Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
terima kasih updatenya Hu, lanjut sehat selalu buat kita semua.
 
Terimakasih update part 12A nya
Menunggu update part 12B nya
 
Makin lama makin asyik ngikutinnya.
Update terus dengan penuh semangat hu
 
Episode 2



Part 12A





S
eminggu kemudian ...

Pagi itu aku sudah berada di bandara Soetta sejam sebelum jadwal landing pesawat dari Pontianak. Mungkin aku terlalu cepat datang, karena jalanan jauh lebih lancar daripada biasanya. Sehingga aku lebih cepat tiba di bandara daripada perkiraanku.

Aku nongkrong dulu di café bandara untuk menghilangkan kesal menunggu, sambil menikmati secangkir espresso double shoot dan beef croissant.

Aku mau menjemput mamahnya Hua. Nomer hapenya sudah tersimpan di hapeku. Namanya Ling. Kata Hua, pada masa gadisnya Mamah Ling biasa dipanggil Lingling. Tapi setelah punya anak (Hua) biasa dipanggil Mamah Ling saja.

Nomer hapeku pun sudah Hua kirimkan ke mamahnya.

Ketika aku masih menunggu di café, tiba – tiba terdengar suara cowok memanggilku, “Yosef ... mau ke mana ?”

Aku menoleh ke belakang. Ternyata yang memanggilku itu Joni, teman kuliahku. Dia kuliah di kelas karyawan juga, seperti aku. “Hai Jon ... gue mau jemput orang dari Pontianak. Loe mau ke mana ?”

“Abis nganterin nyokap mau ke Padang, “ sahut Joni sambil duduk di dekatku.

“Mau minum apa ? Pesan aja. Nanti masukin ke bil gue. “

“Capucino aja, “ sahutnya.

Aku melambaikan tangan ke waiter café. Setelah waiter itu menghampiriku, “Minta capucino satu. Sama snacknya ... mau makan apa Jon ?” aku menoleh ke arah Joni.

“Yang loe makan itu croissant daging sapi ya ?” Joni balik bertanya.

“Iya. Mau beef croissant ?”

“Boleh, “ Joni mengangguk.

“Sama beef croissant juga, “ kataku pada waiter.

“Berapa buah croissantnya ? “ tanya waiter.

“Satu aja, “ sahut Joni.

Waiter itu mengangguk sopan, lalu pergi ke belakang meja bar.

“Yos, “ kata Joni, “keliatannya Bu Hasnah ngeceng elu tuh. “

“Haaa ? Bu dosen galak itu ngeceng gue ? Masa sih ?”

“Serius. Dia pernah nanya sama gue, Yosef itu kerja di mana ?”

“Terus loe jawab apa ?”

“Gue jawab gak tau aja. Soalnya gue emang gak tau loe kerja di mana. “

Memang kelas karyawan di kampuskju, terdiri dari karyawan dan karyawati semua. Aku tak pernah menulis soal kuliahku, karena kuanggap gak penting. Kecuali kalau ada hal – hal yang menyangkut soal seks, barulah aku mau menulisnya. Yang jelas, di kampus namaku Yosef. Bukan Asep lagi. Dan memang aku sudah punya akte kelahiran dengan nama Yosef. Jadi di KTP, SIM dan sebagainya, namaku tercantum sebagai Yosef. Dan yang jelas, kalau kuliah aku sering jalan kaki. Karena kampusku tidak jauh dari hotelku. Kalau sedang letih, aku pakai taksi. Tak pernah bawa mobil sendiri. Karena aku tak mau populer di kampusku. Biarlah teman – temanku menganggap aku sebagai mahasiswa yang punya motor pun tidak. Tiada gunanya menyombongkan diri dengan mobil – mobil mahalku.

So, teman – teman kuliahku tiada yang tahu kalau aku ini owner hotel dan beberapa pabrik garment, yang masih rajin main saham. Mereka hanya tahu kalau aku ini karyawan, tapi tiada yang tahu aku karyawan di mana.

“Dua hari yang lalu, waktu gue lagi nyegat angkot, Bu Hasnah masih sempet nyamperin gue. Nanyain loe udah punya istri belom ? Gue jawab gak tau juga, karena memang gue gak tau. “

“Iya. Kita kan menjaga privasi masing – masing. Gak perlu nanya masalah pribadi, “ kataku.

“Tapi biasanya sih guru atau dosen yang galak kayak dia, galak juga di ranjang.”

“Ah sapa bilang ? Sotoy deh loe, “ sahutku, “Malah bisa – bisa perempuan kayak Bu Hasnah itu cengeng di ranjang. “

“Cengeng gimana ? Suka nangis pada waktu wikwik ?” tanya Joni.

“Cepet orgasme, bukan nangis kayak anak kecil, ” sahutku sambil menahan tawa.

Joni ternganga. “Ada lagi arti lain istilah cengeng. Hehehee ... “

Lalu kami ngobrol ke barat ke timur, sampai akhirnya Joni duluan meninggalkan bandara. Meninggalkanku di café pada saat jadwal landing pesawat dari Pontianak tinggal 10 menit lagi (kalau gak delay).

Ternyata pesawat dari Pontianak memang terlambat setengah jam mendaratnya di bandara Soetta. Tapi aku bersabar. Sampai akhirnya mendapat call dari mamahnya Hua. Cepat kubuka panggilan itu :

“Dengan Nak Asep ?”

“Betul. Dengan Mamah Ling ?”

“Iya. Udah nunggu di depan ya. Tapi mamah masih nunggu barang dulu. Mamah pakai gaun berwarna merah hati Sep. “

“Iya Mamah/ Santai aja. Aku mengenakan celana corduroy hitam, dengan jaket kulit berwarna hitam juga. “

“Iya, iya ... sabar dulu nunggu mamah ya Sep. “

“Iya Mamah. “

Aku berdiri sambil berpeluk tangan di dekat gerbang kedatangan. Sampai pada suatu saat, terasa ada yang mencolek sikutku dari belakang, “Ini Asep ?” terdengar suara wanita di balakangku.

Ketika aku menoleh, ternyata yang mencolek sikutku itu seorang wanita bergaun tanpa lengan berwarna merah hati. “Mamah Ling ?” tanyaku girang.

“Betul. Sudah lama Asep menunggu ?” tanyanya waktu berjabatan tangan denganku.

“Sekitar sejam setengah menunggu di sini Mah, “ sahutku yang tadinya mau mencium tangannya sebagai tanda hormatku kepada mamahnya Hua. Tapi Mamah Ling merangkulku, menciumi pipi kanan dan pipi kiriku. Biasanya cipika cipiki hanya saling merapatkan pipi. Tapi Mamah Ling mencium sepasang pipiku. Disusul dengan bisikan, “Terimakasih ya atas segala kebaikan Asep pada Hua, satu – satunya anak mamah. “

AKu cuma mengangguk angguk sambil mencuri – curi pandang pada kejelitaan Mamah Ling. Tak kalah oleh kecantikan Hua.



Beberapa saat kemudian Mamah Ling sudah berada di dalam mobil deep brownku, yang mulai bergerak meninggalkan parkiran bandara.

Setelah berada di jalan tol aku berkata, “Kirain Mamah Ling sudah tua. Ternyata masih muda gitu. Hampir tak percaya tadi kalau Mamah Ling adalah ibunya Hua. “

“Masih muda gimana. Mamah sudah empatpuluh tahun Sep, “ sahut Mamah Ling.

“Tapi kelihatannya seperti tigapuluhtahunan gitu Mah. Apa sih resepnya yang membuat Mamah cantik dan awet muda gitu. “

“Aaah ... mamah gak punya resep apa – apa. Mamah cuma senang senam tiap pagi, itu aja. “

Lalu kami ngobrol ke barat ke timur, sehingga tanpa terasa sudah keluar dari pintu tol dan menuju ke jalan yang menuju rumah rahasiaku. Jalannya menanjak memang. Tapi tanjakan itu tidak terasa oleh mobilku yang powerfull ini.

Beberapa saat kemudian, kubelokkan mobilku, melewati penjagaan satpam yang langsung memberi hormat padaku. “Selamat siang Boss, “ ucap 2 orang satpam serempak.

Aku yang membuka jendela sebelah kananku, menjawab sambil tersenyum, “Sekarang sudah jam setengah empat. Jadi sudah termasuk sore. “

“Siap Boss, kami salah. Selamat sore Boss !” ucap mereka berdua. Yang kujawab sambil tersenyum lagi, “Soreee ... “

Lalu aku memasukkan mobilku langsung ke dalam garasi yang pintunya sudah dibuka oleh remote controlku yang selalu kusimpan di dashboard mobil yang sedang kupakai. Setelah mobilku masuk, pintu garasi itu automatis menutup lagi.

Sebenarnya mobilku sudah bertambah satu lagi. Sebuah jeep buatan Amrik.

Ada sejarahnya dengan mobil itu. Bahwa setelah berkali – kali mengadakan pertemuan dengan wanita bernama Regina itu, akhirnya dia hamil. Tentu pembaca masih ingat siapa Bu Regina itu. Teman Bu Haryani pernah berjanji untuk menghadiahkan sebuah sedan sport yang sama persis dengan miliknya. Tapi ketika aku diajak untuk memilih di dealernya, aku minta jip amrik saja. Jeep yang bahan bakarnya solar tapi sedang ngetrend di negaraku. Awalnya Bu Regina heran, karena jeep yang kuinginkan harganya jauh lebih murah daripada sedan sport yang dijanjikan olehnya.

Akhirnya Bu Regina berkata, “Baiklah ... kita beli jeep yang Yosef inginkan. Tapi karena aku sudah punya nazar, untuk membelikan mobil yang senilai dengan sedan sportku, maka kelebihan uang yang sudah kusediakan bakal kutransfer ke rekeningmu. Oke ?”

Awalnya aku menolak secara halus. Tapi karena Bu Regina mendesak, dengan alasan sudah punya nazar untuk membelikan mobil yang senilai dengan sedan sportnya, maka akhirnya kuterima juga transfer dana kelebihan itu ke rekeningku.

Dan sampai saat aku membawa Mamah Ling ke dalam rumah rahasiaku ini, aku belum pernah berjumpa lagi dengan Bu Regina. Hanya aku pernah mendapat WA, bahwa dia sedang memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan. Menurut pengakuan Bu Regina, kehamilannya sudah 6 bulan dan sudah diketahui jenis kelaminnya laki – laki. “Semoga setampan ayahnya, “ kata Bu Regina dalam WA-nya.

Jadi di dalam garasiku ada 4 buah mobil. Semuanya hadiah dari wanita yang sudah kuhamili. Tak ada yang beli dengan uangku sendiri.

Aku membelikan mobil untuk Ibu, untuk Anggraeni, untuk Mayang dan untuk Mama Lanny. Tapi aku gak pernah membeli mobil untuk diriku sendiri. Bahkan jeep amrik itu menyisakan uang kelebihan, lebih dari 4 kali harga jeep itu.

Kelebihan yang ada padaku, adalah mobil -p mobil hadiah dari Tante Sharon, Mbak Mona, Bu Haryani dan Bu Regina, takkan kujual sampai kapan pun. Sebagai penghargaanku kepada mereka yanbg telah mengeluarkan uang banyak untuk menghadiahkan mobil – mobil mahal itu padaku.

“Ini rumah apa istana Sep ?” tanya Mamah Ling setelah berada di dalam rumahku, “Dindingnya saja terbuat dari marmer semua. Waaah ... kalau mamah punya rumah semewah ini di Kalimantan, pasti adem deh hati mamah. “

“Nanti ademin hati Mamah di rumah ini, “ sahutku.

“Tapi Hua bakal sebulan lagi baru bisa tinggal di sini ya ? “

“Bisa sebulan lagi, bisa dua atau tiga minggu lagi. Lan Ying kan baru bisa datang dua minggu lagi. Lalu dia harus dilatih oleh Hua, tentang cara merawat dan mengasuh anak yang selama ini diurus oleh Hua. “

“Iya, Hua sudah bilang masalah itu lewat hape. Tapi sebelum Hua pindah ke sini, mamah harus sendirian di rumah segede ini ?”

“Kan ada aku Mam. Biasanya aku tidur di hotelku. Setelah ada Mamah, biar aku tidur di sini aja malamnya. Tapi setiap pagi aku pergi kerja, pulangnya sore. Jadi malamnya bisa tidur di sini. “

“Adududuuuuhhhh ... “ tiba – tiba Mamah Ling meringis sambil memijat – mijat pahanya.

Cepat aku duduk di samping kanannya, “Kenapa Mah ? ” tanyaku agak kaget.

“Pa ... pahaku kram ... duuuuuh sakit sekali ... “ sahutnya sambil menyeringai.

Aku memberanikan diri memegang lututnya. “Di sebelah mana sakitnya Mah ?” tanyaku.

“Ini di pangkal paha mamah ... duuuuuuuhhhh ... “ Mamah Ling menyingkapkan gaunnya sampai kelihatan celana dalamnya. Aku pun spontan berusaha mengurut selangkangannya.

“Di sebelah sini ?” tanyaku.

“Iya ... ooooooooohhhh .... “ sahutnya sambil memejamkan matanya. Sedangkan mataku sedang melotot. Karena kulihat ada beberapa helai rambut tidak tertutupi celana dalam putihnya. Ya ... itu jelas jembut yang tidak tertutupi celana dalam Mamah Ling.

Maka diam – diam nafsuku mulai bergejolak. Kejantananku pun spontan menegang di balik celana jeans dan celana dalamku. Jemariku pun tak cuma mengurut – urut selangkangan Mamah Ling. Sementara Mamah Ling memejamkan matanya sambil merapatkan pipinya ke pipiku.

“Mungkin sumbernya di sini Mah, “ kataku sambil menyelinapkan tanganku ke balik celana dalam putih itu, sampai menemukan celah agak basah yang licin dan hangat.

Mamah Ling diam saja. Cuma mendesah – desah perlahan.

“Mungkin Mamah udah lama tidak disentuh lelaki, “ ucapku yang mulai asyik menyelinapkan jemariku ke dalam celah licin dan hangat ini.

“Mu ... mungkin ... “ sahutnya, “karena sejak ayah Hua meninggal, mamah gak pernah merasakannya lagi. “

“Gimana kalau aku melakukannya sekarang ?” tanyaku, “Biar Mamah segar lagi. “

“Me ... memangnya Asep mau begituan sama mamah ?” Mamah Ling menatapku dengan sorot sayu. Sayunya mata wanita yang sedang horny.

“Kenapa tidak mau ? Di mataku Mamah sedang – sedangnya memancarkan pesona birahi yang kuat sekali, “ sahutku sambil memeluknya dengan lengan kiriku, sementara jemari tangan kanan masih asyik memainkan celah memeknya yang berjembut jarang ini.

“Tapi mamah seperti merebut Asep dari anak mamah sendiri. “

“Tidak merebut. Mamah malah membantu Hua agar aku semakin bahagia. Karena aku bisa mencintai Hua sekaligus mencintai Mamah. Ayolah ... jangan buang buang waktu lagi, “ ucapku sambil membopong Mamah Ling yang bertubuh tinggi semampai itu. Dan meletakkannya dengan hati – hati di atas bed.

Di atas bed Mama Ling melepaskan gaunnya, sehingga tinggal bra dan celana dalam yang masih melekat di tubuhnya.

Pada saat yang sama aku pun melepaskan segala yang melekat di badanku. Tinggal celana dalam yang masih kubiarkan melekat di tempatnya. Mamah Ling pun melepaskan bra dan celana dalamnya. Sehingga sepasang toket kecilnya tidak tertutup apa- apa lagi. Memeknya yang berjembut jarang itu pun sudah tampil sepenuhnya di depan mataku.

Pada saat itulah aku teringat kata kata Abah waktu mengantarkan Kang Obos beberapa tahun yang lalu. “Jodohmu bakal sakantet – sakantet. “ (sakantet = dua pisang dengan satu tangkai untuk direbus atau dijual mentah juga). Mungkin maksud Abah itu jodohku itu ya anak ya ibunya juga. Dan aku baru menyadari sekarang kebenaran ucapan Abah itu.

Ketika aku merayap ke atas perut Mamah Ling, lalu menggenggam toket kecilnya, Mamah Ling berkata, “Asep memang terlalu tampan. Laksana dewa turun dari langit. Sehingga hati mamah langsung runtuh. “

Aku cuma tersenyum. Lalu memagut bibir Mamah Ling ke dalam ciuman lengketku. Dan menyahut, “Hatiku juga sudah runtuh, karena Mamah punya pesona yang luar biasa kuatnya. Hmmm ... ini akan menjadi sesuatu yang takkan terlupakan di sepanjang hidupku. “

“Kok bisa Asep suka sama mamah yang sudah empatpuluh tahunan ini ? “ Mamah Ling menatapku dengan sorot menyelidik.

“Sejak lama aku ini penggemar wanita setengah baya Mah, “ sahutku sambil memainkan pentil toket kecil Mamah Ling.

“Tetek mamah kecil ya Sep. Nurun sama Hua, teteknya kecil juga kan ? ”

“Iya tapi menyenangkan. Karena bisa tergenggam oleh satu tangan. Lagian toket kecil tidak cepat kendoir seperti toket gede. Seperti toket Mamah ini, masih enak diremas dan diemut, “ sahutku sambil melepaskan celana dalamku.

“Sep ... !” Mamah Ling bangkit dan duduk sambil menangkap kontol ngacengku yang sudah terpamerkan di depan mata Mamah Ling .

“Penismu ini ... panjang sekali Sep ... “ ucap Mamah Ling sambil memegang kontolku dengan tangan gemetaran.

“Enakan juga kontol panjang Mah. Bisa nyundul – nyundul dasar liang memek, “ sahutku.

“Sudah pasti itu sih ... aaaaaah ... ternyata Asep bukan hanya tampan, tapi juga punya kontol yang sepanjang ini ... mmmm ... mamah langsung horny Sep ... “

“Mau langsung dimasukin aja Mam ?” tanyaku sambil meraba – raba dan memasukkan jemariku ke dalam celah memek Mamah Ling yang sudah basah.

“Iya Sep. Mamah udah gak sabar ... ingin merasakan enaknya dimasukin kontol sepanjang itu ... “ sahut Mamah Ling sambil celentang dan merenggangkan kedua belah paha putih mulusnya.

Aku pun berlutut sambil meletakkan kedua kaki Mamah Ling di atas sepasang pahaku, sambil meletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek berjembut jarang itu.

Tanpa kesulitan aku berhasil membenamkan kontolku ke dalam liang memek Mamah Ling. Langsung amblas sampai mentok di dasar liang memek mamahnya Hua itu.

“Dududuuuuuh ... benar – benar menyundul dasar lubang memekku Sep ... “ lenguh Mamah Ling sambil menatapku dengan sorot hornynya seorang wanita.

Aku pun mulai mengayun kontolku sambil berlutut dan memegangi kedua lutut Mamah Ling.

Tapi baru beberapa detik aku mengentot, Mamah Ling menarik kedua tanganku, sehingga dadaku terhempas ke dada Mamah Ling. “Kurang enak kalau gak berpelukan, “ katanya sambil merengkuh leherku dan merapatkan pipinya ke pipiku.

Aku pun melanjutkan entotanku, sambil menciumi dan menjilati leher Mamah Ling yang jenjang itu.

Kalau jadi gadis model atau peragawati, tubuh Mamah Ling ini sangat cocok. Tinggi semampai, dengan leher jenjang begini.

Namun yang terpenting buatku saat ini, memek Mamah Ling ini ... duh legit dan pulen sekali. Sama legit dan pulennya dengan memek Bu Mulyati alias Tante Mali yang saudara kembar ibu kandungku itu.

Terlebih lagi setelah bokong Mamah Ling yang agak semok itu mulai bergeol – geol. Meliuk – liuk dan menghempas – hempas. Sehingga kelentitnya sering bergesekan dengan badan kontolku.

Semua itu ia lakukan sambil merintih – rintih histeris. “Seeeep ... mamah belum pernah merasakan yang seenak dan seindah ini Seeeeep ... ooooo .... oooooohhhhhhhhhhhhh ... ooooooohhhhh ... ini luar biasa Seeeeeeepppp .... bagaimana kalau mamah ketagihan nanti Seeeeep ... ooooooo .... ooooohhhhhhhhh .... “

“Pokoknya Mamah .... uuuughhhh ... Mamah akan kugauli secara rutin ... uuuughhh ... karena ... uuuughhhh ... cipet Mamah ini ... luar biasa legit dan pulennya ... uuughhh ... “

“Asep udah tau bahasa Kek ... tau cipet segala ... oooooh ... Seeeeep ... entot teruys Seeeeep ... enaaaaaaak Seeeeep ... enaaaaaaaak ... Aseeeeeeep ... entoooooottttttttttt ... entooooooootttttttt ... enaaaaaaakkkkkk .... ooooohhhh ... Aseeeeeeepppp ... oooooo ... oooooohhhh ... kontol Asep luar biasa enaknyaaaaa .... oooooo ... ooooohhhhhhh ... “

“Uuuughhhh ... cipet Mamah juga enaaaaak ... uuughhhhh ... aaaaa ...aaaaaku pasti ke ... ketagihan Maaaaaahhhh ... “ sahutku sambil menjilati ketiak Mama Ling yang ada bulunya tapi jarang. Sementara tangan kiriku asyik meremas – remas tocilnya.

Cukup lama kontolku mengentot liang memek Mamah Ling. Aku juga heran, karena dia belum orgasme juga. Padahal tadinya kuduga Mamah Ling akan cepat orgasme. Namun ternyata dia cukup tangguh.

Padahal tubuhku sudah bermandikan keringat, bercampur aduk dengan keringat Mamah Ling.

Ketika aku asyik lagi menjilati leher jenjangnya disertai gigitan – gitian kecil, Mamah Ling berkata terengah, “Cupangin leher mamah Sep ... yang banyak cupanginnya ... “

“Nanti ... ughhh ... nanti bekasnya kelihatan Hua, gimana ?” tanyaku tanpa menghentikan entotanku.

“Hua kan masih lama ke sininya ... pokoknya cupangin leher mamah Seeeep ... “

“Iyaaaa ... “ sahutku yang akhirnya mulai menyedot – nyedot leher Mamah Ling sekuatnya. Sampai meninggalkan bekas merah gelap.

“Iya ... cupangin terus Seeeep ... mamah kalau dicupangin cepet lepasssss ... oooooh ... oooohhhh Assssep ... Aseeeeep ... mamah cinta Aseeeep ... ooooooooohhhhhh ... aaaaaaaaaaa ... “

Mamah Ling berkelojotan dan akhirnya mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Pada saat yang sama, aku pun tak kuasa menahan ejakulasiku lagi. Karena memek Mamah Ling memangf luar biasa enaknya. Lagian badanku masih letih karena habis nyetir berjam – jam sejak subuh sampai sore tadi.

Maka ketika liang memek Mamah Ling terasa mengedut – ngedut . kontolku pun mengejut – ngejut kencang sambil memuntahkan air maniku.

Crettttt ... crooooooooottttt ... croooooooooootttttt ... crettttttt ... crooooooooooottttttttttttttt ... cretttttt ... crooooooooooooooooooooooooottttttttt ... !



Entah di mana letak errornya. Kalau para suhu mau memperbesar gambarnya, jangan pijat thumbnail yang pertama.
No 2 dan seterusnya sih bisa. Nanti setelah berada di situs penyimpan gambar, kalau mau melihat gambar pertama
bisa dengan memijat tanda panah. Maaf ya, nubie belum bisa sempurna
menghidangkan mulustrasinya.
Makasih apdetnya bro @Otta ...
 
Episode 2

Part 12B







Mamah Ling turun dari bed, “Mau bersih – bersih dulu, “ katanya.

Aku pun mengikuti Mamah Ling yang sama – sama masih telanjang.

DI dalam kamar mandi Mamah Ling berkata, “Mamah seperti perempuan gak bener ya Sep. Masa baru kenal sama Asep langsung begituan. “

Aku mendekap pinggang Mamah Ling dari belakang, “Kalau Mamah perempuan gak bener, mana mungkin aku mau begituan sama Mamah ? Justru di sepanjang perjalanan dari Jakarta ke sini, aku sudah menunggu kesempatan. Dan tiba – tiba aja paha Mamah kram. Jadi aja aku punya kesempatan menggerayangi memek Mamah. “

“Tapi mamah harus mengucapkan terimakasih sama Asep, “ kata Mamah yang tiba – tiba memutar badannya jadi berhadapan denganku. Lalu ia memelukku sambil menyembunyikan wajahnya di dadaku dan berkata, “Peristiwa ini sangat berarti buat Mamah.Sejak ayah Hua meninggal, baru kali ini mamah menyerahkan tubuh. Soalnya Asep tampan banget sih. “

“Mamah juga punya pesona yang sangat membangkitkan birahiku. Tubuh tinggi semampai begini, takkan pernah membosankan. Makanya ibu – ibu yang sudah setengah baya, sangat takut badannya gemuk. Karena kalau gemuk, suaminya bisa macam – macem di luaran, “ kataku. “Mamah sengaja diet supaya badannya tetap langsing gini ?”

“Mamah gak diet. Tapi mamah memang gak makan hewan berkaki empat. Mamah cuma makan ayam, ikan – ikanan dan sayur mayur. “

Lalu aku memutar kran shower air panas. Air hangat pun memancar dari atas kepala kami. “Mending mandi sekalian, biar nyenyak tidurnya nanti, “ kataku.

Mamah Ling manut saja. Membiarkan kepala dan sekujur tubuhnya disembur oleh air hangat.

Mama Ling pun diam saja ketika aku menyabuni tubuh tinggi semampainya dengan sabun cair. Sampai telapak kakinya kusabuni. Dan ketika sedang menyabuni memeknya, kontolku tak mengenal kompromi. Langsung ngaceng lagi.

“Aseeeep ... “ cetus Mamah Ling ketika menyadari bahwa licinnya air sabun telah membuat kontolku mudah dijebloskan lagi ke dalam liang memeknya. “Hihiiii ... Asep nakal iiih ... “ Mamah bersandar ke dinding kamar mandi sambil melingkarkan lengannya di leherku.

“Ketagihan sama nikmatnya ngentot memek Mamah, “ sahutku sambil menatap wajah yang punya pesona tersendiri itu.

Ketika aku mulai mengentotnya, Mamah semakin kencang memelukku. “Jujur .. mamah baru sekali ini bersetubuh sambil berdiri begini. “

“Kata Hua, almarhum suami Mamah sudah tua sekali ya, “ kataku tanpa menghentikan entotanku.

“Iya. Usianya tigapuluh tahun lebih tua dari mamah, “ sahutnya, “Makanya almarhum mah gak pernah macem – macem. Namanya bersetubuh harus di atas ranjang doang. “

“Kalau sama aku nanti bakal banyak diajak macem – macem. Main di kolam renang, di hutan atau di pantai ... “

“Iiih ... main di luar rumah kalau ketahuan orang nanti gimana ?”

“Hutannya punyaku sendiri Mah. Hutan bambu. Gak ada yang berani masuk ke situ, karena masyarakat di sekitarnya tahu, hutan itu ada pemiliknya. “

“Oooh ... mau kalau gitu sih. Ingin nyobain juga bagaimana rasanya bersetubuh di alam terbuka. Ah ... ngobrol terus ... kapan ngentotnya ? Kaki mamah udah pegel nih. “

“Ya udah. Sekarang kita selesaikan dulu mandinya. Nanti kita lanjutin di atas tempat tidur. Biar Mamah merasa nyaman, “ kataku sambil melepaskan kontol ngacengku dari liang memek Mamah Ling.

“Iya, “ Mamah Ling mengangguk. Lalu membilas tubuhnya dengan air hangat shower. “Asep kuat berapa kali main dalam sehari ?” tanyanya.

“Empat atau lima kali juga kuat. Mamah kuat berapa kali ?”

“Kalau perempuan sih tergantung laki – lakinya aja. Karena perempuan kan gak perlu ngaceng. Tinggal celentang dan ... dientot semaunya laki – laki. Hihihiiii ... “

Aku tersenyum sambil mengangguk – angguk, sementara Mamah Ling sedang menghanduki tubuhnya sampai kering.

“Itu ada kimono bersih di lemari kaca. Semuanya baru. Silakan pilih sendiri mana yang Mamah suka. “

“Ini semuanya baru ? Nyediain buat siapa ?” tanya Mamah Ling sambil memperhatikan kimono – kimono baru itu.

“Itu kan kiriman supplier untuk hotel. Aku selalu mengambilnya untuk kebutuhanku sendiri. Sapa tau ada tamu yang mau nginap dan membutuhkannya. “

“Handuk – handuk itu juga baru semua ?”

“Iya. Handuk yang Mamah pakai itu juga baru. “

“Kalau abis dipakai, langsung dibuang ?”

“Nggak. Masukin ke laundry hotel, buat dipakai di sana. Tapi untuk aku dan tamu – tamuku, selalu tersedia yang baru. “

Setelah mengenakan kimono pilihannya, Mamah duluan keluar dari kamar mandi. Sementara aku baru mau menghanduki badanku. Sambil memikirkan kata – kata Mamah tadi. Bahwa wanita tak perlu ngaceng. Tinggal celentang untuk dientot lelaki semaunya.

Ketika aku keluar dari kamar mandi, kulihat Mamah Ling sudah duduk di sofa sambil nonton televisi di depannya. Seperti Mamah Ling yang mengenakan kimono berwarna pink, aku pun mengenakan kimono putih bersih.

Lalu aku duduk di samping kanannya, sambil mengusap – usap paha putih mulusnya yang terbuka lewat belahan kimono berwarna pink itu.

“Kalau ketahuan sama Hua ... marah gak ya dia ?” tanya Mamah Ling sambil membiarkan tanganku merayapi memeknya yang berjembut jarang sekali ini.

“Kalau pakai siasat, Hua takkan marah. Bahkan mungkin dia akan senang – senang saja nanti, “ sahutku.

“Bagaimana cara menyiasatinya ?”

“Aku akan pura – pura minta tolong sama Mamah, tentang caranya meladeni lelaki. Tentang cara mennggoyang pantat dan sebagainya. Jadi nanti aku akan menyetubuhi Mamah di depan mata Hua. Aku yakin Hua akan mengikutinya saja. Karena Hua itu memang sangat menurut padaku. Makanya aku sangat sayang sama dia. “

“Iya Sep. Mamah minta sayangi Hua ya. Jangan hancurkan hidupnya, karena anak mamah cuma dia satu – satunya. Kalau kehidupannya hancur, maka hancur jugalah kehidupan mamah, ” kata Mamah Ling sambil merayapkan tangannya ke belahan kimono putihku. Dan langsung memegang kontolku yang belum ngaceng full ini.

“Aku makanya menyuruh Hua agar mengajak Mamah ke sini, karena aku sayang sama Hua. Tapi dia sempat bilang takut tinggal di sini sendirian, sementara kegiatanku terkadang bisa berhari – hari tidak bisa singgah ke rumah ini. Dengan adanya Mamah di sini, Hua poasti bahagia. Aku pun senang sekali, karena bisa menikmati legit dan pulennya memek Mamah, “ kataku.

Tiba – tiba Mamah berdiri, lalu berjongkok di antara kedua kakiku. Lalu dengan sigapnya ia mengulum dan menyelomoti kontolku.

Aku memang kurang suka dioral, tapi kalau mengoral aku suka.

Untungnya tidak lama Mamah mengoralku, karena kontolku langsung full ngaceng. Sebenarnya tanpa dioral pun kontolku akan ngaceng sendiri setelah aku “serius” mau memasukkannya ke liang memek Mamah Ling yang super legit itu.

Mamah Ling melepaskan kontolku dari mulutnya, lalu ia berlutut di karpet, menghadap ke sofa. Lengan dan dadanya berada di atas sofa, sementara kimononya disingkapkan sambil menunggingkan bokongnya.

“Mau doggy ? “ tanyaku sambil berlutut menghadap ke arah bokong dan memek Mamah Ling.

“Iya, “ sahut Mamah Ling sambil menepuk – nepuk pantatnya yang tidak gede tapi indah bentuknya.

Sambil berlutut aku pun membenamkan kontolku ke dalam liang memek super legit itu. Dan langsung mulai mengentotnya.

Kali ini Mamah Ling ketemu batunya. Karena aku sudah menyiapkan diri untuk memamerkan kejantananku. Setelah hampir setengah jam aku mengentot Mamah Ling dalam posisi doggy ini, akhirnya Mamah Ling berkelojotan lalu mengejang tegang dan ... orgasme ... !

Namun Mamah Ling memang enerjik. Setelah kontolku dilepaskan dari liang memeknya, Mamah Ling menelentang di atas karpet. Dan minta dientot dalam posisi missionary lagi.

Aku pun menelungkupinya sambil membenamkian lagi kontolku ke dalam liang memeknya yang sudah agak becek (tidak terlalu becek). Setelah kontrolku masuk, aku memagut bibir sensualnya ke dalam ciuman dan lumatanku, sambil mengayun kontolku. Bermaju mundur di dalam liang memek legit dan pulen itu.

Tak cuma kontolku yang beraksi. Bibir dan lidahku pun beraksi, untuk menjilati dan menggigit – gigit leher Mamah Ling yang masih tampak bekas cupanganku tadi. Sementara tangan kananku mulai asyik menggenggam dan meremas – remas tocil kiri Mamah Ling yang belum kendor ini.

Mamah Ling pun Aseeeeep ... ooooo ... ooooohhhhh .... Aseeeeep ... mamah takkan bisa dijauhi lagi oleh Aseeeep ... mamah merasa sudah menemukan apa yang mamah cari selama ini. Asep adalah ... lelaki yang ... yang paling memuaskan birahi mamah ... oooooo .... ooooooohhhhh ... Aseeeeep ....“

Aku tak mau mencupangi leher Mamah Ling lagi, karena masih banyak totol – totol merah kehitaman di lehernya. Maka sasaranku adalah menyedot pentil toket kiri Mamah Ling sambil menggencarkan entotanku. Tampaknya usahaku berhasil.

Ketika aku masih menyedot pentil toket kirinya, Mamah Ling berkelojotan, lalu mengejang tegang untuk menikmati orgasmenya lagi ... !

Tapi aku belum apa – apa. Aku masih mampu untuk mengentotnya, untuk menikmati legit dan pulennya liang memek mamahnya Hua ini ....
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd