Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 66



B
u Hajjah Sarlita tampak senang sekali menempati rumah megah dan besar itu. Kamar di bawah saja ada 4 kamar dan 1 kamar pembantu yang lebih kecil ukurannya, tidak ada kamar mandinya pula. Sedangkan keempat kamar itu ada kamar mandinya masing - masing. Kamar mandi yang terbuka untuk tamu, berdampingan dengan kamar pembantu. Jadi kalau sudah ada pembantu, maka di kamar mandi yang berdampingan dengan kamarnya itulah mandi dan buang air besar mau pun buang air kecilnya.

Di lantai 2 ada juga 3 kamar tidur yang punya kamar mandi masing - masing.

Soal perabotannya, dari furniture sampai ke barang - barang elektronik, semuanya barang berkelas. Tapi aku tak mau menyebutkan merknya, karena thread ini bukan karya yang mengendorse merk barang. Bahkan mobil pun tak pernah kusebutkan merknya, supaya jangan terkesan mengiklankan merk mobil.

Ketika Bu Hajjah bilang butuh pembantu, cepat aku teringat wanita yang sering kumintai orang untuk pembantu di rumahku yang hadiah dari Tante Sharon itu. Wanita yang waktu berkenalan denganku “dikerjain” itu. Ketika dia berjabatan tangan denganku, sengaja kugarut telapak tangannya, membuatnya kaget tapi lalu tersenyum yang mengandung arti bagiku. Keesokan harinya wanita itu kusetubuhi di kamar mandi air panas mineral, lalu dilanjutkan di hotel yang tak jauh dari pemandian air panas mineral itu. Apakah aku selalu demikian mudahnya menyetubuhi wanita yang baru kenal sepintas seperti itu ? Memang begitulah kenyataannya. Aku belum pernah ditolak, terkecuali oleh Anggraeni di masa ABG ku (Sekarang terbalik, justru Anggraeni yang sangat mencintaiku sekaligus ingin memanjakanku, sementara cintaku sudah banyak cabang dan rantingnya).

“Berani ditinggalkan sendirian di sini ?” tanyaku setelah Bu Hajjah selesai memeriksa keadaan di seluruh rumah megah ini.

“Dek Yosef mau pamer muka dulu ke Bu Manti ?”

“Bukan. Aku justru mau ke rumah ayahku dulu. Ke rumah istri sih besok saja. Tapi jangan takut deh. Perumahan ini dijaga ketat oleh petugas keamanan. Pencurian pun tak pernah terjadi di perumahan ini. Dan besok akan ada wanita yang mengantarkan dua orang pembantu, untuk bersih - bersih, masak dan sebagainya. “

“Gak bisa besok ke rumah ayahnya, setelah kedua pembantru itu datang ?” tanya Bu Hajjah.

“Mmmm ... iya deh, “ kataku, terpaksa mengalah karena merasa kasihan juga kalau dia kutinggalkan sendirian di rumah sebesar ini.

Malam itu aku tidur bersama Bu Hajjah lagi. Tentu tak sekadar tidur. Tapi aku tak mau habis - habisan menyetubuhinya, karena esoknya aku akan ke rumah Ayah. Karena waktu aku masih di Balikpapan, Ayah mengirim WA, menyuruhku datang ke rumahnya. Siapa tahu Bunda kangen berat padaku nanti.

Keesokan paginya wanita yang kupesani 2 orang untuk pembantu Bu Hajjah itu datang. Dengan 2 orang wanita muda yang bersedia menjadi pembantu Bu Hajjah.



Sejam kemudian aku sudah menjalankan si deep brown menuju kampung halaman tercintaku.

Ketika tiba di rumah Ayah, ternyata ibu tiri kedua yang biasa kupanggil Bunda itu sedang ke pasar. Ayah bilang, Bunda udah kangen berat padaku dan ingin hamil juga.

Aku cuma mengangguk - angguk. Lalu mulai menanyakan sesuatu yang sering menimbulkan tanda tanya di benakku.

Aku menjelaskan kepada Ayah. Bahwa 3 tahun yang lalu aku pernah menemani Kang Obos mendatangi “orang pintar” yang jauh di luar kota X. Kujelaskan semua kata - kata orang pintar itu. Bahwa aku tak perlu “diisi” apa - apa, karewna sudah ada isinya. Hal itulah yang membuatku bingung, terutama karena aku telah membuktikan kata - kata orang pintar itu terbukti semua.

“Begini ceritanya, “ kata Ayah menerangkan, “Kakek ayah dahulu bukan keturunan sembarangan. Almarhum sebenarnya keturunan menak tinggi. Gelarnya pun Aom, bukan sekadar Raden biasa. Beliau memiliki ageman sejak lahir, bukan pemberian orang. Kata orang sih rumah beliau dijaga oleh sepasang harimau yang tidak kelihatan oleh manusia biasa. Itu terbukti pada waktu masih jaman rampok, dengan alasan untuk membiayai perjuangan kemerdekaan, rumah di samping beliau dirampok habis - habisan. Pemimpin rampok itu memberi perintah bahwa setelah rumah di sebelah itu, rumah kakek buyutmu yang harus dirampok. Lalu pemimpin rampok itu melangkah duluan sambil memegang klewang menuju pekarangan kakek buyutmu. Tapi begitu melewati garis batas tanah kakek buyutmu, tiba - tiba pemimpin begal itu ngacungin klewangnya sambil berteriak, ‘Barang siapa berani memasuki pekarangan Juragan Aom, akan kupenggal lehernya di sini !’ Padahal tadinya dia sendiri yang memerintahkan untuk merampok rumah kakek buyutmu. “

“Mungkin karena rumah Buyut dijaga harimau gaib itu ya ?” cetusku.

“Mungkin. Ayah juga cuma dengar ceritanya dari ayahnya ayah, yang biasa ayah panggil Abah. Karena saat terjadinya perampokan besar itu ayah juga belum lahir. “

“Apakah ilmu Buyut itu diturunkan kepada Kakek ?”

“Turun sendiri. Kesaktian kakek buyutmu itu pilih - pilih sendiri. Anak kakek buyutmu banyak, tapi kelihatannya hanya turun sendiri kepada Abah ayah. “

“Apa saja kesaktian yang dimiliki oleh Kakek ?”

“Banyak. Dia pernah mengganggu anak Belanda, menyumpal mulut anak itu dengan sambel yang pedas sekali. Tentu saja ayah anak itu marah dan memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Kakek. Karena anak yang disumpal sambel pedas itu anak seorang perwira tentara Belanda. Setelah ditangkap, kakek dibawa ke tengah lapang yang ada di dalam kompleks tentara Belanda. DIkelilingi oleh tentara Belanda yang sudah mengacungkan klewangnya masing - masing. Mungkin Kakek mau dibunuh dan dicincang di tengah lapang itu. Tapi tiba - tiba saja Kakek menghilang dari tengah lapang itu. Sehingga tentara Belanda yang sudah mengacungkan klewang itu bingung. Lalu mereka panik dan meninggalkan lapang. “

“Apa lagi kesaktian Kakek itu Yah ?” tanyaku.

“Banyak. Antara lain Kakek itu bisa berlari di tengah hujan lebat, tapi pakaian dan badan Kakek tidak basah sama sekali. Itu dibuktikan oleh adik perempuan kakek, berarti bibi ayah. Waktu itu bibi ayah ikut main dengan Kakek ke sawah yang jauh dari rumah buyutmu. Tiba - tiba kelihatan hujan sudah mau turun. Kakek langsung menggendong adiknya untuk pulang ke rumah buyutmu. Hujan pun turun dengan derasnya. Tapi setibanya di rumah, adik kakek itu baru nyadar kalau badannya tidak terkena air hujan setitik pun. Begitu juga badan dan pakaian Kakek, tidak basah sedikit pun. Padahal saat itu hujannya deras sekali katanya. Ketika adik Kakek bertanya, kenapa tubuh kita tidak basah ? Kakek hanya bilang, sudahlah gak usah meributkan masalah kecil. “

“Apakah kesaktian itu ada yang menurun pada Ayah ?”

“Hanya satu macam. Mungkin masalah perempuan. Dalam perjalanan hidup ayah, entah sudah berapa banyak perempuan cantik yang minta dijadikan istri ayah. Tapi ayah kan bukan orang kaya. Makanya cuma Mama dan Bunda aja yang ayah jadikan istri. “

“Kenapa hanya satu macam yang menurun kepada Ayah ya ?”

“Mungkin karena ayah sering melanggar pantangan turun temurun. Dalam hal makanan, misalnya. Ayah sering makan sesuatu yang merupakan pantangan. “

“Pantangannya apa aja Yah ?”

Lalu Ayah menyebutkan beberapa jenis makanan yang tidak boleh dimakan. Untungnya semua pantangan turun menurun itu tidak kusukai semua. Jadi mungkin aku tergolong yang “bebas dari hukuman”.

“Apakah ageman dari Buyut itu menurun kepada semua keturunannya ?” tanyaku.

“Tidak. Buktinya kakekmu yang saudaranya banyak, tapi hanya Kakek yang memiliki ageman itu. Saudara Ayah juga banyak, tapi yang mudah mendapatkan perempuan hanya ayah sendiri. “

“Mungkinkah aku punya ageman yang datang sendiri itu ?”

“Rasakan aja sendiri. Dan jangan dijadikan bahan pembicaraan. Apa yang sudah kamu peroleh, adalah untukmu. Bukan untuk dibahas dengan orang lain. “

“Iya Ayah. Memang banyak yang sudah kudapatkan. “

“Ohya ... katanya kamu sudah kawin dengan wanita yang ingin dinikahi oleh ayah itu ya ?” tanya Ayah.

“Iya Ayah. Waktu nikah dengannya, dia yang melarang ngasih tau Ayah. Mungkin karena malu, karena pernah menginginkan Ayah menjadi suaminya. Maaf ya Ayah. Aku terpaksa tidak memberitahu Ayah. Maaf juga aku tidak pernah memberitahu Ayah, tentang Ibu yang ternyata masih hidup. Dan sekarang Ibu sudah kutempatkan di sebuah rumah yang layak. “

“Ayah sudah dengar selentingan beritanya. Gak apa - apa. Biar bagaimana Ibu itu yang mengandung dan melahirkanmu. Bahagiakan dia sebisamu. “

Tiba - tiba obrolan kami terputus, karena Bunda sudah muncul di ambang pintu depan sambil menjinjing kantong belanjaannya. “Asep ...?!” serunya dengan wajah ceria.

Aku langsung berdiri, untuk mencium tangan ibu tiri keduaku itu. Tapi Bunda mendahuluiku. Memelukku dengan eratnya. Mencium bibirku dengan lahapnya di depan Ayah.

“Bunda rindu sekali sama kamu Sep, “ kata Ayah di belakangku, “Obatilah kerinduannya sana. “

Bunda tersenyum dan menarik tanganku sambil melangkah ke kamarnya.

“Memang bunda rindu sekali sama kamu Sep. Kalau sudah ingat kamu, bunda sampai seperti orang gila. Suka tersenyum sendiri sambil menyebut namamu, “ kata Bunda setelah berada di dalam kamarnya yang kamar Ayah juga.

Memang Bunda kelihatan sangat merindukanku. Tanpa buang - buang waktu ia menanggalkan gaunnya. Menanggalkan beha dan celana dalamnya. Padahal Ayah masih duduk di ruang keluarga.

Dengan tak sabar Bunda pun melepaskan baju kaus, sepatu dan kaus kakiku. Kemudian celana denim dan celana dalamku pun ditanggalkannya. Lalu menarikku ke atas bednya. Menarik kontolku dan mencolek - colekkan ke mulut memeknya yang tak pernah punya jembut itu. Dan memintaku untuk langsung memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang sudah haus entotanku itu.

Tanpa keraguan aku pun mendorong kontolku yang sedikit demi sedikit membenam ke dalam liang memek Bunda.

“Ooooohhh .... akhirnyaaaaa ... yang bunda rindukan datang jugaaaaa ... “ cetus Bunda sambil melingkarkan lengannya di leherku.

Aku yang sudah tahu titik - titik peka Bunda, langsung mendaratkan ujung lidahku di leher Bunda, sambil mulai mengayun kontol ngecengku.

“Ooooohhhhh ... Aseeeeep ... terimakasih ya Seeep ... kedatanganmu tepat pada waktunya ... karena saat ini bunda sedang dalam masa subur. Semoga kamu bisa menghamili bunda ya Seeep ... “

“Tapi kalau Bunda hamil, bisa - bisa Ayah menyerahkan Bunda padaku ... seperti Mama kan begitu ... “

“Biarin aja. Yang penting bunda ingin punya anak dulu ... ingin punya keturunan seperti wanita lain ... “

Aku tidak menanggapi, karena sedang enak - enaknya menikmati gesekan kontolku dengan dinding liang memek Bunda.

Ketika aku mulai menggencarkan entotanku, tiba - tiba pintu kamar dibuka dan Ayah masuk ke dalam sambil berkata, “Aku mau ke kebun dulu ya. “

“Cium dulu aku Ayah, “ sahut Bunda.

“Kan itu ada Asep. Lanjutin aja Sep, “ kata Ayah sambil mengusap rambutku.

“Nggak aaaah ... cium dulu aku Ayaaah , “ rengek Bunda dengan manjanya.

AKhirnya Ayah mengalah. Membungkuk di samping bed, lalu mencium bibir Bunda. Kemudian Ayah menoleh padaku, “Ayo lanjutin Sep ... mudah - mudahan Bunda bisa hamil. “

Kemudian Ayah mengambil dompetnya dari laci lemari pakaian.

“Aku mau bawa Bunda jalan nanti Yah, “ kataku sambil mengurangi kecepatan entotanku.

“Mau nginap lagi ?” tanya Ayah.

“Nggak. Tapi pulanbgnya pasti malam. “

“Iya. Hati - hati di jalan nanti ya. Bunda jangan dibawa kebut - kebutan, “ kata Ayah sambil melangkah ke arah pintu. Keluar dan menutupkan kembali pintu dari luar.

“Ayahmu baik sekali kan, “ ucap Bunda perlahan, “Makanya bunda makin sayang padanya. “

“Iya ... Ayah memang baik dan tidak cemburuan. “

“Tapi ... dia udah kawin lagi tuh Sep. “

“Masa ?!” aku mengurangi kecepatan entotanku, “Sama orang mana ?”

“Sama janda kaya yang rumahnya dekat kebun. “

‘Wah ... Bunda cemburu ya ?”

“Nggak. Perempuannya lebih tua dari bunda kok. Biarin aja. Bunda kan sudah punya Asep juga. Makanya jangan lama - lama gak nengok Bunda Sep. “

“Kalau Bunda kangen, datang aja ke hotel. “
“Ke hotel sendirian suka gak enak perasaan bunda. Soalnya banyak lelaki yang merhatiin bunda. Mungkin disangkanya bunda ini lonte yang biasa mangkal di hotel. “

“Masalahnya, kalau aku yang ke sini, susah parkir mobil. Seperti sekarang juga, mobil terpaksa diparkir di pinggir jalan. Padahal mobilku yang sekarang, udah baru lagi Bun. “

“Wah, asyik dong. Tadi udah minta ijin sama Ayah, mau bawa bunda jalan - jalan ya. Mau jalan ke mana ?”

“Ke hutan bambu. “

“Ke hutan ?!”

“Iya. Hutan bambu. Tapi hutannya sudah milikku sendiri. Di sana aku pengen wikwik sepuasnya sama Bunda. “

“Waaaah ... pasti romantis wikwik di alam bebas Sep. Tapi harus bawa tiker atau kasur lipat kali ya. “

“Sudah ada di mobilku. Tadi mampir dulu di toko yang menjual tikar. “

“Udah disiapkan sama Asep ?”

“Iya ... udah disiapkan untuk ewean sama Bunda ... “

Bunda memijat hidungku, “Kalau gitu ... lanjutkan di hutan bambu aja Sep. Jauh hutannya dari sini ?”

“Nggak di daerah gunung ... “ sahutku sambil menyebutkan nama gunung itu.

“Owh, gak jauh di situ mah. Ayo ... mau dilanjutin di hutan bambu aja ?” tanya Bunda.

“Iya, “ sahutku sambil mencabut kontolku dari liang memek Bunda.



Beberapa saat kemudian, Bunda sudah duduk di dalam sedan baruku, dengan mengenakan blouse berwarna pink dan rok mini berwarna merah. Ditutup lagi oleh mantel panjang berwarna coklat tua, mirip warna sedan baruku.

“Wow ... sedan barunya ... eduuun, “ seru Bunda setelah duduk di samping kiriku, “Harganya pasti lebih mahal daripada sedan yang item itu ya Sep. “

“Iya. Kira - kira duabelas kali lebih mahal dari sedan hitam itu. Tapi dua - duanya sedan Eropa. Bukan sedan Jepang. “

“Rejekimu mengalir terus dengan derasnya ya. Bunda ikut bahagia Sep. “

“Makanya Bunda jangan sakit hati mendengar Ayah kawin lagi. Kan Bunda bisa nemuin aku kapan pun. Asalkan nelepon dulu, biar aku ada di hotel. Ohya ... hotel baruku paling lama juga sebulan lagi sudah akan dibuka Bun. “

“Kalau hotel barumu sudah dibuka nanti, kamu akan makin kaya aja Sep. “

“Tapi pengeluaranku juga makin lama makin besar Bun. “

“Itu sudah pasti. Kata orang, makin kaya seseorang, makin besar juga pengeluarannya Sep. “

“Iya. Tapi aku tak punya hutang ke bank. Itulah yang membuat hidupku tenang selalu. “

“Syukurlah. Pengusaha lain sih nyaris gak ada yang gak punya hutang ke bank. Bahkan makin besar usahanya, makin besar juga hutangnya ke bank. “

“Itu yang akan selalu kuhindari Bun. Karena bank itu laksana meminjamkan payung di musim panas, lalu mengambilnya kembali di musim hujan. Makanya aku berjanji di dalam hati, sampai kapan pun takkan mau meminjam duit ke bank. Dan kebetuilan aku tak pernah kekurangan modal. Karena ada saja rejeki nomplok yang tidak terduga - duga sebelumnya. “

Bunda tidak menjawab. Karena sedang menurunkan kancing zipper celana denimku. Lalu memasukkan tangannya ke balik celana dalamku. Dan menggenggam kontolku sambil berucap, “ Kontolmu ini bikin bunda tergila - gila Sep. Maunya sih dua hari sekali kamu nidurin bunda. Jangan kelamaan gak nengok bunda kayak gini. “

“Kalau mau sering kutidurin, Bunda tinggal di hotelku aja, di kamar pribadiku. Kalau kelihatan tiap hari kan aku pasti ingin ngentot Bunda terus. Karena memek Bunda enak sekali rasanya. Serius Bun ... “

“Kalau ninggalin Ayah sih bunda gak tega Sep. Siapa yang ngurus makan di rumah dan di kebun ? Walau pun bunda sudah punya Asep, bunda tetap harus sayang sama Ayah. “

“Ayah kan sudah punya istri lagi. Biarkan istri barunya itu yang ngurus Ayah. “

“Wah, kalau dibegituin bisa lupa nanti Ayah sama bunda. “

“Tapi kalau Bunda benar - benar ingin hamil, di setiap masa subur harus kutidurin tiap malam. Jadi, sebaiknya tiap masa subur Bunda tinggal di hotelku. Setelah masa subur Bunda habis, Bunda bisa pulang lagi ke rumah Ayah. “

“Kalau begitu sih mungkin bisa. Masa subur kan hanya seminggu atau sepuluh hari. “

Mobilku sudah mulai menginjak jalan mendaki. Tapi dengan tenang mobilku seolah sedang berlari di jalan rata saja. Tidak terasa menginjak jalan menanjak.

Dan akhirnya tibalah di daerah hutan bambuku. Aku membelokkan mobilku ke kiri, ke jalan yang masih tanah dan belum pernah diaspal. Akhirnya kusembunyikan mobilku di bawah rumpun bambu.

“Ini tanah milikmu Sep ?” tanya Bunda sambil membuka pintu sebelah kirinya.

“Iya. “

“Untuk apa beli hutan bambu begini ?” tanya Bunda sambil berdiri di sampingku yang sudah sama - sama turun dari mobil.

“Hutan bambu ini sudah mendatangkan hasil Bun, “ sahutku, “Dijadikan tusukan sate untuk dimasukkan ke beberapa supermarket. Dijadikan sumpit untuk diekspor. “

“Produksinya di mana ?” tanya Bunda.

“Di sekitar daerah sini aja. Mesinnya sederhana kok. Aku membagikan mesinnya kepada masyarakat yang ingin mendapatkan penghasilan dari usahaku. Lalu mereka memproduksi tusukan sate dan sumpit itu. Bagian quality control ada, yang memasarkan ke beberapa supermarket pun ada. Aku tinggal duduk manis aja di kota. “

“O gitu ya. Ada aja jalan usahamu Sep. Tapi bagusnya bikin villa di sini. Suasanya romantis sekali. Lengang dan sunyi. Hawanya pun sejuk dan jauh dari polusi, “ kata Bunda sambil melingkarkan lengannya di pinggangku. Padahal aku sedang melangkah menuju pohon rasamala besar yang usianya sudah puluhan tahun itu.

Di bawah pohon besar itulah aku pernah mengentot Bu Emi, ibunya Ima.

Dan kini Bunda kudorong agar berdiri sambil bersandar ke pohon besar itu, sambil menurunkan celana denim dan celana dalamku. Bunda pun menyingkapkan rok merahnya, lalu menyeret celana dalamnya ke kanan, sehingga aku bisa membenamkan kontolku ke dalam liang memeknya, tanpa harus melepaskan celana dalam Bunda.

Bunda tampak senang dengan kenakalanku ini. Lalu memelukku erat - erat pada saat kontolku mulai mengentot liang memeknya yang aduhai ... legit sekali ini.

“Ooooh ... Seeeep ... bunda memang sudah lama melamun ... ingin dientot di alam bebas seperti ini ... aaaaaah ... aaaaaah ... Seeep ... ini indah sekali Seeep ... nikmat sekali rasanya ... “ rintih Bunda perlahan setengah berbisik. Mungkin Bunda takut kalau - kalau ada orang lewat, sehingga suaranya dipelankan. Padahal di hutan bambu ini takkan ada orang berani masuk. Karena di pinggir jalan sudah ada papan bertuliskan Tanah Pribadi Dilarang Masuk.

“Sambil berdiri begini pun memek Bunda tetap enak ... ooooh ... enak sekali Bun ... “ kataku terengah.

“Kontolmu juga luar biasa enaknya. Terus - terusan menabrak dasar liang memek Bunda, saking panjangnya. “

“Memang sebenarnya kita ini lagi ngapain Bun ?” tanyaku.

“Keur ewean bari nangtung ...” (lagi bersetubuh sambil berdiri)

Aku pun menyahut dalam bahasa SUnda urakan, “Heunceut Bunda ngeunah pisan diewena ... “ (Kemaluan Bunda enak sekali dientotnya)

Lalu aku melanjutkannya. Mengentot Bunda sambil berdiri berpelukan.

Cukup lama aku menyetubuhi Bunda dalam posisi berdiri ini, sehingga keringatku mulai membasahi baju kausku. Sementara Bunda tampak sudah klepek - klepek. Mungkin karena sudah menuju daerah puncak kenikmatannya.

Terkadang bibir kami saling lumat. Di saat lain kujilati leher jenjang Bunda yang sudah berkeringat.

Bunda tampak sangat menikmati persetubuhan sambil berdiri di tengah hutan bambu ini. Saking menikmatinya, beberapa saat kemudian Bunda berdesah terengah, “Bun ... bunda su ... sudah ... mau lepasssss ... Seeeeeeep ... ooooo .... ooooooohhhhhhhh. “

Kudekap pinggang Bunda erat - erat, agar jangan sampai terjatuh. Sementara kontolku sudah kutancapkan di dalam liuang memek Bunda, tanpa menggerakkannya lagi.

Lalu aku merasakan denyut - denyut erotis yang sangat indah itu. Bahwa liang memek Bunda mengedut - ngedut di puncak orgasmenya.

“Ooooh ... ikut merasakan kedat - kedut memek Bunda ini, nikmat sekali rasanya ... “ ucapku sambil mencium bibir Bunda dengan segenap kehangatanku.

“Indah sekali Sep, “ sahut Bunda sambil mengusap - usap rambutku dengan lembutnya. “Kamu belum ngecrot ya. “

“Belum. Santai aja Bun. Kan nanti kita mau telanjang di atas tiker. “

“Di dalam mobil aja Sep. Bunda ingin ngerasain juga ewean di dalam mobil.”

“Boleh, “ aku mengangguk sambil mencabut kontolku dari liang memek Bunda. Lalu kubetulkan letak celana panjang dan celana dalamku, sementara Bunda tinggal menurunkan roknya saja, tidak ada bekas apa - apa, seolah bukan habis bersetubuh.

Lalu kami melangkah dan masuk ke dalam mobil. Kunyalakan lagi mesin mobil dan ACnya. Kunyalakan juga audionya, memutar lagu - lagu instrumental Kitaro dan Buddha Bar dengan volume kecil saja.

Bunda cukup sigap, melepaskan blouse pink dan rok merahnya. Lalu juga beha dan celana dalam serba putihnya. Sementara aku pun menanggalkan setiap benda yang melekat di tubuhku, sampai telanjang bulat seperti Bunda.

Supaya leluasa, kuajak Bunda pindah ke seat belakang. Di situlah aku duduk sambil memangku Bunda yhang berusaha memasukkan kontolku sambil menduduki sepasang pahaku. Setelah kontolku berada di dalam jepitan liang memek Bunda, mulailah Bunda beraksi. Bokong semoknya naik turun dan naik turun, sehingga kontolku dibesot - besot oleh liang memeknya.

“Oooooohhhh ... Seeeep .... kontolmu memang panjang sekali ... luar biasa nikmatnya Sep ... ooooohhhh ... Seeeeep .... oooooo .... oooooohhhh ... Seeeeeep .... oooo .... ooooooh ... Seeeep ... ooooooohhhhhh ... kalau sering merasakan kontolmu ... bunda pasti bahagia sekali Seeeep ... ooooohhhh .... Seeeep .... “ Bunda merintih terus, namun dengan suara ditahan nyaris seperti berbisik - bisik.

Terkadang rintihan Bunda tersumpal oleh mulutku yang mulai asyik melumat bibir sensualnya, sambil meremas toket gedenya yang masih sangat enak buat diremas. Terkadang juga kedua tanganku meremas - remas pantat semok Bunda yang sedang berayun - ayun dengan memek mencengkram kontolku.

Namun posisi seperti ini pasti akan membuat Bunda tak bisa bertahan lama.

Dugaanku tak meleset. Beberapa saat kemudian Bunda bergitak - gitek, lalu tidak mampu mengangkat bokongnya lagi, karena sedang mengejang sambil menahan nafasnya. Sementara moncong kontolku terasa didesak oleh dasar liang memek Bunda.

“Oooh ... bunda udah dua kali lepas Sep, “ Bunda mengangkat bokongnya sambil meringis, sehingga kontolku terlepas dari jepitan liang memek Bunda. “Asep belum ngecrot juga ya ?”

“Iya. Sekarang mau maen di atas tikar ?”

“Asep yakin takkan ada orang lewat ke sini ?”

“Yakin Bun. Kalau ada yang lewat ajak gabung aja. Hahahaaaa ... becanda Bun. Pokoknya selain hari Rabu dan Sabtu, takkan ada yang berani memasuki hutan milikku ini. “

Bunda mengangguk - angguk, “Ya udah ... terserah Asep aja. “

Aku keluar dari mobil, untuk mengeluarkan tikar dari bagasi. Tikar baru yang kubeli tadi di jalan menuju kampungku. Lalu kuhamparkan tikar itu di samping kanan mobilku.

“Sebenarnya di sana ada telaga yang bening sekali airnya, “ kataku sambil menunjuk ke arah utara, “Mau di sana apa di sini aja ?”

“Di sini aja. Biar gampang ngumpet kalau tiba - tiba ada orang lewat, “ sahut Bunda.

Kuambil 2 buah bantal dari seat belakang mobil, lalu menyerahkannya pada Bunda. “Ini bantal biar enak celentangnya. Bunda mau main di bawah kan ?”

“Ya iyalah. Kalau main di atas, sebentar juga ambrol lagi. Kontolmu terlalu enak sih, “ sahut Bunda sambil mencubit lenganku.

Lalu Bunda celentang di atas tikar, dalam keadaan masih telanjang, menggunakan kedua bantal mobil itu sebagai penyangga kepalanya. “Ayo masukin lagi Sep ... hihihiii ... semua ini pengalaman pertama bagi bunda. Main sambil berdiri di bawah pohon, main di dalam mobil dan sekarang main di atas tikar di alam terbuka gini. “

Beberapa detik berikutnya, kontolku sudah membenam amblas ke dalam liang memek Bunda .... blesssssssssssssss .... sampai mentok di dasar liang memek ibu tiriku itu.

“Ooooh ... kontolmu gak ada duanya Seeeep ... bikin perempuan mana pun ketagihan kalau sudah pernah merasakannya ... “ cetus Bunda sambil merengkuh leherku ke dalam pelukannya.

“Memek Bunda juga gak ada duanya ... pulen sekali ... “ sahutku sambil mulai mengayun kontolku.

“Hihihiiii ... kayak nasi aja ... pulen ... “ cetus Bunda sambil meremas - remas bahuku.

Aku tidak menyahut, karena sedang mempercepat entotanku. Kontolku laksana pompa manual, keluar masuk dan maju mundur di dalam jepitan liang memek Bunda yang sudah becek, karena sudah 2 kali orgasme.

Bunda pun mulai mendesah dan merintih lagi, namun tetap dengan suara perlahan setengah berbisik, “Seeeep ... kontolmu memang luar biasa Seeep ... bunda sudah dua kali orgasme, tapik sekarang jadi enak lagi .... entotlah bunda sepuasmu Seeep ... sambil emut pentil toket bunda ... iyaaaaa ... iyaaaaa ... oooooh indahnya Seeeep ... bunda merasa seperti berada di surga ... surganya dunia ... Seeeep ... ooooooh ... Seeeeep .... “

Kali ini Bunda tak sekadar merintikh - rintih histeris. Tapi juga menggeol - geolkan bokong semoknya dengan gerakan memutar - mutar, meliuk - liuk dan menghempas - hempas. Sehingga kontolku diombang - ambingkan oleh liang memek Bunda yang sedang membesot - besot dan meremas - remas kontolku.

Aku jadi semakin bergairah untuk menggencarkan entotanku sambil menjilati leher Bunda dan meremas - remas toket kanannya.

Persetubuhan di atas tikar di bawah kerindangan daun - daun bambu ini makin lama makin menggila. Ketika aku mencupangi leher Bunda, ibu tiriku itu diam saja. Tidak protes sedikit pun. Bahkan lalu berkata terengah, “Iya Sep ... sambil cupangin terus leher Bunda ... ini membuat semakin nikmat Seeep ... cupangin terus leher bunda ... sebanyak mungkin ... “

“Ayah takkan marah kalau melihat bekas cupangan di leher Bunda nanti ?” tanyaku.

“Nggak. Kan Ayah juga sudah tau apa yang akan kita lakukan. Semuanya ini sudah seijin Ayah kan ? “

Aku pun terus - terusan mencupangi leher Bunda, sementara kontolku tetap gencar mengentot liang memeknya yang memang sangat ;pulen ini.

Cukup lama aku mengentot Bunda di atas tikar ini. Tubuh kami pun sudah bersimbah keringat.

Sampai pada suatu saat, terdengar suara Bunda terengah, “Seeeep ... bunda udah mau lepas lagi Seeep ... kalau bisa barengin aja Seeep ... biar nikmaaaaat ..... “

“Iya Bun ... aku juga udah deket - deket ngecrot ... uuuughhhh .... memek Bunda memang enak sekali Buuuun ... ‘ sahutku sambil mempergila entotanku, sampai terdenhgar bunyi plak plok plak plok dari tepukan selangkanganku dengan selangkangan Bunda.

Sampai pada suatu saat, kami jadi sepasang manusia yang seperti kerasukan. Kami sama - sama mengejang sambil salingh cengkram dan saling remas, seolah ingin saling menghancurkan tulang - tulang.

Pada saat itulah liang memek Bunda terasa mengedut - ngedut indah, disambut oleh kontolku yang sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku.

Craaaaaaaaaatttttt ... cretttttt ... croooooooooooooooootttt ... crooooooooooootttttttttttttttt ... crettt ... crooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooottttttt ... !
 
Terakhir diubah:
Part 66



B
u Hajjah Sarlita tampak senang sekali menempati rumah megah dan besar itu. Kamar di bawah saja ada 4 kamar dan 1 kamar pembantu yang lebih kecil ukurannya, tidak ada kamar mandinya pula. Sedangkan keempat kamar itu ada kamar mandinya masing - masing. Kamar mandi yang terbuka untuk tamu, berdampingan dengan kamar pembantu. Jadi kalau sudah ada pembantu, maka di kamar mandi yang berdampingan dengan kamarnya itulah mandi dan buang air besar mau pun buang air kecilnya.

Di lantai 2 ada juga 3 kamar tidur yang punya kamar mandi masing - masing.

Soal perabotannya, dari furniture sampai ke barang - barang elektronik, semuanya barang berkelas. Tapi aku tak mau menyebutkan merknya, karena thread ini bukan karya yang mengendorse merk barang. Bahkan mobil pun tak pernah kusebutkan merknya, supaya jangan terkesan mengiklankan merk mobil.

Ketika Bu Hajjah bilang butuh pembantu, cepat aku teringat wanita yang sering kumintai orang untuk pembantu di rumahku yang hadiah dari Tante Sharon itu. Wanita yang waktu berkenalan denganku “dikerjain” itu. Ketika dia berjabatan tangan denganku, sengaja kugarut telapak tangannya, membuatnya kaget tapi lalu tersenyum yang mengandung arti bagiku. Keesokan harinya wanita itu kusetubuhi di kamar mandi air panas mineral, lalu dilanjutkan di hotel yang tak jauh dari pemandian air panas mineral itu. Apakah aku selalu demikian mudahnya menyetubuhi wanita yang baru kenal sepintas seperti itu ? Memang begitulah kenyataannya. Aku belum pernah ditolak, terkecuali oleh Anggraeni di masa ABG ku (Sekarang terbalik, justru Anggraeni yang sangat mencintaiku sekaligus ingin memanjakanku, sementara cintaku sudah banyak cabang dan rantingnya).

“Berani ditinggalkan sendirian di sini ?” tanyaku setelah Bu Hajjah selesai memeriksa keadaan di seluruh rumah megah ini.

“Dek Yosef mau pamer muka dulu ke Bu Manti ?”

“Bukan. Aku justru mau ke rumah ayahku dulu. Ke rumah istri sih besok saja. Tapi jangan takut deh. Perumahan ini dijaga ketat oleh petugas keamanan. Pencurian pun tak pernah terjadi di perumahan ini. Dan besok akan ada wanita yang mengantarkan dua orang pembantu, untuk bersih - bersih, masak dan sebagainya. “

“Gak bisa besok ke rumah ayahnya, setelah kedua pembantru itu datang ?” tanya Bu Hajjah.

“Mmmm ... iya deh, “ kataku, terpaksa mengalah karena merasa kasihan juga kalau dia kutinggalkan sendirian di rumah sebesar ini.

Malam itu aku tidur bersama Bu Hajjah lagi. Tentu tak sekadar tidur. Tapi aku tak mau habis - habisan menyetubuhinya, karena esoknya aku akan ke rumah Ayah. Karena waktu aku masih di Balikpapan, Ayah mengirim WA, menyuruhku datang ke rumahnya. Siapa tahu Bunda kangen berat padaku nanti.

Keesokan paginya wanita yang kupesani 2 orang untuk pembantu Bu Hajjah itu datang. Dengan 2 orang wanita muda yang bersedia menjadi pembantu Bu Hajjah.



Sejam kemudian aku sudah menjalankan si deep brown menuju kampung halaman tercintaku.

Ketika tiba di rumah Ayah, ternyata ibu tiri kedua yang biasa kupanggil Bunda itu sedang ke pasar. Ayah bilang, Bunda udah kangen berat padaku dan ingin hamil juga.

Aku cuma mengangguk - angguk. Lalu mulai menanyakan sesuatu yang sering menimbulkan tanda tanya di benakku.

Aku menjelaskan kepada Ayah. Bahwa 3 tahun yang lalu aku pernah menemani Kang Obos mendatangi “orang pintar” yang jauh di luar kota X. Kujelaskan semua kata - kata orang pintar itu. Bahwa aku tak perlu “diisi” apa - apa, karewna sudah ada isinya. Hal itulah yang membuatku bingung, terutama karena aku telah membuktikan kata - kata orang pintar itu terbukti semua.

“Begini ceritanya, “ kata Ayah menerangkan, “Kakek ayah dahulu bukan keturunan sembarangan. Almarhum sebenarnya keturunan menak tinggi. Gelarnya pun Aom, bukan sekadar Raden biasa. Beliau memiliki ageman sejak lahir, bukan pemberian orang. Kata orang sih rumah beliau dijaga oleh sepasang harimau yang tidak kelihatan oleh manusia biasa. Itu terbukti pada waktu masih jaman rampok, dengan alasan untuk membiayai perjuangan kemerdekaan, rumah di samping beliau dirampok habis - habisan. Pemimpin rampok itu memberi perintah bahwa setelah rumah di sebelah itu, rumah kakek buyutmu yang harus dirampok. Lalu pemimpin rampok itu melangkah duluan sambil memegang klewang menuju pekarangan kakek buyutmu. Tapi begitu melewati garis batas tanah kakek buyutmu, tiba - tiba pemimpin begal itu ngacungin klewangnya sambil berteriak, ‘Barang siapa berani memasuki pekarangan Juragan Aom, akan kupenggal lehernya di sini !’ Padahal tadinya dia sendiri yang memerintahkan untuk merampok rumah kakek buyutmu. “

“Mungkin karena rumah Buyut dijaga harimau gaib itu ya ?” cetusku.

“Mungkin. Ayah juga cuma dengar ceritanya dari ayahnya ayah, yang biasa ayah panggil Abah. Karena saat terjadinya perampokan besar itu ayah juga belum lahir. “

“Apakah ilmu Buyut itu diturunkan kepada Kakek ?”

“Turun sendiri. Kesaktian kakek buyutmu itu pilih - pilih sendiri. Anak kakek buyutmu banyak, tapi kelihatannya hanya turun sendiri kepada Abah ayah. “

“Apa saja kesaktian yang dimiliki oleh Kakek ?”

“Banyak. Dia pernah mengganggu anak Belanda, menyumpal mulut anak itu dengan sambel yang pedas sekali. Tentu saja ayah anak itu marah dan memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Kakek. Karena anak yang disumpal sambel pedas itu anak seorang perwira tentara Belanda. Setelah ditangkap, kakek dibawa ke tengah lapang yang ada di dalam kompleks tentara Belanda. DIkelilingi oleh tentara Belanda yang sudah mengacungkan klewangnya masing - masing. Mungkin Kakek mau dibunuh dan dicincang di tengah lapang itu. Tapi tiba - tiba saja Kakek menghilang dari tengah lapang itu. Sehingga tentara Belanda yang sudah mengacungkan klewang itu bingung. Lalu mereka panik dan meninggalkan lapang. “

“Apa lagi kesaktian Kakek itu Yah ?” tanyaku.

“Banyak. Antara lain Kakek itu bisa berlari di tengah hujan lebat, tapi pakaian dan badan Kakek tidak basah sama sekali. Itu dibuktikan oleh adik perempuan kakek, berarti bibi ayah. Waktu itu bibi ayah ikut main dengan Kakek ke sawah yang jauh dari rumah buyutmu. Tiba - tiba kelihatan hujan sudah mau turun. Kakek langsung menggendong adiknya untuk pulang ke rumah buyutmu. Hujan pun turun dengan derasnya. Tapi setibanya di rumah, adik kakek itu baru nyadar kalau badannya tidak terkena air hujan setitik pun. Begitu juga badan dan pakaian Kakek, tidak basah sedikit pun. Padahal saat itu hujannya deras sekali katanya. Ketika adik Kakek bertanya, kenapa tubuh kita tidak basah ? Kakek hanya bilang, sudahlah gak usah meributkan masalah kecil. “

“Apakah kesaktian itu ada yang menurun pada Ayah ?”

“Hanya satu macam. Mungkin masalah perempuan. Dalam perjalanan hidup ayah, entah sudah berapa banyak perempuan cantik yang minta dijadikan istri ayah. Tapi ayah kan bukan orang kaya. Makanya cuma Mama dan Bunda aja yang ayah jadikan istri. “

“Kenapa hanya satu macam yang menurun kepada Ayah ya ?”

“Mungkin karena ayah sering melanggar pantangan turun temurun. Dalam hal makanan, misalnya. Ayah sering makan sesuatu yang merupakan pantangan. “

“Pantangannya apa aja Yah ?”

Lalu Ayah menyebutkan beberapa jenis makanan yang tidak boleh dimakan. Untungnya semua pantangan turun menurun itu tidak kusukai semua. Jadi mungkin aku tergolong yang “bebas dari hukuman”.

“Apakah ageman dari Buyut itu menurun kepada semua keturunannya ?” tanyaku.

“Tidak. Buktinya kakekmu yang saudaranya banyak, tapi hanya Kakek yang memiliki ageman itu. Saudara Ayah juga banyak, tapi yang mudah mendapatkan perempuan hanya ayah sendiri. “

“Mungkinkah aku punya ageman yang datang sendiri itu ?”

“Rasakan aja sendiri. Dan jangan dijadikan bahan pembicaraan. Apa yang sudah kamu peroleh, adalah untukmu. Bukan untuk dibahas dengan orang lain. “

“Iya Ayah. Memang banyak yang sudah kudapatkan. “

“Ohya ... katanya kamu sudah kawin dengan wanita yang ingin dinikahi oleh ayah itu ya ?” tanya Ayah.

“Iya Ayah. Waktu nikah dengannya, dia yang melarang ngasih tau Ayah. Mungkin karena malu, karena pernah menginginkan Ayah menjadi suaminya. Maaf ya Ayah. Aku terpaksa tidak memberitahu Ayah. Maaf juga aku tidak pernah memberitahu Ayah, tentang Ibu yang ternyata masih hidup. Dan sekarang Ibu sudah kutempatkan di sebuah rumah yang layak. “

“Ayah sudah dengar selentingan beritanya. Gak apa - apa. Biar bagaimana Ibu itu yang mengandung dan melahirkanmu. Bahagiakan dia sebisamu. “

Tiba - tiba obrolan kami terputus, karena Bunda sudah muncul di ambang pintu depan sambil menjinjing kantong belanjaannya. “Asep ...?!” serunya dengan wajah ceria.

Aku langsung berdiri, untuk mencium tangan ibu tiri keduaku itu. Tapi Bunda mendahuluiku. Memelukku dengan eratnya. Mencium bibirku dengan lahapnya di depan Ayah.

“Bunda rindu sekali sama kamu Sep, “ kata Ayah di belakangku, “Obatilah kerinduannya sana. “

Bunda tersenyum dan menarik tanganku sambil melangkah ke kamarnya.

“Memang bunda rindu sekali sama kamu Sep. Kalau sudah ingat kamu, bunda sampai seperti orang gila. Suka tersenyum sendiri sambil menyebut namamu, “ kata Bunda setelah berada di dalam kamarnya yang kamar Ayah juga.

Memang Bunda kelihatan sangat merindukanku. Tanpa buang - buang waktu ia menanggalkan gaunnya. Menanggalkan beha dan celana dalamnya. Padahal Ayah masih duduk di ruang keluarga.

Dengan tak sabar Bunda pun melepaskan baju kaus, sepatu dan kaus kakiku. Kemudian celana denim dan celana dalamku pun ditanggalkannya. Lalu menarikku ke atas bednya. Menarik kontolku dan mencolek - colekkan ke mulut memeknya yang tak pernah punya jembut itu. Dan memintaku untuk langsung memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang sudah haus entotanku itu.

Tanpa keraguan aku pun mendorong kontolku yang sedikit demi sedikit membenam ke dalam liang memek Bunda.

“Ooooohhh .... akhirnyaaaaa ... yang bunda rindukan datang jugaaaaa ... “ cetus Bunda sambil melingkarkan lengannya di leherku.

Aku yang sudah tahu titik - titik peka Bunda, langsung mendaratkan ujung lidahku di leher Bunda, sambil mulai mengayun kontol ngecengku.

“Ooooohhhhh ... Aseeeeep ... terimakasih ya Seeep ... kedatanganmu tepat pada waktunya ... karena saat ini bunda sedang dalam masa subur. Semoga kamu bisa menghamili bunda ya Seeep ... “

“Tapi kalau Bunda hamil, bisa - bisa Ayah menyerahkan Bunda padaku ... seperti Mama kan begitu ... “

“Biarin aja. Yang penting bunda ingin punya anak dulu ... ingin punya keturunan seperti wanita lain ... “

Aku tidak menanggapi, karena sedang enak - enaknya menikmati gesekan kontolku dengan dinding liang memek Bunda.

Ketika aku mulai menggencarkan entotanku, tiba - tiba pintu kamar dibuka dan Ayah masuk ke dalam sambil berkata, “Aku mau ke kebun dulu ya. “

“Cium dulu aku Ayah, “ sahut Bunda.

“Kan itu ada Asep. Lanjutin aja Sep, “ kata Ayah sambil mengusap rambutku.

“Nggak aaaah ... cium dulu aku Ayaaah , “ rengek Bunda dengan manjanya.

AKhirnya Ayah mengalah. Membungkuk di samping bed, lalu mencium bibir Bunda. Kemudian Ayah menoleh padaku, “Ayo lanjutin Sep ... mudah - mudahan Bunda bisa hamil. “

Kemudian Ayah mengambil dompetnya dari laci lemari pakaian.

“Aku mau bawa Bunda jalan nanti Yah, “ kataku sambil mengurangi kecepatan entotanku.

“Mau nginap lagi ?” tanya Ayah.

“Nggak. Tapi pulanbgnya pasti malam. “

“Iya. Hati - hati di jalan nanti ya. Bunda jangan dibawa kebut - kebutan, “ kata Ayah sambil melangkah ke arah pintu. Keluar dan menutupkan kembali pintu dari luar.

“Ayahmu baik sekali kan, “ ucap Bunda perlahan, “Makanya bunda makin sayang padanya. “

“Iya ... Ayah memang baik dan tidak cemburuan. “

“Tapi ... dia udah kawin lagi tuh Sep. “

“Masa ?!” aku mengurangi kecepatan entotanku, “Sama orang mana ?”

“Sama janda kaya yang rumahnya dekat kebun. “

‘Wah ... Bunda cemburu ya ?”

“Nggak. Perempuannya lebih tua dari bunda kok. Biarin aja. Bunda kan sudah punya Asep juga. Makanya jangan lama - lama gak nengok Bunda Sep. “

“Kalau Bunda kangen, datang aja ke hotel. “
“Ke hotel sendirian suka gak enak perasaan bunda. Soalnya banyak lelaki yang merhatiin bunda. Mungkin disangkanya bunda ini lonte yang biasa mangkal di hotel. “

“Masalahnya, kalau aku yang ke sini, susah parkir mobil. Seperti sekarang juga, mobil terpaksa diparkir di pinggir jalan. Padahal mobilku yang sekarang, udah baru lagi Bun. “

“Wah, asyik dong. Tadi udah minta ijin sama Ayah, mau bawa bunda jalan - jalan ya. Mau jalan ke mana ?”

“Ke hutan bambu. “

“Ke hutan ?!”

“Iya. Hutan bambu. Tapi hutannya sudah milikku sendiri. Di sana aku pengen wikwik sepuasnya sama Bunda. “

“Waaaah ... pasti romantis wikwik di alam bebas Sep. Tapi harus bawa tiker atau kasur lipat kali ya. “

“Sudah ada di mobilku. Tadi mampir dulu di toko yang menjual tikar. “

“Udah disiapkan sama Asep ?”

“Iya ... udah disiapkan untuk ewean sama Bunda ... “

Bunda memijat hidungku, “Kalau gitu ... lanjutkan di hutan bambu aja Sep. Jauh hutannya dari sini ?”

“Nggak di daerah gunung ... “ sahutku sambil menyebutkan nama gunung itu.

“Owh, gak jauh di situ mah. Ayo ... mau dilanjutin di hutan bambu aja ?” tanya Bunda.

“Iya, “ sahutku sambil mencabut kontolku dari liang memek Bunda.



Beberapa saat kemudian, Bunda sudah duduk di dalam sedan baruku, dengan mengenakan blouse berwarna pink dan rok mini berwarna merah. Ditutup lagi oleh mantel panjang berwarna coklat tua, mirip warna sedan baruku.

“Wow ... sedan barunya ... eduuun, “ seru Bunda setelah duduk di samping kiriku, “Harganya pasti lebih mahal daripada sedan yang item itu ya Sep. “

“Iya. Kira - kira duabelas kali lebih mahal dari sedan hitam itu. Tapi dua - duanya sedan Eropa. Bukan sedan Jepang. “

“Rejekimu mengalir terus dengan derasnya ya. Bunda ikut bahagia Sep. “

“Makanya Bunda jangan sakit hati mendengar Ayah kawin lagi. Kan Bunda bisa nemuin aku kapan pun. Asalkan nelepon dulu, biar aku ada di hotel. Ohya ... hotel baruku paling lama juga sebulan lagi sudah akan dibuka Bun. “

“Kalau hotel barumu sudah dibuka nanti, kamu akan makin kaya aja Sep. “

“Tapi pengeluaranku juga makin lama makin besar Bun. “

“Itu sudah pasti. Kata orang, makin kaya seseorang, makin besar juga pengeluarannya Sep. “

“Iya. Tapi aku tak punya hutang ke bank. Itulah yang membuat hidupku tenang selalu. “

“Syukurlah. Pengusaha lain sih nyaris gak ada yang gak punya hutang ke bank. Bahkan makin besar usahanya, makin besar juga hutangnya ke bank. “

“Itu yang akan selalu kuhindari Bun. Karena bank itu laksana meminjamkan payung di musim panas, lalu mengambilnya kembali di musim hujan. Makanya aku berjanji di dalam hati, sampai kapan pun takkan mau meminjam duit ke bank. Dan kebetuilan aku tak pernah kekurangan modal. Karena ada saja rejeki nomplok yang tidak terduga - duga sebelumnya. “

Bunda tidak menjawab. Karena sedang menurunkan kancing zipper celana denimku. Lalu memasukkan tangannya ke balik celana dalamku. Dan menggenggam kontolku sambil berucap, “ Kontolmu ini bikin bunda tergila - gila Sep. Maunya sih dua hari sekali kamu nidurin bunda. Jangan kelamaan gak nengok bunda kayak gini. “

“Kalau mau sering kutidurin, Bunda tinggal di hotelku aja, di kamar pribadiku. Kalau kelihatan tiap hari kan aku pasti ingin ngentot Bunda terus. Karena memek Bunda enak sekali rasanya. Serius Bun ... “

“Kalau ninggalin Ayah sih bunda gak tega Sep. Siapa yang ngurus makan di rumah dan di kebun ? Walau pun bunda sudah punya Asep, bunda tetap harus sayang sama Ayah. “

“Ayah kan sudah punya istri lagi. Biarkan istri barunya itu yang ngurus Ayah. “

“Wah, kalau dibegituin bisa lupa nanti Ayah sama bunda. “

“Tapi kalau Bunda benar - benar ingin hamil, di setiap masa subur harus kutidurin tiap malam. Jadi, sebaiknya tiap masa subur Bunda tinggal di hotelku. Setelah masa subur Bunda habis, Bunda bisa pulang lagi ke rumah Ayah. “

“Kalau begitu sih mungkin bisa. Masa subur kan hanya seminggu atau sepuluh hari. “

Mobilku sudah mulai menginjak jalan mendaki. Tapi dengan tenang mobilku seolah sedang berlari di jalan rata saja. Tidak terasa menginjak jalan menanjak.

Dan akhirnya tibalah di daerah hutan bambuku. Aku membelokkan mobilku ke kiri, ke jalan yang masih tanah dan belum pernah diaspal. Akhirnya kusembunyikan mobilku di bawah rumpun bambu.

“Ini tanah milikmu Sep ?” tanya Bunda sambil membuka pintu sebelah kirinya.

“Iya. “

“Untuk apa beli hutan bambu begini ?” tanya Bunda sambil berdiri di sampingku yang sudah sama - sama turun dari mobil.

“Hutan bambu ini sudah mendatangkan hasil Bun, “ sahutku, “Dijadikan tusukan sate untuk dimasukkan ke beberapa supermarket. Dijadikan sumpit untuk diekspor. “

“Produksinya di mana ?” tanya Bunda.

“Di sekitar daerah sini aja. Mesinnya sederhana kok. Aku membagikan mesinnya kepada masyarakat yang ingin mendapatkan penghasilan dari usahaku. Lalu mereka memproduksi tusukan sate dan sumpit itu. Bagian quality control ada, yang memasarkan ke beberapa supermarket pun ada. Aku tinggal duduk manis aja di kota. “

“O gitu ya. Ada aja jalan usahamu Sep. Tapi bagusnya bikin villa di sini. Suasanya romantis sekali. Lengang dan sunyi. Hawanya pun sejuk dan jauh dari polusi, “ kata Bunda sambil melingkarkan lengannya di pinggangku. Padahal aku sedang melangkah menuju pohon rasamala besar yang usianya sudah puluhan tahun itu.

Di bawah pohon besar itulah aku pernah mengentot Bu Emi, ibunya Ima.

Dan kini Bunda kudorong agar berdiri sambil bersandar ke pohon besar itu, sambil menurunkan celana denim dan celana dalamku. Bunda pun menyingkapkan rok merahnya, lalu menyeret celana dalamnya ke kanan, sehingga aku bisa membenamkan kontolku ke dalam liang memeknya, tanpa harus melepaskan celana dalam Bunda.

Bunda tampak senang dengan kenakalanku ini. Lalu memelukku erat - erat pada saat kontolku mulai mengentot liang memeknya yang aduhai ... legit sekali ini.

“Ooooh ... Seeeep ... bunda memang sudah lama melamun ... ingin dientot di alam bebas seperti ini ... aaaaaah ... aaaaaah ... Seeep ... ini indah sekali Seeep ... nikmat sekali rasanya ... “ rintih Bunda perlahan setengah berbisik. Mungkin Bunda takut kalau - kalau ada orang lewat, sehingga suaranya dipelankan. Padahal di hutan bambu ini takkan ada orang berani masuk. Karena di pinggir jalan sudah ada papan bertuliskan Tanah Pribadi Dilarang Masuk.

“Sambil berdiri begini pun memek Bunda tetap enak ... ooooh ... enak sekali Bun ... “ kataku terengah.

“Kontolmu juga luar biasa enaknya. Terus - terusan menabrak dasar liang memek Bunda, saking panjangnya. “

“Memang sebenarnya kita ini lagi ngapain Bun ?” tanyaku.

“Keur ewean bari nangtung ...” (lagi bersetubuh sambil berdiri)

Aku pun menyahut dalam bahasa SUnda urakan, “Heunceut Bunda ngeunah pisan diewena ... “ (Kemaluan Bunda enak sekali dientotnya)

Lalu aku melanjutkannya. Mengentot Bunda sambil berdiri berpelukan.

Cukup lama aku menyetubuhi Bunda dalam posisi berdiri ini, sehingga keringatku mulai membasahi baju kausku. Sementara Bunda tampak sudah klepek - klepek. Mungkin karena sudah menuju daerah puncak kenikmatannya.

Terkadang bibir kami saling lumat. Di saat lain kujilati leher jenjang Bunda yang sudah berkeringat.

Bunda tampak sangat menikmati persetubuhan sambil berdiri di tengah hutan bambu ini. Saking menikmatinya, beberapa saat kemudian Bunda berdesah terengah, “Bun ... bunda su ... sudah ... mau lepasssss ... Seeeeeeep ... ooooo .... ooooooohhhhhhhh. “

Kudekap pinggang Bunda erat - erat, agar jangan sampai terjatuh. Sementara kontolku sudah kutancapkan di dalam liuang memek Bunda, tanpa menggerakkannya lagi.

Lalu aku merasakan denyut - denyut erotis yang sangat indah itu. Bahwa liang memek Bunda mengedut - ngedut di puncak orgasmenya.

“Ooooh ... ikut merasakan kedat - kedut memek Bunda ini, nikmat sekali rasanya ... “ ucapku sambil mencium bibir Bunda dengan segenap kehangatanku.

“Indah sekali Sep, “ sahut Bunda sambil mengusap - usap rambutku dengan lembutnya. “Kamu belum ngecrot ya. “

“Belum. Santai aja Bun. Kan nanti kita mau telanjang di atas tiker. “

“Di dalam mobil aja Sep. Bunda ingin ngerasain juga ewean di dalam mobil.”

“Boleh, “ aku mengangguk sambil mencabut kontolku dari liang memek Bunda. Lalu kubetulkan letak celana panjang dan celana dalamku, sementara Bunda tinggal menurunkan roknya saja, tidak ada bekas apa - apa, seolah bukan habis bersetubuh.

Lalu kami melangkah dan masuk ke dalam mobil. Kunyalakan lagi mesin mobil dan ACnya. Kunyalakan juga audionya, memutar lagu - lagu instrumental Kitaro dan Buddha Bar dengan volume kecil saja.

Bunda cukup sigap, melepaskan blouse pink dan rok merahnya. Lalu juga beha dan celana dalam serba putihnya. Sementara aku pun menanggalkan setiap benda yang melekat di tubuhku, sampai telanjang bulat seperti Bunda.

Supaya leluasa, kuajak Bunda pindah ke seat belakang. Di situlah aku duduk sambil memangku Bunda yhang berusaha memasukkan kontolku sambil menduduki sepasang pahaku. Setelah kontolku berada di dalam jepitan liang memek Bunda, mulailah Bunda beraksi. Bokong semoknya naik turun dan naik turun, sehingga kontolku dibesot - besot oleh liang memeknya.

“Oooooohhhh ... Seeeep .... kontolmu memang panjang sekali ... luar biasa nikmatnya Sep ... ooooohhhh ... Seeeeep .... oooooo .... oooooohhhh ... Seeeeeep .... oooo .... ooooooh ... Seeeep ... ooooooohhhhhh ... kalau sering merasakan kontolmu ... bunda pasti bahagia sekali Seeeep ... ooooohhhh .... Seeeep .... “ Bunda merintih terus, namun dengan suara ditahan nyaris seperti berbisik - bisik.

Terkadang rintihan Bunda tersumpal oleh mulutku yang mulai asyik melumat bibir sensualnya, sambil meremas toket gedenya yang masih sangat enak buat diremas. Terkadang juga kedua tanganku meremas - remas pantat semok Bunda yang sedang berayun - ayun dengan memek mencengkram kontolku.

Namun posisi seperti ini pasti akan membuat Bunda tak bisa bertahan lama.

Dugaanku tak meleset. Beberapa saat kemudian Bunda bergitak - gitek, lalu tidak mampu mengangkat bokongnya lagi, karena sedang mengejang sambil menahan nafasnya. Sementara moncong kontolku terasa didesak oleh dasar liang memek Bunda.

“Oooh ... bunda udah dua kali lepas Sep, “ Bunda mengangkat bokongnya sambil meringis, sehingga kontolku terlepas dari jepitan liang memek Bunda. “Asep belum ngecrot juga ya ?”

“Iya. Sekarang mau maen di atas tikar ?”

“Asep yakin takkan ada orang lewat ke sini ?”

“Yakin Bun. Kalau ada yang lewat ajak gabung aja. Hahahaaaa ... becanda Bun. Pokoknya selain hari Rabu dan Sabtu, takkan ada yang berani memasuki hutan milikku ini. “

Bunda mengangguk - angguk, “Ya udah ... terserah Asep aja. “

Aku keluar dari mobil, untuk mengeluarkan tikar dari bagasi. Tikar baru yang kubeli tadi di jalan menuju kampungku. Lalu kuhamparkan tikar itu di samping kanan mobilku.

“Sebenarnya di sana ada telaga yang bening sekali airnya, “ kataku sambil menunjuk ke arah utara, “Mau di sana apa di sini aja ?”

“Di sini aja. Biar gampang ngumpet kalau tiba - tiba ada orang lewat, “ sahut Bunda.

Kuambil 2 buah bantal dari seat belakang mobil, lalu menyerahkannya pada Bunda. “Ini bantal biar enak celentangnya. Bunda mau main di bawah kan ?”

“Ya iyalah. Kalau main di atas, sebentar juga ambrol lagi. Kontolmu terlalu enak sih, “ sahut Bunda sambil mencubit lenganku.

Lalu Bunda celentang di atas tikar, dalam keadaan masih telanjang, menggunakan kedua bantal mobil itu sebagai penyangga kepalanya. “Ayo masukin lagi Sep ... hihihiii ... semua ini pengalaman pertama bagi bunda. Main sambil berdiri di bawah pohon, main di dalam mobil dan sekarang main di atas tikar di alam terbuka gini. “

Beberapa detik berikutnya, kontolku sudah membenam amblas ke dalam liang memek Bunda .... blesssssssssssssss .... sampai mentok di dasar liang memek ibu tiriku itu.

“Ooooh ... kontolmu gak ada duanya Seeeep ... bikin perempuan mana pun ketagihan kalau sudah pernah merasakannya ... “ cetus Bunda sambil merengkuh leherku ke dalam pelukannya.

“Memek Bunda juga gak ada duanya ... pulen sekali ... “ sahutku sambil mulai mengayun kontolku.

“Hihihiiii ... kayak nasi aja ... pulen ... “ cetus Bunda sambil meremas - remas bahuku.

Aku tidak menyahut, karena sedang mempercepat entotanku. Kontolku laksana pompa manual, keluar masuk dan maju mundur di dalam jepitan liang memek Bunda yang sudah becek, karena sudah 2 kali orgasme.

Bunda pun mulai mendesah dan merintih lagi, namun tetap dengan suara perlahan setengah berbisik, “Seeeep ... kontolmu memang luar biasa Seeep ... bunda sudah dua kali orgasme, tapik sekarang jadi enak lagi .... entotlah bunda sepuasmu Seeep ... sambil emut pentil toket bunda ... iyaaaaa ... iyaaaaa ... oooooh indahnya Seeeep ... bunda merasa seperti berada di surga ... surganya dunia ... Seeeep ... ooooooh ... Seeeeep .... “

Kali ini Bunda tak sekadar merintikh - rintih histeris. Tapi juga menggeol - geolkan bokong semoknya dengan gerakan memutar - mutar, meliuk - liuk dan menghempas - hempas. Sehingga kontolku diombang - ambingkan oleh liang memek Bunda yang sedang membesot - besot dan meremas - remas kontolku.

Aku jadi semakin bergairah untuk menggencarkan entotanku sambil menjilati leher Bunda dan meremas - remas toket kanannya.

Persetubuhan di atas tikar di bawah kerindangan daun - daun bambu ini makin lama makin menggila. Ketika aku mencupangi leher Bunda, ibu tiriku itu diam saja. Tidak protes sedikit pun. Bahkan lalu berkata terengah, “Iya Sep ... sambil cupangin terus leher Bunda ... ini membuat semakin nikmat Seeep ... cupangin terus leher bunda ... sebanyak mungkin ... “

“Ayah takkan marah kalau melihat bekas cupangan di leher Bunda nanti ?” tanyaku.

“Nggak. Kan Ayah juga sudah tau apa yang akan kita lakukan. Semuanya ini sudah seijin Ayah kan ? “

Aku pun terus - terusan mencupangi leher Bunda, sementara kontolku tetap gencar mengentot liang memeknya yang memang sangat ;pulen ini.

Cukup lama aku mengentot Bunda di atas tikar ini. Tubuh kami pun sudah bersimbah keringat.

Sampai pada suatu saat, terdengar suara Bunda terengah, “Seeeep ... bunda udah mau lepas lagi Seeep ... kalau bisa barengin aja Seeep ... biar nikmaaaaat ..... “

“Iya Bun ... aku juga udah deket - deket ngecrot ... uuuughhhh .... memek Bunda memang enak sekali Buuuun ... ‘ sahutku sambil mempergila entotanku, sampai terdenhgar bunyi plak plok plak plok dari tepukan selangkanganku dengan selangkangan Bunda.

Sampai pada suatu saat, kami jadi sepasang manusia yang seperti kerasukan. Kami sama - sama mengejang sambil salingh cengkram dan saling remas, seolah ingin saling menghancurkan tulang - tulang.

Pada saat itulah liang memek Bunda terasa mengedut - ngedut indah, disambut oleh kontolku yang sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku.

Craaaaaaaaaatttttt ... cretttttt ... croooooooooooooooootttt ... crooooooooooootttttttttttttttt ... crettt ... crooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooottttttt ... !
Terimakasih update part 66nya hu
 
Part 66



B
u Hajjah Sarlita tampak senang sekali menempati rumah megah dan besar itu. Kamar di bawah saja ada 4 kamar dan 1 kamar pembantu yang lebih kecil ukurannya, tidak ada kamar mandinya pula. Sedangkan keempat kamar itu ada kamar mandinya masing - masing. Kamar mandi yang terbuka untuk tamu, berdampingan dengan kamar pembantu. Jadi kalau sudah ada pembantu, maka di kamar mandi yang berdampingan dengan kamarnya itulah mandi dan buang air besar mau pun buang air kecilnya.

Di lantai 2 ada juga 3 kamar tidur yang punya kamar mandi masing - masing.

Soal perabotannya, dari furniture sampai ke barang - barang elektronik, semuanya barang berkelas. Tapi aku tak mau menyebutkan merknya, karena thread ini bukan karya yang mengendorse merk barang. Bahkan mobil pun tak pernah kusebutkan merknya, supaya jangan terkesan mengiklankan merk mobil.

Ketika Bu Hajjah bilang butuh pembantu, cepat aku teringat wanita yang sering kumintai orang untuk pembantu di rumahku yang hadiah dari Tante Sharon itu. Wanita yang waktu berkenalan denganku “dikerjain” itu. Ketika dia berjabatan tangan denganku, sengaja kugarut telapak tangannya, membuatnya kaget tapi lalu tersenyum yang mengandung arti bagiku. Keesokan harinya wanita itu kusetubuhi di kamar mandi air panas mineral, lalu dilanjutkan di hotel yang tak jauh dari pemandian air panas mineral itu. Apakah aku selalu demikian mudahnya menyetubuhi wanita yang baru kenal sepintas seperti itu ? Memang begitulah kenyataannya. Aku belum pernah ditolak, terkecuali oleh Anggraeni di masa ABG ku (Sekarang terbalik, justru Anggraeni yang sangat mencintaiku sekaligus ingin memanjakanku, sementara cintaku sudah banyak cabang dan rantingnya).

“Berani ditinggalkan sendirian di sini ?” tanyaku setelah Bu Hajjah selesai memeriksa keadaan di seluruh rumah megah ini.

“Dek Yosef mau pamer muka dulu ke Bu Manti ?”

“Bukan. Aku justru mau ke rumah ayahku dulu. Ke rumah istri sih besok saja. Tapi jangan takut deh. Perumahan ini dijaga ketat oleh petugas keamanan. Pencurian pun tak pernah terjadi di perumahan ini. Dan besok akan ada wanita yang mengantarkan dua orang pembantu, untuk bersih - bersih, masak dan sebagainya. “

“Gak bisa besok ke rumah ayahnya, setelah kedua pembantru itu datang ?” tanya Bu Hajjah.

“Mmmm ... iya deh, “ kataku, terpaksa mengalah karena merasa kasihan juga kalau dia kutinggalkan sendirian di rumah sebesar ini.

Malam itu aku tidur bersama Bu Hajjah lagi. Tentu tak sekadar tidur. Tapi aku tak mau habis - habisan menyetubuhinya, karena esoknya aku akan ke rumah Ayah. Karena waktu aku masih di Balikpapan, Ayah mengirim WA, menyuruhku datang ke rumahnya. Siapa tahu Bunda kangen berat padaku nanti.

Keesokan paginya wanita yang kupesani 2 orang untuk pembantu Bu Hajjah itu datang. Dengan 2 orang wanita muda yang bersedia menjadi pembantu Bu Hajjah.



Sejam kemudian aku sudah menjalankan si deep brown menuju kampung halaman tercintaku.

Ketika tiba di rumah Ayah, ternyata ibu tiri kedua yang biasa kupanggil Bunda itu sedang ke pasar. Ayah bilang, Bunda udah kangen berat padaku dan ingin hamil juga.

Aku cuma mengangguk - angguk. Lalu mulai menanyakan sesuatu yang sering menimbulkan tanda tanya di benakku.

Aku menjelaskan kepada Ayah. Bahwa 3 tahun yang lalu aku pernah menemani Kang Obos mendatangi “orang pintar” yang jauh di luar kota X. Kujelaskan semua kata - kata orang pintar itu. Bahwa aku tak perlu “diisi” apa - apa, karewna sudah ada isinya. Hal itulah yang membuatku bingung, terutama karena aku telah membuktikan kata - kata orang pintar itu terbukti semua.

“Begini ceritanya, “ kata Ayah menerangkan, “Kakek ayah dahulu bukan keturunan sembarangan. Almarhum sebenarnya keturunan menak tinggi. Gelarnya pun Aom, bukan sekadar Raden biasa. Beliau memiliki ageman sejak lahir, bukan pemberian orang. Kata orang sih rumah beliau dijaga oleh sepasang harimau yang tidak kelihatan oleh manusia biasa. Itu terbukti pada waktu masih jaman rampok, dengan alasan untuk membiayai perjuangan kemerdekaan, rumah di samping beliau dirampok habis - habisan. Pemimpin rampok itu memberi perintah bahwa setelah rumah di sebelah itu, rumah kakek buyutmu yang harus dirampok. Lalu pemimpin rampok itu melangkah duluan sambil memegang klewang menuju pekarangan kakek buyutmu. Tapi begitu melewati garis batas tanah kakek buyutmu, tiba - tiba pemimpin begal itu ngacungin klewangnya sambil berteriak, ‘Barang siapa berani memasuki pekarangan Juragan Aom, akan kupenggal lehernya di sini !’ Padahal tadinya dia sendiri yang memerintahkan untuk merampok rumah kakek buyutmu. “

“Mungkin karena rumah Buyut dijaga harimau gaib itu ya ?” cetusku.

“Mungkin. Ayah juga cuma dengar ceritanya dari ayahnya ayah, yang biasa ayah panggil Abah. Karena saat terjadinya perampokan besar itu ayah juga belum lahir. “

“Apakah ilmu Buyut itu diturunkan kepada Kakek ?”

“Turun sendiri. Kesaktian kakek buyutmu itu pilih - pilih sendiri. Anak kakek buyutmu banyak, tapi kelihatannya hanya turun sendiri kepada Abah ayah. “

“Apa saja kesaktian yang dimiliki oleh Kakek ?”

“Banyak. Dia pernah mengganggu anak Belanda, menyumpal mulut anak itu dengan sambel yang pedas sekali. Tentu saja ayah anak itu marah dan memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Kakek. Karena anak yang disumpal sambel pedas itu anak seorang perwira tentara Belanda. Setelah ditangkap, kakek dibawa ke tengah lapang yang ada di dalam kompleks tentara Belanda. DIkelilingi oleh tentara Belanda yang sudah mengacungkan klewangnya masing - masing. Mungkin Kakek mau dibunuh dan dicincang di tengah lapang itu. Tapi tiba - tiba saja Kakek menghilang dari tengah lapang itu. Sehingga tentara Belanda yang sudah mengacungkan klewang itu bingung. Lalu mereka panik dan meninggalkan lapang. “

“Apa lagi kesaktian Kakek itu Yah ?” tanyaku.

“Banyak. Antara lain Kakek itu bisa berlari di tengah hujan lebat, tapi pakaian dan badan Kakek tidak basah sama sekali. Itu dibuktikan oleh adik perempuan kakek, berarti bibi ayah. Waktu itu bibi ayah ikut main dengan Kakek ke sawah yang jauh dari rumah buyutmu. Tiba - tiba kelihatan hujan sudah mau turun. Kakek langsung menggendong adiknya untuk pulang ke rumah buyutmu. Hujan pun turun dengan derasnya. Tapi setibanya di rumah, adik kakek itu baru nyadar kalau badannya tidak terkena air hujan setitik pun. Begitu juga badan dan pakaian Kakek, tidak basah sedikit pun. Padahal saat itu hujannya deras sekali katanya. Ketika adik Kakek bertanya, kenapa tubuh kita tidak basah ? Kakek hanya bilang, sudahlah gak usah meributkan masalah kecil. “

“Apakah kesaktian itu ada yang menurun pada Ayah ?”

“Hanya satu macam. Mungkin masalah perempuan. Dalam perjalanan hidup ayah, entah sudah berapa banyak perempuan cantik yang minta dijadikan istri ayah. Tapi ayah kan bukan orang kaya. Makanya cuma Mama dan Bunda aja yang ayah jadikan istri. “

“Kenapa hanya satu macam yang menurun kepada Ayah ya ?”

“Mungkin karena ayah sering melanggar pantangan turun temurun. Dalam hal makanan, misalnya. Ayah sering makan sesuatu yang merupakan pantangan. “

“Pantangannya apa aja Yah ?”

Lalu Ayah menyebutkan beberapa jenis makanan yang tidak boleh dimakan. Untungnya semua pantangan turun menurun itu tidak kusukai semua. Jadi mungkin aku tergolong yang “bebas dari hukuman”.

“Apakah ageman dari Buyut itu menurun kepada semua keturunannya ?” tanyaku.

“Tidak. Buktinya kakekmu yang saudaranya banyak, tapi hanya Kakek yang memiliki ageman itu. Saudara Ayah juga banyak, tapi yang mudah mendapatkan perempuan hanya ayah sendiri. “

“Mungkinkah aku punya ageman yang datang sendiri itu ?”

“Rasakan aja sendiri. Dan jangan dijadikan bahan pembicaraan. Apa yang sudah kamu peroleh, adalah untukmu. Bukan untuk dibahas dengan orang lain. “

“Iya Ayah. Memang banyak yang sudah kudapatkan. “

“Ohya ... katanya kamu sudah kawin dengan wanita yang ingin dinikahi oleh ayah itu ya ?” tanya Ayah.

“Iya Ayah. Waktu nikah dengannya, dia yang melarang ngasih tau Ayah. Mungkin karena malu, karena pernah menginginkan Ayah menjadi suaminya. Maaf ya Ayah. Aku terpaksa tidak memberitahu Ayah. Maaf juga aku tidak pernah memberitahu Ayah, tentang Ibu yang ternyata masih hidup. Dan sekarang Ibu sudah kutempatkan di sebuah rumah yang layak. “

“Ayah sudah dengar selentingan beritanya. Gak apa - apa. Biar bagaimana Ibu itu yang mengandung dan melahirkanmu. Bahagiakan dia sebisamu. “

Tiba - tiba obrolan kami terputus, karena Bunda sudah muncul di ambang pintu depan sambil menjinjing kantong belanjaannya. “Asep ...?!” serunya dengan wajah ceria.

Aku langsung berdiri, untuk mencium tangan ibu tiri keduaku itu. Tapi Bunda mendahuluiku. Memelukku dengan eratnya. Mencium bibirku dengan lahapnya di depan Ayah.

“Bunda rindu sekali sama kamu Sep, “ kata Ayah di belakangku, “Obatilah kerinduannya sana. “

Bunda tersenyum dan menarik tanganku sambil melangkah ke kamarnya.

“Memang bunda rindu sekali sama kamu Sep. Kalau sudah ingat kamu, bunda sampai seperti orang gila. Suka tersenyum sendiri sambil menyebut namamu, “ kata Bunda setelah berada di dalam kamarnya yang kamar Ayah juga.

Memang Bunda kelihatan sangat merindukanku. Tanpa buang - buang waktu ia menanggalkan gaunnya. Menanggalkan beha dan celana dalamnya. Padahal Ayah masih duduk di ruang keluarga.

Dengan tak sabar Bunda pun melepaskan baju kaus, sepatu dan kaus kakiku. Kemudian celana denim dan celana dalamku pun ditanggalkannya. Lalu menarikku ke atas bednya. Menarik kontolku dan mencolek - colekkan ke mulut memeknya yang tak pernah punya jembut itu. Dan memintaku untuk langsung memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang sudah haus entotanku itu.

Tanpa keraguan aku pun mendorong kontolku yang sedikit demi sedikit membenam ke dalam liang memek Bunda.

“Ooooohhh .... akhirnyaaaaa ... yang bunda rindukan datang jugaaaaa ... “ cetus Bunda sambil melingkarkan lengannya di leherku.

Aku yang sudah tahu titik - titik peka Bunda, langsung mendaratkan ujung lidahku di leher Bunda, sambil mulai mengayun kontol ngecengku.

“Ooooohhhhh ... Aseeeeep ... terimakasih ya Seeep ... kedatanganmu tepat pada waktunya ... karena saat ini bunda sedang dalam masa subur. Semoga kamu bisa menghamili bunda ya Seeep ... “

“Tapi kalau Bunda hamil, bisa - bisa Ayah menyerahkan Bunda padaku ... seperti Mama kan begitu ... “

“Biarin aja. Yang penting bunda ingin punya anak dulu ... ingin punya keturunan seperti wanita lain ... “

Aku tidak menanggapi, karena sedang enak - enaknya menikmati gesekan kontolku dengan dinding liang memek Bunda.

Ketika aku mulai menggencarkan entotanku, tiba - tiba pintu kamar dibuka dan Ayah masuk ke dalam sambil berkata, “Aku mau ke kebun dulu ya. “

“Cium dulu aku Ayah, “ sahut Bunda.

“Kan itu ada Asep. Lanjutin aja Sep, “ kata Ayah sambil mengusap rambutku.

“Nggak aaaah ... cium dulu aku Ayaaah , “ rengek Bunda dengan manjanya.

AKhirnya Ayah mengalah. Membungkuk di samping bed, lalu mencium bibir Bunda. Kemudian Ayah menoleh padaku, “Ayo lanjutin Sep ... mudah - mudahan Bunda bisa hamil. “

Kemudian Ayah mengambil dompetnya dari laci lemari pakaian.

“Aku mau bawa Bunda jalan nanti Yah, “ kataku sambil mengurangi kecepatan entotanku.

“Mau nginap lagi ?” tanya Ayah.

“Nggak. Tapi pulanbgnya pasti malam. “

“Iya. Hati - hati di jalan nanti ya. Bunda jangan dibawa kebut - kebutan, “ kata Ayah sambil melangkah ke arah pintu. Keluar dan menutupkan kembali pintu dari luar.

“Ayahmu baik sekali kan, “ ucap Bunda perlahan, “Makanya bunda makin sayang padanya. “

“Iya ... Ayah memang baik dan tidak cemburuan. “

“Tapi ... dia udah kawin lagi tuh Sep. “

“Masa ?!” aku mengurangi kecepatan entotanku, “Sama orang mana ?”

“Sama janda kaya yang rumahnya dekat kebun. “

‘Wah ... Bunda cemburu ya ?”

“Nggak. Perempuannya lebih tua dari bunda kok. Biarin aja. Bunda kan sudah punya Asep juga. Makanya jangan lama - lama gak nengok Bunda Sep. “

“Kalau Bunda kangen, datang aja ke hotel. “
“Ke hotel sendirian suka gak enak perasaan bunda. Soalnya banyak lelaki yang merhatiin bunda. Mungkin disangkanya bunda ini lonte yang biasa mangkal di hotel. “

“Masalahnya, kalau aku yang ke sini, susah parkir mobil. Seperti sekarang juga, mobil terpaksa diparkir di pinggir jalan. Padahal mobilku yang sekarang, udah baru lagi Bun. “

“Wah, asyik dong. Tadi udah minta ijin sama Ayah, mau bawa bunda jalan - jalan ya. Mau jalan ke mana ?”

“Ke hutan bambu. “

“Ke hutan ?!”

“Iya. Hutan bambu. Tapi hutannya sudah milikku sendiri. Di sana aku pengen wikwik sepuasnya sama Bunda. “

“Waaaah ... pasti romantis wikwik di alam bebas Sep. Tapi harus bawa tiker atau kasur lipat kali ya. “

“Sudah ada di mobilku. Tadi mampir dulu di toko yang menjual tikar. “

“Udah disiapkan sama Asep ?”

“Iya ... udah disiapkan untuk ewean sama Bunda ... “

Bunda memijat hidungku, “Kalau gitu ... lanjutkan di hutan bambu aja Sep. Jauh hutannya dari sini ?”

“Nggak di daerah gunung ... “ sahutku sambil menyebutkan nama gunung itu.

“Owh, gak jauh di situ mah. Ayo ... mau dilanjutin di hutan bambu aja ?” tanya Bunda.

“Iya, “ sahutku sambil mencabut kontolku dari liang memek Bunda.



Beberapa saat kemudian, Bunda sudah duduk di dalam sedan baruku, dengan mengenakan blouse berwarna pink dan rok mini berwarna merah. Ditutup lagi oleh mantel panjang berwarna coklat tua, mirip warna sedan baruku.

“Wow ... sedan barunya ... eduuun, “ seru Bunda setelah duduk di samping kiriku, “Harganya pasti lebih mahal daripada sedan yang item itu ya Sep. “

“Iya. Kira - kira duabelas kali lebih mahal dari sedan hitam itu. Tapi dua - duanya sedan Eropa. Bukan sedan Jepang. “

“Rejekimu mengalir terus dengan derasnya ya. Bunda ikut bahagia Sep. “

“Makanya Bunda jangan sakit hati mendengar Ayah kawin lagi. Kan Bunda bisa nemuin aku kapan pun. Asalkan nelepon dulu, biar aku ada di hotel. Ohya ... hotel baruku paling lama juga sebulan lagi sudah akan dibuka Bun. “

“Kalau hotel barumu sudah dibuka nanti, kamu akan makin kaya aja Sep. “

“Tapi pengeluaranku juga makin lama makin besar Bun. “

“Itu sudah pasti. Kata orang, makin kaya seseorang, makin besar juga pengeluarannya Sep. “

“Iya. Tapi aku tak punya hutang ke bank. Itulah yang membuat hidupku tenang selalu. “

“Syukurlah. Pengusaha lain sih nyaris gak ada yang gak punya hutang ke bank. Bahkan makin besar usahanya, makin besar juga hutangnya ke bank. “

“Itu yang akan selalu kuhindari Bun. Karena bank itu laksana meminjamkan payung di musim panas, lalu mengambilnya kembali di musim hujan. Makanya aku berjanji di dalam hati, sampai kapan pun takkan mau meminjam duit ke bank. Dan kebetuilan aku tak pernah kekurangan modal. Karena ada saja rejeki nomplok yang tidak terduga - duga sebelumnya. “

Bunda tidak menjawab. Karena sedang menurunkan kancing zipper celana denimku. Lalu memasukkan tangannya ke balik celana dalamku. Dan menggenggam kontolku sambil berucap, “ Kontolmu ini bikin bunda tergila - gila Sep. Maunya sih dua hari sekali kamu nidurin bunda. Jangan kelamaan gak nengok bunda kayak gini. “

“Kalau mau sering kutidurin, Bunda tinggal di hotelku aja, di kamar pribadiku. Kalau kelihatan tiap hari kan aku pasti ingin ngentot Bunda terus. Karena memek Bunda enak sekali rasanya. Serius Bun ... “

“Kalau ninggalin Ayah sih bunda gak tega Sep. Siapa yang ngurus makan di rumah dan di kebun ? Walau pun bunda sudah punya Asep, bunda tetap harus sayang sama Ayah. “

“Ayah kan sudah punya istri lagi. Biarkan istri barunya itu yang ngurus Ayah. “

“Wah, kalau dibegituin bisa lupa nanti Ayah sama bunda. “

“Tapi kalau Bunda benar - benar ingin hamil, di setiap masa subur harus kutidurin tiap malam. Jadi, sebaiknya tiap masa subur Bunda tinggal di hotelku. Setelah masa subur Bunda habis, Bunda bisa pulang lagi ke rumah Ayah. “

“Kalau begitu sih mungkin bisa. Masa subur kan hanya seminggu atau sepuluh hari. “

Mobilku sudah mulai menginjak jalan mendaki. Tapi dengan tenang mobilku seolah sedang berlari di jalan rata saja. Tidak terasa menginjak jalan menanjak.

Dan akhirnya tibalah di daerah hutan bambuku. Aku membelokkan mobilku ke kiri, ke jalan yang masih tanah dan belum pernah diaspal. Akhirnya kusembunyikan mobilku di bawah rumpun bambu.

“Ini tanah milikmu Sep ?” tanya Bunda sambil membuka pintu sebelah kirinya.

“Iya. “

“Untuk apa beli hutan bambu begini ?” tanya Bunda sambil berdiri di sampingku yang sudah sama - sama turun dari mobil.

“Hutan bambu ini sudah mendatangkan hasil Bun, “ sahutku, “Dijadikan tusukan sate untuk dimasukkan ke beberapa supermarket. Dijadikan sumpit untuk diekspor. “

“Produksinya di mana ?” tanya Bunda.

“Di sekitar daerah sini aja. Mesinnya sederhana kok. Aku membagikan mesinnya kepada masyarakat yang ingin mendapatkan penghasilan dari usahaku. Lalu mereka memproduksi tusukan sate dan sumpit itu. Bagian quality control ada, yang memasarkan ke beberapa supermarket pun ada. Aku tinggal duduk manis aja di kota. “

“O gitu ya. Ada aja jalan usahamu Sep. Tapi bagusnya bikin villa di sini. Suasanya romantis sekali. Lengang dan sunyi. Hawanya pun sejuk dan jauh dari polusi, “ kata Bunda sambil melingkarkan lengannya di pinggangku. Padahal aku sedang melangkah menuju pohon rasamala besar yang usianya sudah puluhan tahun itu.

Di bawah pohon besar itulah aku pernah mengentot Bu Emi, ibunya Ima.

Dan kini Bunda kudorong agar berdiri sambil bersandar ke pohon besar itu, sambil menurunkan celana denim dan celana dalamku. Bunda pun menyingkapkan rok merahnya, lalu menyeret celana dalamnya ke kanan, sehingga aku bisa membenamkan kontolku ke dalam liang memeknya, tanpa harus melepaskan celana dalam Bunda.

Bunda tampak senang dengan kenakalanku ini. Lalu memelukku erat - erat pada saat kontolku mulai mengentot liang memeknya yang aduhai ... legit sekali ini.

“Ooooh ... Seeeep ... bunda memang sudah lama melamun ... ingin dientot di alam bebas seperti ini ... aaaaaah ... aaaaaah ... Seeep ... ini indah sekali Seeep ... nikmat sekali rasanya ... “ rintih Bunda perlahan setengah berbisik. Mungkin Bunda takut kalau - kalau ada orang lewat, sehingga suaranya dipelankan. Padahal di hutan bambu ini takkan ada orang berani masuk. Karena di pinggir jalan sudah ada papan bertuliskan Tanah Pribadi Dilarang Masuk.

“Sambil berdiri begini pun memek Bunda tetap enak ... ooooh ... enak sekali Bun ... “ kataku terengah.

“Kontolmu juga luar biasa enaknya. Terus - terusan menabrak dasar liang memek Bunda, saking panjangnya. “

“Memang sebenarnya kita ini lagi ngapain Bun ?” tanyaku.

“Keur ewean bari nangtung ...” (lagi bersetubuh sambil berdiri)

Aku pun menyahut dalam bahasa SUnda urakan, “Heunceut Bunda ngeunah pisan diewena ... “ (Kemaluan Bunda enak sekali dientotnya)

Lalu aku melanjutkannya. Mengentot Bunda sambil berdiri berpelukan.

Cukup lama aku menyetubuhi Bunda dalam posisi berdiri ini, sehingga keringatku mulai membasahi baju kausku. Sementara Bunda tampak sudah klepek - klepek. Mungkin karena sudah menuju daerah puncak kenikmatannya.

Terkadang bibir kami saling lumat. Di saat lain kujilati leher jenjang Bunda yang sudah berkeringat.

Bunda tampak sangat menikmati persetubuhan sambil berdiri di tengah hutan bambu ini. Saking menikmatinya, beberapa saat kemudian Bunda berdesah terengah, “Bun ... bunda su ... sudah ... mau lepasssss ... Seeeeeeep ... ooooo .... ooooooohhhhhhhh. “

Kudekap pinggang Bunda erat - erat, agar jangan sampai terjatuh. Sementara kontolku sudah kutancapkan di dalam liuang memek Bunda, tanpa menggerakkannya lagi.

Lalu aku merasakan denyut - denyut erotis yang sangat indah itu. Bahwa liang memek Bunda mengedut - ngedut di puncak orgasmenya.

“Ooooh ... ikut merasakan kedat - kedut memek Bunda ini, nikmat sekali rasanya ... “ ucapku sambil mencium bibir Bunda dengan segenap kehangatanku.

“Indah sekali Sep, “ sahut Bunda sambil mengusap - usap rambutku dengan lembutnya. “Kamu belum ngecrot ya. “

“Belum. Santai aja Bun. Kan nanti kita mau telanjang di atas tiker. “

“Di dalam mobil aja Sep. Bunda ingin ngerasain juga ewean di dalam mobil.”

“Boleh, “ aku mengangguk sambil mencabut kontolku dari liang memek Bunda. Lalu kubetulkan letak celana panjang dan celana dalamku, sementara Bunda tinggal menurunkan roknya saja, tidak ada bekas apa - apa, seolah bukan habis bersetubuh.

Lalu kami melangkah dan masuk ke dalam mobil. Kunyalakan lagi mesin mobil dan ACnya. Kunyalakan juga audionya, memutar lagu - lagu instrumental Kitaro dan Buddha Bar dengan volume kecil saja.

Bunda cukup sigap, melepaskan blouse pink dan rok merahnya. Lalu juga beha dan celana dalam serba putihnya. Sementara aku pun menanggalkan setiap benda yang melekat di tubuhku, sampai telanjang bulat seperti Bunda.

Supaya leluasa, kuajak Bunda pindah ke seat belakang. Di situlah aku duduk sambil memangku Bunda yhang berusaha memasukkan kontolku sambil menduduki sepasang pahaku. Setelah kontolku berada di dalam jepitan liang memek Bunda, mulailah Bunda beraksi. Bokong semoknya naik turun dan naik turun, sehingga kontolku dibesot - besot oleh liang memeknya.

“Oooooohhhh ... Seeeep .... kontolmu memang panjang sekali ... luar biasa nikmatnya Sep ... ooooohhhh ... Seeeeep .... oooooo .... oooooohhhh ... Seeeeeep .... oooo .... ooooooh ... Seeeep ... ooooooohhhhhh ... kalau sering merasakan kontolmu ... bunda pasti bahagia sekali Seeeep ... ooooohhhh .... Seeeep .... “ Bunda merintih terus, namun dengan suara ditahan nyaris seperti berbisik - bisik.

Terkadang rintihan Bunda tersumpal oleh mulutku yang mulai asyik melumat bibir sensualnya, sambil meremas toket gedenya yang masih sangat enak buat diremas. Terkadang juga kedua tanganku meremas - remas pantat semok Bunda yang sedang berayun - ayun dengan memek mencengkram kontolku.

Namun posisi seperti ini pasti akan membuat Bunda tak bisa bertahan lama.

Dugaanku tak meleset. Beberapa saat kemudian Bunda bergitak - gitek, lalu tidak mampu mengangkat bokongnya lagi, karena sedang mengejang sambil menahan nafasnya. Sementara moncong kontolku terasa didesak oleh dasar liang memek Bunda.

“Oooh ... bunda udah dua kali lepas Sep, “ Bunda mengangkat bokongnya sambil meringis, sehingga kontolku terlepas dari jepitan liang memek Bunda. “Asep belum ngecrot juga ya ?”

“Iya. Sekarang mau maen di atas tikar ?”

“Asep yakin takkan ada orang lewat ke sini ?”

“Yakin Bun. Kalau ada yang lewat ajak gabung aja. Hahahaaaa ... becanda Bun. Pokoknya selain hari Rabu dan Sabtu, takkan ada yang berani memasuki hutan milikku ini. “

Bunda mengangguk - angguk, “Ya udah ... terserah Asep aja. “

Aku keluar dari mobil, untuk mengeluarkan tikar dari bagasi. Tikar baru yang kubeli tadi di jalan menuju kampungku. Lalu kuhamparkan tikar itu di samping kanan mobilku.

“Sebenarnya di sana ada telaga yang bening sekali airnya, “ kataku sambil menunjuk ke arah utara, “Mau di sana apa di sini aja ?”

“Di sini aja. Biar gampang ngumpet kalau tiba - tiba ada orang lewat, “ sahut Bunda.

Kuambil 2 buah bantal dari seat belakang mobil, lalu menyerahkannya pada Bunda. “Ini bantal biar enak celentangnya. Bunda mau main di bawah kan ?”

“Ya iyalah. Kalau main di atas, sebentar juga ambrol lagi. Kontolmu terlalu enak sih, “ sahut Bunda sambil mencubit lenganku.

Lalu Bunda celentang di atas tikar, dalam keadaan masih telanjang, menggunakan kedua bantal mobil itu sebagai penyangga kepalanya. “Ayo masukin lagi Sep ... hihihiii ... semua ini pengalaman pertama bagi bunda. Main sambil berdiri di bawah pohon, main di dalam mobil dan sekarang main di atas tikar di alam terbuka gini. “

Beberapa detik berikutnya, kontolku sudah membenam amblas ke dalam liang memek Bunda .... blesssssssssssssss .... sampai mentok di dasar liang memek ibu tiriku itu.

“Ooooh ... kontolmu gak ada duanya Seeeep ... bikin perempuan mana pun ketagihan kalau sudah pernah merasakannya ... “ cetus Bunda sambil merengkuh leherku ke dalam pelukannya.

“Memek Bunda juga gak ada duanya ... pulen sekali ... “ sahutku sambil mulai mengayun kontolku.

“Hihihiiii ... kayak nasi aja ... pulen ... “ cetus Bunda sambil meremas - remas bahuku.

Aku tidak menyahut, karena sedang mempercepat entotanku. Kontolku laksana pompa manual, keluar masuk dan maju mundur di dalam jepitan liang memek Bunda yang sudah becek, karena sudah 2 kali orgasme.

Bunda pun mulai mendesah dan merintih lagi, namun tetap dengan suara perlahan setengah berbisik, “Seeeep ... kontolmu memang luar biasa Seeep ... bunda sudah dua kali orgasme, tapik sekarang jadi enak lagi .... entotlah bunda sepuasmu Seeep ... sambil emut pentil toket bunda ... iyaaaaa ... iyaaaaa ... oooooh indahnya Seeeep ... bunda merasa seperti berada di surga ... surganya dunia ... Seeeep ... ooooooh ... Seeeeep .... “

Kali ini Bunda tak sekadar merintikh - rintih histeris. Tapi juga menggeol - geolkan bokong semoknya dengan gerakan memutar - mutar, meliuk - liuk dan menghempas - hempas. Sehingga kontolku diombang - ambingkan oleh liang memek Bunda yang sedang membesot - besot dan meremas - remas kontolku.

Aku jadi semakin bergairah untuk menggencarkan entotanku sambil menjilati leher Bunda dan meremas - remas toket kanannya.

Persetubuhan di atas tikar di bawah kerindangan daun - daun bambu ini makin lama makin menggila. Ketika aku mencupangi leher Bunda, ibu tiriku itu diam saja. Tidak protes sedikit pun. Bahkan lalu berkata terengah, “Iya Sep ... sambil cupangin terus leher Bunda ... ini membuat semakin nikmat Seeep ... cupangin terus leher bunda ... sebanyak mungkin ... “

“Ayah takkan marah kalau melihat bekas cupangan di leher Bunda nanti ?” tanyaku.

“Nggak. Kan Ayah juga sudah tau apa yang akan kita lakukan. Semuanya ini sudah seijin Ayah kan ? “

Aku pun terus - terusan mencupangi leher Bunda, sementara kontolku tetap gencar mengentot liang memeknya yang memang sangat ;pulen ini.

Cukup lama aku mengentot Bunda di atas tikar ini. Tubuh kami pun sudah bersimbah keringat.

Sampai pada suatu saat, terdengar suara Bunda terengah, “Seeeep ... bunda udah mau lepas lagi Seeep ... kalau bisa barengin aja Seeep ... biar nikmaaaaat ..... “

“Iya Bun ... aku juga udah deket - deket ngecrot ... uuuughhhh .... memek Bunda memang enak sekali Buuuun ... ‘ sahutku sambil mempergila entotanku, sampai terdenhgar bunyi plak plok plak plok dari tepukan selangkanganku dengan selangkangan Bunda.

Sampai pada suatu saat, kami jadi sepasang manusia yang seperti kerasukan. Kami sama - sama mengejang sambil salingh cengkram dan saling remas, seolah ingin saling menghancurkan tulang - tulang.

Pada saat itulah liang memek Bunda terasa mengedut - ngedut indah, disambut oleh kontolku yang sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku.

Craaaaaaaaaatttttt ... cretttttt ... croooooooooooooooootttt ... crooooooooooootttttttttttttttt ... crettt ... crooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooottttttt ... !
Makasih apdetnya bro @Otta ....
 
Bimabet
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Otta ..
Oh ternyata benar, hanya menurun ke salah satu keturunan laki2 yg terpilih..
Kira2 bakalan menurun kemana yak?
Semoga sih ke salah satu istri Sah,
Jadi klo cerita tentang anugerah itu lebih enak..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd