Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Episode 2



Part 04





K
antor general manager dan para manager ada di belakang hotel baruku. Kantor itu hanya 1 lantai, tapi ukurannya memanjang hampir sama panjangnya dengan panjang hotel.

Hotel baruku ini menghadap ke utara. Kantornya pun menghadap ke punggung hotel. Di ujung barat kantor dijadikan klinik untuk karyawan dan karyawati hotel, juga untuk menolong jika terjadi accident baik yang terjadi pada karyawan-karyawati mau pun pada tamu hotel.

Di ujung timur kantor berderet kantorku sebagai komisaris utama, kantor direktur yang sudah dipegang oleh Bu Handayani, wakilnya istriku sendiri (Anggraeni), GM dijabat oleh Antoinette. Sementara kakaknya Anggraeni (Mayang) kuangkat sebagai manager food and beverage.

Lalu kenapa aku mengangkat Bu Handayani sebagai direktur ? (aku tak mau menggunakan istilah direktur utama, cukup direktur saja).

Bu Handayani itu berjasa membuatku punya ijazah SMA persamaan, dengan hanya harus belajar selama beberapa bulan saja. Dan berkat ijazah SMA persamaan itu aku bisa kuliah di fakultas ekonomi di sebuah universitas swasta yang cukup disegani di kotaku.

Bu Handayani itu seorang dosen di fakultas ekonomi pula, dengan titel berderet saking banyaknya. Karena itu ketika kutawari menjadi direktur hotel baruku, Bu Handayani langsung menyatakan setuju. Apalagi setelah mendengar jumlah gaji dan tunjangan yang jumlahnya jauh lebih besar daripada gajinya sebagai dosen.

Bu Handayani pun mendapat rumah dan mobil inventaris dari perusahaanku. Kira - kira senilai dengan rumah dan mobil inventaris yang sudah kuberikan kepada Antoinette. Tapi rumah inventaris Bu Handayani berada di kompleks perumahan yang berbeda dengan kompleks perumahan Antoinette.

Aku masih ingat benar, bahwa ketika Bu Handayani kuterima sebagai direktur hotel baruku, Bu Handayani sampai memeluk dan menciumi sepasang pipiku sambil mengucapkan terima kasih berkali - kali.

Saat itu aku sedang punya hutang budi pula padanya. Karena berkat bantuannya aku jadi punya ijazah SMA persamaan. Berkat bantuannya pula aku bisa kuliah di kampusnya. Maka wajar saja kalau aku menawarkan jabatan direktur di hotel baruku. Dan ternyata dia masih kurang percaya pada penawaran dariku.

Namun setelah kuajak melihat hotel baruku, barulah dia menyadari bahwa aku tidak berbohong. Bahwa aku bukan orang yang membutuhkan ijazah untuk mencari kerja. Aku hanya membutuhkan ijazah itu sebagai jembatan untuk kuliah di perguruan tinggi. Setelah jadi sarjana pun aku takkan menjadikan ijazahku untuk mencari kerja.

Lalu bagaimana dengan Bu Handayani yang biasa kupanggil Bu Han itu ? Apakah aku punya rasa penasaran juga seperti penasaranku pada wanita - wanita setengah baya lainnya ?

Aku tidak memikirkan yang bukan - bukan mengenai Bu Handayani. Aku hanya ingin ia memimpin hotelku secara profesional. Dengan istilah managemen modern, Bu Han itu kuanggap sebagai aset perusahaan. Aku harus menganggapnya sebagai mesin yang harus dirawat seperti merawat mobil supaya jalannya lancar terus.

Karena itu sikapku kepada Bu Handayani selalu formal tapi ramah, sebagai seorang komisaris utama kepada direkturnya.

Sangat berbeda sikapku kepada Antoinette yang sudah berkali - kali menghabiskan weekend di villaku. Tentu dengan acara yang tiada hubungannya dengan hotelku.

Yang menyenangkan pada wanita muda berdarah asli Prancis itu, adalah sikapnya yang selalu profesional pada saat sedang mengendalikan hotelku. Sehingga dalam tempo singkat hotelku mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Antoinette memang sering kugauli. Tapi dia tak pernah berusaha untuk kucintai. Karena ia juga tahu bahwa istriku sudah 4 orang. Dia hanya membutuhkan seks sebagai suatu kebutuhan biologis semata. Bahkan dia menganggap seks sebagai doping. Sebagai pemacu semangatnya dalam bekerja.

Mengenai jabatan manager operasional yang masih kosong, Antoinette memohon agar aku jangan mengisinya dulu, sambil menunggu temannya pulang ke Prancis dulu, untuk urusan keluarganya.

Sampai pada suatu hari, Antoinette membawa seorang cewek berkulit hitam, yang dikenalkan padaku sebagai calon manager operasional itu,

Cewek berkulit hitam tapi manis itu mengenalkan namanya sebagai Fayola. Dan benar seperti kata Antoinete sebelumnya, Fayola itu sudah lancar bahasa Indonesianya. Karena sudah lama tinggal dan bekerja di Indonesia.

Kata Antoinette, “Fayola ini lebih muda dariku Big Boss. Tapi aku belum pernah menikah, sedangkan Fayola sudah divorced dengan mantan suaminya. “

Aku cuma mengangguk - angguk sambil tersenyum. Lalu kataku, “Supaya lebih mudah, aku akan memanggilmu Olla saja. Oke ?”

“Iya Big Boss. Di Prancis juga aku suka dipanggil Olla sama teman - temanku, “ sahut Fayola sambil tersenyum manis.

Lalu Antoinette bertanya, “Jadi ... apakah Big Boss menerima Fayola sebagai manager operasional ?”

“Yap, “ aku mengangguk lalu menjabat tangan Fayola, “Selamat datang manager operasional. Semoga kamu bisa bekerja sebaik mungkin. “

“Terima kasih Big Boss, “ ucap Fayola, “Aku akan bekerja all out di hotel ini. “

Kemudian Antoinette berkata kepada Fayola dalam bahasa Prancis. Aku tidak begitu menguasai bahasa Prancis. Tapi aku mengerti juga bahwa Antoinette menyuruh Fayola untuk menuju ruang kerjanya sebagai manager operasional.

Setelah mengangguk sopan padaku, Fayola pun meninggalkan ruang kerjaku.

Tinggal aku dan Antoinette yang masih berada di ruang kerjaku. “Kalau Fayola tinggal di rumah dinasku, boleh ?” tanya Antoinette.

“Boleh. Kan yang dapat jatah rumah cuma direktur dan general manager. Lagian kalau ada Fayola, mungkin kamu tidak merasa kesepian. “

“Betul Big Boss. Mmmm ... besok kan sudah masuk weekend. Apakah Big Boss mau mengajakku ke villa ?” tanya Antoinette.

“Kenapa kamu tanya masalah itu ?” aku balik bertanya.

“Kalau Big Boss tidak berkeberatan, seandainya besok mau ngajak aku ke villa, aku mau ngajak Fayola juga. Dia sudah bilang bersedia kalau diajak istirahat di villa. “

“Hahahahaaa ... mau melaksanakan black and white seperti yang pernah kita bicarakan ?” tanyaku.

“Kalau Big Boss mau, pasti bisa. Kan nanti jadi seru suasananya. “

“Besok sih aku gak bisa, ada urusan keluarga, “ kataku, “lagian sebaiknya Fayola bekerja dulu sampai merasa kerasan di sini. Dia kan baru mulai bekerja hari ini, masa besok mau langsung dieksekusi ? Kalau weekend minggu depan sih mungkin bisa. “

“Oke Big Boss, “ Antoinette mengangguk, “Aku mengerti. Fayola jangan dibikin kaget, baru datang diajak gabung sama kita. “

Lalu Antoinette mencium bibirku sebelum meninggalkan ruang kerjaku.

Sesaat kemudian Bu Handayani yang memasuki ruang kerjaku (tentu setelah meminta izin dulu dariku). Wanita 38 tahunan dengan perawakan bohai itu memang selalu seksi di mataku. Tapi selama ini aku ingin melihat prestasinya dulu, sehingga aku senantiasa bersikap formal jika berhadapan dengannya.

“Selamat pagi Big Boss, “ ucap Bu Handayani dengan sikap sopan dan formal.

“Pagi, “ sahutku sambil mempersilakannya duduk di kursi yang selalu ada di depan meja kerjaku.

Bu Handayani hanya mau melaporkan masalah perkembangan bisnis hotel yang positif terus. Dengan kata lain, kamar - kamar yang tersedia nyaris selalu habis dibooking tamu - tamu. Di hari - hari kerja pun kamar - kamar yang dibooking tak pernah kurang dari 80%. Ini trend yang positif untuk sebuah hotel.

Aku cuma mengangguk - angguk senang mendengar laporan itu. Bu Handayani pun berkata bahwa food market (pujasera) yang ada di depan hotel, sangat mendukung. Karena banyak orang yang makan di food market lalu cek in di hotel. Mungkin mereka tidak berniat menginap di hotel tadinya, lalu tertarik untuk cek in setelah makan di food market. Atau mungkin juga ada yang janjian untuk ketemuan di food market, lalu melakukan “short time” di hotelku. Masalah seperti itu tak pernah kupikirkan. Yang harus kupikirkan, bagaimana cara melayani tamu - tamu hotel supaya ketagihan untuk cek in di hotelku.

“Terus mengenai Anggraeni bagaimana perkembangannya Bu ?” tanyaku setelah Bu Handayani selesai dengan laporannya.

“Istri Big Boss itu sangat cerdas. Setiap ilmu baru dilahapnya dengan cepat. “

“Syukurlah, “ ucapku, “Gembleng dia sesering mungkin Bu. Karena nanti Bu Han akan kupindahkan ke sebuah hotel yang jauh lebih besar daripada hotel ini. Mungkin tiga bulan lagi juga pembangunannya sudah selesai. “

“Ohya ?! Hotel four star seperti di sini Big Boss ?”

“Five star Bu. Kamarnya pun lebih dari seribu. Ini foto - fotonya, “ sahutku sambil memperlihatkan hotel yang hampir selesai dibangun itu lewat layar laptopku.

Sebenarnya hotel itu punya Manti, istri pertamaku tercinta. Ketika hotel itu dibangun hampir 90%, disita oleh bank. Karena pemiliknya kabur ke negaranya (dia bukan orang Indonesia), dengan hutang ke banknya yang jauh lebih besar dari nilai hotel itu, lalu macet di tengah jalan. Lalu Manti membeli hotel yang hampir selesai dibangun itu dari bank. Tentu dengan harga lelang. Karena bagi bank, yang penting ada dana nmasuk, jangan sampai blank sama sekali.

“Waaah ... ini benar - benar besar dan megah hotelnya Big Boss, “ kata Bu Handayani setelah mengamati foto - foto hotel punya istriku itu.

“Iya. Jauh lebih besar dari hotel ini, “ sahutku, “Nanti Bu Han akan kujadikan direktur di hotel itu, sementara jabatan direktur di sini akan kuserahkan kepada Anggraeni. Jadi Bu Han jangan bosan menggemblengnya. “

“Siap Big Boss. “

“Tapi otakku agak jenuh Bu. Kayaknya kita perlu refreshing juga nih, “ kataku sambil memijat - mijat keningku.

“Kita ?! Big Boss mau refreshing denganku ?”

“Iya. Nanti sepulangnya dari kantor, Bu Han langsung menuju villaku aja. Gimana ? ”

“Siap. Dari dulu juga aku sering memancing Big Boss, tapi Big Boss selalu cuek - cuek aja.”

“Hahahaaa ... bukan cuek. Kan segala sesuatu ada waktunya Bu, “ sahutku sambil menulis di secarik kertas. Menulis alamat villaku yang hadiah dari Tante Sharon itu. Lalu menyerahkannya kepada Bu Handayani, “Itu alamat villaku. Langsung aja ke sana, ya Bu. Kita ketemuan di sana aja. “

“Mau nginap di sana ?”

“Ya iyalah. Masa mau main short time ?!”

“Hihiiihiii ... rasanya seperti ngimpi. Gak nyangka Big Boss mau sama aku yang udah tua begini. “

“Sebenarnya sejak masih remaja, aku ini penggemar wanita setengah baya lho Bu. “

“Oh ya ?!”

“Iya. Apalagi wanita setengah baya yang seseksi Bu Han. “

“Siap deh. Setelah jam pulang, aku akan langsung menuju villa Big Boss. “

“Putrinya bisa ditinggalin kan sekali - sekali. “

“Bisa Big Boss. Anakku kan sudah delapanbelas tahun. Sudah dilatih mandiri pula sejak kecil. “

Bu Handayani memang pernah memberitahu, bahwa di rumah dinasnya itu akan membawa anak gadisnya. Aku juga sudah tahu bahwa Bu Handayani hidup menjanda setelah ditinggal mati oleh suaminya 3 tahun yang lalu.

Pada waktu masih menjadi dosen, Bu Handayani tinggal di rumah kontrakan. Tapi sejak menjadi direktur hotelku, dia merasa nyaman tinggal di rumah dinas perusahaan. Karena tak usah memikirkan uang kontrakan lagi.



Sebelum jam bubar kantor, aku sudah duluan melarikan mobilku menuju villaku. Biarlah aku yang menunggu di sana beberapa saat menjelang pertemuanku dengan Bu Handayani yang seksi habis itu.

Sempat juga aku membeli makanan untuk perbekalan selama di villa nanti.

Setibanya di villa, aku menyimpan semua makanan di atas meja makan. Koperku pun kukeluarkan dari bagasi dan kuletakkan di kamar utama. Kamar yang pernah kupakai untuk mengeksekusi beberapa wanita. Termasuk mengambil keperawanan Aisha beberapa hari yang lalu.

Lalu kulepaskan jas dan dasiku. Kulepaskan juga sepaytu dan kaus kakiku, celana panjang dan kemeja tangan panjangku. Kemudian kukenakan kimono putih baru yang selalu tersedia di dalam lemari kecil kamar utama villaku.

Tak lama kemudian, Bu Handayani tiba di dalam mobil inventarisnya. Dan turun dari mobil putih itu, sudah mengenakan gaun span hijau tosca yang ada belahan di kanan kirinya, seolah memamerkan paha gempal putih mulusnya.

Di ambang pintu depan villa kurentangkan kedua tanganku dengan senyum di bibirku. “Selamat datang di villa penghangat masa depan, “ ucapku.

Bu Handayani menghambur ke dalam pelukanku sambil berkata perlahan, “Sudah lama sekali saat seperti ini kudambakan Big Boss ... “

Lalu Bu Handayani mencium bibirku dengan lengketnya. Bukan lagi mencium pipi seperti ketika dia kunyatakan diterima sebagai direktur hotelku.

“Dahulu, sebelum menjadi direktur hotelku, Bu Han biasa memanggilku apa ?” tanyaku.

“Manggil Dek Yosef, “ sahutnya.

“Nah ... kalau di luar hotel, Bu Han harus memanggil seperti itu lagi. Sekarang kita di sini kan gak ada sangkut pautnya dengan masalah hotel dan segala bisnisnya. “

“Iya Dek Yosef yang tampan dan baik hati, “ sahut Bu Handayani sambil memelukku erat - erat.

“Di mana tadi Bu Han ganti pakaian ?”

“Di kantor, sebelum pulang. Bahkan di toilet kantor ada sesuatu yang kulakukan juga. “

“Sesuatu apaan tuh ?”

Bu Handayani menjawabnya dengan bisikan, “Cukur memek sampai bersih dari bulu. Malu kalau dilihat sama Dek Yosef ... tadinya kan brewokan ... “

“Masa ? Coba lihat seperti apa setelah dicukur bersih itu ?” cetusaku sambil menutupkan pintu depan villa dan menuntun Bu Handayani ke dalam kamar utama.

Ucapanku itu dianggap serius oleh Bu Handayani. Begitu berada di dalam kamar utama, dia menyingkapkan gaun spannya sampai di perutnya. Lalu menurunkan celana dalam putihnya sambil berkata, “Tuh ... sudah bersih kan ? Anak muda zaman sekarang kan suka yang bersih dari bulu memek. Hihihiiiii ... “

Aku tercengang menyaksikan memek Bu Handayani yang sedang dipamerkan itu. Bahkan diam - diam kontolku langsung menegang dan mengeras. Maka sekalian saja kusembulkan kontolku dari celah celana dalamku dan kurentangkan kedua sisi kimono putihku sambil berkata, “Tuh ... kontolku juga sudah siap untuk dimasukkan ke dalam memek Bu Handayani ... ! ”

Wanita setengah baya itu terbelalak dan berseru tertahan, “O my God ... ! Panjang sekali .... “

Bu Handayani berjongkok di depan kakiku sambil memegang kontol ngacengku dengan kedua tangannya yang gemetaran. “Gila ... ! Kok bisa sih Dek Yosef punya penis sepanjang ini ? Apakah sengaja dipanjangkan pakai alat yang seperti pompa pengisap dan terbuat dari gelas itu ?” tanyanya.

“Gak pernah diapa - apain Bu, “ sahutku sambil menarik kedua pangkal lengan Bu Handayani agar dia berdiri kembali.

Setelah Bu Handayani berdiri, kubuka kancing - kancing gaun span hijau toscanya yang berderet di bagian depannya. Lalu Bu Handayani sendiri yang menjatuhkan gaunnya ke lantai. Sehingga wanita setengah baya itu tinggal mengenakan beha dan celana dalam yang sudah diturunkan sampai ke dekat lututnya, bekas memamerkan memek plontosnya tadi.

Bu Handayani sendiri yang melepaskan beha dan celana dalamnya. Sehingga tubuh direktur hotelku sudah telanjang bulat di depan mataku kini.

Tanpa malu - malu lagi Bu Handayani bertolak pinggang laksana seorang peragawati sedang bergaya di atas cat walk. Sambil bertanya, “Apakah aku memenuhi syarat untuk membangkitkan hasrat Big Boss yang muda. yang tampan rupawan dan bertitit panjang ?”

Kulepaskan kimono dan celana dalamku. Lalu mendekap pinggang Bu Handayani dari belakang, “Kalau tidak memenuhi syarat, masa kuajak ke sini, “ ucapku sambil menurunkan tanganku dari perut ke memek direktur hotelku. Untuk menggerayanginya senakal mungkin.

“Big Boss ... ooooh ... aku paling tidak kuat menahan nafsu kalau memekku sudah dicolok - colok gini ... “

“Manggil Big Boss lagi. Bu Han bandel ih. Kan udah kubilang kalau sedang berduaan begini panggilannya juga jangan formal, “ protesku.

“Iya Dek Yosef ... maaf ... aku sudah terbiasa mengfhormati Dek Yos. Sekarang aku sudah gak tahan Deeek ... masukin aja langsung gak usah main jilat - jilatan ... “ ucap Bu Handayani sambil merebahkan diri di atas bed, “Masukin aja yang panjangnya aduhai itu Deeek ... “

“Mau langsung dimasukkan tanpa foreplay dulu Bu ?” tanyaku sambil merayap ke atas perut Bu Handayani.

“Iya Dek, “ sahutnya, “Aku sudah membayangkannya sejak diterima bekerja oleh Dek Yosef. Makanya saat itu aku mencium pipi Dek Yosef, untuk memancing. Tapi Dek Yosef tidak mengembangkannya sama sekali. Sekranglah saat yang kuimpikan itu akan menjadi kenyataan. Masukin penisnya Dek. Setubuhilah aku sekehendak hati Dek Yosef ... aku sudah benar - benar horny ... “

Ketika kuselidik mulut memek Bu Handayani dengan jari tengahku, ternyata memang sudah basah mulut memek wanita setengah baya yang cantik sekaligus cantik ini.

Maka aku tak ragu lagi untuk mencolek - colekkan moncong kontolku ke mulut memek Bu Handayani yang sudah ternganga kemerahan itu. Dan setelah menemukan arah yang tepat, kudorong kontolku sekuat mungkin. Berhasil, membenam ke dalam liang memek wanita setengah baya yang cantik dan berperawakan bohai itu. Kontolku melesak terus sampai mentok di dasar liang memek Bu Handayani.

“Duuuuuuh ... sampai mentok gini saking panjangnyaaaa ... “ Bu Handayani spontan merangkul leherku ke dalam pelukan hangatnya. Dan ketika aku mulai mengayun kontolku pelan - pelan, Bu Handayani mencium dan melumat bibirku dengan lahapnya. Sementara aku mulai asyik meremas toket gedenya pada saat entotanku mulai agak cepat ... makin cepat dan sampai pada batas kecepatan normal.

Seperti yang sudah kuduga, Bu Han ini atraktif sekali. Begitu kontolku diayun, bokong gedenya mulai bergeol - geol lincah sekali. Membuat kontolku diombang - ambingkan dalam gesekan dan pilinan liang memek Bu Han yang ... aduhai ... nikmat sekali rasanya.

Inilah yang membuatku tetap jadi penggemar wanita setengah baya dan setengah tua. Selalu mengesankan sesudahnya. Karena wanita setengah baya selalu ingin saling memuaskan. Bukan cuma seperti boneka atau pohon pisang yang abis ditebang.

Terlebih lagi Bu Han ini yang menurut pengakuannya sendiri, sudah lama mendambakan diriku. Maka begitu sempat merasakan entotan kontolku, dia jadi tampil all out.

Aku pun berusaha untuk tampil all out. Aku bukan sekadar mengayun kontolku yang gampang ngaceng tapi sulit ngecrot ini. Tapi juga menyerudukkan mulutku ke leher Bu Handayani. Kujilati dan kugigit - gigit leher direkturku itu, sementara tanganku tiada hentinya meremas - remas toket gedenya yang masih terasa syur buat diremas.

Hal ini membuat Bu Handayani semakin gila- gilaan menggeolkan pantat gedenya.

Desahan dan rintihan histerisnya pun semakin berkumandang di dalam kamar utama villaku ini.

“Hhhhhhhaaaaaahhhhhhhh ... hhhhhaaaaaaahhhhhh ... Deeeek ... hhhaaaaaaaaahhhh ... aku belum pernah merasakan yang .... yang senikmat ini Deeeek ... ini luar biasa enaaaaaknyaaaaa ... Deeeek Yooooosssssss ... ooooooooo .... oooooohhhhhhhhhhhhh ... gak nyangka punya Dek Yos sepanjang dan sekeras iniiiiii ... aaaaaaaaaaaaaahhhhh ... ba ... bagaimana kalau aku ketagihan nanti Deeeek ? “

Di antara dengus nafasku yang tak beraturan, aku menyahut, “Bu Han tau gak kalau ruang kerjaku ada bedroomnya ? uuuuughhhh ... kita bisa ngewe di sana ... uuuughhhh ... ”

“Belum ... belum tau .... aaaaaaaaaaahhhhh .... nanti di kantor juga bisa beginian ?”

“Sangat bisa ... uuuughhhh ... tapi harus bergiliran ... dengan istriku ... karena istriku juga harus kugaulin ... uuuughhhhh .... “

“Iyaaaa ... dikasih seminggu sekali juga mau ... karena istri Dek Yosef sendiri ada empat orang kan ... ooooohhhh ... Deeeek .... uuuuuuh ... Deeeek Yoooosssss ... ini ... ini rasanya udah ... mau ... mau orgaaaaaaaa ... ko ... kontol Dek Yos terlalu enaaaaak ... nonjok - nonjok dasar liang memekku teruuuussss ... aaaaaaaaaa ... “

Bu Handayani ternganga dengan tubuh mengejang tegang ... lalu liang memeknya terasa bergerak - gerak seperti spiral ... seolah ingin memuntahkan kontolku. Maka kuhentikan dulu entotanku, untuk merasakan nikmatnya gerakan reflex liang memek Bu Han yang sedang orgasme.

Setelah gerakan erotis liang memek Bu Han reda, barulah aku mengayun kontolku kembali. Tapi Bu Han menekan pantatku sambil berkata, “Sebentar Dek ... masih ngilu ... istirahat dulu semenit aja ... “

Maka sekalian saja kucabut kontolku dari memek Bu Han. Lalu aku bangkit sambil berkata, “Sebentar ya ... aku mau pipis dulu ... “

“Iya, “ sahut Bu Han lirih, nyaris tak terdengar.

Aku pun bergegas menuju kamar mandi dan kencing di situ. Sekalian membilas kontolku dengan air hangat shower, karena berlepotan lendir Bu Han.

Ketika aku kembali ke bedroom, kulihat Bu Han sudah tengkurap sambil menunggingkan bokong semoknya.

“Mau dilanjutkan ke posisi doggy ? “ tanyaku sambil menepuk - nepuk pantat Bu Han.

“Iya ... “ sahutnya.

Dalam keadaan menungging begitu, memek Bu Han yang tembem itu tampil full. Sehingga aku tak kesulitan membenamkan kembali kontolku sambil berlutut di depan pantat gede direktur hotelku.

Liang memek Bu Han masih becek akibat orgasmenyanya tadi. Tapi aku menyukai memek becek sehabis orgasme begini. Maka sambil mengemplangi bokong gede Bu Han, aku pun mulai mengentotnya.

“Iya Dek Yos ... enak sambil dikemplangi gitu pantatnya ... lebih kuat juga ngemplanginnya gak apa - apa, “ kata Bu Han yang semakin menunggingkan bokongnya. Sehingga kontolku agak menekuk ke bawah, tidak mendatar gerakannya.

Memang banyak wanita yang senang dikemplangi pantatnya pada saat bersetubuh dalam posisi doggy ini.

Aku pun sudah berpengalaman dalam kemplang mengemplang pantat ini. sudah berpengalaman bahwa kalau terlalu keras mengemplangi pantat pasangan seksualku, akan membuat telapak tanganku panas. Maka ketika aku sedang mengentot Bu Han sambil mengemplangi pantat gedenya ini, aku tak mau menampar terlalu keras. Yang penting bisa menampar - nampar pantat gede ini sambil menikmati enaknya gesekan kontolku dengan liang memek becek Bu Han.

Bahkan pada suatu saat, ketika telapak tanganku belum panas, aku merayapkan tanganku ke bawah. Mencari - cari kelentit Bu Han. Dan setelah menemukannya, kuelus - elus kelentit itu dengan ujung jari tangan kiriku. Sementara tangan kananku terjulur ke arah toket gedenya untuk meremasnya sepuasku.

Karuan saja Bu Handayani makin merintih - rintih. “Deeeek ... duduuuuuhhhh ... enak sekali Deeeek ... elusin itilku terus Deeeek ... itilkuuuuuu ... iyaaaa ... elus terus itilku Dek Yooooosssssssss ... aaaaaaaaaahhhhh ... aaaaaaaaaaa .... aaaaaaaaahhhh ... ini luar biasa nikmatnya Dek Yooooosssss .... aaaaaaaa .... aaaaaaah .... itilnya elusin terus Deeeek ... nikmaaaaaaaaaat .... itilnyaaaaaa ... itiiiiiil elusiiiiiin teruuuuuuuusssss ... oooooooooooohhhh nikmatnyaaaaaaaaa ... aaaaaaah .... iyaaaaaa ... iyaaaaa .... “

Namun saking intensifnya aku mengelus - elus itil Bu Han dengan ujung jariku, tak lama kemudian Bu Han klepek - klepek lagi. Mengejang tegang lagi. Dan orgasme lagi ... !

Akhirnya Bu Han menelentang lagi. Kontolku pun sudah terlepas dari liang memek beceknya.

“Belum ejakulasi juga Dek ?” tanya Bu Han sambil mengusap - usap memek tembemnya yang bersih dari bulu.

“Belum, “ sahutku sambil merayap ke atas perut Bu Han, sambil meletakkan moncong kontolku di mulut memek Bu Han.

Badanku sudah bersimbah keringat. Begitu pula Bu Handayani. Tapi aku tak peduli dengan keringat. Karena kontolku sudah dibenamkan lagi ke dalam liang memek Bu Handayani.

Lalu kuhempaskan dadaku ke atas sepasang toket gede Bu Handayani.

Wanita setengah baya itu menyambutku dengan pelukan hangat. Sambil mencium dan melumat bibirku pula. Sementara kontolku mulai bergerak maju mundur dan maju mundur terus di dalam liang memek Bu Han yang makin becek ini.

Sebenarnya aku masih kuat untuk menahan durasi entotanku. Tapi karena keringatku sudah sangat membanjir ini, aku akan berusaha untuk ngecrot dalam posisi missionary ini.

Liang memek Bu Han memang sudah becek sekali. Sehingga aku bisa mengentotnya dalam kecepatan tinggi. Seperti gerakan hardcore di film - film bokep.

Tentu aku tak sekadar menggenjot kontolku. Mulutku pun mulai menjilati dan menggigit - gigit leher Bu Han yang sudah basah oleh keringat. Tangan kiriku pun meremas - remas toket kanannya dengan cukup kuat. Tapi tiada complain dari Bu Han, meski toketnya kuremas kuat - kuat begini. Bahkan Bu Han mulai merintih - rintih histeris lagi. “Dek Yoooossss .... aaaaaaah ... Deeeeek ... aku belum pernah disetubuhi yang senikmat ini ... gak nyangka Dek Yosef luar biasa perkasanya. Ooooohhhh ... Deeeek .... ooooo .... oooooohhhhh .... Deeek ... ooooooo .... ooooooh ... kalau begini sih .... aku ... aku bisa orgasme lagi Deeeek .... ka ... kalau bisa nan ... nanti barengin lepasinnya yaaaa ... kalau bisa ... oooooh ... Deeek ... ini nikmat sekali .... nikmaaaaat ... “

Bu Handayani tak cuma merintih. Sejak aku mulai mengentotnya lagi, pantat gedenya pun bergeol - geol terus dengan lincahnya. Liang memeknya pun tidak terlalu becek lagi. Sehingga gesekan dinding liang memeknya dengan badan kontolku terasa benar nikmatnya.

Cukup lama aku mengentot Bu Handayani dalam posisi missionary ini. Mulutku pun berpindah - pindah sasaran. Kadang menjilati lehernya disertai gigitan - gigitan kecil, kadang menjilati dan menyedot - nyedot pentil toket gedenya, bahkan pada suatu saat kujilati pula ketiak Bu Handayani yang harum deodoran mahal ... disertai dengan sedotan - sedotan kuat. Sehingga Bu Han semakin klepek - klepek. Bahkan kelihatannya seperti mau orgasme lagi.

Pada saat inilah aku semakin menggencarkan entotanku. Karena aku ingin ngecrot berbarengan dengan orgasme Bu Han.

Aku berhasil menciptakan detik - detik terindah dalam setiap persetubuhan. Bahwa aku dan Bu Han saling cengkram dan saling remas dengan kuatnya. Ketika liang memek Bu Han bergerak - gerak reflex, kontolku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku.

Crrrrrooooooooooooooooottttt ... crettt ... crooooooooooootttt ... crooooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooootttttttt ... cretttt ... croooooooooooooooooooooottttttt ... !

Kami sama - sama terkulai lemas sambil saling peluk, dengan tubuh benar - benar basah oleh keringat.

Ketika kucabut kontolku dari liang memek Bu Handayani, kulihat air maniku sampai membludak ke luar memek wanita setengah baya itu. Maklum sudah seminggu aku tidak menyetubuhi perempuan mana pun.

Lalu aku turun dari bed sambil berkata, “Kita harus mandi nih Bu. Keringat kita banyak sekali. “

“Iya ... sambil saling menyabuni ya Dek, “ kata Bu Handayani sambil turun dari bed.

“Oke, “ aku mengangguk.

Lalu kami melangkah ke pintu kamar mandi. Dan mandi sebersih mungkin.

Namun Bu Handayani ternyata seperti itu. Dia itu cepaty orgasme, tapi doyan ewean.

Itu terbukti ketika berada di dalam kamar mandi, dia mengoral kontolku dengan lahapnya. Sehingga kontolku ngaceng lagi.

Dan Bu Handayani mengajakku ewean sambil berdiri di dalam kamar mandi .... !
 
Bimabet
Episode 2



Part 04





K
antor general manager dan para manager ada di belakang hotel baruku. Kantor itu hanya 1 lantai, tapi ukurannya memanjang hampir sama panjangnya dengan panjang hotel.

Hotel baruku ini menghadap ke utara. Kantornya pun menghadap ke punggung hotel. Di ujung barat kantor dijadikan klinik untuk karyawan dan karyawati hotel, juga untuk menolong jika terjadi accident baik yang terjadi pada karyawan-karyawati mau pun pada tamu hotel.

Di ujung timur kantor berderet kantorku sebagai komisaris utama, kantor direktur yang sudah dipegang oleh Bu Handayani, wakilnya istriku sendiri (Anggraeni), GM dijabat oleh Antoinette. Sementara kakaknya Anggraeni (Mayang) kuangkat sebagai manager food and beverage.

Lalu kenapa aku mengangkat Bu Handayani sebagai direktur ? (aku tak mau menggunakan istilah direktur utama, cukup direktur saja).

Bu Handayani itu berjasa membuatku punya ijazah SMA persamaan, dengan hanya harus belajar selama beberapa bulan saja. Dan berkat ijazah SMA persamaan itu aku bisa kuliah di fakultas ekonomi di sebuah universitas swasta yang cukup disegani di kotaku.

Bu Handayani itu seorang dosen di fakultas ekonomi pula, dengan titel berderet saking banyaknya. Karena itu ketika kutawari menjadi direktur hotel baruku, Bu Handayani langsung menyatakan setuju. Apalagi setelah mendengar jumlah gaji dan tunjangan yang jumlahnya jauh lebih besar daripada gajinya sebagai dosen.

Bu Handayani pun mendapat rumah dan mobil inventaris dari perusahaanku. Kira - kira senilai dengan rumah dan mobil inventaris yang sudah kuberikan kepada Antoinette. Tapi rumah inventaris Bu Handayani berada di kompleks perumahan yang berbeda dengan kompleks perumahan Antoinette.

Aku masih ingat benar, bahwa ketika Bu Handayani kuterima sebagai direktur hotel baruku, Bu Handayani sampai memeluk dan menciumi sepasang pipiku sambil mengucapkan terima kasih berkali - kali.

Saat itu aku sedang punya hutang budi pula padanya. Karena berkat bantuannya aku jadi punya ijazah SMA persamaan. Berkat bantuannya pula aku bisa kuliah di kampusnya. Maka wajar saja kalau aku menawarkan jabatan direktur di hotel baruku. Dan ternyata dia masih kurang percaya pada penawaran dariku.

Namun setelah kuajak melihat hotel baruku, barulah dia menyadari bahwa aku tidak berbohong. Bahwa aku bukan orang yang membutuhkan ijazah untuk mencari kerja. Aku hanya membutuhkan ijazah itu sebagai jembatan untuk kuliah di perguruan tinggi. Setelah jadi sarjana pun aku takkan menjadikan ijazahku untuk mencari kerja.

Lalu bagaimana dengan Bu Handayani yang biasa kupanggil Bu Han itu ? Apakah aku punya rasa penasaran juga seperti penasaranku pada wanita - wanita setengah baya lainnya ?

Aku tidak memikirkan yang bukan - bukan mengenai Bu Handayani. Aku hanya ingin ia memimpin hotelku secara profesional. Dengan istilah managemen modern, Bu Han itu kuanggap sebagai aset perusahaan. Aku harus menganggapnya sebagai mesin yang harus dirawat seperti merawat mobil supaya jalannya lancar terus.

Karena itu sikapku kepada Bu Handayani selalu formal tapi ramah, sebagai seorang komisaris utama kepada direkturnya.

Sangat berbeda sikapku kepada Antoinette yang sudah berkali - kali menghabiskan weekend di villaku. Tentu dengan acara yang tiada hubungannya dengan hotelku.

Yang menyenangkan pada wanita muda berdarah asli Prancis itu, adalah sikapnya yang selalu profesional pada saat sedang mengendalikan hotelku. Sehingga dalam tempo singkat hotelku mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Antoinette memang sering kugauli. Tapi dia tak pernah berusaha untuk kucintai. Karena ia juga tahu bahwa istriku sudah 4 orang. Dia hanya membutuhkan seks sebagai suatu kebutuhan biologis semata. Bahkan dia menganggap seks sebagai doping. Sebagai pemacu semangatnya dalam bekerja.

Mengenai jabatan manager operasional yang masih kosong, Antoinette memohon agar aku jangan mengisinya dulu, sambil menunggu temannya pulang ke Prancis dulu, untuk urusan keluarganya.

Sampai pada suatu hari, Antoinette membawa seorang cewek berkulit hitam, yang dikenalkan padaku sebagai calon manager operasional itu,

Cewek berkulit hitam tapi manis itu mengenalkan namanya sebagai Fayola. Dan benar seperti kata Antoinete sebelumnya, Fayola itu sudah lancar bahasa Indonesianya. Karena sudah lama tinggal dan bekerja di Indonesia.

Kata Antoinette, “Fayola ini lebih muda dariku Big Boss. Tapi aku belum pernah menikah, sedangkan Fayola sudah divorced dengan mantan suaminya. “

Aku cuma mengangguk - angguk sambil tersenyum. Lalu kataku, “Supaya lebih mudah, aku akan memanggilmu Olla saja. Oke ?”

“Iya Big Boss. Di Prancis juga aku suka dipanggil Olla sama teman - temanku, “ sahut Fayola sambil tersenyum manis.

Lalu Antoinette bertanya, “Jadi ... apakah Big Boss menerima Fayola sebagai manager operasional ?”

“Yap, “ aku mengangguk lalu menjabat tangan Fayola, “Selamat datang manager operasional. Semoga kamu bisa bekerja sebaik mungkin. “

“Terima kasih Big Boss, “ ucap Fayola, “Aku akan bekerja all out di hotel ini. “

Kemudian Antoinette berkata kepada Fayola dalam bahasa Prancis. Aku tidak begitu menguasai bahasa Prancis. Tapi aku mengerti juga bahwa Antoinette menyuruh Fayola untuk menuju ruang kerjanya sebagai manager operasional.

Setelah mengangguk sopan padaku, Fayola pun meninggalkan ruang kerjaku.

Tinggal aku dan Antoinette yang masih berada di ruang kerjaku. “Kalau Fayola tinggal di rumah dinasku, boleh ?” tanya Antoinette.

“Boleh. Kan yang dapat jatah rumah cuma direktur dan general manager. Lagian kalau ada Fayola, mungkin kamu tidak merasa kesepian. “

“Betul Big Boss. Mmmm ... besok kan sudah masuk weekend. Apakah Big Boss mau mengajakku ke villa ?” tanya Antoinette.

“Kenapa kamu tanya masalah itu ?” aku balik bertanya.

“Kalau Big Boss tidak berkeberatan, seandainya besok mau ngajak aku ke villa, aku mau ngajak Fayola juga. Dia sudah bilang bersedia kalau diajak istirahat di villa. “

“Hahahahaaa ... mau melaksanakan black and white seperti yang pernah kita bicarakan ?” tanyaku.

“Kalau Big Boss mau, pasti bisa. Kan nanti jadi seru suasananya. “

“Besok sih aku gak bisa, ada urusan keluarga, “ kataku, “lagian sebaiknya Fayola bekerja dulu sampai merasa kerasan di sini. Dia kan baru mulai bekerja hari ini, masa besok mau langsung dieksekusi ? Kalau weekend minggu depan sih mungkin bisa. “

“Oke Big Boss, “ Antoinette mengangguk, “Aku mengerti. Fayola jangan dibikin kaget, baru datang diajak gabung sama kita. “

Lalu Antoinette mencium bibirku sebelum meninggalkan ruang kerjaku.

Sesaat kemudian Bu Handayani yang memasuki ruang kerjaku (tentu setelah meminta izin dulu dariku). Wanita 38 tahunan dengan perawakan bohai itu memang selalu seksi di mataku. Tapi selama ini aku ingin melihat prestasinya dulu, sehingga aku senantiasa bersikap formal jika berhadapan dengannya.

“Selamat pagi Big Boss, “ ucap Bu Handayani dengan sikap sopan dan formal.

“Pagi, “ sahutku sambil mempersilakannya duduk di kursi yang selalu ada di depan meja kerjaku.

Bu Handayani hanya mau melaporkan masalah perkembangan bisnis hotel yang positif terus. Dengan kata lain, kamar - kamar yang tersedia nyaris selalu habis dibooking tamu - tamu. Di hari - hari kerja pun kamar - kamar yang dibooking tak pernah kurang dari 80%. Ini trend yang positif untuk sebuah hotel.

Aku cuma mengangguk - angguk senang mendengar laporan itu. Bu Handayani pun berkata bahwa food market (pujasera) yang ada di depan hotel, sangat mendukung. Karena banyak orang yang makan di food market lalu cek in di hotel. Mungkin mereka tidak berniat menginap di hotel tadinya, lalu tertarik untuk cek in setelah makan di food market. Atau mungkin juga ada yang janjian untuk ketemuan di food market, lalu melakukan “short time” di hotelku. Masalah seperti itu tak pernah kupikirkan. Yang harus kupikirkan, bagaimana cara melayani tamu - tamu hotel supaya ketagihan untuk cek in di hotelku.

“Terus mengenai Anggraeni bagaimana perkembangannya Bu ?” tanyaku setelah Bu Handayani selesai dengan laporannya.

“Istri Big Boss itu sangat cerdas. Setiap ilmu baru dilahapnya dengan cepat. “

“Syukurlah, “ ucapku, “Gembleng dia sesering mungkin Bu. Karena nanti Bu Han akan kupindahkan ke sebuah hotel yang jauh lebih besar daripada hotel ini. Mungkin tiga bulan lagi juga pembangunannya sudah selesai. “

“Ohya ?! Hotel four star seperti di sini Big Boss ?”

“Five star Bu. Kamarnya pun lebih dari seribu. Ini foto - fotonya, “ sahutku sambil memperlihatkan hotel yang hampir selesai dibangun itu lewat layar laptopku.

Sebenarnya hotel itu punya Manti, istri pertamaku tercinta. Ketika hotel itu dibangun hampir 90%, disita oleh bank. Karena pemiliknya kabur ke negaranya (dia bukan orang Indonesia), dengan hutang ke banknya yang jauh lebih besar dari nilai hotel itu, lalu macet di tengah jalan. Lalu Manti membeli hotel yang hampir selesai dibangun itu dari bank. Tentu dengan harga lelang. Karena bagi bank, yang penting ada dana nmasuk, jangan sampai blank sama sekali.

“Waaah ... ini benar - benar besar dan megah hotelnya Big Boss, “ kata Bu Handayani setelah mengamati foto - foto hotel punya istriku itu.

“Iya. Jauh lebih besar dari hotel ini, “ sahutku, “Nanti Bu Han akan kujadikan direktur di hotel itu, sementara jabatan direktur di sini akan kuserahkan kepada Anggraeni. Jadi Bu Han jangan bosan menggemblengnya. “

“Siap Big Boss. “

“Tapi otakku agak jenuh Bu. Kayaknya kita perlu refreshing juga nih, “ kataku sambil memijat - mijat keningku.

“Kita ?! Big Boss mau refreshing denganku ?”

“Iya. Nanti sepulangnya dari kantor, Bu Han langsung menuju villaku aja. Gimana ? ”

“Siap. Dari dulu juga aku sering memancing Big Boss, tapi Big Boss selalu cuek - cuek aja.”

“Hahahaaa ... bukan cuek. Kan segala sesuatu ada waktunya Bu, “ sahutku sambil menulis di secarik kertas. Menulis alamat villaku yang hadiah dari Tante Sharon itu. Lalu menyerahkannya kepada Bu Handayani, “Itu alamat villaku. Langsung aja ke sana, ya Bu. Kita ketemuan di sana aja. “

“Mau nginap di sana ?”

“Ya iyalah. Masa mau main short time ?!”

“Hihiiihiii ... rasanya seperti ngimpi. Gak nyangka Big Boss mau sama aku yang udah tua begini. “

“Sebenarnya sejak masih remaja, aku ini penggemar wanita setengah baya lho Bu. “

“Oh ya ?!”

“Iya. Apalagi wanita setengah baya yang seseksi Bu Han. “

“Siap deh. Setelah jam pulang, aku akan langsung menuju villa Big Boss. “

“Putrinya bisa ditinggalin kan sekali - sekali. “

“Bisa Big Boss. Anakku kan sudah delapanbelas tahun. Sudah dilatih mandiri pula sejak kecil. “

Bu Handayani memang pernah memberitahu, bahwa di rumah dinasnya itu akan membawa anak gadisnya. Aku juga sudah tahu bahwa Bu Handayani hidup menjanda setelah ditinggal mati oleh suaminya 3 tahun yang lalu.

Pada waktu masih menjadi dosen, Bu Handayani tinggal di rumah kontrakan. Tapi sejak menjadi direktur hotelku, dia merasa nyaman tinggal di rumah dinas perusahaan. Karena tak usah memikirkan uang kontrakan lagi.



Sebelum jam bubar kantor, aku sudah duluan melarikan mobilku menuju villaku. Biarlah aku yang menunggu di sana beberapa saat menjelang pertemuanku dengan Bu Handayani yang seksi habis itu.

Sempat juga aku membeli makanan untuk perbekalan selama di villa nanti.

Setibanya di villa, aku menyimpan semua makanan di atas meja makan. Koperku pun kukeluarkan dari bagasi dan kuletakkan di kamar utama. Kamar yang pernah kupakai untuk mengeksekusi beberapa wanita. Termasuk mengambil keperawanan Aisha beberapa hari yang lalu.

Lalu kulepaskan jas dan dasiku. Kulepaskan juga sepaytu dan kaus kakiku, celana panjang dan kemeja tangan panjangku. Kemudian kukenakan kimono putih baru yang selalu tersedia di dalam lemari kecil kamar utama villaku.

Tak lama kemudian, Bu Handayani tiba di dalam mobil inventarisnya. Dan turun dari mobil putih itu, sudah mengenakan gaun span hijau tosca yang ada belahan di kanan kirinya, seolah memamerkan paha gempal putih mulusnya.

Di ambang pintu depan villa kurentangkan kedua tanganku dengan senyum di bibirku. “Selamat datang di villa penghangat masa depan, “ ucapku.

Bu Handayani menghambur ke dalam pelukanku sambil berkata perlahan, “Sudah lama sekali saat seperti ini kudambakan Big Boss ... “

Lalu Bu Handayani mencium bibirku dengan lengketnya. Bukan lagi mencium pipi seperti ketika dia kunyatakan diterima sebagai direktur hotelku.

“Dahulu, sebelum menjadi direktur hotelku, Bu Han biasa memanggilku apa ?” tanyaku.

“Manggil Dek Yosef, “ sahutnya.

“Nah ... kalau di luar hotel, Bu Han harus memanggil seperti itu lagi. Sekarang kita di sini kan gak ada sangkut pautnya dengan masalah hotel dan segala bisnisnya. “

“Iya Dek Yosef yang tampan dan baik hati, “ sahut Bu Handayani sambil memelukku erat - erat.

“Di mana tadi Bu Han ganti pakaian ?”

“Di kantor, sebelum pulang. Bahkan di toilet kantor ada sesuatu yang kulakukan juga. “

“Sesuatu apaan tuh ?”

Bu Handayani menjawabnya dengan bisikan, “Cukur memek sampai bersih dari bulu. Malu kalau dilihat sama Dek Yosef ... tadinya kan brewokan ... “

“Masa ? Coba lihat seperti apa setelah dicukur bersih itu ?” cetusaku sambil menutupkan pintu depan villa dan menuntun Bu Handayani ke dalam kamar utama.

Ucapanku itu dianggap serius oleh Bu Handayani. Begitu berada di dalam kamar utama, dia menyingkapkan gaun spannya sampai di perutnya. Lalu menurunkan celana dalam putihnya sambil berkata, “Tuh ... sudah bersih kan ? Anak muda zaman sekarang kan suka yang bersih dari bulu memek. Hihihiiiii ... “

Aku tercengang menyaksikan memek Bu Handayani yang sedang dipamerkan itu. Bahkan diam - diam kontolku langsung menegang dan mengeras. Maka sekalian saja kusembulkan kontolku dari celah celana dalamku dan kurentangkan kedua sisi kimono putihku sambil berkata, “Tuh ... kontolku juga sudah siap untuk dimasukkan ke dalam memek Bu Handayani ... ! ”

Wanita setengah baya itu terbelalak dan berseru tertahan, “O my God ... ! Panjang sekali .... “

Bu Handayani berjongkok di depan kakiku sambil memegang kontol ngacengku dengan kedua tangannya yang gemetaran. “Gila ... ! Kok bisa sih Dek Yosef punya penis sepanjang ini ? Apakah sengaja dipanjangkan pakai alat yang seperti pompa pengisap dan terbuat dari gelas itu ?” tanyanya.

“Gak pernah diapa - apain Bu, “ sahutku sambil menarik kedua pangkal lengan Bu Handayani agar dia berdiri kembali.

Setelah Bu Handayani berdiri, kubuka kancing - kancing gaun span hijau toscanya yang berderet di bagian depannya. Lalu Bu Handayani sendiri yang menjatuhkan gaunnya ke lantai. Sehingga wanita setengah baya itu tinggal mengenakan beha dan celana dalam yang sudah diturunkan sampai ke dekat lututnya, bekas memamerkan memek plontosnya tadi.

Bu Handayani sendiri yang melepaskan beha dan celana dalamnya. Sehingga tubuh direktur hotelku sudah telanjang bulat di depan mataku kini.

Tanpa malu - malu lagi Bu Handayani bertolak pinggang laksana seorang peragawati sedang bergaya di atas cat walk. Sambil bertanya, “Apakah aku memenuhi syarat untuk membangkitkan hasrat Big Boss yang muda. yang tampan rupawan dan bertitit panjang ?”

Kulepaskan kimono dan celana dalamku. Lalu mendekap pinggang Bu Handayani dari belakang, “Kalau tidak memenuhi syarat, masa kuajak ke sini, “ ucapku sambil menurunkan tanganku dari perut ke memek direktur hotelku. Untuk menggerayanginya senakal mungkin.

“Big Boss ... ooooh ... aku paling tidak kuat menahan nafsu kalau memekku sudah dicolok - colok gini ... “

“Manggil Big Boss lagi. Bu Han bandel ih. Kan udah kubilang kalau sedang berduaan begini panggilannya juga jangan formal, “ protesku.

“Iya Dek Yosef ... maaf ... aku sudah terbiasa mengfhormati Dek Yos. Sekarang aku sudah gak tahan Deeek ... masukin aja langsung gak usah main jilat - jilatan ... “ ucap Bu Handayani sambil merebahkan diri di atas bed, “Masukin aja yang panjangnya aduhai itu Deeek ... “

“Mau langsung dimasukkan tanpa foreplay dulu Bu ?” tanyaku sambil merayap ke atas perut Bu Handayani.

“Iya Dek, “ sahutnya, “Aku sudah membayangkannya sejak diterima bekerja oleh Dek Yosef. Makanya saat itu aku mencium pipi Dek Yosef, untuk memancing. Tapi Dek Yosef tidak mengembangkannya sama sekali. Sekranglah saat yang kuimpikan itu akan menjadi kenyataan. Masukin penisnya Dek. Setubuhilah aku sekehendak hati Dek Yosef ... aku sudah benar - benar horny ... “

Ketika kuselidik mulut memek Bu Handayani dengan jari tengahku, ternyata memang sudah basah mulut memek wanita setengah baya yang cantik sekaligus cantik ini.

Maka aku tak ragu lagi untuk mencolek - colekkan moncong kontolku ke mulut memek Bu Handayani yang sudah ternganga kemerahan itu. Dan setelah menemukan arah yang tepat, kudorong kontolku sekuat mungkin. Berhasil, membenam ke dalam liang memek wanita setengah baya yang cantik dan berperawakan bohai itu. Kontolku melesak terus sampai mentok di dasar liang memek Bu Handayani.

“Duuuuuuh ... sampai mentok gini saking panjangnyaaaa ... “ Bu Handayani spontan merangkul leherku ke dalam pelukan hangatnya. Dan ketika aku mulai mengayun kontolku pelan - pelan, Bu Handayani mencium dan melumat bibirku dengan lahapnya. Sementara aku mulai asyik meremas toket gedenya pada saat entotanku mulai agak cepat ... makin cepat dan sampai pada batas kecepatan normal.

Seperti yang sudah kuduga, Bu Han ini atraktif sekali. Begitu kontolku diayun, bokong gedenya mulai bergeol - geol lincah sekali. Membuat kontolku diombang - ambingkan dalam gesekan dan pilinan liang memek Bu Han yang ... aduhai ... nikmat sekali rasanya.

Inilah yang membuatku tetap jadi penggemar wanita setengah baya dan setengah tua. Selalu mengesankan sesudahnya. Karena wanita setengah baya selalu ingin saling memuaskan. Bukan cuma seperti boneka atau pohon pisang yang abis ditebang.

Terlebih lagi Bu Han ini yang menurut pengakuannya sendiri, sudah lama mendambakan diriku. Maka begitu sempat merasakan entotan kontolku, dia jadi tampil all out.

Aku pun berusaha untuk tampil all out. Aku bukan sekadar mengayun kontolku yang gampang ngaceng tapi sulit ngecrot ini. Tapi juga menyerudukkan mulutku ke leher Bu Handayani. Kujilati dan kugigit - gigit leher direkturku itu, sementara tanganku tiada hentinya meremas - remas toket gedenya yang masih terasa syur buat diremas.

Hal ini membuat Bu Handayani semakin gila- gilaan menggeolkan pantat gedenya.

Desahan dan rintihan histerisnya pun semakin berkumandang di dalam kamar utama villaku ini.

“Hhhhhhhaaaaaahhhhhhhh ... hhhhhaaaaaaahhhhhh ... Deeeek ... hhhaaaaaaaaahhhh ... aku belum pernah merasakan yang .... yang senikmat ini Deeeek ... ini luar biasa enaaaaaknyaaaaa ... Deeeek Yooooosssssss ... ooooooooo .... oooooohhhhhhhhhhhhh ... gak nyangka punya Dek Yos sepanjang dan sekeras iniiiiii ... aaaaaaaaaaaaaahhhhh ... ba ... bagaimana kalau aku ketagihan nanti Deeeek ? “

Di antara dengus nafasku yang tak beraturan, aku menyahut, “Bu Han tau gak kalau ruang kerjaku ada bedroomnya ? uuuuughhhh ... kita bisa ngewe di sana ... uuuughhhh ... ”

“Belum ... belum tau .... aaaaaaaaaaahhhhh .... nanti di kantor juga bisa beginian ?”

“Sangat bisa ... uuuughhhh ... tapi harus bergiliran ... dengan istriku ... karena istriku juga harus kugaulin ... uuuughhhhh .... “

“Iyaaaa ... dikasih seminggu sekali juga mau ... karena istri Dek Yosef sendiri ada empat orang kan ... ooooohhhh ... Deeeek .... uuuuuuh ... Deeeek Yoooosssss ... ini ... ini rasanya udah ... mau ... mau orgaaaaaaaa ... ko ... kontol Dek Yos terlalu enaaaaak ... nonjok - nonjok dasar liang memekku teruuuussss ... aaaaaaaaaa ... “

Bu Handayani ternganga dengan tubuh mengejang tegang ... lalu liang memeknya terasa bergerak - gerak seperti spiral ... seolah ingin memuntahkan kontolku. Maka kuhentikan dulu entotanku, untuk merasakan nikmatnya gerakan reflex liang memek Bu Han yang sedang orgasme.

Setelah gerakan erotis liang memek Bu Han reda, barulah aku mengayun kontolku kembali. Tapi Bu Han menekan pantatku sambil berkata, “Sebentar Dek ... masih ngilu ... istirahat dulu semenit aja ... “

Maka sekalian saja kucabut kontolku dari memek Bu Han. Lalu aku bangkit sambil berkata, “Sebentar ya ... aku mau pipis dulu ... “

“Iya, “ sahut Bu Han lirih, nyaris tak terdengar.

Aku pun bergegas menuju kamar mandi dan kencing di situ. Sekalian membilas kontolku dengan air hangat shower, karena berlepotan lendir Bu Han.

Ketika aku kembali ke bedroom, kulihat Bu Han sudah tengkurap sambil menunggingkan bokong semoknya.

“Mau dilanjutkan ke posisi doggy ? “ tanyaku sambil menepuk - nepuk pantat Bu Han.

“Iya ... “ sahutnya.

Dalam keadaan menungging begitu, memek Bu Han yang tembem itu tampil full. Sehingga aku tak kesulitan membenamkan kembali kontolku sambil berlutut di depan pantat gede direktur hotelku.

Liang memek Bu Han masih becek akibat orgasmenyanya tadi. Tapi aku menyukai memek becek sehabis orgasme begini. Maka sambil mengemplangi bokong gede Bu Han, aku pun mulai mengentotnya.

“Iya Dek Yos ... enak sambil dikemplangi gitu pantatnya ... lebih kuat juga ngemplanginnya gak apa - apa, “ kata Bu Han yang semakin menunggingkan bokongnya. Sehingga kontolku agak menekuk ke bawah, tidak mendatar gerakannya.

Memang banyak wanita yang senang dikemplangi pantatnya pada saat bersetubuh dalam posisi doggy ini.

Aku pun sudah berpengalaman dalam kemplang mengemplang pantat ini. sudah berpengalaman bahwa kalau terlalu keras mengemplangi pantat pasangan seksualku, akan membuat telapak tanganku panas. Maka ketika aku sedang mengentot Bu Han sambil mengemplangi pantat gedenya ini, aku tak mau menampar terlalu keras. Yang penting bisa menampar - nampar pantat gede ini sambil menikmati enaknya gesekan kontolku dengan liang memek becek Bu Han.

Bahkan pada suatu saat, ketika telapak tanganku belum panas, aku merayapkan tanganku ke bawah. Mencari - cari kelentit Bu Han. Dan setelah menemukannya, kuelus - elus kelentit itu dengan ujung jari tangan kiriku. Sementara tangan kananku terjulur ke arah toket gedenya untuk meremasnya sepuasku.

Karuan saja Bu Handayani makin merintih - rintih. “Deeeek ... duduuuuuhhhh ... enak sekali Deeeek ... elusin itilku terus Deeeek ... itilkuuuuuu ... iyaaaa ... elus terus itilku Dek Yooooosssssssss ... aaaaaaaaaahhhhh ... aaaaaaaaaaa .... aaaaaaaaahhhh ... ini luar biasa nikmatnya Dek Yooooosssss .... aaaaaaaa .... aaaaaaah .... itilnya elusin terus Deeeek ... nikmaaaaaaaaaat .... itilnyaaaaaa ... itiiiiiil elusiiiiiin teruuuuuuuusssss ... oooooooooooohhhh nikmatnyaaaaaaaaa ... aaaaaaah .... iyaaaaaa ... iyaaaaa .... “

Namun saking intensifnya aku mengelus - elus itil Bu Han dengan ujung jariku, tak lama kemudian Bu Han klepek - klepek lagi. Mengejang tegang lagi. Dan orgasme lagi ... !

Akhirnya Bu Han menelentang lagi. Kontolku pun sudah terlepas dari liang memek beceknya.

“Belum ejakulasi juga Dek ?” tanya Bu Han sambil mengusap - usap memek tembemnya yang bersih dari bulu.

“Belum, “ sahutku sambil merayap ke atas perut Bu Han, sambil meletakkan moncong kontolku di mulut memek Bu Han.

Badanku sudah bersimbah keringat. Begitu pula Bu Handayani. Tapi aku tak peduli dengan keringat. Karena kontolku sudah dibenamkan lagi ke dalam liang memek Bu Handayani.

Lalu kuhempaskan dadaku ke atas sepasang toket gede Bu Handayani.

Wanita setengah baya itu menyambutku dengan pelukan hangat. Sambil mencium dan melumat bibirku pula. Sementara kontolku mulai bergerak maju mundur dan maju mundur terus di dalam liang memek Bu Han yang makin becek ini.

Sebenarnya aku masih kuat untuk menahan durasi entotanku. Tapi karena keringatku sudah sangat membanjir ini, aku akan berusaha untuk ngecrot dalam posisi missionary ini.

Liang memek Bu Han memang sudah becek sekali. Sehingga aku bisa mengentotnya dalam kecepatan tinggi. Seperti gerakan hardcore di film - film bokep.

Tentu aku tak sekadar menggenjot kontolku. Mulutku pun mulai menjilati dan menggigit - gigit leher Bu Han yang sudah basah oleh keringat. Tangan kiriku pun meremas - remas toket kanannya dengan cukup kuat. Tapi tiada complain dari Bu Han, meski toketnya kuremas kuat - kuat begini. Bahkan Bu Han mulai merintih - rintih histeris lagi. “Dek Yoooossss .... aaaaaaah ... Deeeeek ... aku belum pernah disetubuhi yang senikmat ini ... gak nyangka Dek Yosef luar biasa perkasanya. Ooooohhhh ... Deeeek .... ooooo .... oooooohhhhh .... Deeek ... ooooooo .... ooooooh ... kalau begini sih .... aku ... aku bisa orgasme lagi Deeeek .... ka ... kalau bisa nan ... nanti barengin lepasinnya yaaaa ... kalau bisa ... oooooh ... Deeek ... ini nikmat sekali .... nikmaaaaat ... “

Bu Handayani tak cuma merintih. Sejak aku mulai mengentotnya lagi, pantat gedenya pun bergeol - geol terus dengan lincahnya. Liang memeknya pun tidak terlalu becek lagi. Sehingga gesekan dinding liang memeknya dengan badan kontolku terasa benar nikmatnya.

Cukup lama aku mengentot Bu Handayani dalam posisi missionary ini. Mulutku pun berpindah - pindah sasaran. Kadang menjilati lehernya disertai gigitan - gigitan kecil, kadang menjilati dan menyedot - nyedot pentil toket gedenya, bahkan pada suatu saat kujilati pula ketiak Bu Handayani yang harum deodoran mahal ... disertai dengan sedotan - sedotan kuat. Sehingga Bu Han semakin klepek - klepek. Bahkan kelihatannya seperti mau orgasme lagi.

Pada saat inilah aku semakin menggencarkan entotanku. Karena aku ingin ngecrot berbarengan dengan orgasme Bu Han.

Aku berhasil menciptakan detik - detik terindah dalam setiap persetubuhan. Bahwa aku dan Bu Han saling cengkram dan saling remas dengan kuatnya. Ketika liang memek Bu Han bergerak - gerak reflex, kontolku pun sedang mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku.

Crrrrrooooooooooooooooottttt ... crettt ... crooooooooooootttt ... crooooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooootttttttt ... cretttt ... croooooooooooooooooooooottttttt ... !

Kami sama - sama terkulai lemas sambil saling peluk, dengan tubuh benar - benar basah oleh keringat.

Ketika kucabut kontolku dari liang memek Bu Handayani, kulihat air maniku sampai membludak ke luar memek wanita setengah baya itu. Maklum sudah seminggu aku tidak menyetubuhi perempuan mana pun.

Lalu aku turun dari bed sambil berkata, “Kita harus mandi nih Bu. Keringat kita banyak sekali. “

“Iya ... sambil saling menyabuni ya Dek, “ kata Bu Handayani sambil turun dari bed.

“Oke, “ aku mengangguk.

Lalu kami melangkah ke pintu kamar mandi. Dan mandi sebersih mungkin.

Namun Bu Handayani ternyata seperti itu. Dia itu cepaty orgasme, tapi doyan ewean.

Itu terbukti ketika berada di dalam kamar mandi, dia mengoral kontolku dengan lahapnya. Sehingga kontolku ngaceng lagi.

Dan Bu Handayani mengajakku ewean sambil berdiri di dalam kamar mandi .... !
Makasih apdetnya bro @Otta
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd