Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Episode 2



Part 06











S
ebenarnya aku tidak punya kepentingan apa - apa dengan Bu Handayani. Aku cuma ingin sidak saja ke rumahnya, rumah dinas perusahaanku yang sudah menjadi tempat tinggalnya itu.

Di rumah itu ada pelataran yang ditutupi papin block. Untuk parkir mobil. Karena seingatku garasinya hanya muat 1 mobil saja. Karena itu kuparkir saja sedan deep brownku di pelataran beralaskan papin block itu. Kemudian aku turun dari mobilku. Dan melangkah ke arah pintu depan.

Aku berharap Bu Handayani yang membuka pintu depan, lalu ia memelukku erat - erat di ambang pintu itu. Tapi ternyata yang muncul seorang cewek belia yang ... aduhai cantiknya ... ! Mungkin dialah putri Bu Handayani yang sering diceritakan itu.

“Ibu Handayani ada ?” tanyaku.

“Mmm ... Anda siapa ya ?” cewek cantik itu balik bertanya.

Maka kujulurkan tanganku untuk berjabatan tangan dan mengenalkan diriku, “Aku Yosef ... “

Cewek itu seperti kaget. “Oh ... bossnya Mamah ya ? “

“Iya. Putrinya Bu Handayani kan ?”

“Betul. Eh ... belum ngenalin nama. Aku Monik ... “

“Monik ... cantik namanya, secantik orangnya. Bu Handayaninya ada ?”

“Ada. Lagi mandi. Silakan masuk Boss, “ ajak cewek bernama Monik itu dengan sikap ramah sekali.

Aku pun duduk di sofa ruang tamu. Cewek bernama Monik itu duduk di sofa yang berhadapan denganku. “Mamah kalau mandi suka lama sekali. Mohon sabar menunggu ya Boss. “

“Jangan manggil boss dong sama aku. Kamu kan bukan anak buahku, “ sahutku sambil tersenyum. Kelihatan sekali Monik salah tingkah menghadapiku.

“Jadi musti panggil apa ? Panggil Oom masih terlalu muda. Panggil Bang aja ya. “

“Nah ... boleh deh. Usia Monik delapanbelas kan. Mmm ... dua tahun lebih muda dariku. Jadi pantaslah manggil Bang padaku. “

“Iya ... tapi dari mana Bang Yosef tau kalau umurku delapanbelas tahun ?”

“Tentu dari Bu Handayani lah. Dia sering bicara soal Monik. Tapi baru sekali ini kita ketemuan ya. “

“Iya. Nanti sering - sering main ke sini ya Bang. “

“Boleh. Kalau ada waktu senggang aku mau main ke sini nanti. Mau nyuguhin apa kalau aku bertamu ke sini ?”

“Hihihiiii ... apa ya ? Bang Yosef kan orang tajir melilit. Disuguhin apa juga gak bakal ada yang terasa enak. “

“DIsuguhin senyum Monik juga seneng. Manis sekali sih senyumnya. “

“Aaaah ... masa ?! Senyum Abang juga kelihatan macho ... jadi anu ... “

“Jadi apa ?”

“Jadi gemes ..... hihihiiiiii ... “

Sepintas pun aku sadar bahwa Monik tertarik padaku. Malah kebetulan. Karena dia ... maaak ... sangat - sangat cantik sekali ... !

Tak kuduga Bu Handayani memilikmi putri yang begitu cantiknya. Sehingga menurutku, dijadikan artis juga bisa.

Dan anehnya, cewek itu semakin cantik suka semakin ramah. Sementara yang biasa - biasa saja malah banyak yang jutek.

“Bang ... maaf aku mau lancang. Bisa minta nomor hape Abang ?” pintanya.

Sebagai jawaban, kuberikan secarik kartu namaku. “Itu lengkap alamat dan nomor hapenya, “ kataku.

“Terima kasih Bang, “ kata Monik sambil memasukkan kartu namaku ke saku baju piyama putihnya, “ Nanti aku mau curhat ya Bang ... “

“Boleh, “ aku mengangguk, “mau nembak aku juga boleh. “

“Iiiiih ... Bang Yosef kok pintar nebak sih. Jadi aja kartuku langsung terbuka. “

“Kartu apa yang terbuka ?” tanyaku pura - pura bego.

“Kartu bahwa aku mau nembak Abang ... “ sahutnya tersipu.

“Kalau mau nembak sekarang aja nembaknya. Di hape buat lanjutinnya. “

Monik menodongkan telunjuknya ke arahku, seperti sedang menembakkan pistol, “Aku nembak Abang dorrrrr ... gak apa - apa kan cewek nembak duluan ? “

“Gak apa - apa. Kan emansipasi. “

“Kok Abang gak nembak balik ?”

“Nanti di WA aja ya. “

“Ah ... jangan - jangan Abang mau menolak ... “ Monik cemberut. Tapi masih tetap cantik.

“Biar leluasa ngomongnya. Bukan mau nolak, “ sahutku, “ Tuh ... Bu Handayani seperti udahan mandinya. “

Monik menoleh ke belakang. Lalu mengangguk. “Iya ... Mamah udah selesai mandinya. Aku mau lapor Mamah dulu ya Bang. “

Monik bangkit dari sofanya, lalu melangkah ke dalam.

Beberapa saat kemudian Monik muncul lagi, bersama Bu Handayani di sampingnya.

“Waaaaah ... Big Boss datang mendadak gini ... pasti ada yang urgent ya ? “ sambut Bu Handayani denghan sikap ramah. Aku pun berdiri sebentar, lalu duduk lagi di tempat semula.

“Gak ada yang urgent Bu. Aku hanya ingin nengok aja. Karena sejak Ibu tinggal di sini aku gak pernah menengok sama sekali. Baru sekarang sempatnya, “ ucapku.

“Oh ... syukurlah. Tadinya kupikir ada sesuatu yang gak beres di kantor, “ kata Bu Handayanio sambil menoleh ke arah putrinya, “Eh Monik ... udah kenalan sama Big Boss ? Beliau ini boss mamah lho, “ katanya.

“Udah Mah. Udah kenalan sama Bang Yosef, “ sahut Monik.

“Eeee ... dia ini big boss mamah lho. Masa manggilnya pake bang - bangan ?” kata Bu Handayani bernada complain.

“Bang Yosef sendiri yang gak mau dipanggil boss. Tadi Bang Yosef bilang jangan panggil boss, karena Monik bukan anak buahku, katanya. “

“Ogitu. Syukurlah kalau udah kenalan sih, “ kata Bu Handayani sambil menatapku dengan senyum yang penuh arti bagiku. “Sekali - sekali Big Boss kan bisa nginap di sini. Kan rumah ini kamarnya ada tiga. “

“Terima kasih. Kapan - kapan aja nginap di sini sih. Sekarang aku hanya ingin memastikan apakah tidak ada masalah selama Bu Han tinggal di sini ? “ tanyaku.

“Gak ada Big Boss. Semuanya aman dan nyaman aja. “

Aku mengangguk - angguk sambil tersenyum.

Bu Handayani tidak tahu bahwa aku mengunjungi rumahnya untuk menghilangkan bete belaka. Karena sebelum aku mau meninggalkan kantor, Antoinette datang ke ruang kerjaku untuk melaporkan bahwa dia dan Fayola sama - sama sedang datang bulan, sehingga mereka takkan bisa pergi ke villa di weekend yang sudah tiba ini. Karena hari ini adalah hari Jumat. Berarti harusnya nanti malam bisa menginap di villaku sampai Minggu malam.

Tentu saja aku bete dibuatnya. Karena rencana weekend bersama Antoinette dan Fayola gagal total. Maka untuk menghilangkan perasaan bete inilah aku mengunjungi rumah Bu Handayani. Rumah dinas yang disediakan oleh hotel untuk Bu Handayani selaku direktur.

“Mau dibikinin kopi pahit ?” tanya Bu Handayani sambil bangkit berdiri.

“Boleh, “ aku mengangguk sambil tersenyum. Ternyata dia sudah hafal kesukaanku, kopi pahit dan teh pahit.

Tinggal aku berdua dengan Monik di ruang tamu itu.

“Monik kuliah di mana ?” tanyaku.

Monik menyebutkan sebuah perguruan tinggi seni.

“Jurusan apa ?” tanyaku.

“Design busana, “ jawabnya.

“Sudah semester berapa ?” tanyaku.

“Baru semester pertama, “ sahutnya.

Lalu hening sesaat.

“Bang ... besok pengen ketemuan lagi sama Abang, “ kata Monik perlahan.

“Mau ketemuan di mana ?” tanyaku.

“Terserah Abang mau di mana ketemuannya. “

“Besok kan hari Sabtu. Mamahmu libur. “

“Aku juga libur kuliah. “

“Datang aja ke hotelku. Langsung ke ruang kerjaku. Lebih pagi lebih baik. Karena aku mau tidur di hotel nanti. “

“Iya, “ Monik mengangguk sambil tersenyum manis, “tapi jangan bilang - bilang sama Mamah ya Bang. “

“Iya dong. Kalau dia tau, bisa buruk nanti hubungan kerjaku sama dia. “

“Besok sebelum jam delapan pagi aku sudah merapat ke hotel Abang, “ kata Monik stengah berbisik, sambil berdiri. Lalu melangkah ke belakang. Mungkin mau membantu ibunya yang sedang menyiapkan hidangan untuk menyuguhiku. Karena kudengar suara desir minyak mendidih, pasti berasal dari dapur.



Tidak ada sesuatu yang penting di rumah Bu Handayani. Selain ngobrol masalah hotel dan beberapa aspek yang menyangkut perhotelan. Yang istimewa adalah bahwa sorot wajah Monik yang terus - terusan memperhatikanku dengan sorot kagum.

Kelihatannya Bu Handayani tidak menyadari hal itu. Bahwa putrinya terus - terusan mengirimkan “signal khusus” padaku.

Bahkan berkali - kali Monik membentuk icon cinta lewat kedua tangannya, tanpa disadari oleh ibunya.

Monik duduk agak mundur, sehingga Bu Handayani tidak melihat gerak - gerik putrinya.Bu Handayani nyerocos terus mengenai hotel dan perhotelan. Sementara aku pun bersikap serius mendengarkannya, meski pandanganku berkali - kali melirik ke arah signal rahasia yang dikirimkan oleh cewek yang luar biasa cantiknya itu.

Ketika aku mau pulang, Bu Handayani mengantarkanku ke dekat mobilku. Sementara Monik tidak ikut mengantarkan. Tapi ketika aku sudah menjalankan mobilku di atas jalan aspal, Monic mengirim WA padaku. Isinya : -Aku belum pernah merasakan hal ini. Mungkin ini yang disebut cinta. Pokoknya besok sebelum jam 9 pagi aku akan merapat ke hotel-

Aku cuma menjawab singkat : -Oke, kutunggu-

Setibanya di hotel, kuparkir mobilku di depan pintu menuju kamar pribadiku, tanpa melewati ruang kerja dan ruang tamu owner lagi.

Design ruang kerja, ruang tamu dan kamar pribadi ini memang aku sendiri yang bikin. Sehingga mobilku bisa parkir di depan pintu kamar pribadiku.

Di samping kamar pribadiku, ada kitchen kecil. Di situ hanya ada 1 kulkas, 1 kompor kecil, 1 rice cooker, 1 microwave dan 1 coffee maker. Kitchen ini hanya digunakan pada waktu aku pulang malam dan lapar atau ingin minum kopi atau ingin memanaskan sesuatu secara cepat (pakai microwave).



Setelah mengganti pakaianku dengan baju dan celana piyama putih, aku merebahkan diri di atas bed. Sambil memikirkan Monik yang besok pagi akan datang ke sini.

Jujur, di antara sekian banyak perempuan yang sudah kumiliki, tidak ada yang secantik Monik itu.

Aku bahkan menilai Monik itu terlalu cantik buatku. Tapi justru dia yang duluan nembak.

Kalau dia tidak nembak dulu, aku takkan berani nembak dia. Soalnya, sekali lagi, Monik itu terlalu cantik buatku. Meski selama ini aku selalu sukses mendapatkan perempuan, tapi aku tetap tahu diri. Aku tak berani nembak perempuan yang terlampau cantik seperti Monik itu.

Namun karena Monik sudah nembak duluan, aku pun senang. Tentu saja aku harus merasa senang ditembak oleh cewek sejelita Monik.

Namun apa yang akan kulakukan dengannya kelak ? Bukankah “koleksi”ku sudah full ? Ya ... biar bagaimana aku harus memikirkan what next ? Apa yang akan terjadi selanjutnya ?

Aku seharusnya bersyukur sudah memiliki 4 orang istri yang penurut dan setia padaku. Selain daripada itu, aku merasa senang juga karena Manti jadi kompak dengan Dhea. Sementara Gabby Gabriela kompak dengan Anggraeni. Mungkin semua itu mengingat faktor usia mereka. Bahwa Manti sebaya dengan Dhea, teman lama pula di dalam bisnis mereka. Sementara Gabby tak bertaut banyak usianya dengan usia Anggraeni. Maka wajar juga kalau Anggraeni bisa kompak dengan Gabby yang asli Spanyol dan belum berhasil menjadi WNI meski sudah menikah secara sah denganku.

Sementara itu kedua istri Ayah yang biasa kupanggil Bunda dan Mamie itu, belum hamil - hamil juga. Padahal mereka sudah ingin sekali merasakan hamil dan punya anak. Aku pun selalu menyempatkan diri menggauli mereka. Tapi apa boleh buat, mereka belum ditakdirkan untuk memiliki keturunan.

Begitu pula dengan Mama Lanny, ingin punya anak yang kedua. Namun sampai saat ini, saat aku sedang rebahan di atas bed kamar pribadiku ini, Mama Lanny belum juga hamil. Sementara Zelita sudah kelihatan semakin cantik, dengan mata yang sipit dan bakal jadi amoy kelak, menuruni darah ibunya.

Aku menerawang terus. Termasuk menerawang Aisha yang sudah kutempatkan di pabrik garment baruku, dibantu oleh Umi Saida pula.

Ternyata Aisha sangat cerdas dan berbakat untuk menciptakan busana muslim dan muslimah. Sehingga design - design yang diciptakannya cukup uptodate dan bakal disambut oleh pasar.

Aku juga menerawang Tina dan Tini. Mereka tetap pada keinginan semula, hanya mau menikah kalau usia mereka sudah 25 tahun. Mereka juga siap untuk nikah siri denganku. Tentu setelah kujelaskan sejujurnya, bahwa istriku sudah 4 orang dan tidak bisa menambah lagi.

Bi Mita merestui rencana itu. “Yang penting sah menurut agama, “ katanya.

Memang seandainya Tina dan Tini tidak punya keinginan menikah setelah 25 tahun itu, aku akan menempatkannya sebagai istri pertama dan kedua. Yang lain akan kupikir belakangan. Tapi ternyata takdir berkehendak lain. Bahkan Manti, yang muncul belakangan dalam kehidupanku, dijadikan istri pertama.

Banyak ... banyak sekali yang kupikirkan. Sampai akhirnya aku tertidur pulas.



Keesokan paginya, ketika aku baru selesai mandi dan sedang mengenakan celana pendek putih, interphone berdering. Kuangkat dan terdengar suara bagian security : “Maaf Big Boss. Ini ada tamu yang katanya sudah janjian mau ketemu dengan Big Boss. “

“Cewek kan tamunya ?” tanyaku.

“Siap betul Big Boss. “

“Ya udah antarkan aja dia ke ruang kerjaku, “ kataku.

“Siap Big Boss. “

Setelah gagang interphone diletakkan kembali, buru - buru aku mengenakan baju kaus putih dan menyisir rambut di depan cermin.

Lalu aku keluar dari kamar pribadiku, menuju ruang kerja.

Aku sudah membayangkan Monik datang mengenakan celana jeans yang sudah robek - robek seperti biasa dipakai oleh anak muda zaman now. Mungkin juga atasannya pakai baju jeans yang sudah bolong - bolong di sana - sini.

Tapi ternyata tidak. Monik muncul dalam gaun terusan berwarna orange polos, dengan belahan di kedua sisinya.

“OMG ... dalam pakaian feminine, kamu semakin cantik Mon. Laksana bidadari tak bersayap ... !” sambutku sambil merentangkan kedua lenganku.

Monik menghambur ke dalam pelukanku. Lalu wajah cantiknya kukepit dengan kedua telapak tanganku. Tak salah, inilah cewek tercantik di antara semua perempuan yang sudah kumiliki.

Tak salah juga bahwa tampang cantik dengan tubuh tinggi langsing namun tidak kurus ini, dijadikan artis pun layak. Namun dalam hati kecilku ada perasaan tak rela kalau ia menjadi seorang artis kelak.

Lalu ada perasan gemas di hatiku melihat bibir sensualnya yang agak menganga itu. Tapi aku masih menahan diri, tak mau terburu - buru. Lalu kuajak Monik duduk di ruang tamu owner, yang bernuansa biru. Campuran biru tua dengan biru muda.

Monik duduk di samping kiriku, di atas sofa biru tua, sambil menundukkan kepalanya. Seperti salah tingkah.

“Mungkin ada sesuatu yang ingin diucapkan secara lisan dalam keadaan bebas begini. Katakanlah ... “ ucapku sambil memegang tangan kanannya dengan tangan kiriku dan mengusap - usapnya dengan tangan kananku.

“Aku ... seperti yang sudah kukatakan lewat WA tadi malam ... belum pernah merasakan seperti ini ... mungkin inilah namanya jatuih hati pada pandangan pertama, “ sahut Monik dengan suara agak bergetar.

Sebenarnya aku juga sama. Jatuh hati pada pandangan pertama. Tapi aku tak mau mengatakannya. Aku malah ingin mengorek isi hati Monik lebih jauh. “Lalu ... apa yang Monik inginkan selanjutnya ?” tanyaku.

“Aku ... aku ingin jadi ... jadi pacar Abang ... “ sahutnya sambil melingkarkan lengan kanannya di pinggangku. Lalu membenamkan wajah cantiknya di dadaku.

“Monik tau kalau aku udah punya istri ?” tanyaku.

“Tau, “ sahutnya, “Bahkan istri Abang bukan cuma seorang. Istri Abang empat orang kan ?”

“Kata siapa ?”

“Kata Mamah. Bahkan salah satu istri Abang, orang bule kan ? Itu pertanda bahwa Abang punya daya pesona yang mampu membuat kasmaran perempuan - perempuan mana pun. ”

“Hmm, “ gumamku sambil membelai rambut Monik yang tersisir rapi.

“Tapi Abang tidak menutup pintu hati buatku kan ?”

“Tentu tidak. Masa cewek secantik kamu dilarang masuk pintu hatiku. Tapi ... punya hubungan dengan lelaki yang sudah beristri itu ada resikonya. Pasti pada suatu saat bakal kebablasan. Kamu ngerti kan maksudku ?”

“Ngerti, “ Monik mengangguk, “Kebablasan juga gak apa - apa. Teman - temanku sudah merasakannya semua. Cuma aku yang belum pernah ... “

“Jadi ... kamu masih virgin ?”

“Ya iyalah Bang. Aku cuma pernah pacaran satu kali, pada masa SMA doang. Itu pun bukan hubungan yang serius. Dan sejak saat itu aku jadi males pacaran lagi. Cuma buang - buang waktu dan energi doang. “

“Jadi Monik gak keberatan kalau hubungan kita kebablasan ?”

“Nggak. Kalau Bang Yosef yang melakukannya, aku siap Bang. Asalkan jangan bikin aku hamil aja. Kan aku masih kuliah. “

“Kalau masalah kehamilan bisa dicegah. “

“Terus kalau aku pengen ketemuan lagi dengan Abang, gimana caranya ?”

“Ya datang aja ke sini. “

“Kalau di hari kerja, bisa kepergok sama Mamah. Pasti aku bakal dimarahin. “

“Nggak. Yok ikut aku ... “ kataku sambil berdiri dan meraih pergelangan tangan Monik. Mengajaknya ke pintu menuju kamar pribadiku yang agak tersembunyi karena dibatasi oleh separatis tembok.

“Wow ... ini kamar pribadi Abang ?” seru Monik setelah berada di dalam kamar pribadiku.

“Iya, “ sahutku sambil membuka pintu keluar. Di depan pintu itulah mobilku biasa diparkir. “Jadi nanti masuknya lewat jalan ini. Ibumu tak pernah tahu kalau di jalan yang khusus ini menuju kamar pribadiku. Bahkan dia tidak tahu kalau aku punya kamar pribadi yang menyatu dengan ruang kerjaku. “

“Jadi kalau aku ngumpet seharian di kamar pribadi Abang, gak bakal ketahuan ya sama Mamah. Hihihiiiii .... “

“Jangankan ngumpet di kamar pribadiku, ngumpet di ruang kerjaku juga gak bakal ketahuan. Karena ibumu tak pernah masuk kalau gak dipanggil olehku. Kalau ada sesuatu yang penting dan harus berjumpa denganku, pasti ibumu minta ijin dulu. Takkan berani nyelonong masuk begitu aja. “

Ketika aku menutupkan sekaligus mengunci pintu, Monik memelukku dari belakang. Sambil berkata setengah berbisik dari belakangku,”Aku benar - benar sudah jatuh cinta sama Abang. “

“Terus mau ngapain kita sekarang ?” tanyaku.

“Terserah Abang. Mau ngapain juga aku ikut keinginan Abang aja. “

“Pacaran bagi lelaki yang sudah beristri, beda dengan pacaran anak remaja Mon. “

“Bedanya gimana ?”

“Bisa menuju ke hubungan seks. Monika gak takut ?”

“Nggak. Aku malah udah pengen tau rasanya ML. Teman - teman udah pada tau. Cuma aku sendiri yang belum tau rasanya. “

Aku memutar badanku jadi berhadapan dengan Monik. Lalu tanyaku, “Jadi Monik ingin ML sama aku ? “

“Iya, “ Monik mengangguk sambil tersipu - sipu malu, “Asalkan jangan bikin aku hamil aja. “

Aku melangkah ke lemari obat. Mengeluarkan 3 strip pil kontrasepsi. Menyerahkannya pada Monik sambil berkata, “Ini cukup buat sebulan. Kita ML sehari sepuluh kali juga takkan bisa membuatmu hamil. “

“Iya, iya ... “ Monik mengangguk - angguk, “Temanku juga menyediakan pil semacam ini sebelum wikwik sama pacarnya. “

“Terus kapan kita mau wikwik ?” tanyaku sambil mencolek hidung mancung Monik.

“Sekarang juga boleh, “ sahutnya.

“Serius ?”

“Oh Abang ... aku selalu serius kalau ngomong Bang. “

“Oke. Aku mau ngomong urakan aja ya. Biar jangan ada kata - kata yang kabur pengertiannya, “ kataku sambil memegang kedua tangan Monik, “Nanti kontolku bakal dimasukkan ke dalam memek Monik. Apakah Monik udah siap ?”

“Siap Bang. Hihihihiii ... si Abang sampe blak - blakan gitu ngomongnya. “

“Kan biar jelas, bahwa kamu menginginkannya. Jadi apa yang akan kita lakukan adalah suka sama suka. Tidak ada paksaan, iming - iming dan sebagainya. “

“Iya Bang, iyaaa ... aku rela dan ikhlas pada apa pun yang akan Abang lakukan padaku, Karena aku sudah yakin bahwa Abang bukan orang jahat, bahwa Abang orang baik. “

“Kalau begitu sekarang lepaskan semua pakaianmu, “ kataku sambil membelai lagi rambut Monik yang tersisir rapi.

“Iii ... iyaaa ... tapi aku pengen pipis dulu Bang. Boleh aku ke kamar mandi dulu ?” tanyanya dengan senyum yang benar - benar manis di mataku.

“Pipis deh sana. Apa perlu kutemani dan kucebokin ?” tanyaku bercanda.

“Iiiih ... nemenin sih boleh aja. Tapi jangan nyebokin segala ah. Mamah aja sejak aku gede gak pernah nyebokin. Hihihiiii ... “

“Ya udah pipis dulu sana, “ kataku sambil menahan tawa, “Ohya ... di kamar mandi ada lemari berisi handuk dan kimono baru semua. Ganti aja gaunnya dengan kimono. Biar gaunnya jangan kusut. Gaunnya gantungin di kapstok kamar mandi. Ohya, sandal jepit baru juga banyak di kamar mandi. Pilih dan pakai aja yang sesuai ukurannya dengan kakimu Mon. “

“Iya Bang, “ sahut Monik sambil melangkah ke pintu kamar mandi. Di depan pintu itu dia melepaskan sepatu high heelsnya. Lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Agak lama dia berada di dalam kamar mandi. Sampai akhirnya muncul dalam kimono putih dan bersandal jepit yang biasa disediakan oleh hotelku untuk para tamu.

“Hmmm ... pakai kimono pun kamu tetap cantik Mon, “ pujiku yang terlontar sejujurnya.

Monik malah menyahut lain, “Sebentar lagi aku akan menjadi milik Abang, lahir batin. “

Kusambut ucapan itu dengan pelukan hangat dan ucapan perlahan, “Aku bangga akan memiliki cewek secantik Monik. “

“Aku juga bangga bisa memiliki Bang Yosef ... cowok paling tampan di antara cowok - cowok yang pernah kukenal, “ sahut Monik sambil membiarkan pipinya kuciumi. Bahkan juga bibirnya, kucium dan kulumat dengan mesra.
Makasih apdetnya bro @Otta
 
Updatenya menjanjikan. Bahwa di part berikutnya
bakal ada acara belah duren. Terimakasih suhu @Otta
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd