kepuasan di luar rumahnya. Ohya, besok pagi aku akan menjemputmu, untuk membuat akte hibah di notaris. Bisa pinjam KTPmu ? Besok sepulangnya dari notaris akan kukembalikan. “

Wah, Tante Sharon pinjam KTP segala. Berarti dia akan tahu nama asliku. Tapi biarlah, aku akan buka - bukaan saja soal nama sih.

Maka kukeluarkan KTPku dari dompetku sambil berkata, “Tante ... sebenarnya nama asliku Asep. Tapi sebelum jadi anak buah Mamih, aku diminta ganti nama yang lebih bagus. “

Kemudian kuserahkan KTPku kepada Tante Sharon.

“Owh ... nama aslimu Asep ? Gak apa - apa. Namaku juga bukan Sharon. Tapi kepada Mamih kukenalkan nama Sharon. Supaya identas asliku tidak dikenal orang. Nama asliku sebenarnya .... “ Tante Sharon membisikkan nama aslinya. Nama yang harus kurahasiakan.

“Iya ... akan kurahasiakan, “ sahutku, “Dalam keseharian, aku akan tetap memanggil Tante Sharon aja ya. “

“Iya, harus begitu. Aku tak mau nama asliku dikenal orang. Karena aku ini seorang pengusaha. Harus menjaga agar semuanya berjalan nyaman. Tanpa gossip, tanpa rumor. “

Keesokan harinya, Tante Sharon mengajakku ke notaris. Untuk membuat akte hibah rumah dan tanah yang kuhuni itu. Bahkan notaris itu pula yang akan mengurus balik nama sertifikat hal milik rumah dan tanahnya itu. Balik nama dari nama asli Tante Sharon ke nama asliku.

Sebenarnya semua itu masih belum kupercayai. Laksana mimpi saja rasanya. Gak kebayang bagaimana nantinya, setelah kontrak dengan Tante Sharon selesai. Lalu apa yang harus kukatakan kepada Danke, kepada Ceu Imas dan semua teman - teman di kampungku ? Bahwa dalam tempo 3 bulan aku bisa memiliki rumah yang harganya pasti bermilyar - milyar itu ? Jangan - jangan nanti ada yang mengiraku perampok. Karena tak masuk di akal kalau aku mengaku hasil dari kerja biasa - biasa saja.

Benar juga kalau aku harus merahasiakan “sirsilah” rumah itu. Karena nanti pasti akan banyak pertanyaan itu dan ini.

Karena itu aku akan mengaku sebagai tukang tunggu rumah saja, yang ditugaskan oleh pemilik rumah itu. Meski sebenarnya rumah itu sudah menjadi hak milikku.

Aku memang tak mau disorot oleh pihak mana pun. Karena itu aku takkan menonjolkan diri di mana pun. Bahkan membeli motor pun aku belum mau, meski aku punya uang untuk membelinya. Biarlah aku main taksi atau ojek saja kalau ada perlu ke tempat yang jauh dari perumahan ini nanti.

Mungkin aku harus mengikuti cara Tante Sharon. Setiap kali datang ke rumah ini, ia selalu ganti mobil. Kemaren memakai mobil A, hari ini memakai mobil B dan esoknya pakai mobil C dan seterusnya. Dia hanya memakai limousine pada waktu membawaku ke villanya itu. Ketika memakai mobil lain, Tante Sharon sendiri yang nyetir. Tidak menggunakan jasa sopir.

Kiat itu adalah untuk menghindari perhatian orang.

Barangkali aku pun harus mengikuti cara Tante Sharon. Agar orang lain tidak bertanya - tanya apa dan siapa diriku ini.

Untuk itulah aku membeli sepeda, bukan motor bukan mobil. Sepeda pun bukan yang mahal. Yang penting bisa menggelinding dan aku bisa berolahraga setiap hari, dengan berkeliling sambil menghapalkan jalan.

Tampaknya kebiasaanku ini diperhatikan juga oleh Tante Sharon. Pernah ia menyuruhku beli motor. Tapi aku tidak mau beli motor, karena aku sudah punya sepeda. Alasanku satu aja, bahwa kalau pakai sepeda, badanku bisa lebih sehat.

Sepulangnya dari notaris pun Tante Sharon bertanya, “Bagaimana kalau kubangun garasi di rumahmu ?”

“Buat apa Tante ? Aku kan gak punya mobil. “

“Nanti kubelikan mobil untukmu. “

“Jangan Tante. Aku takut kalau ada yang curiga padaku. Kalau aku punya mobil, bisa - bisa aku dianggap hasil merampok atau dagang narkoba dan sebagainya. Aku merasa lebih nyaman kalau hidup secara sederhana saja Tante. “

“Hmmm .... sebenarnya aku suka pada pendirianmu itu Sef. Apalagi umurmu kan baru delapanbelas tahun. Kalau sudah di atas duapuluhlima sih gak ada salahnya punya mobil. “

“Iya Tante. Kalau sudah beberapa tahun meninggalkan kampung sih gak apa - apa. Ini kan ninggalin kampung tiga bulan juga belum. Kalau aku pakai apa - apa yang serba mahal, bisa banyak pertanyaan nanti. “

“Terus, setiap minggu kamu kan selalu dikasih uang. Dipakai apa aja uangnya ?”

“Baru terpakai empat juta Tante. Sisanya masih ada di tabunganku. “

“Dua setengah bulan hanya makai uang empat juta ? Hebat kamu Sef. “

“Habis buat apa pakai uang ? Aku kan makan tiap hari dikatering. Jajan juga jarang. Apalagi merokok, tidak pernah. “

Tante Sharon memeluk dan membelai rambutku, “Kamu memang orang baik Sayang. Seandainya di negara kita diijinkan untuk poliandri, pasti kamu akan kujadikan suami keduaku. “

“Aku sendiri memiliki perasaan yang sama Tante. Makanya meski Tante sudah hamil, aku ingin tetap berjumpa ddan berjumpa terus dengan Tante. Tanpa harus minta ijin dulu pada Mamih. “

“Tentu saja aku akan selalu datang ke sini setelah kehamilanku berumur tiga atau empat bulan nanti. “

“Kebayang kalau perut Tante sudah buncit, akan membuat Tante makin seksi nanti, “ sahutku sambil mengusap - usap perut Tante Sharon.

“Sampai hamil tua pun kamu tetap boleh menyetubuhiku Sayang.”

Lalu kami berpelukan dan berciuman dengan hangatnya. Namun seperti yang diminta oleh Tante Sharon, aku harus istirahat dulu menggaulinya. Agar janin di dalam kandungannya tenang dulu.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd