Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Episode 2

Part 11B





K
etika kontolku dilepaskan dari liang memek Hua, tampak genangan darah yang hampir mengering di kain seprai, persis di bawah memek Hua. Aku sangat menghormati kesucian Hua itu. Di usia 19 tahun masih mampu mempertahankan kesuciannya. Sementara di luar sana, yang baru 13-14 tahun pun banyak yang sudah bolong.

Maka ketika Hua duduk, aku memeluknya dengan mesra. Menciumi pipi dan biubirnya dengan segenap perasaanku. “Kamu memang masih perawan sebelum kusetubuhi tadi. Karena itu kamu akan kujadikan kekasihku, untuk seumur hidupku, “ kataku sambil membelai rambutnya yang agak panjang.

Hua merangkulku. Merapatkan pipinya ke pipiku sambil berkata setengah berbisik, “Aku akan selalu mencintai Abang sampai kapan pun. “

“Tapi Hua kan tau kalau istriku sudah empat orang ?”

“Iya pernah dengar dari Cici Lanny. Tapi aku gak menuntut untuk dijadikan istri Abang. Yang penting Abang tetap menyayangiku sampai kapan pun, “ sahut Hua.

“Tentu aja. Meski pun kamu belum menjadi istriku, kamu akan kuperlakukan seperti istriku. Bahkan aku akan meminta kepada Mama Lanny, agar kamu ikut denganku. “

“Tapi bagaimana dengan Lita Bang ? Siapa yang ngasuh dia nanti ?”

“Mama Lanny pernah bilang, bahwa di SIngkawang masih ada famili yang mau ikut sama Mama Lanny. “

“Oh ... iya ... iya ... namanya Lan Ying. Kalau Lan Ying sudah ke rumah Abang, aku akan ikut ke mana pun Abang mau bawa aku. “

“Ya, rumah yang dihuni oleh Mama Lanny itu pun rumahku. Tapi khusus untuk kamu, aku akan menyediakan rumah lain. Supaya jangan berbaur dengan Mama Lanny yang punya hubungan juga denganku, meski resminya dia itu istri ayahku. Tapi ayahku sudah menyerahkan Mama Lanny untuk kumiliki seratus persen. Tapi agamaku melarang menikahi wanita yang pernah jadi istri ayah. Makanya sampai sekarang aku tak bisa menikahi Mama Lanny. “

“Oh gitu ya. “

“Pokoknya mulai saat ini aku bertanggungjawab penuh pada masa depanmu. “

Hua menciumi tanganku. Lalu memelukku sambil berkata perlahan, “Aku bahagia Bang. Bahagiaaa sekali ... “

“Sekarang Zelita bisa dianggap sarana untuk latihan. Karena nanti kamu akan punya anak juga. Anakku dan anakmu. “

“Siap Bang. Aku siap dihamili sama Abang, “ ucap Hua dengan nada bersemangat.

“Mmm ... kamu datang bulan kira – kira berapa hari lagi ?” tanyaku.

“Mungkin lima hari lagi Bang. “

“Ooo ... berarti masa suburmu sudah lewat. “

“Masa suburku kapan Bang ?”

“Setelah bersih mens, sampai seminggu atau sepuluh hari kemudian. “

“Jadi nanti kalau aku mens, terus setelah bersih aku mulai memasuki masa subur ?”

“Iya, “ sahutku, “Kamu mau hamil kapan ? Mau cepat atau mau setahun dua tahun kemudian ?”

“Duh ... kontolku udah ngaceng lagi Hua. Main lagi yuk, “ kataku yang masih telanjang bulat, seperti juga Hua.

“Aku harus celentang lagi Bang ?”

“Iya. Nanti banyak posisi yang bisa kita lakukan. Sekarang sih posisi seperti tadi aja. “

“Mudah – mudahan Lita jangan bangun dulu sebelum kita selesai ya Bang. “

“Iya ... iya ... kalau dia bangun terpaksa kita hentikan dulu mainnya. “



Persetubuhan yang kedua ini tidak begitu sulit memasukkan kontolku ke dalam liang memek Hua. Karena Hua sudah orgasme dan disemprot oleh air maniku yang cukup banyak. Sehingga liang memeknya sudah agak mekar dan masih basah.

“Aaaaaah ... udah masuk lagi ya Bang ... “ cetus Hua perlahan. Hua tetap mengontrol suaranya, agar jangan membuat Zelita terbangun.

“Iya, “ sahutku sambil mulai mengayun kontolku, bermaju mundur di dalam liang memek yang super sempit ini.

Kali ini aku berusaha untuk melengkapi entotan kontolku dengan jilatan bercampur gigitan – gigitan kecil di leher Hua. Tampaknya Hua sangat menikmati hal yang baru kulakukan sekarang ini padanya. Terlebih setelah tangan kiriku memainkan pentil toket kanannya, terkadang juga meremas toket kencangnya yang masih fresh ini. Sehingga Hua tak sekadar mendesah, melainkan juga merintih meski dengan suara perlahan dan nyaris tak terdengar, “Ooooohhhh ... Baaang ... sekarang ini lebih enak Baaaang ... ooh ... Baaang ... ternyata bersetubuh ini nikmat sekali Bang ... rasanya sampai seperti melayang – layang gini ... oooohhhhhh ... oooooo .... oooooohhhhh ... aku makin cinta sama Abaaang ... cinta yang semakin mendalam Baaaang ... oooooo .... ooooohhhhhhh ... ini indah sekali Baaaaang ... ooooooohhhhhh .... Abangku sayaaaaaang ... aku sudah menjadi milik Abang ... lahir batin aku sudah menjadi milik Abaaang ... ooooohhh ... Abaaaang ... enak sekali ... ini terlalu enak Baaaang .... ooooh ... luar biasa enaknya Baaaang ... semakin melayang – layang rasanya ... Baaaaang ... aku cinta Abang ... cinta yang sudah sangat mendalam ... ooooohhhh ... oooooooo ... oooooohhhhh ... “

“Uuuuughhh ... aku juga sudah sangat menyayangimu Hua ... uuuughhhhh ... sayang sekaliii ... uuuughhh, “ sahutku di antara dengus – dengus nafasku.

Cukup lama aku mengentot Hua. Sehingga tubuhku mulai bersimbah keringat, bercampur aduk dengan keringat hua yang sudah membanjir juga.

Kali ini Hua kubiarkan orgasme , sementara aku belum apa – apa. Tapi pada waktu Hua sedang mengejang tegang, kutancapkan kontolku sedalam mungkin, seolah – olah mau ngecrot. Kemudian detik – detik indah itu kurasakan. Liang memek Hua mengedut – ngedut kencang, disusul oleh membanjirnya lendir di dalam liang memeknya. Kudiamkan kontolku beberapa saat. Lalu kucabut, karena suara Zelita aha – ehe mulai terdengar.

Hua pun kaget melihat Zelita sudah duduk di atas bed. Yang sangat menynangkan dan mengharukan, Zelita memanggilku, “Papaaaaa .... !”

Jelas aku terharu karena Zelita baru bisa menyebut papa dan mama. Belum bisa bicara lain dari itu, kecuali bahasa “minion” yang gak dimengerti olehku.

Hua buru – buru menghampiri Zelita. Lalu memberikan botol susu yang sudah diisi sebelum Zelita tidur tadi.

Begitu baiknya Zelita itu. Setelah dikasih botol susunya, ia celentang lagi sambil menyedot – nyedot susu buatan Hua tadi.

Aku langsung melangkah ke kamar mandi, dengan kontol masih ngaceng, karena memang belum ngecrot tadi.

Lalu aku mandi sebersih mungkin. Dan mengganti pakaianku dengan yang tersedia di lemari kaca kamar mandiku.

“Kamu mandi dulu gih. Biar Lita aku yang nungguin, “ kataku pada Hua, “Pakai gaun yang tadi aja. SOalnya aku akan mengajak ke rumahku. Rumah yang bahkan Mama Lanny aja belum tau dan belum pernah ke sana. “

“Iya, “ Hua mengangguk sambil tersenyum. Membuatku jadi iingin memeluknya lalu mencium bibir sensualnya. Dan itu memang kulakukan. Memeluk Hua dalam keadaan berdiri dan berhadapan, tanpa peduli dengan Zelita yang sedang asyik menyedot susu dari botolnya.

“Aku sangat cinta sama Abang, “ kata Hua setelah ciumanku dilepaskan. Kemudian ia melangkah ke dalam kamar mandi.

Tiba – tiba terdngar suara Zelita di belakangku, “Papaaa ... papaaa ... !”

Aku kaget dan cepat menghampiri Zelita yang sudah duduk sambil memegang botol susunya yang sudah kosong. Ia memberikan botol kosong itu padaku.

“Udah kenyang Sayaaang ?” tanyaku sambil menyambut botol susu kosong itu.

Seperti mengerti, Zelita mengangguk – anggukkan kepalanya.

“Mau dipangku sama papa ?” tanyaku sambil mengulurkan kedua tanganku.

Zelita menggelengkan kepalanya. Lalu asyik memeluk pandanya sambil menciumi pipi boneka itu.

Tak lama kemudian Zelita mau turun dari bed. Cepat aku memegangnya, karena takut jatuh. Tapi ternyata dia sudah bisa turun dari bed. Lalu dia berlari – lari kecil di atas lantai berkarpet. Dan akhirnya duduk di atas karpet sambil memandang ke arahku. Lalu bertepuk tangan tanpa bunyi.

Ketika Hua keluar dari kamar mandi, Zelita masih duduk di atas karpet sambil memeluk boneka pandanya.

“Kita mau keluar Bang ?” tanya Hua.

“Iya. Nanti kita nginap di rumahku, “ sahutku.



Beberapa saat kemudian aku sudah berada di belakang setir mobil deep brownku. Hua dan Zelita duduk di sebelah kiriku.

Tadi aku mau meletakkan Zelita di car baby seat yang baru kubeli tadi. Tapi Zelita tidak mau. Zelita tampak lebih nyaman duduk di atas pangkuan Hua.

Zelita memang tampak lengket pada Hua. Sehingga ada kemungkinan nanti Zelita harus kubawa beserta Hua sekalian. Tapi entahlah, bagaimana keinginan Mama Lanny aja nanti.

Dan sekarang, Hua pun tampak lengket padaku. Itu wajar, karena harta yang paling berharganya sudah kuambil. Dan sebagai seorang laki – laki, aku tak boleh menyia – nyiakan perempuan yang sudah begitu tulusnya mencintaiku.

Dalam perjalanan menuju rumah rahasia itu, kubelokkan mobilku ke pelataran parkir sebuah restoran. Untuk mengajak Hua dan Zelita makan.

Aku dan Hua makan dulu, karena perut kami lapar. Tapi Zelita tak mau makan. Zelita lebih suka berguling – guling di kolam bola yang disediakan oleh restoran itu bagi tempat bermain anak – anak. Masalahnya Zelita belum dibiasakan makan nasi. Karena itu setelah makan, Hua membuat bubur balita dulu di restoran itu. Kemudian Hua menyuapi Zelita di dalam mobil yang sudah meninggalkan restoran itu. Barulah Zelita mau makan sedikit demi sedikit.

Setibanya di rumah yang kurahasiakan itu, seorang satpam menyambutku di pintu gerbang. “Selamat sore Boss, “ ucapnya di sebelah kananku. Yang kusahut dengan, “Sore, “ dengan senyum yang senantiasa kuberikan kepada bawahanku.

Aku memang bukan orang “angker”. Aku selalu membiasakan tersenyum kepada bawahanku. Tak pernah bersikap arogan. Karena menurutku, wibawa itu diciptakan sejak aku lahir ke dunia ini. Bukan dibuat setelah aku menjadi pemimpin mereka. Mungkin karena itu pula aku disegani oleh bawahanku. Bukan ditakuti.

“Nah ... kalau kamu sudah benar – benar kusimpan nanti, di sinilah tempat tinggalmu, “ ucapku setelah berada di dalam rumah rahasiaku. “Rumah ini belum diketahui oleh istri – istriku. Mama Lanny pun belum pernah kuajak ke sini. Sekarang kamulah satu – satunya wanita yang kuajak ke sini. Termasuk Zelita juga. “

“Tapi nanti aku pasti sering ditinggalkan. Karena istri ABang kan banyhak, “ sahut Hua.

“Terus kenapa ? Takut ditinggal sendirian di sini ? “ tanyaku sambil mengusap -p usap rambut Hua. “Kan rumah ini selalu dijaga oleh beberapa orang satpam. “

“Bukan takut ... cuma mungkin bakal kesepian aja ... tapi ... demi cintaku pada Abang, aku siap juga tinggal sendirian di rumah sebesar dan semegah ini. “

Ucapan Hua itu melegakan hatiku. Tapi aku lalu punya ide. “Ibumu di Kalimantan tinggal sendirian juga kan ? “ tanyaku.

“Iya. Aku kan anak tunggalnya. Sedangkan Papa sudah lama meninggal, “ jawabnya.

“Apa kegiatan sehari – hari ibumu ?” tanyaku.

“Mamah dagang sayuran di pasar, “ sahut Hua.

“Kalau begitu, suruh aja ibumu pindah ke sini. Supaya kamu ada teman kalau aku tidak sedang di sini. “

“Bang ... serius Bang ?” Hua menatapku dengan sorot semakin jinak.

“Serius. Nanti aku akan mentransfer duit ke rekening tabungan ibumu. Dia punya rekening tabungan kan ?”

“Punya. “

“Ya udah. Aku akan mentransfer duit ke rekening tabungan mamahmu, untuk membeli tiket pesawat. Nanti kita jemput di bandara. “

“Oh ... sebenarnya aku sudah lama punya cita – cita untuk mengajak Mamah pindah ke sini. Tapi aku masih bingung, bagaimana caranya ? Karena di rumah Cici Lanny kan sudah ada pembantu tiga orang. “

“Hush ... kasian dong mamahmu. Masa mau dijadikan pembantu di rumah Mama Lanny. Mana nomer rekening mamahmu ?”

Hua mengeluarkan hapenya. Lalu menunjukkan nomor rekening mamahnya yang tersimpan di hapenya.

Aku menyalin nomor rekening itu ke hapeku. Dan langsung mentransfer sejumlah uang ke mamahnya Hua lewat hapeku. Setelah transfer terkirim, kuperlihatkan bukti sudah terkirimnya uang ke nomor mamahnya Hua. Lalu kuperlihatkan hapeku kepada Hua sambil berkata, “Nih lihat, sudah kutransfer duit ke mamahmu. “

Hua memperhatikan layar hapeku. Lalu berseru kaget, “Duh Bang ... banyak banget transfernya. Tiket ke Jakarta kan gak sampai sejuta. Itru ... banyak ... banyak sekali. “

“Kelebihan kan gak apa – apa. Asal jangan kekurangan. Lagian biar mamahmu terangsang untuk datang ke sini. Tapi untuk sementara rahasiakan aja masalah ini pada Mama Lanny. Biar jadi kejutan, nanti tau – tau mamahmu sudah ada di sini aja. “

“Iiii ... iya Bang, “ sahutnya mengambang, “ Tapi aku mungkin baru bisa pindah ke sini setelah ada penggantiku sebagai pengasuh Zelita. “

“Semua bisa diatur. Mama Lanny kan selalu menurut padaku. Apa pun yang kukatakan, pasti dia setuju, “ kataku. “Sekarang hubungi mamahmu dulu gih. Katakan aja apa adanya. Dan minta mamahmu segera terbang ke Jawa. Kalau kamu masih sibuk mengurusi Zelita, biar aku sendiri yang jemput mamahmu ke bandara nanti. Asal dikirim aja foto mamahmu ke hapeku. “

“Hihihiii ... nomer hape Abang aja aku kan belum tau. “

“Nih nomer hapeku, “ sahutku sambil memberi secarik kartu namaku padanya, “di situ ada nomer hapeku. “

Hua menyalin nomor hapeku dari kartu nama ke hapenya. Lalu ia mengirimkan foto – foto mamahnya ke hapeku.

“Haaa ?! Ini benar – benar foto mamahmu ?” tanyaku setelah memperhatikan foto – foto yang sudah masuk ke hapeku.

“Iya. Itu memang foto mamahku. Emangnya kenapa Bang ?”

“Kok kelihatannya mamahmu masih muda gini. “

“Mamah memang awet muda sih. Padahal usianya udah empatpuluh tahun. Dia kan melahirkanku di usia duapuluhsatu. “

Aku cuma mengangguk – angguk sambil melirik ke arah Zelita yang sedang duduk di sofa sambil memeluk boneka pandanya. Dengan sikap ceria. Membuatku semakin sayang pada anakku yang selalu enjoy dibawa ke mana pun. Tak pernah rewel. Tak pernah terdengar suara tangis berkepanjangan, paling juga hanya merengek.



Ketika malam tiba, pada saat Zelita sudah nyenyak tidur, aku sudah menelanjangi Hua lagi. Dan memasukkan kontol ngacengku ke liang memeknya yang super sempit itu.

Hua tampak semakin enjoy menikmati entotan kontolku. Mungkin juga semakin sadar, bahwa bersamaku ... masa depannya terjamin.

Zelita tertidur di atas bed lebar yang sedang kupakai mengentot Hua. Sehingga kami tidak cemas kalau Zelita terbangun dan minta minum susu nanti. Karena botol susu Zelita sudah diisi susu, untuk persiapan.

Di hotelku tadi, aku belum ejakulasi pada ronde kedua. Maka pada malam inilah kumuntahkan air maniku ke dalam liang memek Hua sepuas mungkin.

Tak cukup dengan itu saja. Menjelang subuh, Hua membisiki telingaku yang sedang tidur, “Bang ... Bang ... main lagi yuk.”

Ternyata Hua sedang menggenggam kontolku yang masih lemas ini. Tapi langsung ngacenbg lagi setelah sadar bahwa di sampingku ada seorang gadis, seorang amoy manis dan penurut, yang siap untuk kuentot sepuasku.

Maka di subuh yang dingin dan masih gelap ini, kontolku sudah “berolahraga” di dalam jepitan liang memek Hua.

Keringatku pun bercucuran lagi. Bercampuraduk dengan keringat Hua.

O betapa indah hari demi hari yang kujalani ini. Seakan tiada orang yang lebih bahagia daripada diriku ini.


[URL=https://www.imagebam.com/view/ME80W5D]
[/URL]
Mantaaab mulustrasinya luar binasa
 
Lama tidak buka semprot, ternyata gigolo ini sudah melesat jauh.
Asyik juga sih, bisa baca ketinggalannya sampai update terakhir
 
Pertama bikin komen.
Gigolo ini sudah dibaca dari awal sampai di titik ini.
Komennya,ruuuaaar biasyyyyaaaaaaaaaah
 
Episode 2



Part 12A





S
eminggu kemudian ...

Pagi itu aku sudah berada di bandara Soetta sejam sebelum jadwal landing pesawat dari Pontianak. Mungkin aku terlalu cepat datang, karena jalanan jauh lebih lancar daripada biasanya. Sehingga aku lebih cepat tiba di bandara daripada perkiraanku.

Aku nongkrong dulu di café bandara untuk menghilangkan kesal menunggu, sambil menikmati secangkir espresso double shoot dan beef croissant.

Aku mau menjemput mamahnya Hua. Nomer hapenya sudah tersimpan di hapeku. Namanya Ling. Kata Hua, pada masa gadisnya Mamah Ling biasa dipanggil Lingling. Tapi setelah punya anak (Hua) biasa dipanggil Mamah Ling saja.

Nomer hapeku pun sudah Hua kirimkan ke mamahnya.

Ketika aku masih menunggu di café, tiba – tiba terdengar suara cowok memanggilku, “Yosef ... mau ke mana ?”

Aku menoleh ke belakang. Ternyata yang memanggilku itu Joni, teman kuliahku. Dia kuliah di kelas karyawan juga, seperti aku. “Hai Jon ... gue mau jemput orang dari Pontianak. Loe mau ke mana ?”

“Abis nganterin nyokap mau ke Padang, “ sahut Joni sambil duduk di dekatku.

“Mau minum apa ? Pesan aja. Nanti masukin ke bil gue. “

“Capucino aja, “ sahutnya.

Aku melambaikan tangan ke waiter café. Setelah waiter itu menghampiriku, “Minta capucino satu. Sama snacknya ... mau makan apa Jon ?” aku menoleh ke arah Joni.

“Yang loe makan itu croissant daging sapi ya ?” Joni balik bertanya.

“Iya. Mau beef croissant ?”

“Boleh, “ Joni mengangguk.

“Sama beef croissant juga, “ kataku pada waiter.

“Berapa buah croissantnya ? “ tanya waiter.

“Satu aja, “ sahut Joni.

Waiter itu mengangguk sopan, lalu pergi ke belakang meja bar.

“Yos, “ kata Joni, “keliatannya Bu Hasnah ngeceng elu tuh. “

“Haaa ? Bu dosen galak itu ngeceng gue ? Masa sih ?”

“Serius. Dia pernah nanya sama gue, Yosef itu kerja di mana ?”

“Terus loe jawab apa ?”

“Gue jawab gak tau aja. Soalnya gue emang gak tau loe kerja di mana. “

Memang kelas karyawan di kampuskju, terdiri dari karyawan dan karyawati semua. Aku tak pernah menulis soal kuliahku, karena kuanggap gak penting. Kecuali kalau ada hal – hal yang menyangkut soal seks, barulah aku mau menulisnya. Yang jelas, di kampus namaku Yosef. Bukan Asep lagi. Dan memang aku sudah punya akte kelahiran dengan nama Yosef. Jadi di KTP, SIM dan sebagainya, namaku tercantum sebagai Yosef. Dan yang jelas, kalau kuliah aku sering jalan kaki. Karena kampusku tidak jauh dari hotelku. Kalau sedang letih, aku pakai taksi. Tak pernah bawa mobil sendiri. Karena aku tak mau populer di kampusku. Biarlah teman – temanku menganggap aku sebagai mahasiswa yang punya motor pun tidak. Tiada gunanya menyombongkan diri dengan mobil – mobil mahalku.

So, teman – teman kuliahku tiada yang tahu kalau aku ini owner hotel dan beberapa pabrik garment, yang masih rajin main saham. Mereka hanya tahu kalau aku ini karyawan, tapi tiada yang tahu aku karyawan di mana.

“Dua hari yang lalu, waktu gue lagi nyegat angkot, Bu Hasnah masih sempet nyamperin gue. Nanyain loe udah punya istri belom ? Gue jawab gak tau juga, karena memang gue gak tau. “

“Iya. Kita kan menjaga privasi masing – masing. Gak perlu nanya masalah pribadi, “ kataku.

“Tapi biasanya sih guru atau dosen yang galak kayak dia, galak juga di ranjang.”

“Ah sapa bilang ? Sotoy deh loe, “ sahutku, “Malah bisa – bisa perempuan kayak Bu Hasnah itu cengeng di ranjang. “

“Cengeng gimana ? Suka nangis pada waktu wikwik ?” tanya Joni.

“Cepet orgasme, bukan nangis kayak anak kecil, ” sahutku sambil menahan tawa.

Joni ternganga. “Ada lagi arti lain istilah cengeng. Hehehee ... “

Lalu kami ngobrol ke barat ke timur, sampai akhirnya Joni duluan meninggalkan bandara. Meninggalkanku di café pada saat jadwal landing pesawat dari Pontianak tinggal 10 menit lagi (kalau gak delay).

Ternyata pesawat dari Pontianak memang terlambat setengah jam mendaratnya di bandara Soetta. Tapi aku bersabar. Sampai akhirnya mendapat call dari mamahnya Hua. Cepat kubuka panggilan itu :

“Dengan Nak Asep ?”

“Betul. Dengan Mamah Ling ?”

“Iya. Udah nunggu di depan ya. Tapi mamah masih nunggu barang dulu. Mamah pakai gaun berwarna merah hati Sep. “

“Iya Mamah/ Santai aja. Aku mengenakan celana corduroy hitam, dengan jaket kulit berwarna hitam juga. “

“Iya, iya ... sabar dulu nunggu mamah ya Sep. “

“Iya Mamah. “

Aku berdiri sambil berpeluk tangan di dekat gerbang kedatangan. Sampai pada suatu saat, terasa ada yang mencolek sikutku dari belakang, “Ini Asep ?” terdengar suara wanita di balakangku.

Ketika aku menoleh, ternyata yang mencolek sikutku itu seorang wanita bergaun tanpa lengan berwarna merah hati. “Mamah Ling ?” tanyaku girang.

“Betul. Sudah lama Asep menunggu ?” tanyanya waktu berjabatan tangan denganku.

“Sekitar sejam setengah menunggu di sini Mah, “ sahutku yang tadinya mau mencium tangannya sebagai tanda hormatku kepada mamahnya Hua. Tapi Mamah Ling merangkulku, menciumi pipi kanan dan pipi kiriku. Biasanya cipika cipiki hanya saling merapatkan pipi. Tapi Mamah Ling mencium sepasang pipiku. Disusul dengan bisikan, “Terimakasih ya atas segala kebaikan Asep pada Hua, satu – satunya anak mamah. “

AKu cuma mengangguk angguk sambil mencuri – curi pandang pada kejelitaan Mamah Ling. Tak kalah oleh kecantikan Hua.



Beberapa saat kemudian Mamah Ling sudah berada di dalam mobil deep brownku, yang mulai bergerak meninggalkan parkiran bandara.

Setelah berada di jalan tol aku berkata, “Kirain Mamah Ling sudah tua. Ternyata masih muda gitu. Hampir tak percaya tadi kalau Mamah Ling adalah ibunya Hua. “

“Masih muda gimana. Mamah sudah empatpuluh tahun Sep, “ sahut Mamah Ling.

“Tapi kelihatannya seperti tigapuluhtahunan gitu Mah. Apa sih resepnya yang membuat Mamah cantik dan awet muda gitu. “

“Aaah ... mamah gak punya resep apa – apa. Mamah cuma senang senam tiap pagi, itu aja. “

Lalu kami ngobrol ke barat ke timur, sehingga tanpa terasa sudah keluar dari pintu tol dan menuju ke jalan yang menuju rumah rahasiaku. Jalannya menanjak memang. Tapi tanjakan itu tidak terasa oleh mobilku yang powerfull ini.

Beberapa saat kemudian, kubelokkan mobilku, melewati penjagaan satpam yang langsung memberi hormat padaku. “Selamat siang Boss, “ ucap 2 orang satpam serempak.

Aku yang membuka jendela sebelah kananku, menjawab sambil tersenyum, “Sekarang sudah jam setengah empat. Jadi sudah termasuk sore. “

“Siap Boss, kami salah. Selamat sore Boss !” ucap mereka berdua. Yang kujawab sambil tersenyum lagi, “Soreee ... “

Lalu aku memasukkan mobilku langsung ke dalam garasi yang pintunya sudah dibuka oleh remote controlku yang selalu kusimpan di dashboard mobil yang sedang kupakai. Setelah mobilku masuk, pintu garasi itu automatis menutup lagi.

Sebenarnya mobilku sudah bertambah satu lagi. Sebuah jeep buatan Amrik.

Ada sejarahnya dengan mobil itu. Bahwa setelah berkali – kali mengadakan pertemuan dengan wanita bernama Regina itu, akhirnya dia hamil. Tentu pembaca masih ingat siapa Bu Regina itu. Teman Bu Haryani pernah berjanji untuk menghadiahkan sebuah sedan sport yang sama persis dengan miliknya. Tapi ketika aku diajak untuk memilih di dealernya, aku minta jip amrik saja. Jeep yang bahan bakarnya solar tapi sedang ngetrend di negaraku. Awalnya Bu Regina heran, karena jeep yang kuinginkan harganya jauh lebih murah daripada sedan sport yang dijanjikan olehnya.

Akhirnya Bu Regina berkata, “Baiklah ... kita beli jeep yang Yosef inginkan. Tapi karena aku sudah punya nazar, untuk membelikan mobil yang senilai dengan sedan sportku, maka kelebihan uang yang sudah kusediakan bakal kutransfer ke rekeningmu. Oke ?”

Awalnya aku menolak secara halus. Tapi karena Bu Regina mendesak, dengan alasan sudah punya nazar untuk membelikan mobil yang senilai dengan sedan sportnya, maka akhirnya kuterima juga transfer dana kelebihan itu ke rekeningku.

Dan sampai saat aku membawa Mamah Ling ke dalam rumah rahasiaku ini, aku belum pernah berjumpa lagi dengan Bu Regina. Hanya aku pernah mendapat WA, bahwa dia sedang memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan. Menurut pengakuan Bu Regina, kehamilannya sudah 6 bulan dan sudah diketahui jenis kelaminnya laki – laki. “Semoga setampan ayahnya, “ kata Bu Regina dalam WA-nya.

Jadi di dalam garasiku ada 4 buah mobil. Semuanya hadiah dari wanita yang sudah kuhamili. Tak ada yang beli dengan uangku sendiri.

Aku membelikan mobil untuk Ibu, untuk Anggraeni, untuk Mayang dan untuk Mama Lanny. Tapi aku gak pernah membeli mobil untuk diriku sendiri. Bahkan jeep amrik itu menyisakan uang kelebihan, lebih dari 4 kali harga jeep itu.

Kelebihan yang ada padaku, adalah mobil -p mobil hadiah dari Tante Sharon, Mbak Mona, Bu Haryani dan Bu Regina, takkan kujual sampai kapan pun. Sebagai penghargaanku kepada mereka yanbg telah mengeluarkan uang banyak untuk menghadiahkan mobil – mobil mahal itu padaku.

“Ini rumah apa istana Sep ?” tanya Mamah Ling setelah berada di dalam rumahku, “Dindingnya saja terbuat dari marmer semua. Waaah ... kalau mamah punya rumah semewah ini di Kalimantan, pasti adem deh hati mamah. “

“Nanti ademin hati Mamah di rumah ini, “ sahutku.

“Tapi Hua bakal sebulan lagi baru bisa tinggal di sini ya ? “

“Bisa sebulan lagi, bisa dua atau tiga minggu lagi. Lan Ying kan baru bisa datang dua minggu lagi. Lalu dia harus dilatih oleh Hua, tentang cara merawat dan mengasuh anak yang selama ini diurus oleh Hua. “

“Iya, Hua sudah bilang masalah itu lewat hape. Tapi sebelum Hua pindah ke sini, mamah harus sendirian di rumah segede ini ?”

“Kan ada aku Mam. Biasanya aku tidur di hotelku. Setelah ada Mamah, biar aku tidur di sini aja malamnya. Tapi setiap pagi aku pergi kerja, pulangnya sore. Jadi malamnya bisa tidur di sini. “

“Adududuuuuhhhh ... “ tiba – tiba Mamah Ling meringis sambil memijat – mijat pahanya.

Cepat aku duduk di samping kanannya, “Kenapa Mah ? ” tanyaku agak kaget.

“Pa ... pahaku kram ... duuuuuh sakit sekali ... “ sahutnya sambil menyeringai.

Aku memberanikan diri memegang lututnya. “Di sebelah mana sakitnya Mah ?” tanyaku.

“Ini di pangkal paha mamah ... duuuuuuuhhhh ... “ Mamah Ling menyingkapkan gaunnya sampai kelihatan celana dalamnya. Aku pun spontan berusaha mengurut selangkangannya.

“Di sebelah sini ?” tanyaku.

“Iya ... ooooooooohhhh .... “ sahutnya sambil memejamkan matanya. Sedangkan mataku sedang melotot. Karena kulihat ada beberapa helai rambut tidak tertutupi celana dalam putihnya. Ya ... itu jelas jembut yang tidak tertutupi celana dalam Mamah Ling.

Maka diam – diam nafsuku mulai bergejolak. Kejantananku pun spontan menegang di balik celana jeans dan celana dalamku. Jemariku pun tak cuma mengurut – urut selangkangan Mamah Ling. Sementara Mamah Ling memejamkan matanya sambil merapatkan pipinya ke pipiku.

“Mungkin sumbernya di sini Mah, “ kataku sambil menyelinapkan tanganku ke balik celana dalam putih itu, sampai menemukan celah agak basah yang licin dan hangat.

Mamah Ling diam saja. Cuma mendesah – desah perlahan.

“Mungkin Mamah udah lama tidak disentuh lelaki, “ ucapku yang mulai asyik menyelinapkan jemariku ke dalam celah licin dan hangat ini.

“Mu ... mungkin ... “ sahutnya, “karena sejak ayah Hua meninggal, mamah gak pernah merasakannya lagi. “

“Gimana kalau aku melakukannya sekarang ?” tanyaku, “Biar Mamah segar lagi. “

“Me ... memangnya Asep mau begituan sama mamah ?” Mamah Ling menatapku dengan sorot sayu. Sayunya mata wanita yang sedang horny.

“Kenapa tidak mau ? Di mataku Mamah sedang – sedangnya memancarkan pesona birahi yang kuat sekali, “ sahutku sambil memeluknya dengan lengan kiriku, sementara jemari tangan kanan masih asyik memainkan celah memeknya yang berjembut jarang ini.

“Tapi mamah seperti merebut Asep dari anak mamah sendiri. “

“Tidak merebut. Mamah malah membantu Hua agar aku semakin bahagia. Karena aku bisa mencintai Hua sekaligus mencintai Mamah. Ayolah ... jangan buang buang waktu lagi, “ ucapku sambil membopong Mamah Ling yang bertubuh tinggi semampai itu. Dan meletakkannya dengan hati – hati di atas bed.

Di atas bed Mama Ling melepaskan gaunnya, sehingga tinggal bra dan celana dalam yang masih melekat di tubuhnya.

Pada saat yang sama aku pun melepaskan segala yang melekat di badanku. Tinggal celana dalam yang masih kubiarkan melekat di tempatnya. Mamah Ling pun melepaskan bra dan celana dalamnya. Sehingga sepasang toket kecilnya tidak tertutup apa- apa lagi. Memeknya yang berjembut jarang itu pun sudah tampil sepenuhnya di depan mataku.

Pada saat itulah aku teringat kata kata Abah waktu mengantarkan Kang Obos beberapa tahun yang lalu. “Jodohmu bakal sakantet – sakantet. “ (sakantet = dua pisang dengan satu tangkai untuk direbus atau dijual mentah juga). Mungkin maksud Abah itu jodohku itu ya anak ya ibunya juga. Dan aku baru menyadari sekarang kebenaran ucapan Abah itu.

Ketika aku merayap ke atas perut Mamah Ling, lalu menggenggam toket kecilnya, Mamah Ling berkata, “Asep memang terlalu tampan. Laksana dewa turun dari langit. Sehingga hati mamah langsung runtuh. “

Aku cuma tersenyum. Lalu memagut bibir Mamah Ling ke dalam ciuman lengketku. Dan menyahut, “Hatiku juga sudah runtuh, karena Mamah punya pesona yang luar biasa kuatnya. Hmmm ... ini akan menjadi sesuatu yang takkan terlupakan di sepanjang hidupku. “

“Kok bisa Asep suka sama mamah yang sudah empatpuluh tahunan ini ? “ Mamah Ling menatapku dengan sorot menyelidik.

“Sejak lama aku ini penggemar wanita setengah baya Mah, “ sahutku sambil memainkan pentil toket kecil Mamah Ling.

“Tetek mamah kecil ya Sep. Nurun sama Hua, teteknya kecil juga kan ? ”

“Iya tapi menyenangkan. Karena bisa tergenggam oleh satu tangan. Lagian toket kecil tidak cepat kendoir seperti toket gede. Seperti toket Mamah ini, masih enak diremas dan diemut, “ sahutku sambil melepaskan celana dalamku.

“Sep ... !” Mamah Ling bangkit dan duduk sambil menangkap kontol ngacengku yang sudah terpamerkan di depan mata Mamah Ling .

“Penismu ini ... panjang sekali Sep ... “ ucap Mamah Ling sambil memegang kontolku dengan tangan gemetaran.

“Enakan juga kontol panjang Mah. Bisa nyundul – nyundul dasar liang memek, “ sahutku.

“Sudah pasti itu sih ... aaaaaah ... ternyata Asep bukan hanya tampan, tapi juga punya kontol yang sepanjang ini ... mmmm ... mamah langsung horny Sep ... “

“Mau langsung dimasukin aja Mam ?” tanyaku sambil meraba – raba dan memasukkan jemariku ke dalam celah memek Mamah Ling yang sudah basah.

“Iya Sep. Mamah udah gak sabar ... ingin merasakan enaknya dimasukin kontol sepanjang itu ... “ sahut Mamah Ling sambil celentang dan merenggangkan kedua belah paha putih mulusnya.

Aku pun berlutut sambil meletakkan kedua kaki Mamah Ling di atas sepasang pahaku, sambil meletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek berjembut jarang itu.

Tanpa kesulitan aku berhasil membenamkan kontolku ke dalam liang memek Mamah Ling. Langsung amblas sampai mentok di dasar liang memek mamahnya Hua itu.

“Dududuuuuuh ... benar – benar menyundul dasar lubang memekku Sep ... “ lenguh Mamah Ling sambil menatapku dengan sorot hornynya seorang wanita.

Aku pun mulai mengayun kontolku sambil berlutut dan memegangi kedua lutut Mamah Ling.

Tapi baru beberapa detik aku mengentot, Mamah Ling menarik kedua tanganku, sehingga dadaku terhempas ke dada Mamah Ling. “Kurang enak kalau gak berpelukan, “ katanya sambil merengkuh leherku dan merapatkan pipinya ke pipiku.

Aku pun melanjutkan entotanku, sambil menciumi dan menjilati leher Mamah Ling yang jenjang itu.

Kalau jadi gadis model atau peragawati, tubuh Mamah Ling ini sangat cocok. Tinggi semampai, dengan leher jenjang begini.

Namun yang terpenting buatku saat ini, memek Mamah Ling ini ... duh legit dan pulen sekali. Sama legit dan pulennya dengan memek Bu Mulyati alias Tante Mali yang saudara kembar ibu kandungku itu.

Terlebih lagi setelah bokong Mamah Ling yang agak semok itu mulai bergeol – geol. Meliuk – liuk dan menghempas – hempas. Sehingga kelentitnya sering bergesekan dengan badan kontolku.

Semua itu ia lakukan sambil merintih – rintih histeris. “Seeeep ... mamah belum pernah merasakan yang seenak dan seindah ini Seeeeep ... ooooo .... oooooohhhhhhhhhhhhh ... ooooooohhhhh ... ini luar biasa Seeeeeeepppp .... bagaimana kalau mamah ketagihan nanti Seeeeep ... ooooooo .... ooooohhhhhhhhh .... “

“Pokoknya Mamah .... uuuughhhh ... Mamah akan kugauli secara rutin ... uuuughhh ... karena ... uuuughhhh ... cipet Mamah ini ... luar biasa legit dan pulennya ... uuughhh ... “

“Asep udah tau bahasa Kek ... tau cipet segala ... oooooh ... Seeeeep ... entot teruys Seeeeep ... enaaaaaaak Seeeeep ... enaaaaaaaak ... Aseeeeeeep ... entoooooottttttttttt ... entooooooootttttttt ... enaaaaaaakkkkkk .... ooooohhhh ... Aseeeeeeepppp ... oooooo ... oooooohhhh ... kontol Asep luar biasa enaknyaaaaa .... oooooo ... ooooohhhhhhh ... “

“Uuuughhhh ... cipet Mamah juga enaaaaak ... uuughhhhh ... aaaaa ...aaaaaku pasti ke ... ketagihan Maaaaaahhhh ... “ sahutku sambil menjilati ketiak Mama Ling yang ada bulunya tapi jarang. Sementara tangan kiriku asyik meremas – remas tocilnya.

Cukup lama kontolku mengentot liang memek Mamah Ling. Aku juga heran, karena dia belum orgasme juga. Padahal tadinya kuduga Mamah Ling akan cepat orgasme. Namun ternyata dia cukup tangguh.

Padahal tubuhku sudah bermandikan keringat, bercampur aduk dengan keringat Mamah Ling.

Ketika aku asyik lagi menjilati leher jenjangnya disertai gigitan – gitian kecil, Mamah Ling berkata terengah, “Cupangin leher mamah Sep ... yang banyak cupanginnya ... “

“Nanti ... ughhh ... nanti bekasnya kelihatan Hua, gimana ?” tanyaku tanpa menghentikan entotanku.

“Hua kan masih lama ke sininya ... pokoknya cupangin leher mamah Seeeep ... “

“Iyaaaa ... “ sahutku yang akhirnya mulai menyedot – nyedot leher Mamah Ling sekuatnya. Sampai meninggalkan bekas merah gelap.

“Iya ... cupangin terus Seeeep ... mamah kalau dicupangin cepet lepasssss ... oooooh ... oooohhhh Assssep ... Aseeeeep ... mamah cinta Aseeeep ... ooooooooohhhhhh ... aaaaaaaaaaa ... “

Mamah Ling berkelojotan dan akhirnya mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Pada saat yang sama, aku pun tak kuasa menahan ejakulasiku lagi. Karena memek Mamah Ling memangf luar biasa enaknya. Lagian badanku masih letih karena habis nyetir berjam – jam sejak subuh sampai sore tadi.

Maka ketika liang memek Mamah Ling terasa mengedut – ngedut . kontolku pun mengejut – ngejut kencang sambil memuntahkan air maniku.

Crettttt ... crooooooooottttt ... croooooooooootttttt ... crettttttt ... crooooooooooottttttttttttttt ... cretttttt ... crooooooooooooooooooooooooottttttttt ... !



Entah di mana letak errornya. Kalau para suhu mau memperbesar gambarnya, jangan pijat thumbnail yang pertama.
No 2 dan seterusnya sih bisa. Nanti setelah berada di situs penyimpan gambar, kalau mau melihat gambar pertama
bisa dengan memijat tanda panah. Maaf ya, nubie belum bisa sempurna
menghidangkan mulustrasinya.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd