Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Terimakasih atas update ceritanya @Otta ..
Wah mantul bgt mulustrasinya si Hua,
Napsuin, hehe..
Btw minta tolong, klo ada mulustrasinya semua wanita2 Asep dari pertama kali berpetualang lendir suhu, hehe..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Episode 2

Part 11B





K
etika kontolku dilepaskan dari liang memek Hua, tampak genangan darah yang hampir mengering di kain seprai, persis di bawah memek Hua. Aku sangat menghormati kesucian Hua itu. Di usia 19 tahun masih mampu mempertahankan kesuciannya. Sementara di luar sana, yang baru 13-14 tahun pun banyak yang sudah bolong.

Maka ketika Hua duduk, aku memeluknya dengan mesra. Menciumi pipi dan biubirnya dengan segenap perasaanku. “Kamu memang masih perawan sebelum kusetubuhi tadi. Karena itu kamu akan kujadikan kekasihku, untuk seumur hidupku, “ kataku sambil membelai rambutnya yang agak panjang.

Hua merangkulku. Merapatkan pipinya ke pipiku sambil berkata setengah berbisik, “Aku akan selalu mencintai Abang sampai kapan pun. “

“Tapi Hua kan tau kalau istriku sudah empat orang ?”

“Iya pernah dengar dari Cici Lanny. Tapi aku gak menuntut untuk dijadikan istri Abang. Yang penting Abang tetap menyayangiku sampai kapan pun, “ sahut Hua.

“Tentu aja. Meski pun kamu belum menjadi istriku, kamu akan kuperlakukan seperti istriku. Bahkan aku akan meminta kepada Mama Lanny, agar kamu ikut denganku. “

“Tapi bagaimana dengan Lita Bang ? Siapa yang ngasuh dia nanti ?”

“Mama Lanny pernah bilang, bahwa di SIngkawang masih ada famili yang mau ikut sama Mama Lanny. “

“Oh ... iya ... iya ... namanya Lan Ying. Kalau Lan Ying sudah ke rumah Abang, aku akan ikut ke mana pun Abang mau bawa aku. “

“Ya, rumah yang dihuni oleh Mama Lanny itu pun rumahku. Tapi khusus untuk kamu, aku akan menyediakan rumah lain. Supaya jangan berbaur dengan Mama Lanny yang punya hubungan juga denganku, meski resminya dia itu istri ayahku. Tapi ayahku sudah menyerahkan Mama Lanny untuk kumiliki seratus persen. Tapi agamaku melarang menikahi wanita yang pernah jadi istri ayah. Makanya sampai sekarang aku tak bisa menikahi Mama Lanny. “

“Oh gitu ya. “

“Pokoknya mulai saat ini aku bertanggungjawab penuh pada masa depanmu. “

Hua menciumi tanganku. Lalu memelukku sambil berkata perlahan, “Aku bahagia Bang. Bahagiaaa sekali ... “

“Sekarang Zelita bisa dianggap sarana untuk latihan. Karena nanti kamu akan punya anak juga. Anakku dan anakmu. “

“Siap Bang. Aku siap dihamili sama Abang, “ ucap Hua dengan nada bersemangat.

“Mmm ... kamu datang bulan kira – kira berapa hari lagi ?” tanyaku.

“Mungkin lima hari lagi Bang. “

“Ooo ... berarti masa suburmu sudah lewat. “

“Masa suburku kapan Bang ?”

“Setelah bersih mens, sampai seminggu atau sepuluh hari kemudian. “

“Jadi nanti kalau aku mens, terus setelah bersih aku mulai memasuki masa subur ?”

“Iya, “ sahutku, “Kamu mau hamil kapan ? Mau cepat atau mau setahun dua tahun kemudian ?”

“Duh ... kontolku udah ngaceng lagi Hua. Main lagi yuk, “ kataku yang masih telanjang bulat, seperti juga Hua.

“Aku harus celentang lagi Bang ?”

“Iya. Nanti banyak posisi yang bisa kita lakukan. Sekarang sih posisi seperti tadi aja. “

“Mudah – mudahan Lita jangan bangun dulu sebelum kita selesai ya Bang. “

“Iya ... iya ... kalau dia bangun terpaksa kita hentikan dulu mainnya. “



Persetubuhan yang kedua ini tidak begitu sulit memasukkan kontolku ke dalam liang memek Hua. Karena Hua sudah orgasme dan disemprot oleh air maniku yang cukup banyak. Sehingga liang memeknya sudah agak mekar dan masih basah.

“Aaaaaah ... udah masuk lagi ya Bang ... “ cetus Hua perlahan. Hua tetap mengontrol suaranya, agar jangan membuat Zelita terbangun.

“Iya, “ sahutku sambil mulai mengayun kontolku, bermaju mundur di dalam liang memek yang super sempit ini.

Kali ini aku berusaha untuk melengkapi entotan kontolku dengan jilatan bercampur gigitan – gigitan kecil di leher Hua. Tampaknya Hua sangat menikmati hal yang baru kulakukan sekarang ini padanya. Terlebih setelah tangan kiriku memainkan pentil toket kanannya, terkadang juga meremas toket kencangnya yang masih fresh ini. Sehingga Hua tak sekadar mendesah, melainkan juga merintih meski dengan suara perlahan dan nyaris tak terdengar, “Ooooohhhh ... Baaang ... sekarang ini lebih enak Baaaang ... ooh ... Baaang ... ternyata bersetubuh ini nikmat sekali Bang ... rasanya sampai seperti melayang – layang gini ... oooohhhhhh ... oooooo .... oooooohhhhh ... aku makin cinta sama Abaaang ... cinta yang semakin mendalam Baaaang ... oooooo .... ooooohhhhhhh ... ini indah sekali Baaaaang ... ooooooohhhhhh .... Abangku sayaaaaaang ... aku sudah menjadi milik Abang ... lahir batin aku sudah menjadi milik Abaaang ... ooooohhh ... Abaaaang ... enak sekali ... ini terlalu enak Baaaang .... ooooh ... luar biasa enaknya Baaaang ... semakin melayang – layang rasanya ... Baaaaang ... aku cinta Abang ... cinta yang sudah sangat mendalam ... ooooohhhh ... oooooooo ... oooooohhhhh ... “

“Uuuuughhh ... aku juga sudah sangat menyayangimu Hua ... uuuughhhhh ... sayang sekaliii ... uuuughhh, “ sahutku di antara dengus – dengus nafasku.

Cukup lama aku mengentot Hua. Sehingga tubuhku mulai bersimbah keringat, bercampur aduk dengan keringat hua yang sudah membanjir juga.

Kali ini Hua kubiarkan orgasme , sementara aku belum apa – apa. Tapi pada waktu Hua sedang mengejang tegang, kutancapkan kontolku sedalam mungkin, seolah – olah mau ngecrot. Kemudian detik – detik indah itu kurasakan. Liang memek Hua mengedut – ngedut kencang, disusul oleh membanjirnya lendir di dalam liang memeknya. Kudiamkan kontolku beberapa saat. Lalu kucabut, karena suara Zelita aha – ehe mulai terdengar.

Hua pun kaget melihat Zelita sudah duduk di atas bed. Yang sangat menynangkan dan mengharukan, Zelita memanggilku, “Papaaaaa .... !”

Jelas aku terharu karena Zelita baru bisa menyebut papa dan mama. Belum bisa bicara lain dari itu, kecuali bahasa “minion” yang gak dimengerti olehku.

Hua buru – buru menghampiri Zelita. Lalu memberikan botol susu yang sudah diisi sebelum Zelita tidur tadi.

Begitu baiknya Zelita itu. Setelah dikasih botol susunya, ia celentang lagi sambil menyedot – nyedot susu buatan Hua tadi.

Aku langsung melangkah ke kamar mandi, dengan kontol masih ngaceng, karena memang belum ngecrot tadi.

Lalu aku mandi sebersih mungkin. Dan mengganti pakaianku dengan yang tersedia di lemari kaca kamar mandiku.

“Kamu mandi dulu gih. Biar Lita aku yang nungguin, “ kataku pada Hua, “Pakai gaun yang tadi aja. SOalnya aku akan mengajak ke rumahku. Rumah yang bahkan Mama Lanny aja belum tau dan belum pernah ke sana. “

“Iya, “ Hua mengangguk sambil tersenyum. Membuatku jadi iingin memeluknya lalu mencium bibir sensualnya. Dan itu memang kulakukan. Memeluk Hua dalam keadaan berdiri dan berhadapan, tanpa peduli dengan Zelita yang sedang asyik menyedot susu dari botolnya.

“Aku sangat cinta sama Abang, “ kata Hua setelah ciumanku dilepaskan. Kemudian ia melangkah ke dalam kamar mandi.

Tiba – tiba terdngar suara Zelita di belakangku, “Papaaa ... papaaa ... !”

Aku kaget dan cepat menghampiri Zelita yang sudah duduk sambil memegang botol susunya yang sudah kosong. Ia memberikan botol kosong itu padaku.

“Udah kenyang Sayaaang ?” tanyaku sambil menyambut botol susu kosong itu.

Seperti mengerti, Zelita mengangguk – anggukkan kepalanya.

“Mau dipangku sama papa ?” tanyaku sambil mengulurkan kedua tanganku.

Zelita menggelengkan kepalanya. Lalu asyik memeluk pandanya sambil menciumi pipi boneka itu.

Tak lama kemudian Zelita mau turun dari bed. Cepat aku memegangnya, karena takut jatuh. Tapi ternyata dia sudah bisa turun dari bed. Lalu dia berlari – lari kecil di atas lantai berkarpet. Dan akhirnya duduk di atas karpet sambil memandang ke arahku. Lalu bertepuk tangan tanpa bunyi.

Ketika Hua keluar dari kamar mandi, Zelita masih duduk di atas karpet sambil memeluk boneka pandanya.

“Kita mau keluar Bang ?” tanya Hua.

“Iya. Nanti kita nginap di rumahku, “ sahutku.



Beberapa saat kemudian aku sudah berada di belakang setir mobil deep brownku. Hua dan Zelita duduk di sebelah kiriku.

Tadi aku mau meletakkan Zelita di car baby seat yang baru kubeli tadi. Tapi Zelita tidak mau. Zelita tampak lebih nyaman duduk di atas pangkuan Hua.

Zelita memang tampak lengket pada Hua. Sehingga ada kemungkinan nanti Zelita harus kubawa beserta Hua sekalian. Tapi entahlah, bagaimana keinginan Mama Lanny aja nanti.

Dan sekarang, Hua pun tampak lengket padaku. Itu wajar, karena harta yang paling berharganya sudah kuambil. Dan sebagai seorang laki – laki, aku tak boleh menyia – nyiakan perempuan yang sudah begitu tulusnya mencintaiku.

Dalam perjalanan menuju rumah rahasia itu, kubelokkan mobilku ke pelataran parkir sebuah restoran. Untuk mengajak Hua dan Zelita makan.

Aku dan Hua makan dulu, karena perut kami lapar. Tapi Zelita tak mau makan. Zelita lebih suka berguling – guling di kolam bola yang disediakan oleh restoran itu bagi tempat bermain anak – anak. Masalahnya Zelita belum dibiasakan makan nasi. Karena itu setelah makan, Hua membuat bubur balita dulu di restoran itu. Kemudian Hua menyuapi Zelita di dalam mobil yang sudah meninggalkan restoran itu. Barulah Zelita mau makan sedikit demi sedikit.

Setibanya di rumah yang kurahasiakan itu, seorang satpam menyambutku di pintu gerbang. “Selamat sore Boss, “ ucapnya di sebelah kananku. Yang kusahut dengan, “Sore, “ dengan senyum yang senantiasa kuberikan kepada bawahanku.

Aku memang bukan orang “angker”. Aku selalu membiasakan tersenyum kepada bawahanku. Tak pernah bersikap arogan. Karena menurutku, wibawa itu diciptakan sejak aku lahir ke dunia ini. Bukan dibuat setelah aku menjadi pemimpin mereka. Mungkin karena itu pula aku disegani oleh bawahanku. Bukan ditakuti.

“Nah ... kalau kamu sudah benar – benar kusimpan nanti, di sinilah tempat tinggalmu, “ ucapku setelah berada di dalam rumah rahasiaku. “Rumah ini belum diketahui oleh istri – istriku. Mama Lanny pun belum pernah kuajak ke sini. Sekarang kamulah satu – satunya wanita yang kuajak ke sini. Termasuk Zelita juga. “

“Tapi nanti aku pasti sering ditinggalkan. Karena istri ABang kan banyhak, “ sahut Hua.

“Terus kenapa ? Takut ditinggal sendirian di sini ? “ tanyaku sambil mengusap -p usap rambut Hua. “Kan rumah ini selalu dijaga oleh beberapa orang satpam. “

“Bukan takut ... cuma mungkin bakal kesepian aja ... tapi ... demi cintaku pada Abang, aku siap juga tinggal sendirian di rumah sebesar dan semegah ini. “

Ucapan Hua itu melegakan hatiku. Tapi aku lalu punya ide. “Ibumu di Kalimantan tinggal sendirian juga kan ? “ tanyaku.

“Iya. Aku kan anak tunggalnya. Sedangkan Papa sudah lama meninggal, “ jawabnya.

“Apa kegiatan sehari – hari ibumu ?” tanyaku.

“Mamah dagang sayuran di pasar, “ sahut Hua.

“Kalau begitu, suruh aja ibumu pindah ke sini. Supaya kamu ada teman kalau aku tidak sedang di sini. “

“Bang ... serius Bang ?” Hua menatapku dengan sorot semakin jinak.

“Serius. Nanti aku akan mentransfer duit ke rekening tabungan ibumu. Dia punya rekening tabungan kan ?”

“Punya. “

“Ya udah. Aku akan mentransfer duit ke rekening tabungan mamahmu, untuk membeli tiket pesawat. Nanti kita jemput di bandara. “

“Oh ... sebenarnya aku sudah lama punya cita – cita untuk mengajak Mamah pindah ke sini. Tapi aku masih bingung, bagaimana caranya ? Karena di rumah Cici Lanny kan sudah ada pembantu tiga orang. “

“Hush ... kasian dong mamahmu. Masa mau dijadikan pembantu di rumah Mama Lanny. Mana nomer rekening mamahmu ?”

Hua mengeluarkan hapenya. Lalu menunjukkan nomor rekening mamahnya yang tersimpan di hapenya.

Aku menyalin nomor rekening itu ke hapeku. Dan langsung mentransfer sejumlah uang ke mamahnya Hua lewat hapeku. Setelah transfer terkirim, kuperlihatkan bukti sudah terkirimnya uang ke nomor mamahnya Hua. Lalu kuperlihatkan hapeku kepada Hua sambil berkata, “Nih lihat, sudah kutransfer duit ke mamahmu. “

Hua memperhatikan layar hapeku. Lalu berseru kaget, “Duh Bang ... banyak banget transfernya. Tiket ke Jakarta kan gak sampai sejuta. Itru ... banyak ... banyak sekali. “

“Kelebihan kan gak apa – apa. Asal jangan kekurangan. Lagian biar mamahmu terangsang untuk datang ke sini. Tapi untuk sementara rahasiakan aja masalah ini pada Mama Lanny. Biar jadi kejutan, nanti tau – tau mamahmu sudah ada di sini aja. “

“Iiii ... iya Bang, “ sahutnya mengambang, “ Tapi aku mungkin baru bisa pindah ke sini setelah ada penggantiku sebagai pengasuh Zelita. “

“Semua bisa diatur. Mama Lanny kan selalu menurut padaku. Apa pun yang kukatakan, pasti dia setuju, “ kataku. “Sekarang hubungi mamahmu dulu gih. Katakan aja apa adanya. Dan minta mamahmu segera terbang ke Jawa. Kalau kamu masih sibuk mengurusi Zelita, biar aku sendiri yang jemput mamahmu ke bandara nanti. Asal dikirim aja foto mamahmu ke hapeku. “

“Hihihiii ... nomer hape Abang aja aku kan belum tau. “

“Nih nomer hapeku, “ sahutku sambil memberi secarik kartu namaku padanya, “di situ ada nomer hapeku. “

Hua menyalin nomor hapeku dari kartu nama ke hapenya. Lalu ia mengirimkan foto – foto mamahnya ke hapeku.

“Haaa ?! Ini benar – benar foto mamahmu ?” tanyaku setelah memperhatikan foto – foto yang sudah masuk ke hapeku.

“Iya. Itu memang foto mamahku. Emangnya kenapa Bang ?”

“Kok kelihatannya mamahmu masih muda gini. “

“Mamah memang awet muda sih. Padahal usianya udah empatpuluh tahun. Dia kan melahirkanku di usia duapuluhsatu. “

Aku cuma mengangguk – angguk sambil melirik ke arah Zelita yang sedang duduk di sofa sambil memeluk boneka pandanya. Dengan sikap ceria. Membuatku semakin sayang pada anakku yang selalu enjoy dibawa ke mana pun. Tak pernah rewel. Tak pernah terdengar suara tangis berkepanjangan, paling juga hanya merengek.



Ketika malam tiba, pada saat Zelita sudah nyenyak tidur, aku sudah menelanjangi Hua lagi. Dan memasukkan kontol ngacengku ke liang memeknya yang super sempit itu.

Hua tampak semakin enjoy menikmati entotan kontolku. Mungkin juga semakin sadar, bahwa bersamaku ... masa depannya terjamin.

Zelita tertidur di atas bed lebar yang sedang kupakai mengentot Hua. Sehingga kami tidak cemas kalau Zelita terbangun dan minta minum susu nanti. Karena botol susu Zelita sudah diisi susu, untuk persiapan.

Di hotelku tadi, aku belum ejakulasi pada ronde kedua. Maka pada malam inilah kumuntahkan air maniku ke dalam liang memek Hua sepuas mungkin.

Tak cukup dengan itu saja. Menjelang subuh, Hua membisiki telingaku yang sedang tidur, “Bang ... Bang ... main lagi yuk.”

Ternyata Hua sedang menggenggam kontolku yang masih lemas ini. Tapi langsung ngacenbg lagi setelah sadar bahwa di sampingku ada seorang gadis, seorang amoy manis dan penurut, yang siap untuk kuentot sepuasku.

Maka di subuh yang dingin dan masih gelap ini, kontolku sudah “berolahraga” di dalam jepitan liang memek Hua.

Keringatku pun bercucuran lagi. Bercampuraduk dengan keringat Hua.

O betapa indah hari demi hari yang kujalani ini. Seakan tiada orang yang lebih bahagia daripada diriku ini.


[URL=https://www.imagebam.com/view/ME80W5D]
[/URL]
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd