Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 61

K
etika ujung lidahku menyapu - nyapu bagian dalam memek Mayang yang berwarna pink itu, Mayang mulai menggeliat - geliat. Terlebih ketika ujung jempolku mulai menggesek - gesek kelentitnya yang sudah tegang itu, kedua telapak tangannya menepuk - nepuk meja. Sementara nafasnya tidak beraturan lagi. Terkadang mendesah, terkadang menahan nafasnya. Kedua kakinya pun kadang terangkat dan mengejang, kadang terjuntai lagi ke arah lantai.

Air liurku pun dialirkan terus ke dalam mulut memeknya. Karena air liurku inilah yang akan menjadi pelumas pada saatnya penetrasi nanti.

Manakala memek Mayang sudah kuanggap cukup basah, aku pun melepaskan celana dalamku. Lalu meletakkan moncong kontolku di mulut memek Mayang. Dengan cermat dan hati - hati kudorong kontolku sekuatnya.

Hmmm ... tampaknya jam terbangku dalam hal belah duren sudah cukup tinggi. Sehingga kontol ngacengku berhasil membenam ke dalam liang memek Mayang sedikit demi sedikit. Memang sempit sekali liang memek kakaknya Anggraeni ini. Namun ketika aku mulai mengayun kontolku, terasa memek Mayang ini pulen di samping sempitnya.

“Iii ... ini uuu ... udah masuk ?” tanya Mayang terengah.

“Udah, “ aku mengangguk, “Sakit gak ?”

“Tadi ada sakit sedikit. Sekarang gak lagi. “

Dalam ruang makan yang cahaya lampunya tidak terlalu terang ini, aku membutuhkan lampu senter lagi. Untuk menyorot kontolku sendiri. Memang ada garis - garis darah di kontolku. Darah perawan Mayang ... !

Hmm ... Mayang yang punya body aduhai ini, rasanya perlu kupelihara dan sering - sering dekat denganku. Memang kalau soal wajah, Anggraeni lebih cantik daripada Mayang. Tapi dalam soal body, Mayang lebih seksi. Selain daripada itu, Mayang punya memek begini gurih dan pulennya ... !

Karena ingin menikmatinya secara perfect, aku meminta agar Mayang memeluk leherku. Karena aku akan membawanya ke tempat tidurku tanpa melepaskan kontolku dari jepitan liang memek sempitnya (biar jangan susah memasukkannya lagi).

Mayang menurut saja. Ia jadi duduk di pinggiran meja, sambil memelukku erat - erat. Lalu aku melangkah sedikit demi sedikit ke arah bed kayu jati berukir itu. Dengan hati - hati kurebahkan tubuh Mayang itu di atas bed. Lalu kami berusaha bergerak ke tengah bed, tanpa mencabut kontolku yang sedang enak - enaknya dijepit oleh memek Mayang itu.

Lalu kuamati wajah manis Mayang, sambil mulai mengentotnya pelan - pelan dulu. Kali ini mulut dan tanganku turut beraksi. Awalnya kupagut bibir sensualnya ke dalam lumatan hangatku. Tanganku pun memainkan pentil toket gedenya, sementara kontolku tetap stabil mengentot liang memeknya.

Mayang mulai terasa menggeliat - geliat dan merengek - rengek manja. Terlebih setelah mulutku pindah sasaran, untuk menjilati lehernya disertai dengan gigitan - gigitan kecil. “Yooooosss ... hhhhhhh .... Yossssss ... ehhhhehhhhhhh ... aaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaahhhhhh .... Yoooooossssss .... hhhhhhhhh .... aaaaaaaaaaaahhhhh ... rasanya ... seperti melayang - layang gini Yooooooosssss .... dan ... dan aku merasa ... benar - benar mencintaimu Yossss ... aku ingin selalu dekat denganmuuu ... “

“Kamar ini kedap suara Yang ... uuuuuugghhhh ... gak usah ditahan - tahan ... lepaskan aja suaramu ... takkan terdengar keluar ... uuuuughhhhh ... “ sahutku di antara dengus - dengus nafasku sendiri.

Dan ketika sepasang tangan Mayang terpentang sambil meremas - remas kain seprai, kuserudukkan mulutku ke ketiaknya yang bersih dari bulu dan menyiarkan harum deodoran. Kujilati dan kusedot - sedot ketiak Mayang dengan lahap, meski aku tahu ketiaknya itu sudah berkeringat. Sementara entotanku sudah mulai gencar, karena liang memek sempit itu sudah beradaptasi dengan ukuran kontolku.

Mayang pun semakin meraung - raung histeris. Dengan mata merem melek. “Yoooooss ... ini semakin fantastis Yooooossss .... oooooo .... oooooohhhhh ..... luar biasa nikmatnya Yoooooossss .... oooooohhhh .... ooooo .... ooooooohhhhh ... Yooosssss ... aku cinta kamu Yoooooosssssssssssss .... ini ... ma ... makin lama makin enaaaak .... Yoseeeef ... ooooooohhhh ... oooooo .... ooooooohhhhhh .... Yooooossss ... aku cinta kamuuuuuu .... Yoooooosssssssss ..... “

RIntihan histeris Mayang terhenti. Tubuh bohai itu pun mulai berkelojotan. Dan aku yakin Mayang sudah akan orgasme. Karena itu aku menggencarkan entotanku sambil menyedot - nyedot pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas toket kanannya.

Dan ketika sekujur tubuh Mayang mengejang tegang, aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin, sehingga moncong kontolku terasa menyundul dasar liang memek Mayang. Sebenarnya aku pun sedang berada di puncak kenikmatanku.

Lalu kami seperti sepasang manusia yang sedang kerasukan. Kami sama - sama menahan nafas sambil saling remas sekuat mungkin.

Ketika liang memek Mayang terasas berkedut - kedut erotis, kontolku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan air maniku.

Croooooooottttttt ... cretttttt ... crooooooooooooottttt ... crooooooooootttttttttttt ... cretttt ... croooooooooooooottttttttt .... !

Lalu kami sama - sama terkapar lunglai. Dengan tubuh sama - sama bersimbah keringat.

Sesaat kemudian kucabut kontolku dari liang memek Mayang. Dan kulihat jelas, ada tetesan darah yang mengering di kain seprai, persis di bawah kemaluan Mayang.

Mayang pun bangkit dengan lemas. “Masih perawan kan aku ?” tanyanya.

“Iya, itu saksinya, “ kataku sambil menunjuk ke tetesan darah yang sudah mengering di kain seprai, “Yang banyak di meja ... “

Aku melangkah ke arah meja makan, tepat pada posisi kami bersetubuh tadi. Memang benar. Ada cipratan darah juga di pinggiran meja makan. Dan Mayang ikut memperhatikan semuanya itu.

“Syukurlah, “ kata Mayang, “Tadinya aku takut perawanku hilang, karena aku sering berolahraga. Terutama naik sepeda. Banyak yang bilang kalau sering naik sepeda, bisa merusak keperawanan. Ternyata tidak. “

“Tapi sekarang Mayang tidak perawan lagi. Apakah Mayang menyesal karena virginity-nya sudah kuambil ?”

“Nggak, “ Mayang melingkarkan lengannya di pinggangku, “Karena yang mengambilnya Yosef ... cowok yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Sekarang aku hanya punya keinginan ... untuk selalu dekat dengan Yosef ... “

“Nanti akan kipikirkan bagaimana caranya agar Mayang sering dekat denganku. Kalau selalu dekat jelas gak bisa. Karena aku punya macam - macam kegiatan di luar hotel ini. Tapi kalau sering berdekatan pasti bisa, karena memek Mayang ini ... enak sekali, “ kataku sambil memegang memek kakaknya Anggraeni.

Mayang tersenyum senang. Lalu menyahut, “Memekku ini hanya boleh dinikmati oleh Yosef seorang. “

“Tapi kalau Anggraeni tahu semua ini, pasti marah ya, “ kataku.

“Nggak. Sebelum Yosef datang, aku sudah dapat ijin dari Eni. “

“Maksudnya ?”

“Kan di kamar Eni ada foto Yosef. Terus aku bilang cowokmu itu tampan sekali. Eni lalu membisikkan sesuatu. Menawarkan untuk ikut memiliki Yosef, tapi aku harus berjuang sendiri. Nah ... begitu aku melihat Yosef aslinya, jujur ... aku langsung kepincut. Makanya aku ingin dibawa oleh Yosef tadi. “

“Jadi apa yang telah terjadi di antara aku dengan Eni, Mayang sudah tau juga ?”

“Jangankan dengan Eni. Sedangkan Yosef dengan Mama pun aku sudah tau, “ ucap Mayang sambil menyodokkan telunjuknya ke perutku yang masih telanjang ini.

“Ohya ?! Eni membuka semuanya ?”

“Bukan hanya Eni ... Mama juga sudah berterus terang. “

Lalu Mayang menuturkan, bahwa kalau aku bersedia, aku akan dimiliki oleh mereka bertiga. Anggraeni, Mayang dan Mama Ida. Meski begitu Mama Ida menjelaskan, bahwa yang akan kunikahi secara resmi hanya Anggraeni, sebagai istri keempatku nanti.

“Makanya setelah semuanya ini terjadi, aku takkan menuntut untuk dijadikan istrimu Yos. Jadi secara resminya, aku tetap kakak iparmu dan Mama tetap mertuamu. Tapi secara tidak resmi, Eni, Mama dan aku adalah milikkmu, “ kata Mayang di akhir penuturannya.

“Tapi kalau Mayang hamil nanti gimana ?” tanyaku.

“Aku sudah dikasih pil kontrasepsi oleh Eni. Tapi kalau Yosef menginginkan aku hamil ya gak apa - apa. Asalkan nikah siri dulu denganku. “

“Hahahaaa ... aku senang sekali mendengar pengakuan Ayang itu, “ kataku yang mulai menyebut Ayang pada kakaknya Anggraeni itu.

Mayang menciumi dadaku, lalu berkata, “Aku bahagia dipanggil Ayang olehmu Yos. “

“Yang ... kontolku ngaceng lagi nih. Main lagi yok, “ ajakku sambil memegang kontolku yang memang sudah ngaceng lagi ini.

“Oke ... apa pun yang Yosef inginkan, pasti kukabulkan, “ sahut Mayang sambil melangkah ke arahg bed kembali.

“Tapi sekarang kita main dalam posisi lain, “ kataku.

“Posisi gimana ? Aku kan belum punya pengalaman Yos. “

“Posisi doggy. Ayang merangkak dan menungging dulu deh. “

Mayang menurut saja. Ia mendekam seperti kucing mau menangkap tikus, sementara bokong ultra semoknya ditunggingkan seperti yang kuarahkan.

Aku pun berlutut menghadap ke arah bokong semok yang ditunggingkan itu. Kupegang memek kakaknya Anggraeni itu, lalu kuselundupkan jari tengahku ke dalam memeknya, untuk menyelidiki keadaannya. Ternyata masih basah sekali. Basah oleh spermaku yang sudah bercampur dengan lendir libidonya.

Maka sambil berlutut kubenamkan kontolku ke dalam liang memek Mayang yang masih agak becek itu.

Sambil berlutut dan berpegangan pada sepasang buah pantat Mayang, aku mulai mengayun kontolku bermaju - mundur di dalam liang memek sempit Mayang yang kebetulan sedang licin sekali ini.

Mayang pun langsung ngoceh ngelantur, “Dududduuuuuhhhhh ... Yoooossss ... ini langsung enak Yooooosss ... ooooo ... oooooohhhh ... Yoseeeeef ... ini enak Cinta ... ooooh ... memekku hanya untuk kontolmu Yooooossss ... oooo ... ooooooooohhhhhhhh ... Yoseeeeef ..... ooooo ... ooooo ... oooooooooh ... Yoooooosssss ... “

Aku pun tak cuma memegang pantat super semoknya. Tapi juga mulai menampar - namparnya, tapi tidak terlalu kuat menamparnya. Karena aku sudah pengalaman, kalau ngemplangin pantat terlalu kuat, telapak tanganku pun bisa panas dibuatnya.

Namun meski tamparanku tidak kuat, pantat Mayang kemerahan juga dibuatnya. Sementara Mayang tidak bereaksi. Tetap mendesah - desah dan merintih - rintih histeris.

Kedua tanganku pun pindah sasaran. Menggerayangi bagian atas memek Mayang. Dan berhasil menemukan kelentitnya. Maka kegiatan tangan kananku adalah mengelus - eluskan ujung jariku ke kelentit Mayang yang sudah ngaceng lagi (kelentit juga bisa ngaceng dan membesar 3 kali lipat pada saat sedang horny berat).

Tentu saja aksi gesek itil ini membuat Mayang semakin meraung - raung histeris, “Yosssseeeefff .... oooooooohhhhh ... ini semakin enak Yooooosssss ... enak cintaku ... enaaaaak ... elusin terus itilku Yossss ... iyaaaa ... itilnya ... itiiiiilnyaaaaa ... oooooh Yosssss ... aaaaaku semakin melayang - layaaaaang ... ooooo ... ooooohhhh ... ini nikmat sekali Yooooooooossssss ... eeeenaaaaak ... makin enaaaaaaak Cintaaaa ... oooohhhh ... elus terus itilku Yoooosssss .... ooooo ... ooooohhhhhhhh .... Yoseeeeeeef .... enaaaaaaak sekaliiiiiii .... Yooooossss ... aku cinta Yoseeeeef .... cintaaaaaaaaa ... Cinta Yoseeef ... aku cinta Yoseeeef ... itilnya elusin terus Yoooosssss ... iyaaaaaaaa ... iyaaaaaaaaa .... iiiiyaaaaaaaa ... “

Akhirnya Mayang klepek - klepek lagi. Lalu mengejang tegang dan akhirnya ambruk di puncak orgasmenya. Sehingga kontolku terlepas dari liang memeknya.

Kulihat Mayang menggulingkan badannya, jadi menelentang lagi. Aku sudah siap untuk menjebloskan lagi kontolku ke dalam liang memeknya.

Namun tiba - tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... !

Cepat aku turun dari bed untuk mengambil hape dari saku celana denimku.

Ternyata Anggraeni yang nelepon :

Aku : “Hallo Sayang ... ada apa ?”

Eni : “Gimana hasilnya ? Hihihiii ... Teh Mayang beneran masih perawan ?”

Aku : “Masih. Kenapa nanya soal itu ?”

Eni : “Walau pun dia kakakku, kan aku tidak tau persis pergaulannya di Jakarta. “

Aku : “Ohya ... sekarang kamu dan Mama ke hotel ya. Ada sesuatu yang penting. “

Eni : “Sama Mama segala ?”

Aku : “Iya. Pakai taksi aja. Penting sekali. “

Eni : “Siap Big Boss. “

Aku : “Kutunggu ya. “

Eni : “Iya Cinta. “

Lalu hubungan seluler dengan Anggraeni kututup.

“Telepon dari Eni, “ kataku sambil meletakkan hapeku dekat bantal, agar gampang meraihnya kalau ada call nanti.

“Ohya ?” tanya Mayang.

“Aku nyuruh dia datang ke sini bersama Mama sekalian, “ sahutku.

“Ada apa ? Mau menyidangkan aku ?”

“Bukan. Ada hal penting pokoknya, “ sahutku sambil merenggangkan jarak kedua paha putih mulus Mayang. Lalu meletakkan moncong kontolku di mulut memeknya.

“Ini belum selesai ?” cetusnya.

“Belum. Kan aku belum ejakulasi. “

“Ogitu ya ... kirain ... hihihiii ... “

Kudorong kontolku sekuatnya. Dan melesak masuk lagi ke dalam liang memek Mayang.

“Ooooooohhhh ... masuk lagiiii Cintaaa ... “ Mayang langsung merengkuhku ke dalam pelukannya.

“Memek Mayang enak banget lho, “ kataku sambil mulai mengayun kontolku perlahan dulu. Namun liang memek Mayang sudah semakin becek, sehingga dengan mudah aku bisa langsung mempercepat entotanku.

“Nanti kalau tiba - tiba Eni dan Mama datang gimana ?” tanya Mayang sambil meremas - remas bahuku.

“Biarin aja mereka nonton kita lagi ewean ... “ sahutku.

“Lagi apa ?” Mayang agak melotot.

“Lagi ewean ... ! Ada juga yang bilang lagi ijut ... ! Hahahaaa ... “

“Kasar ih ngomongnya. “

“Kan memang itu istilahnya. “

“Kemaluan perempuan suka disebut memek. Ada lagi istilah lainnya ?”

“Ada ... ada yang bilang heunceut, ada yang bilang gegewek. “

“Hihihiii ... Yosef nakal ih mulutnya ... !” Mayang memijat hidungku. Lalu mengecup bibirku.

Sementara aku makin menggencarkan entotanku. Sehingga terdengar bunyi kecipak - kecipuk dari arah kemaluan kami yang sedang “bertempur”.

Dan aku semakin asyik mengentot liang memek gurih dan pulen ini, sambil menjilati leher jenjangnya yang masih lembab oleh keringat. Terkadang mulutku mengemut dan menjilati pentilk toketnya, telinganya dan bahkan ketiaknya juga.

Di saat lain aku asyik berciuman dan saling lumat bibir dengan Mayang, sementara tanganku asyik meremas - remas toket gedenya yang masih padat kencang.

Rintihan - rintihan histeris Mayang pun terdengar erotis di telingaku.

“Yooossss ... oooo ... oooooh ... Yoooooosssss ... mulai enak lagi Yooooossss ... makin lama makin enak Cintaaaaa ... aku cinta Yoseeef ... cinta sekaliiii ... cinta Yoseeeef ... ooooooo ... oooohhhhh ... hati dan badanku sudah menjadi milikmu Yosss ... oooooooo ooooooooooohhh ... oooohhh ... Yoossss ... ini luar biasa enaknyaaa ... sampai kayak melayang - layang gini ... Yooooooooooosssss .... “

Sebenarnya aku masih bisa bertaqhan lebih lama lagi. Karena persetubuhan ini ronde kedua bagiku. Tapi karena Anggraeni akan datang, aku mulai “mengintai”. Menunggu terjadinya gejala - gejala Mayang akan mencapai orgasmenya.

Setelah tubuh kami bersimbah keringat, Mayang pun memperlihatkan “beda” dari biasanya. Dan itu kuanggap gejala akan mencapai orgasme. Karena itu entotanku semakin kugencarkan, sampai mirip gerakan hardcore di film - film bokep.

Memang benar dugaanku. Mayang mulai berkelojotan, lalu mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Pada saat itulah kutancapkan kontolku sedalam mungkin, sehingga moncong kontolku terasa menabrak dasar liang memek kakaknya Anggraeni itu.

Lalu terasa sekali liang memek Mayang mengedut - ngedut, disambut oleh kontolku yang sedang mengejut - ngejut juga ... sambil memuntahkan lendir surgawiku.

Crrrrettttt ... croooooooooooooooooooootttt ... crettt ... croooooooooooooooooooootttttttt ... croooooooooooottttt ... cretttt ... crooooooooooooooooooootttttttttttttt ... !

Kami terkapar lunglai, dengan keringat membanjiri tubuh kami.

Sampai pada suatu saat, terdengar suara Mayang, “Ini sih harus mandi Cinta. “

“Oke. Mumpung Eni dan Mama belum datang. “

Lalu kami masuk ke dalam kamar mandi.

Biasanya kalau sudah mandi bareng begini, pasti ujung - ujungnya bersetubuh sambil berdiri di kamar mandi.

Tapi kali ini aku tidak melakukannya, mengingat Anggraeni dan mamanya bakal datang sebentar lagi. Maka yang kami lakukan cuma saling menyabuni, kemudian membilasnya dengan semburan air hangat shower.

Mayang pun mengenakan busananya kembali. Bersolek sesaat di depan cermin rias, kemudian kuajak duduk di ruang tamu owner hotel.

Benar saja. Beberapa menit kemudian Anggraeni dan Mama Ida muncul.

Anggraeni sudah terbiasa belajar di ruang kerjaku, sehingga tidak merasa asing lagi memasuki ruang kerjaku dan ruang tamu owner.

“Gimana ? Sukses ?” tanya Anggraeni setelah mencium bibirku.

“Sukses dong, “ sahutku sambil tersenyum.

Mama Ida yang sudah duluan duduk di sofa ruang tamu, langsung bertanya, “Ada apa Yos ? Kok kayak ada yang penting banget ?”

Aku menjawab, “Aku hanya ingin mengajak Mama dan kedua putri Mama untuk menuju ke suatu tempat. Nanti di sana akan kujelaskan semua. Oke ?”



Beberapa saat kemudian kami berempat sudah berada di dalam sedan baruku yang berwarna deep brown itu. Anggraeni duduk di sebelah kiriku. Mama Ida dan Mayang duduk di seat belakang.

Saat itu aku akan menuju ke sebuah rumah tiga lantai. Rumah yang berdiri di atas tanah yang kubeli dari Bu Lia dahulu. Rumahnya kurobohkan, lalu kubangun sebuah rumah baru yang cukup megah menurutku. Karena tanahnya luas sekali, sayang kalau hanya dipakai untuk rumah biasa - biasa saja.

Rumah itu terdiri dari 3 lantai yang sudah lengkap segala perabotannya. Tentu saja bukan perabotan rumah yang murah. Memang aku sudah merencanakan rumah itu untuk kuberikan kepada Anggraeni. Dan setelah hadirnya Mayang, niatku jadi semakin kuat untuk menghibahkan rumah megah itu kepada Anggraeni tercinta.

Rumah itu dekat sebuah kompleks perumahan. Tapi rumah 3 lantai itu berada di pinggir jalan besar, di luar kompleks perumahan.

Setibanya di depan rumah itu, aku berkata kepada Anggraeni, “Sudah saatnya Mama, Eni dan Mayang untuk pindah ke rumah ini. “

“Haaaa ?! “ Anggraeni terbelalak dalam kagetnya, “Gak salah nih ... kita akan tinggal di rumah sebesar dan semegah ini ?”

“Tidak Sayang. Aku sudah lama memikirkannya, “ sahutku sambil turun dari mobil, diikuti oleh mereka bertiga. Kemudian kukeluarkan serangkai kunci - kunci rumah itu. Kubuka pintu depan dan kupersilakan mereka masuk.

Mama Ida geleng - geleng kepala terus sambil berdecak - decak kagum.

“Nah ini rumah untuk Mama, Anggraeni dan Mayang. Di lantai satu ini kamarnya ada tiga. Di lantai dua kamarnya ada dua dan di lantai tiga hanya ada satu kamar. Jadi kalau tinggal di sini, Mayang takkan tidur di kamar pembantu lagi kan ?”

Mama Ida nyeletuk, “Berarti semuanya ada enam kamar ya. “

“Iya Mam. Nanti silakan pada ngatur sendiri. Apakah Mama di lantai satu, supaya tidak usah naik tangga. Lalu Mayang di lantai dua dan Eni di lantai tiga ... silakan diatur - atur aja. “

“Mendingan juga di bawah semua. Kan pas kamarnya ada tiga, “ kata Anggraeni.

“Tapi lantai dua dan lantai tiga nganggur dong, “ sahutku, “Coba lihat - lihat dulu ke lantai dua dan tiga. Masing - masing ada keistimewaannya. Lantai tiga kamarnya cuma satu. Tapi kamarnya gede banget. Coba cek deh. “

Mayang dan Anggraeni mengangguk. Lalu pada menaiki tangga. Sementara Mama Ida malah memelukku dari belakang sambil berkata, “Terima kasih Yosef ... dari awal mama udah punya pikiran kalau Yosef ini orang baik. “

Kujawab dengan bisikan di telinga Mama Ida, “Aku memang orang baik. Tapi seneng memek .... apalagi memek Mama yang bisa empot - empotan. “

“Ayo atuh kalau mau sama mama mah ... kan kamarnya banyak di sini mah, “ ajak Mama Ida.

“Sekarang mah lagi loyo Mam. Kan tadi abis bertempur sama Mayang, “ sahutku.

“Beneran dia masih perawan ?” tanya Mama Ida setengah berbisik.

“Masih, “ aku mengangguk.

“Syukurlah. Berarti dia gak malu - maluin mama dan Eni. Jadi sekarang bukan hanya Anggraeni dan mama yang menjadi milik Yosef. Mayang juga sudah menjadi milik Yosef. Semuanya itu datang dari keinginan untuk menyenangkan hati Yosef. “

“Iya Mama. Itu pula sebabnya kuberikan rumah ini kepada Mama, Anggraeni dan Mayang, untuk menyenangkan hati Mama dan kedua puteri Mama. “

“Iya, terimakasih Yos. Mama sayang sekali sama Yosef, “ ucap Mama Ida sambil mendekapku erat - erat.

Lalu Mama Ida bertanya, “Kapan - kapan kalau mama datang ke hotel Yosef, boleh nggak ?”

Mama Ida memang seorang wanita yanbg selalu bergejolak hasrat birahinya. Karena itu kujawab dengan lembut, “Boleh. Tapi Mama harus nelepon aku dulu. Karena aku tidak tiap hari ada di hotel. “

Mama Ida mengangguk - angguk.

Tiba - tiba terdengar suara Anggraeni, “Kang Yosef ... sudah kami putuskan. Aku akan menempati kamar di lantai tiga, Teh Mayang di lantai dua ... !”

“Iya, “ sahutku sambil tersenyum, “Begitu lebih baik. “





Beberapa hari kemudian, aku merasa sudah cukup lama tidak menengok Manti, istri tercintaku yang penyabar itu.

Karena itu aku mempersiapkan diri untuk pulang ke rumah Manti, rumah yang kujadikan salah satu mahar itu padanya. Namun sebelum niat itu terlaksana, aku mengamati jadwal yang diberikan oleh Mamih, ternyata ada klien yang sudah membookingku untuk hari ini jam 19.00 di sebuah villa yang letaknya agak jauh, sekitar 30 kilometer dari kotaku.

Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 15.30. Berarti tidak ada waktu lagi, karena 2 jam lagi aku harus berangkat ke luar kota yang jalanannya sering macet untuk melayani klien yang bernama Ivone itu.



27. Bu Ivone



S
eperti biasa, sebelum berangkat aku meneguk cairan Jeli Gamat sea cucumber. Supaya kontolku bisa melaksanakan tugas dengan baik dan tidak mengecewakan. Aku pun minum gula nira lontar khas Kupang yang disebut gula sabu, yang sering juga disebut gula kesehatan. Tak lupa pula juga minum supelmen seperti biasa.

Jam 17.30 kupakai sedan hitamku menuju daerah perbukitan yang dingin sekali hawanya itu. Terlebih menjelang malam seperti ini.

Jalanan cukup macet. Maklum malam Minggu. Banyak mobil plat nopol luar propinsi berpapasan denganku. Seperti biasanya, di hari - hari weekend memang selalu macet begini.

Untungnya sebelum jam 19.00 sedan hitamku sudah memasuki kompleks villa yang semuanya terbuat dari kayu berbentuk tradisional Sunda.

Ternyata villa yang harus kukunjungi berada di paling ujung. Di depan villa itu terparkir sebuah sedan sport berwarna merah. Pasti sedan sport merah yang super mahal itu punya Bu Ivone. Sehingga aku sudah bisa membayangkan level wanita itu. Karena kalau dari kelas menengah ke bawah, hampir mustahil punya sedan semahal itu.

Tapi kenapa dia menungguku di villa kayu itu ? Kenapa dia tidak mengajak ketemuan di villa yang berdiri sendiri dan bukan di villa yang bisa disewa oleh siapa pun ? Entahlah. Soal selera memang tak bisa dijadikan bahan perdebatan. Seperti juga seleraku, yang mungkin tidak sama dengan selera orang lain.

Kuparkir mobilku di samping sedan merah itu. Lalu turun dari mobil dan melangkah menuju pintu depan yang sudah terbuka dan seorang wanita cantik berperawakan tinggi semampai berdiri di ambang pintu yang terbuka itu.

“Yosef ? “ tanya wanita cantik bergaun beludru hitam itu.

“Betul, “ aku mengangguk, “Dengan Bu Ivone ?”

“Iya. Ayo masuk, “ ajaknya.

Lalu Bu Ivone yang kutaksir usianya di bawah 35 tahun itu mengajakku duduk berdampingan di atas kursi panjang yang terbuat dari kayu jati. Memang kurang nyaman didudukinya, karena aku sudah terbiasa duduk di sofa empuk. Tapi gak apalah, demi kepuasan klien aku harus melupakan ketidaknyamanan ini.

Bu Ivone memegang tanganku ssambil berkata, “Aku mengajak kencan padamu, bukan karena ingin melampiaskan nafsu Yos. Ada tujuan lain ... aku ingin hamil. Kata Mamih, Yosef sudah berhasil menghamili istri seorang konglomerat. Apa itu betul ?”

“Betul Bu, “ sahutku.

“Berapa orang yang sudah Yosef hamili ?”

“Mmm ... lima orang Bu. “

“Wah, berarti Yosef pejantan yang manjur ya. “

“Tapi gak semuanya langsung hamil Bu. Ada yang sampai tiga - emp;at bulan ketemuan terus denganku, barulah bisa hamil. Memang ada juga sih yang satu kali pertemuan langsung hamil. Tapi hanya satu orang yang langsung - langsungan gitu Bu. ”

“Iya ... iyaaa ... “ Bu Ivone mengangguk - angguk, “Kalau Yosef bisa menghamiliku, nanti ada beberapa orang teman dekatku akan minta dihamili juga. “

“Siap Bu. “

“Yang aku suka sama link Mamih, semua anak buahnya dicek terus kesehatannya. Sehingga semua anak Mamih terjamin tidak mengidap penyakit berbahaya kan ?”

“Iya Bu. Sebulan sekali kami harus diperiksa di laboratorium rujukan dokter langganan Mamih. Jadi soal itu sih jangan kuatir. Semua anak Mamih sehat dan bersih darahnya. “

“Iya. Hmmm ... kamu tampan sekali Yos. Kenapa gak jadi artis aja ?” tanya Bu Ivone sambil meremas tanganku.

“Wah ... aku gak bisa akting Bu. Gak ada bakat deh jadi artis sih. “

“Sudah lama jadi anak Mamih ?”

“Mmm ... baru beberapa bulan Bu. “

“Tapi sekarang si Mamih lagi di luar negeri ya ?”

“Iya Bu. Di Italia. Mamih mau nikah sama bule Italia. “

“Wow, kereeen. Si Mamih memang cantik sih. Wajar aja dapetin bule juga. “

Lalu Bu Ivone merapatkan pipinya ke pipiku. “Udah siap ?” tanyanya.

“Owh ... siap Bu, “ sahutku.

“Di kamar aja yuk. Biar agak hangat. Di sini dingin sekali, “ ajaknya.

Aku mengangguk. Lalu mengikuti langkah wanita bertubuh tinggi semampai itu ke dalam kamar villa kayu tradisional ini.

Rupanya di dalam kamar ada tungku penghangat tradisional, yang mengandalkan kayu bakar. Memang hangat udaranya di sini.

Bu Ivone membelakangiku sambil berkata, “Tolong lepasin kancing gaunku please ... “

Aku menurut saja. Melepaskan kancing yang berderet di punggung wanita itu.

Setelah kancing gaun beludru hitam itu terbuka semua, gaun itu jatuh sendiri ke lantai kayu. Tanpa disuruh, kulepaskan juga kancing kait beha hitamnya. Lalu ia sendiri yang melepaskan behanya.

Bu Ivone memutar badannya jadi berhadapan denganku. “Toketku kecil ya ... “ ia mengangsurkan sepasang toketnya ke dekatku.

Tanpa ragu kupegang toket kirinya yang memang kecil. Tapi aku terbiasa untuk selalu menyenangkan hati klien yang bagaimana pun wujudnya. Lalu aku melepaskan jaket kulit dan baju kausku sambil berkata, “Justru toket kecil itu awet Bu. Gak cepat turun seperti toket gede. “

Bu Ivone tampak senang mendengar ucapanku. “Iya sih. Kalau toket gede cepat turun. Masih muda juga sudah terjuntai ke bawah. Karena beratnya, “ katanya pada saat aku tinggal mengenakan celana dalam saja, seperti wanita tinggi semampai itu.

Tinggi semampai tapi bokongnya gede ... !
 
Part 61

K
etika ujung lidahku menyapu - nyapu bagian dalam memek Mayang yang berwarna pink itu, Mayang mulai menggeliat - geliat. Terlebih ketika ujung jempolku mulai menggesek - gesek kelentitnya yang sudah tegang itu, kedua telapak tangannya menepuk - nepuk meja. Sementara nafasnya tidak beraturan lagi. Terkadang mendesah, terkadang menahan nafasnya. Kedua kakinya pun kadang terangkat dan mengejang, kadang terjuntai lagi ke arah lantai.

Air liurku pun dialirkan terus ke dalam mulut memeknya. Karena air liurku inilah yang akan menjadi pelumas pada saatnya penetrasi nanti.

Manakala memek Mayang sudah kuanggap cukup basah, aku pun melepaskan celana dalamku. Lalu meletakkan moncong kontolku di mulut memek Mayang. Dengan cermat dan hati - hati kudorong kontolku sekuatnya.

Hmmm ... tampaknya jam terbangku dalam hal belah duren sudah cukup tinggi. Sehingga kontol ngacengku berhasil membenam ke dalam liang memek Mayang sedikit demi sedikit. Memang sempit sekali liang memek kakaknya Anggraeni ini. Namun ketika aku mulai mengayun kontolku, terasa memek Mayang ini pulen di samping sempitnya.

“Iii ... ini uuu ... udah masuk ?” tanya Mayang terengah.

“Udah, “ aku mengangguk, “Sakit gak ?”

“Tadi ada sakit sedikit. Sekarang gak lagi. “

Dalam ruang makan yang cahaya lampunya tidak terlalu terang ini, aku membutuhkan lampu senter lagi. Untuk menyorot kontolku sendiri. Memang ada garis - garis darah di kontolku. Darah perawan Mayang ... !

Hmm ... Mayang yang punya body aduhai ini, rasanya perlu kupelihara dan sering - sering dekat denganku. Memang kalau soal wajah, Anggraeni lebih cantik daripada Mayang. Tapi dalam soal body, Mayang lebih seksi. Selain daripada itu, Mayang punya memek begini gurih dan pulennya ... !

Karena ingin menikmatinya secara perfect, aku meminta agar Mayang memeluk leherku. Karena aku akan membawanya ke tempat tidurku tanpa melepaskan kontolku dari jepitan liang memek sempitnya (biar jangan susah memasukkannya lagi).

Mayang menurut saja. Ia jadi duduk di pinggiran meja, sambil memelukku erat - erat. Lalu aku melangkah sedikit demi sedikit ke arah bed kayu jati berukir itu. Dengan hati - hati kurebahkan tubuh Mayang itu di atas bed. Lalu kami berusaha bergerak ke tengah bed, tanpa mencabut kontolku yang sedang enak - enaknya dijepit oleh memek Mayang itu.

Lalu kuamati wajah manis Mayang, sambil mulai mengentotnya pelan - pelan dulu. Kali ini mulut dan tanganku turut beraksi. Awalnya kupagut bibir sensualnya ke dalam lumatan hangatku. Tanganku pun memainkan pentil toket gedenya, sementara kontolku tetap stabil mengentot liang memeknya.

Mayang mulai terasa menggeliat - geliat dan merengek - rengek manja. Terlebih setelah mulutku pindah sasaran, untuk menjilati lehernya disertai dengan gigitan - gigitan kecil. “Yooooosss ... hhhhhhh .... Yossssss ... ehhhhehhhhhhh ... aaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaahhhhhh .... Yoooooossssss .... hhhhhhhhh .... aaaaaaaaaaaahhhhh ... rasanya ... seperti melayang - layang gini Yooooooosssss .... dan ... dan aku merasa ... benar - benar mencintaimu Yossss ... aku ingin selalu dekat denganmuuu ... “

“Kamar ini kedap suara Yang ... uuuuuugghhhh ... gak usah ditahan - tahan ... lepaskan aja suaramu ... takkan terdengar keluar ... uuuuughhhhh ... “ sahutku di antara dengus - dengus nafasku sendiri.

Dan ketika sepasang tangan Mayang terpentang sambil meremas - remas kain seprai, kuserudukkan mulutku ke ketiaknya yang bersih dari bulu dan menyiarkan harum deodoran. Kujilati dan kusedot - sedot ketiak Mayang dengan lahap, meski aku tahu ketiaknya itu sudah berkeringat. Sementara entotanku sudah mulai gencar, karena liang memek sempit itu sudah beradaptasi dengan ukuran kontolku.

Mayang pun semakin meraung - raung histeris. Dengan mata merem melek. “Yoooooss ... ini semakin fantastis Yooooossss .... oooooo .... oooooohhhhh ..... luar biasa nikmatnya Yoooooossss .... oooooohhhh .... ooooo .... ooooooohhhhh ... Yooosssss ... aku cinta kamu Yoooooosssssssssssss .... ini ... ma ... makin lama makin enaaaak .... Yoseeeef ... ooooooohhhh ... oooooo .... ooooooohhhhhh .... Yooooossss ... aku cinta kamuuuuuu .... Yoooooosssssssss ..... “

RIntihan histeris Mayang terhenti. Tubuh bohai itu pun mulai berkelojotan. Dan aku yakin Mayang sudah akan orgasme. Karena itu aku menggencarkan entotanku sambil menyedot - nyedot pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas toket kanannya.

Dan ketika sekujur tubuh Mayang mengejang tegang, aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin, sehingga moncong kontolku terasa menyundul dasar liang memek Mayang. Sebenarnya aku pun sedang berada di puncak kenikmatanku.

Lalu kami seperti sepasang manusia yang sedang kerasukan. Kami sama - sama menahan nafas sambil saling remas sekuat mungkin.

Ketika liang memek Mayang terasas berkedut - kedut erotis, kontolku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan air maniku.

Croooooooottttttt ... cretttttt ... crooooooooooooottttt ... crooooooooootttttttttttt ... cretttt ... croooooooooooooottttttttt .... !

Lalu kami sama - sama terkapar lunglai. Dengan tubuh sama - sama bersimbah keringat.

Sesaat kemudian kucabut kontolku dari liang memek Mayang. Dan kulihat jelas, ada tetesan darah yang mengering di kain seprai, persis di bawah kemaluan Mayang.

Mayang pun bangkit dengan lemas. “Masih perawan kan aku ?” tanyanya.

“Iya, itu saksinya, “ kataku sambil menunjuk ke tetesan darah yang sudah mengering di kain seprai, “Yang banyak di meja ... “

Aku melangkah ke arah meja makan, tepat pada posisi kami bersetubuh tadi. Memang benar. Ada cipratan darah juga di pinggiran meja makan. Dan Mayang ikut memperhatikan semuanya itu.

“Syukurlah, “ kata Mayang, “Tadinya aku takut perawanku hilang, karena aku sering berolahraga. Terutama naik sepeda. Banyak yang bilang kalau sering naik sepeda, bisa merusak keperawanan. Ternyata tidak. “

“Tapi sekarang Mayang tidak perawan lagi. Apakah Mayang menyesal karena virginity-nya sudah kuambil ?”

“Nggak, “ Mayang melingkarkan lengannya di pinggangku, “Karena yang mengambilnya Yosef ... cowok yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Sekarang aku hanya punya keinginan ... untuk selalu dekat dengan Yosef ... “

“Nanti akan kipikirkan bagaimana caranya agar Mayang sering dekat denganku. Kalau selalu dekat jelas gak bisa. Karena aku punya macam - macam kegiatan di luar hotel ini. Tapi kalau sering berdekatan pasti bisa, karena memek Mayang ini ... enak sekali, “ kataku sambil memegang memek kakaknya Anggraeni.

Mayang tersenyum senang. Lalu menyahut, “Memekku ini hanya boleh dinikmati oleh Yosef seorang. “

“Tapi kalau Anggraeni tahu semua ini, pasti marah ya, “ kataku.

“Nggak. Sebelum Yosef datang, aku sudah dapat ijin dari Eni. “

“Maksudnya ?”

“Kan di kamar Eni ada foto Yosef. Terus aku bilang cowokmu itu tampan sekali. Eni lalu membisikkan sesuatu. Menawarkan untuk ikut memiliki Yosef, tapi aku harus berjuang sendiri. Nah ... begitu aku melihat Yosef aslinya, jujur ... aku langsung kepincut. Makanya aku ingin dibawa oleh Yosef tadi. “

“Jadi apa yang telah terjadi di antara aku dengan Eni, Mayang sudah tau juga ?”

“Jangankan dengan Eni. Sedangkan Yosef dengan Mama pun aku sudah tau, “ ucap Mayang sambil menyodokkan telunjuknya ke perutku yang masih telanjang ini.

“Ohya ?! Eni membuka semuanya ?”

“Bukan hanya Eni ... Mama juga sudah berterus terang. “

Lalu Mayang menuturkan, bahwa kalau aku bersedia, aku akan dimiliki oleh mereka bertiga. Anggraeni, Mayang dan Mama Ida. Meski begitu Mama Ida menjelaskan, bahwa yang akan kunikahi secara resmi hanya Anggraeni, sebagai istri keempatku nanti.

“Makanya setelah semuanya ini terjadi, aku takkan menuntut untuk dijadikan istrimu Yos. Jadi secara resminya, aku tetap kakak iparmu dan Mama tetap mertuamu. Tapi secara tidak resmi, Eni, Mama dan aku adalah milikkmu, “ kata Mayang di akhir penuturannya.

“Tapi kalau Mayang hamil nanti gimana ?” tanyaku.

“Aku sudah dikasih pil kontrasepsi oleh Eni. Tapi kalau Yosef menginginkan aku hamil ya gak apa - apa. Asalkan nikah siri dulu denganku. “

“Hahahaaa ... aku senang sekali mendengar pengakuan Ayang itu, “ kataku yang mulai menyebut Ayang pada kakaknya Anggraeni itu.

Mayang menciumi dadaku, lalu berkata, “Aku bahagia dipanggil Ayang olehmu Yos. “

“Yang ... kontolku ngaceng lagi nih. Main lagi yok, “ ajakku sambil memegang kontolku yang memang sudah ngaceng lagi ini.

“Oke ... apa pun yang Yosef inginkan, pasti kukabulkan, “ sahut Mayang sambil melangkah ke arahg bed kembali.

“Tapi sekarang kita main dalam posisi lain, “ kataku.

“Posisi gimana ? Aku kan belum punya pengalaman Yos. “

“Posisi doggy. Ayang merangkak dan menungging dulu deh. “

Mayang menurut saja. Ia mendekam seperti kucing mau menangkap tikus, sementara bokong ultra semoknya ditunggingkan seperti yang kuarahkan.

Aku pun berlutut menghadap ke arah bokong semok yang ditunggingkan itu. Kupegang memek kakaknya Anggraeni itu, lalu kuselundupkan jari tengahku ke dalam memeknya, untuk menyelidiki keadaannya. Ternyata masih basah sekali. Basah oleh spermaku yang sudah bercampur dengan lendir libidonya.

Maka sambil berlutut kubenamkan kontolku ke dalam liang memek Mayang yang masih agak becek itu.

Sambil berlutut dan berpegangan pada sepasang buah pantat Mayang, aku mulai mengayun kontolku bermaju - mundur di dalam liang memek sempit Mayang yang kebetulan sedang licin sekali ini.

Mayang pun langsung ngoceh ngelantur, “Dududduuuuuhhhhh ... Yoooossss ... ini langsung enak Yooooosss ... ooooo ... oooooohhhh ... Yoseeeeef ... ini enak Cinta ... ooooh ... memekku hanya untuk kontolmu Yooooossss ... oooo ... ooooooooohhhhhhhh ... Yoseeeeef ..... ooooo ... ooooo ... oooooooooh ... Yoooooosssss ... “

Aku pun tak cuma memegang pantat super semoknya. Tapi juga mulai menampar - namparnya, tapi tidak terlalu kuat menamparnya. Karena aku sudah pengalaman, kalau ngemplangin pantat terlalu kuat, telapak tanganku pun bisa panas dibuatnya.

Namun meski tamparanku tidak kuat, pantat Mayang kemerahan juga dibuatnya. Sementara Mayang tidak bereaksi. Tetap mendesah - desah dan merintih - rintih histeris.

Kedua tanganku pun pindah sasaran. Menggerayangi bagian atas memek Mayang. Dan berhasil menemukan kelentitnya. Maka kegiatan tangan kananku adalah mengelus - eluskan ujung jariku ke kelentit Mayang yang sudah ngaceng lagi (kelentit juga bisa ngaceng dan membesar 3 kali lipat pada saat sedang horny berat).

Tentu saja aksi gesek itil ini membuat Mayang semakin meraung - raung histeris, “Yosssseeeefff .... oooooooohhhhh ... ini semakin enak Yooooosssss ... enak cintaku ... enaaaaak ... elusin terus itilku Yossss ... iyaaaa ... itilnya ... itiiiiilnyaaaaa ... oooooh Yosssss ... aaaaaku semakin melayang - layaaaaang ... ooooo ... ooooohhhh ... ini nikmat sekali Yooooooooossssss ... eeeenaaaaak ... makin enaaaaaaak Cintaaaa ... oooohhhh ... elus terus itilku Yoooosssss .... ooooo ... ooooohhhhhhhh .... Yoseeeeeeef .... enaaaaaaak sekaliiiiiii .... Yooooossss ... aku cinta Yoseeeeef .... cintaaaaaaaaa ... Cinta Yoseeef ... aku cinta Yoseeeef ... itilnya elusin terus Yoooosssss ... iyaaaaaaaa ... iyaaaaaaaaa .... iiiiyaaaaaaaa ... “

Akhirnya Mayang klepek - klepek lagi. Lalu mengejang tegang dan akhirnya ambruk di puncak orgasmenya. Sehingga kontolku terlepas dari liang memeknya.

Kulihat Mayang menggulingkan badannya, jadi menelentang lagi. Aku sudah siap untuk menjebloskan lagi kontolku ke dalam liang memeknya.

Namun tiba - tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... !

Cepat aku turun dari bed untuk mengambil hape dari saku celana denimku.

Ternyata Anggraeni yang nelepon :

Aku : “Hallo Sayang ... ada apa ?”

Eni : “Gimana hasilnya ? Hihihiii ... Teh Mayang beneran masih perawan ?”

Aku : “Masih. Kenapa nanya soal itu ?”

Eni : “Walau pun dia kakakku, kan aku tidak tau persis pergaulannya di Jakarta. “

Aku : “Ohya ... sekarang kamu dan Mama ke hotel ya. Ada sesuatu yang penting. “

Eni : “Sama Mama segala ?”

Aku : “Iya. Pakai taksi aja. Penting sekali. “

Eni : “Siap Big Boss. “

Aku : “Kutunggu ya. “

Eni : “Iya Cinta. “

Lalu hubungan seluler dengan Anggraeni kututup.

“Telepon dari Eni, “ kataku sambil meletakkan hapeku dekat bantal, agar gampang meraihnya kalau ada call nanti.

“Ohya ?” tanya Mayang.

“Aku nyuruh dia datang ke sini bersama Mama sekalian, “ sahutku.

“Ada apa ? Mau menyidangkan aku ?”

“Bukan. Ada hal penting pokoknya, “ sahutku sambil merenggangkan jarak kedua paha putih mulus Mayang. Lalu meletakkan moncong kontolku di mulut memeknya.

“Ini belum selesai ?” cetusnya.

“Belum. Kan aku belum ejakulasi. “

“Ogitu ya ... kirain ... hihihiii ... “

Kudorong kontolku sekuatnya. Dan melesak masuk lagi ke dalam liang memek Mayang.

“Ooooooohhhh ... masuk lagiiii Cintaaa ... “ Mayang langsung merengkuhku ke dalam pelukannya.

“Memek Mayang enak banget lho, “ kataku sambil mulai mengayun kontolku perlahan dulu. Namun liang memek Mayang sudah semakin becek, sehingga dengan mudah aku bisa langsung mempercepat entotanku.

“Nanti kalau tiba - tiba Eni dan Mama datang gimana ?” tanya Mayang sambil meremas - remas bahuku.

“Biarin aja mereka nonton kita lagi ewean ... “ sahutku.

“Lagi apa ?” Mayang agak melotot.

“Lagi ewean ... ! Ada juga yang bilang lagi ijut ... ! Hahahaaa ... “

“Kasar ih ngomongnya. “

“Kan memang itu istilahnya. “

“Kemaluan perempuan suka disebut memek. Ada lagi istilah lainnya ?”

“Ada ... ada yang bilang heunceut, ada yang bilang gegewek. “

“Hihihiii ... Yosef nakal ih mulutnya ... !” Mayang memijat hidungku. Lalu mengecup bibirku.

Sementara aku makin menggencarkan entotanku. Sehingga terdengar bunyi kecipak - kecipuk dari arah kemaluan kami yang sedang “bertempur”.

Dan aku semakin asyik mengentot liang memek gurih dan pulen ini, sambil menjilati leher jenjangnya yang masih lembab oleh keringat. Terkadang mulutku mengemut dan menjilati pentilk toketnya, telinganya dan bahkan ketiaknya juga.

Di saat lain aku asyik berciuman dan saling lumat bibir dengan Mayang, sementara tanganku asyik meremas - remas toket gedenya yang masih padat kencang.

Rintihan - rintihan histeris Mayang pun terdengar erotis di telingaku.

“Yooossss ... oooo ... oooooh ... Yoooooosssss ... mulai enak lagi Yooooossss ... makin lama makin enak Cintaaaaa ... aku cinta Yoseeef ... cinta sekaliiii ... cinta Yoseeeef ... ooooooo ... oooohhhhh ... hati dan badanku sudah menjadi milikmu Yosss ... oooooooo ooooooooooohhh ... oooohhh ... Yoossss ... ini luar biasa enaknyaaa ... sampai kayak melayang - layang gini ... Yooooooooooosssss .... “

Sebenarnya aku masih bisa bertaqhan lebih lama lagi. Karena persetubuhan ini ronde kedua bagiku. Tapi karena Anggraeni akan datang, aku mulai “mengintai”. Menunggu terjadinya gejala - gejala Mayang akan mencapai orgasmenya.

Setelah tubuh kami bersimbah keringat, Mayang pun memperlihatkan “beda” dari biasanya. Dan itu kuanggap gejala akan mencapai orgasme. Karena itu entotanku semakin kugencarkan, sampai mirip gerakan hardcore di film - film bokep.

Memang benar dugaanku. Mayang mulai berkelojotan, lalu mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Pada saat itulah kutancapkan kontolku sedalam mungkin, sehingga moncong kontolku terasa menabrak dasar liang memek kakaknya Anggraeni itu.

Lalu terasa sekali liang memek Mayang mengedut - ngedut, disambut oleh kontolku yang sedang mengejut - ngejut juga ... sambil memuntahkan lendir surgawiku.

Crrrrettttt ... croooooooooooooooooooootttt ... crettt ... croooooooooooooooooooootttttttt ... croooooooooooottttt ... cretttt ... crooooooooooooooooooootttttttttttttt ... !

Kami terkapar lunglai, dengan keringat membanjiri tubuh kami.

Sampai pada suatu saat, terdengar suara Mayang, “Ini sih harus mandi Cinta. “

“Oke. Mumpung Eni dan Mama belum datang. “

Lalu kami masuk ke dalam kamar mandi.

Biasanya kalau sudah mandi bareng begini, pasti ujung - ujungnya bersetubuh sambil berdiri di kamar mandi.

Tapi kali ini aku tidak melakukannya, mengingat Anggraeni dan mamanya bakal datang sebentar lagi. Maka yang kami lakukan cuma saling menyabuni, kemudian membilasnya dengan semburan air hangat shower.

Mayang pun mengenakan busananya kembali. Bersolek sesaat di depan cermin rias, kemudian kuajak duduk di ruang tamu owner hotel.

Benar saja. Beberapa menit kemudian Anggraeni dan Mama Ida muncul.

Anggraeni sudah terbiasa belajar di ruang kerjaku, sehingga tidak merasa asing lagi memasuki ruang kerjaku dan ruang tamu owner.

“Gimana ? Sukses ?” tanya Anggraeni setelah mencium bibirku.

“Sukses dong, “ sahutku sambil tersenyum.

Mama Ida yang sudah duluan duduk di sofa ruang tamu, langsung bertanya, “Ada apa Yos ? Kok kayak ada yang penting banget ?”

Aku menjawab, “Aku hanya ingin mengajak Mama dan kedua putri Mama untuk menuju ke suatu tempat. Nanti di sana akan kujelaskan semua. Oke ?”



Beberapa saat kemudian kami berempat sudah berada di dalam sedan baruku yang berwarna deep brown itu. Anggraeni duduk di sebelah kiriku. Mama Ida dan Mayang duduk di seat belakang.

Saat itu aku akan menuju ke sebuah rumah tiga lantai. Rumah yang berdiri di atas tanah yang kubeli dari Bu Lia dahulu. Rumahnya kurobohkan, lalu kubangun sebuah rumah baru yang cukup megah menurutku. Karena tanahnya luas sekali, sayang kalau hanya dipakai untuk rumah biasa - biasa saja.

Rumah itu terdiri dari 3 lantai yang sudah lengkap segala perabotannya. Tentu saja bukan perabotan rumah yang murah. Memang aku sudah merencanakan rumah itu untuk kuberikan kepada Anggraeni. Dan setelah hadirnya Mayang, niatku jadi semakin kuat untuk menghibahkan rumah megah itu kepada Anggraeni tercinta.

Rumah itu dekat sebuah kompleks perumahan. Tapi rumah 3 lantai itu berada di pinggir jalan besar, di luar kompleks perumahan.

Setibanya di depan rumah itu, aku berkata kepada Anggraeni, “Sudah saatnya Mama, Eni dan Mayang untuk pindah ke rumah ini. “

“Haaaa ?! “ Anggraeni terbelalak dalam kagetnya, “Gak salah nih ... kita akan tinggal di rumah sebesar dan semegah ini ?”

“Tidak Sayang. Aku sudah lama memikirkannya, “ sahutku sambil turun dari mobil, diikuti oleh mereka bertiga. Kemudian kukeluarkan serangkai kunci - kunci rumah itu. Kubuka pintu depan dan kupersilakan mereka masuk.

Mama Ida geleng - geleng kepala terus sambil berdecak - decak kagum.

“Nah ini rumah untuk Mama, Anggraeni dan Mayang. Di lantai satu ini kamarnya ada tiga. Di lantai dua kamarnya ada dua dan di lantai tiga hanya ada satu kamar. Jadi kalau tinggal di sini, Mayang takkan tidur di kamar pembantu lagi kan ?”

Mama Ida nyeletuk, “Berarti semuanya ada enam kamar ya. “

“Iya Mam. Nanti silakan pada ngatur sendiri. Apakah Mama di lantai satu, supaya tidak usah naik tangga. Lalu Mayang di lantai dua dan Eni di lantai tiga ... silakan diatur - atur aja. “

“Mendingan juga di bawah semua. Kan pas kamarnya ada tiga, “ kata Anggraeni.

“Tapi lantai dua dan lantai tiga nganggur dong, “ sahutku, “Coba lihat - lihat dulu ke lantai dua dan tiga. Masing - masing ada keistimewaannya. Lantai tiga kamarnya cuma satu. Tapi kamarnya gede banget. Coba cek deh. “

Mayang dan Anggraeni mengangguk. Lalu pada menaiki tangga. Sementara Mama Ida malah memelukku dari belakang sambil berkata, “Terima kasih Yosef ... dari awal mama udah punya pikiran kalau Yosef ini orang baik. “

Kujawab dengan bisikan di telinga Mama Ida, “Aku memang orang baik. Tapi seneng memek .... apalagi memek Mama yang bisa empot - empotan. “

“Ayo atuh kalau mau sama mama mah ... kan kamarnya banyak di sini mah, “ ajak Mama Ida.

“Sekarang mah lagi loyo Mam. Kan tadi abis bertempur sama Mayang, “ sahutku.

“Beneran dia masih perawan ?” tanya Mama Ida setengah berbisik.

“Masih, “ aku mengangguk.

“Syukurlah. Berarti dia gak malu - maluin mama dan Eni. Jadi sekarang bukan hanya Anggraeni dan mama yang menjadi milik Yosef. Mayang juga sudah menjadi milik Yosef. Semuanya itu datang dari keinginan untuk menyenangkan hati Yosef. “

“Iya Mama. Itu pula sebabnya kuberikan rumah ini kepada Mama, Anggraeni dan Mayang, untuk menyenangkan hati Mama dan kedua puteri Mama. “

“Iya, terimakasih Yos. Mama sayang sekali sama Yosef, “ ucap Mama Ida sambil mendekapku erat - erat.

Lalu Mama Ida bertanya, “Kapan - kapan kalau mama datang ke hotel Yosef, boleh nggak ?”

Mama Ida memang seorang wanita yanbg selalu bergejolak hasrat birahinya. Karena itu kujawab dengan lembut, “Boleh. Tapi Mama harus nelepon aku dulu. Karena aku tidak tiap hari ada di hotel. “

Mama Ida mengangguk - angguk.

Tiba - tiba terdengar suara Anggraeni, “Kang Yosef ... sudah kami putuskan. Aku akan menempati kamar di lantai tiga, Teh Mayang di lantai dua ... !”

“Iya, “ sahutku sambil tersenyum, “Begitu lebih baik. “





Beberapa hari kemudian, aku merasa sudah cukup lama tidak menengok Manti, istri tercintaku yang penyabar itu.

Karena itu aku mempersiapkan diri untuk pulang ke rumah Manti, rumah yang kujadikan salah satu mahar itu padanya. Namun sebelum niat itu terlaksana, aku mengamati jadwal yang diberikan oleh Mamih, ternyata ada klien yang sudah membookingku untuk hari ini jam 19.00 di sebuah villa yang letaknya agak jauh, sekitar 30 kilometer dari kotaku.

Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 15.30. Berarti tidak ada waktu lagi, karena 2 jam lagi aku harus berangkat ke luar kota yang jalanannya sering macet untuk melayani klien yang bernama Ivone itu.



27. Bu Ivone



S
eperti biasa, sebelum berangkat aku meneguk cairan Jeli Gamat sea cucumber. Supaya kontolku bisa melaksanakan tugas dengan baik dan tidak mengecewakan. Aku pun minum gula nira lontar khas Kupang yang disebut gula sabu, yang sering juga disebut gula kesehatan. Tak lupa pula juga minum supelmen seperti biasa.

Jam 17.30 kupakai sedan hitamku menuju daerah perbukitan yang dingin sekali hawanya itu. Terlebih menjelang malam seperti ini.

Jalanan cukup macet. Maklum malam Minggu. Banyak mobil plat nopol luar propinsi berpapasan denganku. Seperti biasanya, di hari - hari weekend memang selalu macet begini.

Untungnya sebelum jam 19.00 sedan hitamku sudah memasuki kompleks villa yang semuanya terbuat dari kayu berbentuk tradisional Sunda.

Ternyata villa yang harus kukunjungi berada di paling ujung. Di depan villa itu terparkir sebuah sedan sport berwarna merah. Pasti sedan sport merah yang super mahal itu punya Bu Ivone. Sehingga aku sudah bisa membayangkan level wanita itu. Karena kalau dari kelas menengah ke bawah, hampir mustahil punya sedan semahal itu.

Tapi kenapa dia menungguku di villa kayu itu ? Kenapa dia tidak mengajak ketemuan di villa yang berdiri sendiri dan bukan di villa yang bisa disewa oleh siapa pun ? Entahlah. Soal selera memang tak bisa dijadikan bahan perdebatan. Seperti juga seleraku, yang mungkin tidak sama dengan selera orang lain.

Kuparkir mobilku di samping sedan merah itu. Lalu turun dari mobil dan melangkah menuju pintu depan yang sudah terbuka dan seorang wanita cantik berperawakan tinggi semampai berdiri di ambang pintu yang terbuka itu.

“Yosef ? “ tanya wanita cantik bergaun beludru hitam itu.

“Betul, “ aku mengangguk, “Dengan Bu Ivone ?”

“Iya. Ayo masuk, “ ajaknya.

Lalu Bu Ivone yang kutaksir usianya di bawah 35 tahun itu mengajakku duduk berdampingan di atas kursi panjang yang terbuat dari kayu jati. Memang kurang nyaman didudukinya, karena aku sudah terbiasa duduk di sofa empuk. Tapi gak apalah, demi kepuasan klien aku harus melupakan ketidaknyamanan ini.

Bu Ivone memegang tanganku ssambil berkata, “Aku mengajak kencan padamu, bukan karena ingin melampiaskan nafsu Yos. Ada tujuan lain ... aku ingin hamil. Kata Mamih, Yosef sudah berhasil menghamili istri seorang konglomerat. Apa itu betul ?”

“Betul Bu, “ sahutku.

“Berapa orang yang sudah Yosef hamili ?”

“Mmm ... lima orang Bu. “

“Wah, berarti Yosef pejantan yang manjur ya. “

“Tapi gak semuanya langsung hamil Bu. Ada yang sampai tiga - emp;at bulan ketemuan terus denganku, barulah bisa hamil. Memang ada juga sih yang satu kali pertemuan langsung hamil. Tapi hanya satu orang yang langsung - langsungan gitu Bu. ”

“Iya ... iyaaa ... “ Bu Ivone mengangguk - angguk, “Kalau Yosef bisa menghamiliku, nanti ada beberapa orang teman dekatku akan minta dihamili juga. “

“Siap Bu. “

“Yang aku suka sama link Mamih, semua anak buahnya dicek terus kesehatannya. Sehingga semua anak Mamih terjamin tidak mengidap penyakit berbahaya kan ?”

“Iya Bu. Sebulan sekali kami harus diperiksa di laboratorium rujukan dokter langganan Mamih. Jadi soal itu sih jangan kuatir. Semua anak Mamih sehat dan bersih darahnya. “

“Iya. Hmmm ... kamu tampan sekali Yos. Kenapa gak jadi artis aja ?” tanya Bu Ivone sambil meremas tanganku.

“Wah ... aku gak bisa akting Bu. Gak ada bakat deh jadi artis sih. “

“Sudah lama jadi anak Mamih ?”

“Mmm ... baru beberapa bulan Bu. “

“Tapi sekarang si Mamih lagi di luar negeri ya ?”

“Iya Bu. Di Italia. Mamih mau nikah sama bule Italia. “

“Wow, kereeen. Si Mamih memang cantik sih. Wajar aja dapetin bule juga. “

Lalu Bu Ivone merapatkan pipinya ke pipiku. “Udah siap ?” tanyanya.

“Owh ... siap Bu, “ sahutku.

“Di kamar aja yuk. Biar agak hangat. Di sini dingin sekali, “ ajaknya.

Aku mengangguk. Lalu mengikuti langkah wanita bertubuh tinggi semampai itu ke dalam kamar villa kayu tradisional ini.

Rupanya di dalam kamar ada tungku penghangat tradisional, yang mengandalkan kayu bakar. Memang hangat udaranya di sini.

Bu Ivone membelakangiku sambil berkata, “Tolong lepasin kancing gaunku please ... “

Aku menurut saja. Melepaskan kancing yang berderet di punggung wanita itu.

Setelah kancing gaun beludru hitam itu terbuka semua, gaun itu jatuh sendiri ke lantai kayu. Tanpa disuruh, kulepaskan juga kancing kait beha hitamnya. Lalu ia sendiri yang melepaskan behanya.

Bu Ivone memutar badannya jadi berhadapan denganku. “Toketku kecil ya ... “ ia mengangsurkan sepasang toketnya ke dekatku.

Tanpa ragu kupegang toket kirinya yang memang kecil. Tapi aku terbiasa untuk selalu menyenangkan hati klien yang bagaimana pun wujudnya. Lalu aku melepaskan jaket kulit dan baju kausku sambil berkata, “Justru toket kecil itu awet Bu. Gak cepat turun seperti toket gede. “

Bu Ivone tampak senang mendengar ucapanku. “Iya sih. Kalau toket gede cepat turun. Masih muda juga sudah terjuntai ke bawah. Karena beratnya, “ katanya pada saat aku tinggal mengenakan celana dalam saja, seperti wanita tinggi semampai itu.

Tinggi semampai tapi bokongnya gede ... !
Maka terjadilah serangan fajar suhu @Otta
Terimakasih Suhu
 
Derajat keluarga Anggraeni dinaikkan oleh Yosef.
Asep ak Yosef memang lelaki bertanggungjawab
Gak rugi jadi simpanan Asep. Apalagi jadi istrinya
 
Part 61

K
etika ujung lidahku menyapu - nyapu bagian dalam memek Mayang yang berwarna pink itu, Mayang mulai menggeliat - geliat. Terlebih ketika ujung jempolku mulai menggesek - gesek kelentitnya yang sudah tegang itu, kedua telapak tangannya menepuk - nepuk meja. Sementara nafasnya tidak beraturan lagi. Terkadang mendesah, terkadang menahan nafasnya. Kedua kakinya pun kadang terangkat dan mengejang, kadang terjuntai lagi ke arah lantai.

Air liurku pun dialirkan terus ke dalam mulut memeknya. Karena air liurku inilah yang akan menjadi pelumas pada saatnya penetrasi nanti.

Manakala memek Mayang sudah kuanggap cukup basah, aku pun melepaskan celana dalamku. Lalu meletakkan moncong kontolku di mulut memek Mayang. Dengan cermat dan hati - hati kudorong kontolku sekuatnya.

Hmmm ... tampaknya jam terbangku dalam hal belah duren sudah cukup tinggi. Sehingga kontol ngacengku berhasil membenam ke dalam liang memek Mayang sedikit demi sedikit. Memang sempit sekali liang memek kakaknya Anggraeni ini. Namun ketika aku mulai mengayun kontolku, terasa memek Mayang ini pulen di samping sempitnya.

“Iii ... ini uuu ... udah masuk ?” tanya Mayang terengah.

“Udah, “ aku mengangguk, “Sakit gak ?”

“Tadi ada sakit sedikit. Sekarang gak lagi. “

Dalam ruang makan yang cahaya lampunya tidak terlalu terang ini, aku membutuhkan lampu senter lagi. Untuk menyorot kontolku sendiri. Memang ada garis - garis darah di kontolku. Darah perawan Mayang ... !

Hmm ... Mayang yang punya body aduhai ini, rasanya perlu kupelihara dan sering - sering dekat denganku. Memang kalau soal wajah, Anggraeni lebih cantik daripada Mayang. Tapi dalam soal body, Mayang lebih seksi. Selain daripada itu, Mayang punya memek begini gurih dan pulennya ... !

Karena ingin menikmatinya secara perfect, aku meminta agar Mayang memeluk leherku. Karena aku akan membawanya ke tempat tidurku tanpa melepaskan kontolku dari jepitan liang memek sempitnya (biar jangan susah memasukkannya lagi).

Mayang menurut saja. Ia jadi duduk di pinggiran meja, sambil memelukku erat - erat. Lalu aku melangkah sedikit demi sedikit ke arah bed kayu jati berukir itu. Dengan hati - hati kurebahkan tubuh Mayang itu di atas bed. Lalu kami berusaha bergerak ke tengah bed, tanpa mencabut kontolku yang sedang enak - enaknya dijepit oleh memek Mayang itu.

Lalu kuamati wajah manis Mayang, sambil mulai mengentotnya pelan - pelan dulu. Kali ini mulut dan tanganku turut beraksi. Awalnya kupagut bibir sensualnya ke dalam lumatan hangatku. Tanganku pun memainkan pentil toket gedenya, sementara kontolku tetap stabil mengentot liang memeknya.

Mayang mulai terasa menggeliat - geliat dan merengek - rengek manja. Terlebih setelah mulutku pindah sasaran, untuk menjilati lehernya disertai dengan gigitan - gigitan kecil. “Yooooosss ... hhhhhhh .... Yossssss ... ehhhhehhhhhhh ... aaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaaaaahhhhhh .... Yoooooossssss .... hhhhhhhhh .... aaaaaaaaaaaahhhhh ... rasanya ... seperti melayang - layang gini Yooooooosssss .... dan ... dan aku merasa ... benar - benar mencintaimu Yossss ... aku ingin selalu dekat denganmuuu ... “

“Kamar ini kedap suara Yang ... uuuuuugghhhh ... gak usah ditahan - tahan ... lepaskan aja suaramu ... takkan terdengar keluar ... uuuuughhhhh ... “ sahutku di antara dengus - dengus nafasku sendiri.

Dan ketika sepasang tangan Mayang terpentang sambil meremas - remas kain seprai, kuserudukkan mulutku ke ketiaknya yang bersih dari bulu dan menyiarkan harum deodoran. Kujilati dan kusedot - sedot ketiak Mayang dengan lahap, meski aku tahu ketiaknya itu sudah berkeringat. Sementara entotanku sudah mulai gencar, karena liang memek sempit itu sudah beradaptasi dengan ukuran kontolku.

Mayang pun semakin meraung - raung histeris. Dengan mata merem melek. “Yoooooss ... ini semakin fantastis Yooooossss .... oooooo .... oooooohhhhh ..... luar biasa nikmatnya Yoooooossss .... oooooohhhh .... ooooo .... ooooooohhhhh ... Yooosssss ... aku cinta kamu Yoooooosssssssssssss .... ini ... ma ... makin lama makin enaaaak .... Yoseeeef ... ooooooohhhh ... oooooo .... ooooooohhhhhh .... Yooooossss ... aku cinta kamuuuuuu .... Yoooooosssssssss ..... “

RIntihan histeris Mayang terhenti. Tubuh bohai itu pun mulai berkelojotan. Dan aku yakin Mayang sudah akan orgasme. Karena itu aku menggencarkan entotanku sambil menyedot - nyedot pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas toket kanannya.

Dan ketika sekujur tubuh Mayang mengejang tegang, aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin, sehingga moncong kontolku terasa menyundul dasar liang memek Mayang. Sebenarnya aku pun sedang berada di puncak kenikmatanku.

Lalu kami seperti sepasang manusia yang sedang kerasukan. Kami sama - sama menahan nafas sambil saling remas sekuat mungkin.

Ketika liang memek Mayang terasas berkedut - kedut erotis, kontolku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan air maniku.

Croooooooottttttt ... cretttttt ... crooooooooooooottttt ... crooooooooootttttttttttt ... cretttt ... croooooooooooooottttttttt .... !

Lalu kami sama - sama terkapar lunglai. Dengan tubuh sama - sama bersimbah keringat.

Sesaat kemudian kucabut kontolku dari liang memek Mayang. Dan kulihat jelas, ada tetesan darah yang mengering di kain seprai, persis di bawah kemaluan Mayang.

Mayang pun bangkit dengan lemas. “Masih perawan kan aku ?” tanyanya.

“Iya, itu saksinya, “ kataku sambil menunjuk ke tetesan darah yang sudah mengering di kain seprai, “Yang banyak di meja ... “

Aku melangkah ke arah meja makan, tepat pada posisi kami bersetubuh tadi. Memang benar. Ada cipratan darah juga di pinggiran meja makan. Dan Mayang ikut memperhatikan semuanya itu.

“Syukurlah, “ kata Mayang, “Tadinya aku takut perawanku hilang, karena aku sering berolahraga. Terutama naik sepeda. Banyak yang bilang kalau sering naik sepeda, bisa merusak keperawanan. Ternyata tidak. “

“Tapi sekarang Mayang tidak perawan lagi. Apakah Mayang menyesal karena virginity-nya sudah kuambil ?”

“Nggak, “ Mayang melingkarkan lengannya di pinggangku, “Karena yang mengambilnya Yosef ... cowok yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Sekarang aku hanya punya keinginan ... untuk selalu dekat dengan Yosef ... “

“Nanti akan kipikirkan bagaimana caranya agar Mayang sering dekat denganku. Kalau selalu dekat jelas gak bisa. Karena aku punya macam - macam kegiatan di luar hotel ini. Tapi kalau sering berdekatan pasti bisa, karena memek Mayang ini ... enak sekali, “ kataku sambil memegang memek kakaknya Anggraeni.

Mayang tersenyum senang. Lalu menyahut, “Memekku ini hanya boleh dinikmati oleh Yosef seorang. “

“Tapi kalau Anggraeni tahu semua ini, pasti marah ya, “ kataku.

“Nggak. Sebelum Yosef datang, aku sudah dapat ijin dari Eni. “

“Maksudnya ?”

“Kan di kamar Eni ada foto Yosef. Terus aku bilang cowokmu itu tampan sekali. Eni lalu membisikkan sesuatu. Menawarkan untuk ikut memiliki Yosef, tapi aku harus berjuang sendiri. Nah ... begitu aku melihat Yosef aslinya, jujur ... aku langsung kepincut. Makanya aku ingin dibawa oleh Yosef tadi. “

“Jadi apa yang telah terjadi di antara aku dengan Eni, Mayang sudah tau juga ?”

“Jangankan dengan Eni. Sedangkan Yosef dengan Mama pun aku sudah tau, “ ucap Mayang sambil menyodokkan telunjuknya ke perutku yang masih telanjang ini.

“Ohya ?! Eni membuka semuanya ?”

“Bukan hanya Eni ... Mama juga sudah berterus terang. “

Lalu Mayang menuturkan, bahwa kalau aku bersedia, aku akan dimiliki oleh mereka bertiga. Anggraeni, Mayang dan Mama Ida. Meski begitu Mama Ida menjelaskan, bahwa yang akan kunikahi secara resmi hanya Anggraeni, sebagai istri keempatku nanti.

“Makanya setelah semuanya ini terjadi, aku takkan menuntut untuk dijadikan istrimu Yos. Jadi secara resminya, aku tetap kakak iparmu dan Mama tetap mertuamu. Tapi secara tidak resmi, Eni, Mama dan aku adalah milikkmu, “ kata Mayang di akhir penuturannya.

“Tapi kalau Mayang hamil nanti gimana ?” tanyaku.

“Aku sudah dikasih pil kontrasepsi oleh Eni. Tapi kalau Yosef menginginkan aku hamil ya gak apa - apa. Asalkan nikah siri dulu denganku. “

“Hahahaaa ... aku senang sekali mendengar pengakuan Ayang itu, “ kataku yang mulai menyebut Ayang pada kakaknya Anggraeni itu.

Mayang menciumi dadaku, lalu berkata, “Aku bahagia dipanggil Ayang olehmu Yos. “

“Yang ... kontolku ngaceng lagi nih. Main lagi yok, “ ajakku sambil memegang kontolku yang memang sudah ngaceng lagi ini.

“Oke ... apa pun yang Yosef inginkan, pasti kukabulkan, “ sahut Mayang sambil melangkah ke arahg bed kembali.

“Tapi sekarang kita main dalam posisi lain, “ kataku.

“Posisi gimana ? Aku kan belum punya pengalaman Yos. “

“Posisi doggy. Ayang merangkak dan menungging dulu deh. “

Mayang menurut saja. Ia mendekam seperti kucing mau menangkap tikus, sementara bokong ultra semoknya ditunggingkan seperti yang kuarahkan.

Aku pun berlutut menghadap ke arah bokong semok yang ditunggingkan itu. Kupegang memek kakaknya Anggraeni itu, lalu kuselundupkan jari tengahku ke dalam memeknya, untuk menyelidiki keadaannya. Ternyata masih basah sekali. Basah oleh spermaku yang sudah bercampur dengan lendir libidonya.

Maka sambil berlutut kubenamkan kontolku ke dalam liang memek Mayang yang masih agak becek itu.

Sambil berlutut dan berpegangan pada sepasang buah pantat Mayang, aku mulai mengayun kontolku bermaju - mundur di dalam liang memek sempit Mayang yang kebetulan sedang licin sekali ini.

Mayang pun langsung ngoceh ngelantur, “Dududduuuuuhhhhh ... Yoooossss ... ini langsung enak Yooooosss ... ooooo ... oooooohhhh ... Yoseeeeef ... ini enak Cinta ... ooooh ... memekku hanya untuk kontolmu Yooooossss ... oooo ... ooooooooohhhhhhhh ... Yoseeeeef ..... ooooo ... ooooo ... oooooooooh ... Yoooooosssss ... “

Aku pun tak cuma memegang pantat super semoknya. Tapi juga mulai menampar - namparnya, tapi tidak terlalu kuat menamparnya. Karena aku sudah pengalaman, kalau ngemplangin pantat terlalu kuat, telapak tanganku pun bisa panas dibuatnya.

Namun meski tamparanku tidak kuat, pantat Mayang kemerahan juga dibuatnya. Sementara Mayang tidak bereaksi. Tetap mendesah - desah dan merintih - rintih histeris.

Kedua tanganku pun pindah sasaran. Menggerayangi bagian atas memek Mayang. Dan berhasil menemukan kelentitnya. Maka kegiatan tangan kananku adalah mengelus - eluskan ujung jariku ke kelentit Mayang yang sudah ngaceng lagi (kelentit juga bisa ngaceng dan membesar 3 kali lipat pada saat sedang horny berat).

Tentu saja aksi gesek itil ini membuat Mayang semakin meraung - raung histeris, “Yosssseeeefff .... oooooooohhhhh ... ini semakin enak Yooooosssss ... enak cintaku ... enaaaaak ... elusin terus itilku Yossss ... iyaaaa ... itilnya ... itiiiiilnyaaaaa ... oooooh Yosssss ... aaaaaku semakin melayang - layaaaaang ... ooooo ... ooooohhhh ... ini nikmat sekali Yooooooooossssss ... eeeenaaaaak ... makin enaaaaaaak Cintaaaa ... oooohhhh ... elus terus itilku Yoooosssss .... ooooo ... ooooohhhhhhhh .... Yoseeeeeeef .... enaaaaaaak sekaliiiiiii .... Yooooossss ... aku cinta Yoseeeeef .... cintaaaaaaaaa ... Cinta Yoseeef ... aku cinta Yoseeeef ... itilnya elusin terus Yoooosssss ... iyaaaaaaaa ... iyaaaaaaaaa .... iiiiyaaaaaaaa ... “

Akhirnya Mayang klepek - klepek lagi. Lalu mengejang tegang dan akhirnya ambruk di puncak orgasmenya. Sehingga kontolku terlepas dari liang memeknya.

Kulihat Mayang menggulingkan badannya, jadi menelentang lagi. Aku sudah siap untuk menjebloskan lagi kontolku ke dalam liang memeknya.

Namun tiba - tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... !

Cepat aku turun dari bed untuk mengambil hape dari saku celana denimku.

Ternyata Anggraeni yang nelepon :

Aku : “Hallo Sayang ... ada apa ?”

Eni : “Gimana hasilnya ? Hihihiii ... Teh Mayang beneran masih perawan ?”

Aku : “Masih. Kenapa nanya soal itu ?”

Eni : “Walau pun dia kakakku, kan aku tidak tau persis pergaulannya di Jakarta. “

Aku : “Ohya ... sekarang kamu dan Mama ke hotel ya. Ada sesuatu yang penting. “

Eni : “Sama Mama segala ?”

Aku : “Iya. Pakai taksi aja. Penting sekali. “

Eni : “Siap Big Boss. “

Aku : “Kutunggu ya. “

Eni : “Iya Cinta. “

Lalu hubungan seluler dengan Anggraeni kututup.

“Telepon dari Eni, “ kataku sambil meletakkan hapeku dekat bantal, agar gampang meraihnya kalau ada call nanti.

“Ohya ?” tanya Mayang.

“Aku nyuruh dia datang ke sini bersama Mama sekalian, “ sahutku.

“Ada apa ? Mau menyidangkan aku ?”

“Bukan. Ada hal penting pokoknya, “ sahutku sambil merenggangkan jarak kedua paha putih mulus Mayang. Lalu meletakkan moncong kontolku di mulut memeknya.

“Ini belum selesai ?” cetusnya.

“Belum. Kan aku belum ejakulasi. “

“Ogitu ya ... kirain ... hihihiii ... “

Kudorong kontolku sekuatnya. Dan melesak masuk lagi ke dalam liang memek Mayang.

“Ooooooohhhh ... masuk lagiiii Cintaaa ... “ Mayang langsung merengkuhku ke dalam pelukannya.

“Memek Mayang enak banget lho, “ kataku sambil mulai mengayun kontolku perlahan dulu. Namun liang memek Mayang sudah semakin becek, sehingga dengan mudah aku bisa langsung mempercepat entotanku.

“Nanti kalau tiba - tiba Eni dan Mama datang gimana ?” tanya Mayang sambil meremas - remas bahuku.

“Biarin aja mereka nonton kita lagi ewean ... “ sahutku.

“Lagi apa ?” Mayang agak melotot.

“Lagi ewean ... ! Ada juga yang bilang lagi ijut ... ! Hahahaaa ... “

“Kasar ih ngomongnya. “

“Kan memang itu istilahnya. “

“Kemaluan perempuan suka disebut memek. Ada lagi istilah lainnya ?”

“Ada ... ada yang bilang heunceut, ada yang bilang gegewek. “

“Hihihiii ... Yosef nakal ih mulutnya ... !” Mayang memijat hidungku. Lalu mengecup bibirku.

Sementara aku makin menggencarkan entotanku. Sehingga terdengar bunyi kecipak - kecipuk dari arah kemaluan kami yang sedang “bertempur”.

Dan aku semakin asyik mengentot liang memek gurih dan pulen ini, sambil menjilati leher jenjangnya yang masih lembab oleh keringat. Terkadang mulutku mengemut dan menjilati pentilk toketnya, telinganya dan bahkan ketiaknya juga.

Di saat lain aku asyik berciuman dan saling lumat bibir dengan Mayang, sementara tanganku asyik meremas - remas toket gedenya yang masih padat kencang.

Rintihan - rintihan histeris Mayang pun terdengar erotis di telingaku.

“Yooossss ... oooo ... oooooh ... Yoooooosssss ... mulai enak lagi Yooooossss ... makin lama makin enak Cintaaaaa ... aku cinta Yoseeef ... cinta sekaliiii ... cinta Yoseeeef ... ooooooo ... oooohhhhh ... hati dan badanku sudah menjadi milikmu Yosss ... oooooooo ooooooooooohhh ... oooohhh ... Yoossss ... ini luar biasa enaknyaaa ... sampai kayak melayang - layang gini ... Yooooooooooosssss .... “

Sebenarnya aku masih bisa bertaqhan lebih lama lagi. Karena persetubuhan ini ronde kedua bagiku. Tapi karena Anggraeni akan datang, aku mulai “mengintai”. Menunggu terjadinya gejala - gejala Mayang akan mencapai orgasmenya.

Setelah tubuh kami bersimbah keringat, Mayang pun memperlihatkan “beda” dari biasanya. Dan itu kuanggap gejala akan mencapai orgasme. Karena itu entotanku semakin kugencarkan, sampai mirip gerakan hardcore di film - film bokep.

Memang benar dugaanku. Mayang mulai berkelojotan, lalu mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Pada saat itulah kutancapkan kontolku sedalam mungkin, sehingga moncong kontolku terasa menabrak dasar liang memek kakaknya Anggraeni itu.

Lalu terasa sekali liang memek Mayang mengedut - ngedut, disambut oleh kontolku yang sedang mengejut - ngejut juga ... sambil memuntahkan lendir surgawiku.

Crrrrettttt ... croooooooooooooooooooootttt ... crettt ... croooooooooooooooooooootttttttt ... croooooooooooottttt ... cretttt ... crooooooooooooooooooootttttttttttttt ... !

Kami terkapar lunglai, dengan keringat membanjiri tubuh kami.

Sampai pada suatu saat, terdengar suara Mayang, “Ini sih harus mandi Cinta. “

“Oke. Mumpung Eni dan Mama belum datang. “

Lalu kami masuk ke dalam kamar mandi.

Biasanya kalau sudah mandi bareng begini, pasti ujung - ujungnya bersetubuh sambil berdiri di kamar mandi.

Tapi kali ini aku tidak melakukannya, mengingat Anggraeni dan mamanya bakal datang sebentar lagi. Maka yang kami lakukan cuma saling menyabuni, kemudian membilasnya dengan semburan air hangat shower.

Mayang pun mengenakan busananya kembali. Bersolek sesaat di depan cermin rias, kemudian kuajak duduk di ruang tamu owner hotel.

Benar saja. Beberapa menit kemudian Anggraeni dan Mama Ida muncul.

Anggraeni sudah terbiasa belajar di ruang kerjaku, sehingga tidak merasa asing lagi memasuki ruang kerjaku dan ruang tamu owner.

“Gimana ? Sukses ?” tanya Anggraeni setelah mencium bibirku.

“Sukses dong, “ sahutku sambil tersenyum.

Mama Ida yang sudah duluan duduk di sofa ruang tamu, langsung bertanya, “Ada apa Yos ? Kok kayak ada yang penting banget ?”

Aku menjawab, “Aku hanya ingin mengajak Mama dan kedua putri Mama untuk menuju ke suatu tempat. Nanti di sana akan kujelaskan semua. Oke ?”



Beberapa saat kemudian kami berempat sudah berada di dalam sedan baruku yang berwarna deep brown itu. Anggraeni duduk di sebelah kiriku. Mama Ida dan Mayang duduk di seat belakang.

Saat itu aku akan menuju ke sebuah rumah tiga lantai. Rumah yang berdiri di atas tanah yang kubeli dari Bu Lia dahulu. Rumahnya kurobohkan, lalu kubangun sebuah rumah baru yang cukup megah menurutku. Karena tanahnya luas sekali, sayang kalau hanya dipakai untuk rumah biasa - biasa saja.

Rumah itu terdiri dari 3 lantai yang sudah lengkap segala perabotannya. Tentu saja bukan perabotan rumah yang murah. Memang aku sudah merencanakan rumah itu untuk kuberikan kepada Anggraeni. Dan setelah hadirnya Mayang, niatku jadi semakin kuat untuk menghibahkan rumah megah itu kepada Anggraeni tercinta.

Rumah itu dekat sebuah kompleks perumahan. Tapi rumah 3 lantai itu berada di pinggir jalan besar, di luar kompleks perumahan.

Setibanya di depan rumah itu, aku berkata kepada Anggraeni, “Sudah saatnya Mama, Eni dan Mayang untuk pindah ke rumah ini. “

“Haaaa ?! “ Anggraeni terbelalak dalam kagetnya, “Gak salah nih ... kita akan tinggal di rumah sebesar dan semegah ini ?”

“Tidak Sayang. Aku sudah lama memikirkannya, “ sahutku sambil turun dari mobil, diikuti oleh mereka bertiga. Kemudian kukeluarkan serangkai kunci - kunci rumah itu. Kubuka pintu depan dan kupersilakan mereka masuk.

Mama Ida geleng - geleng kepala terus sambil berdecak - decak kagum.

“Nah ini rumah untuk Mama, Anggraeni dan Mayang. Di lantai satu ini kamarnya ada tiga. Di lantai dua kamarnya ada dua dan di lantai tiga hanya ada satu kamar. Jadi kalau tinggal di sini, Mayang takkan tidur di kamar pembantu lagi kan ?”

Mama Ida nyeletuk, “Berarti semuanya ada enam kamar ya. “

“Iya Mam. Nanti silakan pada ngatur sendiri. Apakah Mama di lantai satu, supaya tidak usah naik tangga. Lalu Mayang di lantai dua dan Eni di lantai tiga ... silakan diatur - atur aja. “

“Mendingan juga di bawah semua. Kan pas kamarnya ada tiga, “ kata Anggraeni.

“Tapi lantai dua dan lantai tiga nganggur dong, “ sahutku, “Coba lihat - lihat dulu ke lantai dua dan tiga. Masing - masing ada keistimewaannya. Lantai tiga kamarnya cuma satu. Tapi kamarnya gede banget. Coba cek deh. “

Mayang dan Anggraeni mengangguk. Lalu pada menaiki tangga. Sementara Mama Ida malah memelukku dari belakang sambil berkata, “Terima kasih Yosef ... dari awal mama udah punya pikiran kalau Yosef ini orang baik. “

Kujawab dengan bisikan di telinga Mama Ida, “Aku memang orang baik. Tapi seneng memek .... apalagi memek Mama yang bisa empot - empotan. “

“Ayo atuh kalau mau sama mama mah ... kan kamarnya banyak di sini mah, “ ajak Mama Ida.

“Sekarang mah lagi loyo Mam. Kan tadi abis bertempur sama Mayang, “ sahutku.

“Beneran dia masih perawan ?” tanya Mama Ida setengah berbisik.

“Masih, “ aku mengangguk.

“Syukurlah. Berarti dia gak malu - maluin mama dan Eni. Jadi sekarang bukan hanya Anggraeni dan mama yang menjadi milik Yosef. Mayang juga sudah menjadi milik Yosef. Semuanya itu datang dari keinginan untuk menyenangkan hati Yosef. “

“Iya Mama. Itu pula sebabnya kuberikan rumah ini kepada Mama, Anggraeni dan Mayang, untuk menyenangkan hati Mama dan kedua puteri Mama. “

“Iya, terimakasih Yos. Mama sayang sekali sama Yosef, “ ucap Mama Ida sambil mendekapku erat - erat.

Lalu Mama Ida bertanya, “Kapan - kapan kalau mama datang ke hotel Yosef, boleh nggak ?”

Mama Ida memang seorang wanita yanbg selalu bergejolak hasrat birahinya. Karena itu kujawab dengan lembut, “Boleh. Tapi Mama harus nelepon aku dulu. Karena aku tidak tiap hari ada di hotel. “

Mama Ida mengangguk - angguk.

Tiba - tiba terdengar suara Anggraeni, “Kang Yosef ... sudah kami putuskan. Aku akan menempati kamar di lantai tiga, Teh Mayang di lantai dua ... !”

“Iya, “ sahutku sambil tersenyum, “Begitu lebih baik. “





Beberapa hari kemudian, aku merasa sudah cukup lama tidak menengok Manti, istri tercintaku yang penyabar itu.

Karena itu aku mempersiapkan diri untuk pulang ke rumah Manti, rumah yang kujadikan salah satu mahar itu padanya. Namun sebelum niat itu terlaksana, aku mengamati jadwal yang diberikan oleh Mamih, ternyata ada klien yang sudah membookingku untuk hari ini jam 19.00 di sebuah villa yang letaknya agak jauh, sekitar 30 kilometer dari kotaku.

Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 15.30. Berarti tidak ada waktu lagi, karena 2 jam lagi aku harus berangkat ke luar kota yang jalanannya sering macet untuk melayani klien yang bernama Ivone itu.



27. Bu Ivone



S
eperti biasa, sebelum berangkat aku meneguk cairan Jeli Gamat sea cucumber. Supaya kontolku bisa melaksanakan tugas dengan baik dan tidak mengecewakan. Aku pun minum gula nira lontar khas Kupang yang disebut gula sabu, yang sering juga disebut gula kesehatan. Tak lupa pula juga minum supelmen seperti biasa.

Jam 17.30 kupakai sedan hitamku menuju daerah perbukitan yang dingin sekali hawanya itu. Terlebih menjelang malam seperti ini.

Jalanan cukup macet. Maklum malam Minggu. Banyak mobil plat nopol luar propinsi berpapasan denganku. Seperti biasanya, di hari - hari weekend memang selalu macet begini.

Untungnya sebelum jam 19.00 sedan hitamku sudah memasuki kompleks villa yang semuanya terbuat dari kayu berbentuk tradisional Sunda.

Ternyata villa yang harus kukunjungi berada di paling ujung. Di depan villa itu terparkir sebuah sedan sport berwarna merah. Pasti sedan sport merah yang super mahal itu punya Bu Ivone. Sehingga aku sudah bisa membayangkan level wanita itu. Karena kalau dari kelas menengah ke bawah, hampir mustahil punya sedan semahal itu.

Tapi kenapa dia menungguku di villa kayu itu ? Kenapa dia tidak mengajak ketemuan di villa yang berdiri sendiri dan bukan di villa yang bisa disewa oleh siapa pun ? Entahlah. Soal selera memang tak bisa dijadikan bahan perdebatan. Seperti juga seleraku, yang mungkin tidak sama dengan selera orang lain.

Kuparkir mobilku di samping sedan merah itu. Lalu turun dari mobil dan melangkah menuju pintu depan yang sudah terbuka dan seorang wanita cantik berperawakan tinggi semampai berdiri di ambang pintu yang terbuka itu.

“Yosef ? “ tanya wanita cantik bergaun beludru hitam itu.

“Betul, “ aku mengangguk, “Dengan Bu Ivone ?”

“Iya. Ayo masuk, “ ajaknya.

Lalu Bu Ivone yang kutaksir usianya di bawah 35 tahun itu mengajakku duduk berdampingan di atas kursi panjang yang terbuat dari kayu jati. Memang kurang nyaman didudukinya, karena aku sudah terbiasa duduk di sofa empuk. Tapi gak apalah, demi kepuasan klien aku harus melupakan ketidaknyamanan ini.

Bu Ivone memegang tanganku ssambil berkata, “Aku mengajak kencan padamu, bukan karena ingin melampiaskan nafsu Yos. Ada tujuan lain ... aku ingin hamil. Kata Mamih, Yosef sudah berhasil menghamili istri seorang konglomerat. Apa itu betul ?”

“Betul Bu, “ sahutku.

“Berapa orang yang sudah Yosef hamili ?”

“Mmm ... lima orang Bu. “

“Wah, berarti Yosef pejantan yang manjur ya. “

“Tapi gak semuanya langsung hamil Bu. Ada yang sampai tiga - emp;at bulan ketemuan terus denganku, barulah bisa hamil. Memang ada juga sih yang satu kali pertemuan langsung hamil. Tapi hanya satu orang yang langsung - langsungan gitu Bu. ”

“Iya ... iyaaa ... “ Bu Ivone mengangguk - angguk, “Kalau Yosef bisa menghamiliku, nanti ada beberapa orang teman dekatku akan minta dihamili juga. “

“Siap Bu. “

“Yang aku suka sama link Mamih, semua anak buahnya dicek terus kesehatannya. Sehingga semua anak Mamih terjamin tidak mengidap penyakit berbahaya kan ?”

“Iya Bu. Sebulan sekali kami harus diperiksa di laboratorium rujukan dokter langganan Mamih. Jadi soal itu sih jangan kuatir. Semua anak Mamih sehat dan bersih darahnya. “

“Iya. Hmmm ... kamu tampan sekali Yos. Kenapa gak jadi artis aja ?” tanya Bu Ivone sambil meremas tanganku.

“Wah ... aku gak bisa akting Bu. Gak ada bakat deh jadi artis sih. “

“Sudah lama jadi anak Mamih ?”

“Mmm ... baru beberapa bulan Bu. “

“Tapi sekarang si Mamih lagi di luar negeri ya ?”

“Iya Bu. Di Italia. Mamih mau nikah sama bule Italia. “

“Wow, kereeen. Si Mamih memang cantik sih. Wajar aja dapetin bule juga. “

Lalu Bu Ivone merapatkan pipinya ke pipiku. “Udah siap ?” tanyanya.

“Owh ... siap Bu, “ sahutku.

“Di kamar aja yuk. Biar agak hangat. Di sini dingin sekali, “ ajaknya.

Aku mengangguk. Lalu mengikuti langkah wanita bertubuh tinggi semampai itu ke dalam kamar villa kayu tradisional ini.

Rupanya di dalam kamar ada tungku penghangat tradisional, yang mengandalkan kayu bakar. Memang hangat udaranya di sini.

Bu Ivone membelakangiku sambil berkata, “Tolong lepasin kancing gaunku please ... “

Aku menurut saja. Melepaskan kancing yang berderet di punggung wanita itu.

Setelah kancing gaun beludru hitam itu terbuka semua, gaun itu jatuh sendiri ke lantai kayu. Tanpa disuruh, kulepaskan juga kancing kait beha hitamnya. Lalu ia sendiri yang melepaskan behanya.

Bu Ivone memutar badannya jadi berhadapan denganku. “Toketku kecil ya ... “ ia mengangsurkan sepasang toketnya ke dekatku.

Tanpa ragu kupegang toket kirinya yang memang kecil. Tapi aku terbiasa untuk selalu menyenangkan hati klien yang bagaimana pun wujudnya. Lalu aku melepaskan jaket kulit dan baju kausku sambil berkata, “Justru toket kecil itu awet Bu. Gak cepat turun seperti toket gede. “

Bu Ivone tampak senang mendengar ucapanku. “Iya sih. Kalau toket gede cepat turun. Masih muda juga sudah terjuntai ke bawah. Karena beratnya, “ katanya pada saat aku tinggal mengenakan celana dalam saja, seperti wanita tinggi semampai itu.

Tinggi semampai tapi bokongnya gede ... !
Lanjut terus sampai tamat hu,udah part 61 sayang kalo gak di tamarin,btw thanks update nya suhu @Otta 😍😍
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd