Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 05

P
ada hari terakhir “kontrak” bersama Tante Sharon, aku merenung sendiri di samping kolam renang, setelah cukup letih berenang di siang ini.

Tante Sharon pun datang dalam gaun kuning muda yang membuatnya tampak lebih cemerlang.

“Habis berenang ?” tanyanya sambil mengepit sepasang pipiku dengan kedua telapak tangannya.

“Iya ... kan sayang kalau kolamnya tidak dipakai, Tante, “ sahutku.

Tante Sharon mencium bibirku dengan hangatnya. Lalu berkata lirih, “Hari ini kontrak kita berakhir ya. “

“Iya Tante, “ sahutku sambil mengenakan kimono putih yang terbuat dari bahan handuk.

Tante Sharon tersenyum dan berkata, “Aku harap kita masih tetap bisa berjumpa. Bahkan setelah anak kita lahir pun, aku tetap mengharap hubungan kita berlanjut. Siapa tau aku bisa hamil lagi, biar anak kita bukan cuma seorang. “

“Aku kan bakal tetap tinggal di sini sampai kapan pun. Tante bisa datang kapan pun Tante mau. Kalau tidak dilarang, mungkin aku yang bakal sering mendatangi rumah Tante. Untuk meredakan perasaan kangen pada Tante. “

Tante Sharon menggandeng lenganku sambil melangkah ke ruang keluarga.

Setelah duduk berdampingan di sofa ruang keluarga, Tante Sharon mengeluarkan selembar cheque dari tas kecilnya. Dan menyerahkannya padaku.

Alangkah kagetnya aku setelah melihat nominal yang tertulis di cheque itu. Besar sekali. Tderlalu besar untukku.... !

“Tante ... ini untuk apa ?” tanyaku dnegan suara bergetar.

“Untuk pembayaran kontrakmu selama tiga bulan, “ sahut Tante Sharon sambil tersenyum.

“Tapi kan tiap minggu juga Tante selalu ngasih duit untukku. Dengan uang itu saja, sudah cukup Tante. “

“Terima sajalah. Cairkan hari ini di bank. Kalau mau dipindahkan ke rekening tabunganmu juga bisa. Malah itu lebih aman. “

“Oooh ... Tante ... aku tak punya kata - kata yang sesuai dengan kebaikan Tante. “

“Itu rejekimu Sayang. Siapa tau pada suatu saat kamu ingin punya mobil, kan dengan uang itu bisa beli. “

Aku cuma terlongong. Dan berlinang - linang air mata.

Memang aku tak menyangka akan mengalami nasib sebaik ini. Aku jadi teringat betapa sengsaranya hidup di kampungku. Sehingga untuk makan pun aku harus jadi kuli di pasar.

“Jangan menangis dong, “ ucap Tante Sharon ketika melihatku bercucuran air mata.

“Aku sangat terharu pada kebaikan - kebaikan Tante selama ini, “ sahutku sendu.

“Karena kamu juga sangat baik padaku Sef, “ sahut Tante Sharon sambil mengusap - usap punggungku. “Terus rencanamu selanjutnya gimana ?”

“Mungkin besok mau pulang ke kampung dulu. Untuk melihat rumah orangtuaku yang sudah mau roboh. “

“Baguslah. Kalau rumahnya masih memungkinkan direnovasi, ya renovasi aja, “ kata Tante Sharon, “ Nanti kalau ada kekurangan dana untuk pembangunan rumahmu, tinggal minta aja sama aku. “

“Terima kasih Tante. Kalau pun harus direnovasi, mungkin biayanya takkan seberapa. Karena kalau dibangun habis - habisan, malah bisa gempar nanti masyarakat di sana. “

“Ogitu ya. Tapi kamu tentu lebih tau apa yang harus kamu lakukan di kampungmu. “

“Di kampungku, jarum jatuh juga bisa terdengar ke sekampungku. “

“Maksudnya di kampungmu banyak yang suka nyebar gossip ?”

“Iya Tante. Makanya aku akan pura - pura masih miskin aja kalau sedang berada di kampungku nanti. “

“Kamu punya saudara kandung ?”

“Punya, cuma seorang kakak perempuan, “ jawabku.

“Nah, bawa aja dia ke sini. Biar kamu jangan sendirian terus. “

“Dia sudah menikah Tante. “

“Owh. Saudara sepupu gak punya ?”

“Saudara sepupu banyak. Tapi sudah menikah semua Tante. Hanya aku yang masih bujangan. “

“Kamu kan sudah punya aku, “ ucap Tante Sharon sambil mengecup bibirku, “Anggap aja aku ini istrimu, walau pun bukan istri yang resmi. “

“Iya Tante. “



Keesokan harinya aku benar - benar pulang ke kampungku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kota ini. Naik angkot 3 kali juga sampai di rumahku.

Kulihat seorang wanita muda sedang menyapu di pekarangan depan yang 100% tanah. Belum mampu ditembok seperti pekarangan orang lain. Wanita muda itu Ceu Imas, kakak kandungku yang sudah punya suami itu.

“Ceu Imas ... !” sapaku dari belakang kakakku.

“Aeeeh ... Asep ?! Ke mana aja selama ini Sep ? Kok menghilang begitu aja ?” cetus Ceu Imas sambil memelukku dengan penuh persaudaraan.

“Sama Kang Saka ?” tanyaku.

“Udah cerai, “ sahutnya.

“Lho ... kapan cerainya ?” tanyaku kaget.

“Tiga bulan yang lalu. Mungkin cuma beberapa hari sejak kamu nitip kunci ke tetangga dan menghilang dari rumah ini. “

Aku masuk ke dalam rumah yang sudah hampir roboh ini. Rumah yang hanya berdindingkan bilik (gedek) bambu ini. Lantainya pun hanya dilapisi semen yang sudah rusak di sana - sini.

“Sebulan yang lalu ayah kita datang, “ kata Ceu Imas ketika aku sudah duduk di kursi rotan yang anyamannya sudah banyak yang lepas.

“Ohya ?! Mau ngapain ?” tanyaku dingin.

“Dia cuma ngasihtau, bahwa dia menghilang itu bukan karena ingin melarikan diri dari kita. “

“Lantas kenapa dia menghilang begitu aja ?”

“Dia banyak hutang Sep. Dan dia tak sanggup membayarnya. Karena itu dia menghilang. “

“Tapi dia kan pasti udah kawin lagi. “

“Iya sih. Tapi waktu datang ke sini Ayah tidak membawa istrinya. Ayah hanya ingin tau keadaan kita, sekaligus untuk membayar hutang - hutangnya. “

“Terus di mana dia sebenarnya ?”

“Dia di Kalimantan. Kerja di kebun kelapa sawit. “

“Sudah kaya dong dia. “

“Boro - boro kaya. Hutang - hutangnya aja belum terbayar semua. Makanya dia minta agar alamat rumahnya jangan dikasihtau sama orang lain. Tapi sekarang masih mending, aku sudah punya nomor hapenya. Jadi bisa hubungi Ayah kalau ada perlu. “

“Sekarang Ceu Imas sudah punya hape ?”

“Udah. Hape jadul. Lumayan aja bisa telepon dan smsan. Kamu udah punya hape ?”

“Ada, “ aku mengangguk. Hmmm ... seandainya Ceu Imas tahu, sekarang aku beli mobil pun bisa, kalau aku mau. Apalagi kalau cuma handphone.

“Terus kenapa Ceu Imas bercerai sama Kang Saka ?” tanyaku.

“Pusing punya suami yang cemburuan gitu sih. Maunya aku di rumah terus, karena takut ada yang naksir dan ngajak selingkuh. “

“Terus anak Euceu siapa yang rawat ?”

“Diambil sama ibunya Kang Saka. Biarin aja. Kubawa juga dari mana punya duit untuk beli susu dan makanan balita ? “

“Kerja Euceu sekarang apa ?”

“Ya nganggurlah. Biarin aja. Nanti kalau perlu jadi tukang cuci atau pembokat juga aku mau. Asal ada duit untuk kebutuhan sehari - hari aja. “

“Gila. Masa mau jadi pembokat segala ? “ cetusku geram, karena tak rela kalau kakak kandungku jadi pembokat. “Sudahlah Ceu Imas ikut aku sekarang. “

“Ikut ke mana ?”

“Ke rumahku. “

“Memang kamu udah punya rumah segala ?”

“Udah, “ aku mengangguk.

“Di mana ?”

“Di kota. Ayolah ikut aku. Jangan banyak tanya. Nanti di rumahku akan kuceritakan semua. Kalau Euceu gak suka, pulang lagi ke sini juga gak apa - apa. “

“Kalau gitu gak usah bawa baju ya. Aku mau lihat - lihat dulu keadaannya. “

“Terserah. Pokoknya aku gak mau Ceu Imas jadi pembokat. Aku gak rela kakakku jadi babu di rumah orang. ”

“Sukurlah kalau kamu punya perasaan gitu. Berarti kamu sayang sama aku. “

“Ya iyalah. Ceu Imas kan kakakku dan satu - satunya saudaraku. Dahulu Ceu Imas kan sering ngasih duit sama aku, berarti sayang juga padaku kan ?”

“Iya sih. Tapi gara - gara itu aku jadi sering bertengkar sama Kang Saka. Makanya mending hidup menjanda begini ajalah. Biar bebas. “



Beberapa jam kemudian .....

Aku dan Ceu Imas sudah berada di depan rumah megahku. Rumah yang membuat ceu Imas terlongong dan berucap, “Ini rumah apa istana Sep ? Ini rumah siapa ?”

Aku tidak menjawab. Lalu membawa Ceu Imas masuk ke dalam rumah pemberian Tante Sharon ini.

“Waaaaaw ... ! “ pekik Ceu Imas setelah berada di dalam rumah megah yang sudah menjadi milikku ini, “Perabotannya juga serba mewah gini. Sebenarnya rumah ini punya siapa ? Punya Sultan ? ”

“Ini rumahku Ceu. Nanti kuperlihatkan surat - suratnya. “

“Dalam tempo tiga bulan kamu menghilang. Lalu tiba - tiba kamu bisa memiliki istana ini ?! Jangan - jangan uangnya hasil gak bener Sep. Aku malah jadi takut kebawa - bawa nantinya, “ ucap Ceu Imas dengan sorot mata curiga.

“Ceu Imas ... rumah dan segala isinya ini bukan hasil dari menyakiti dan merugikan orang lain. Bahkan sebaliknya, rumah ini hasil dari membahagiakan orang lain. “

“Hasil dari membahagiakan gimana ?” dengan sikap ragu - ragu Ceu Imas duduk di sofa ruang keluarga.

“Begini ceritanya, “ tuturku, “ Ada seorang wanita, istri seorang pengusaha yang hartanya takkan habis dimakan tujuh turunan. Namun setelah bertahun - tahun mereka menjadi pasangan suami istri, mereka belum juga dikaruniai keturunan. Sedangkan wanita itu ingin punya anak .... “

“... Lalu kamu dijadikan anak angkatnya ?” sela Ceu Imas.

“Bukan begitu Ceu. Jangan potong dulu dong kalau aku belum selesai menuturkannya, “ ucapku sambil cemberut, “ Atas restu dari suaminya, wanita itu mencari cowok yang bisa menghamilinya. Lalu ia memilihku. Karena aku ini tampan kan ?”

“Iya tampan sekali, “ sahut Ceu Imas sambil tersenyum, “Terus ... ?”

“Wanita itu berjanji, kalau aku berhasil menghamilinya, rumah beserta segala isinya ini akan dihadiahkan padaku. Dan ternyata aku berhasil. Sekarang dia sudah mulai hamil. Maka rumah dan semua isinya ini dihibahkan padaku, dengan membuat perjanjian di notaris. Sebentar ... aku akan perlihatkan surat - suratnya. Biar Ceu Imas percaya, “ kataku sambil berdiri. Kemudian melangkah ke dalam kamarku. Dan kembali lagi dengan membawa seberkas surat - surat penting. Sertifikat dan akte hibah rumah beserta segala isinya ini.

Ceu Imas memperhatikan semua surat penting yang diperlihatkan padanya.

Lalu ia menatapku dengan sorot ceria, “Kamu benar - benar beruntung Sep. Aku senang sekali. Karena kamu bukan sekadar adik kandungku, tapi juga akan menjadi pelindungku, “ ucap Ceu Imas disusul dengan kecupan di pipiku.

“Tapi semua yang kuceritakan tadi harus dirahasiakan. Karena mereka seorang pengusaha besar. Kalau sampai rahasia ini bocor, pasti publik akan gempar. Hanya Ceu Imas yang kuberitahu rahasia ini. Ayah pun gak usah dikasihtau. Begitu juga dengan saudara - saudara sepupu kita, tak usah ada yang tau. “

“Iya. Tentu aja aku akan merahasiakannya. “

“Kalau aku mau, sekarang juga aku bisa membeli mobil yang mahal. Tapi aku gak mau menonjolkan diri. Takut jadi gunjingan orang - orang. mereka pasti curiga. Mereka akan mengiraku seorang perampok, penyelundup narkoba dan sebagainya. Karena itu aku hanya membeli sepeda murahan. Untuk sekalian olahraga, supaya badan tetap sehat. “

“Iya. Kalau beli mobil, pasti kamu ingin petantang - petenteng ke kampung. Lalu orang - orang pada heboh. Si Asep udah kaya. Dari mana kekayaannya itu ? “

“Betul Ceu. Kalau udah dua atau tiga tahun, gak apa - apa beli mobil juga. Ohya, kemaren ibu yang menghibahkan rumah ini bilang, kalau ada saudara di kampung, ajak aja pindah ke sini. Biar jangan sendirian mulu di sini. ‘

“Terus kamu jawab gimana ?”

“Kubilang satu - satunya saudaraku sudah menikah. Karena kemaren aku belum tau kalau Euceu udah cerai sama Kang Saka, “ kataku sambil berdiri, “Sini ikut aku Ceu. “

Ceu Imas pun berdiri dan mengikuti langkahku ke dalam kamarku.

Di dalam kamarku, sebuah handphone yang masih ada di dalam kotaknya, kuberikan kepada kakakku. “Ganti handphonenya dengan ini, “ kataku.

Ceu Imas terbelalak setelah melihat kotak handphone itu. “Woooow ... ini sih handphone mahal sekali Sep. Harganya sampai belasan juta kan ?”

“Iya, “ sahutku, “ Tapi jangan dipakai di tempat ramai. Sering ada yang jambret kalau melihat handphone mahal gitu sih. “

Lalu aku mengeluarkan segepok uang merah dan memberikannya kepada Ceu Imas sambil berkata, “Ini untuk membeli pakaian yang pantas. Gak usah yang mahal, yang penting enak dipandang mata dan banyak pakaian ganti. “

“Wah, banyak amat ngasih duitnya Sep. Uang segini mah bisa dipakai beli lusinan baju. Bikini juga bisa beli, biar aku bisa berenang di kolam renang itu ya. “

“Terserah Euceu. Atur gimana baiknya aja. Yang penting, mulai saat ini Ceu Imas harus menyesuaikan diri dengan keadaan rumah ini. Kalau terlalu sederhana, nanti malah dikira pembokat, “ kataku.

“Iya ... iyaaa ... terima kasih Seeeep .... terima kasih adikku sayaaaang, “ Ceu Imas menciumi pipiku sambil mengusap - usap rambutku. “Ohya ... kamarku di mana Sep ?”

“Pilih aja sendiri. di samping kamar ini ada kamar. Di atas juga ada tiga kamar yang boleh dipakai sama Euceu. “

“Yang deket kamar ini aja. Biar gak takut. Rumah segede ini cuma ditinggalin sama dua orang. Kalau kamu pergi - pergian, aku pasti takut. Takut sama orang jahat. Bukan takut sama hantu. “

“Kompleks perumahan ini sangat aman Ceu. Di setiap sudut jalan ada pos security. Setiap malam ada patroli. Makanya mobil juga diparkir di bahu jalan aja, gak takut ada yang nyolong. Maling bongkar rumah gak pernah terjadi di sini. “

“Ogitu ya. Sukurlah kalau aman sih, “ ucap Ceu Imas dengan sikap tenang dan ceria. Pasti karena mendapat hadiah handphone mahal. “Ohya ... kalau ke mall, dari sini naik apa Sep ?”

“Kalau mau hemat, jalan kaki aja sampai gerbang perumahan. Di situ cegat angkot. Sepuluh menit juga nyampe. Mallnya gak jauh kok dari perumahan ini, “ sahutku, “ Kenapa ? Mau beli baju sekarang ?”

“Iya. Aku kan gak bawa baju sama sekali. Tapi mau lihat - lihat kamar yang di sebelah dulu ah, “ ucap Ceu Imas.

“Iya. Periksa deh. Di dalamnya ada tivi, ada microwave, ada kulkas dan ada kamar mandinya sendiri. Bisa pake air hangat showernya, “ kataku.

Ceu Imas mengangguk - angguk. Lalu keluar dari kamarku dan masuk ke dalam kamar yang berdampingan dengan kamarku.

Ketika aku masuk ke dalam yang berdampingan dengan kamarku, Ceu Imas tampak senang. Bahkan ia berkata, “Akhirnya aku ngalamin juga punya kamar orang kaya. Semuanya serba mahal. Bednya juga impor dari Thailand ya ?”

“Iya, “ aku mengangguk, “Perlu diantar ke mall gak ?”

“Gak usahlah. Aku masih hafal jalan di kota ini sih. ”

“Ya iyalah. Dulu sebelum kawin kan pernah kerja di counter pakaian di mall. “

“Hihiiihiii ... iya. Aku biar orang kampung juga takkan tersesat di kota ini sih. “

“Iya sukurlah. Nanti kalau mau pergi ke mall, bawa aja kunci pintu depan. Aku mau tidur dulu. Ngantuk dan capek. “

“Iya, iya. Ini rumah nomor tiga kan ?”

“Betul. Cuma beberapa langkah dari pos satpam di depan. Kan ini rumah kedua dari pos satpam. “

“Iya. Nomor ganjil ya. ”

Aku mengangguk. Lalu masuk ke dalam kamarku. Mengganti pakaian dengan kimono. Lalu merebahkan diri di atas bed. Dan langsung tertidur, karena ngantuk dan capek. Bekas perjalanan ke dan dari kampungku yang berkali - kali harus ganti angkutan umum.

Aku bahkan tidak tahu ketika Ceu Imas berangkat ke mall.

Keesokan paginya aku baru bangun setelah jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.30 pagi.

Setelah mandi aku mengganti kimono dengan celana pendek dan baju kaus serba putih. Kemudian keluar dari kamarku.

Kulihat Ceu Imas sedang masak di dapur.

“Wow ... ! Ada juru masak baru nih, “ kataku sambil menggelitik pinggang kakakku yang usianya 5 tahun lebih tua dariku itu.

“Abisnya, nasi gak ada, beras pun gak ada. Untung tadi malam masih ada sisa uang untuk belanja di pasar, “ sahutnya.

“Ohya, lupa ngomong ... pasar itu dari gerbang belok ke kanan. Gak jauh kok dari sini. “

“Iya, tadi nanyain dulu ke satpam, lalu dikasihtau jalan ke pasar. Deket kok. “

“Tadi malam jam berapa pulang dari mall ?”

“Jam sembilan udah nyampe di sini. “

“Udah beli bajunya ?”

“Udah. Banyak tuh di kamar. Pakaian renang juga beli.”

“Eh ... kimono yang Ceu Imas pake ini juga baru ya ?” ucapku sambil memeluk kakakku dari belakang.

“Iya. Masih harum toko kan ? Hihihiiii ... menyesuaikan diri di rumah horang kaya deh. “

“Belum Ceu. Aku belum kaya. Kalau ibu yang ngasih rumah ini, benar - benar kaya. Mobilnya juga ada yang harga puluhan milyar. “

“Yang begitu sih bukan kaya lagi. Tajir melilit namanya. Perhiasannya pasti sampai ke kaki digelangin. “

“Nggak tuh. Dia cuma pakai anting berlian. Gak pernah pakai gelang, kalung dan sebagainya. Cincin juga cuma cincin kawin yang dipakainya. “

“Memang benar sih. Istri konglomerat itu banyak yang sederhana penampilannya. Gak seperti orang kaya dari kampung, laksana toko emas jalan aja gayanya. “

“Hahahaaa ... toko emas jalan ... hahahaaa .... !”

“Kumasakin sop daging giling kesukaanmu. Udah mateng tuh. Bikin perkedel kentang, goreng emping juga ada. Mau sarapan pagi sekarang ?” tanya Ceu Imas.

“Iya Ceu. Sebenarnya aku ada yang anterin makanan tiap hari. Tapi sejak kemaren kateringnya dihentikan, karena gak kuperpanjang. Untung ada Ceu Imas. Mau kan masakin buat aku tiap hari ?”

“Mau lah, “ sahut Ceu Imas, “ Aku kan punya hobby masak sejak ABG. Asalkan ada uang belanjanya, tinggal sebut mau dimasakin apa, pasti kumasakin. “

“Aku sih makanan gak pilih - pilih. Apa juga yang sehat untuk dimakan, ya kulahap. “

Tiba - tiba handphoneku berdering. Ketika kulihat, ternyata Mamih yang call. Cepat aku pergi ke dalam kamarku, untuk menerima call Mamih. Lalu :

“Hallo Yosef ... apa kabar ?”

“Sehat walafiat. Bagaimana Mamih, sehat juga ?”

“Sehat juga. Ohya Sef ... kapan mau terima klien lagi. Ada delapan orang nih yang sudah ngantri. Ditawarin yang lain, pada gak mau. Semuanya mau sama kamu aja. Gimana tuh ? “

“Tadinya aku pengen istirahat dulu. Supaya staminaku gak ngedrop. Kan Mamih juga pernah nasehatin aku, supaya selalu jaga stamina dan vitalitas. “

“Iya sih. Terus rencananya mau berapa lama kamu istirahat ?”

“Sekitar semingguan gitu Mam. Gak apa - apa kan istirahat seminggu. “

“Lima hari juga cukup Sef. Soalnya ada klien dari jauh yang mau datang hari Jumat malam. Dia minta hari Sabtu pagi agar bisa dating sama kamu. Gimana tuh ?”

“Boleh deh Mam. Sekarang kan baru hari Senin. Sabtu pagi aku siap nemuin klien itu. Tolong kirim aja alamat yang harus dituju nanti, supaya aku bisa langsung nemuin dia di tempatnya. “

“Nanti hari Jumat siang kukirimkan alamatnya lewat WA. “

“Siap Mam. “

“Kamu gak kangen sama aku ?”

“Kangen Mam. “

“Sini dong kalau kangen sih. Nanti kukasih goyang eplok cendol. “

“Hahahaaa ... sekarang sih masih lesu Mam. Badan udah pegel - pegel, baru pulang dari kampung. “

Setelah hubungan seluler dengan Mamih ditutup, aku keluar lagi dari kamarku. Menuju ruang makan, di mana Ceu Imas sudah menunggu.

Lalu Ceu Imas meladeniku. Menuangkan nasi ke piring. Menuangkan sop ke mangkok. Kemudian mendekatkannya ke depanku. Disusul oleh piring berisi perkedel kentang dan goreng emping.

Lalu kami makan bersama.

“Hari ini ada rencana ke luar ? “ tanya Ceu Imas.

“Gak, “ aku menggeleng, “Hari ini aku kepengen kangen - kangenan sama kakak tersayangku. “

“Sukurlah kalau kamu sayang padaku, “ Ceu Imas tersenyum sambil mengunyah makanannya, “Aku juga sayang sekali padamu. Cuman aku gak punya sesuatu untuk memperlihatkan rasa sayangku padamu. “

“Kalau Ceu Imas sayang padaku, diamlah di rumah ini. Jangan dulu mikirin soal lelaki. “

“Aku sih memang gak mau mikirin dulu soal kawin lagi sekarang sih. Ingin menikmati kebebasanku dulu. “

“Nah itu betul. Lagian Ceu Imas ini punya wajah cantik. Punya kulit putih cemerlang. Punya body tinggi semampai dan berbokong gede. Jangan terlalu murahan dalam memilih calon pasangan hidup Ceu. Pikirkan dulu masa depannya seperti apa. Jangan menemukan lelaki kayak Kang Saka lagi. Pilihlah lelaki yang jelas mampu menghidupi Euceu secara layak. “

“Iya. Kalau perlu lelaki sudah tua juga gak apa - apa. Asalkan mapan dan bisa manjain aku. “

“Ya, begitu lebih baik. “

“Wanita yang kamu hamili itu cantik Sef ?” tanya Ceu Imas tiba - tiba melompat ke topik lain.

“Jujur ... kalau dibandingkan dengan Ceu Imas, jelas Euceu lebih cantik. Lagian dia sudah berumur tigapuluhdelapan tahun. Sedangkan Ceu Imas baru duapuluhtiga kan ?”

“Masa sih aku lebih cantik daripada istri konglomerat itu ?”

“Iya. Sejak kecil aku gak pernah memuji Ceu Imas kan ? Tapi sekarang mataku udah dewasa. Udah terbuka. Ceu Imas itu cantik. Makanya sayang kalau diobral sama lelaki ecek - ecek, “ kataku. Membuat Ceu Imas tersenyum - senyum ceria.

Selesai makan Ceu Imas membereskan piring, gelas dan mangkuk kotor dan menyimpoannya di bak cuci piring. Lalu membasuh tangannya di situ. Dan melangkah ke ruang makan lagi. Menarik pergelangan taganku sambil berkata, “Yok lihat baju - baju yang kubeli dari mall tadi malam. “

Kuikuti saja langkahnya. Masuk ke dalam kamarnya.

Setumpuk gaun rumah tampak di atas bed. “Gaun rumah semua Ceu ?” tanyaku.

“Iya, “ sahutnya, “aku kan mau diem di rumah aja. Paling jauh juga ke pasar, gak usah dandan. “

“Iya deh, gak apa - apa. Nanti kalau mau punya gaun untuk pergi - pergian sih beli aja yang mahal sekalian. Sekarang cobain baju renangnya dulu. Kalau gaun rumah sih udah kebayang bakal seperti apa kalau dipakai sama Euceu nanti. “

Ceu Imas mengangguk. Lalu melepaskan daster baru yang dikenakannya. Disusul dengan pelepasan behanya yang berwarna pink. Lalu celana dalamnya yang berwarna pink juga itu ditanggalkan sambil membelakangiku. Sehingga aku seolah sedang dipameri bokongnya yang indah ... bokong yang membentuk bulat seperti bokong Tante Sharon. Putih mulus pula, tidak ada beruntus - beruntus seperti banyak yang kutemukan pada pantat orang lain. Dalam tempo secepat kilat ia sudah mengenakan celana yang seolah hanya berbentuk hurup T. Lalu penutup payudaranya pun dipakai. Penutup payudara yang hanya dua bulatan kecil menutupi pentil toketnya dan tali untuk diikatkan di tengkuknya. Baju renang itu berwarna kuning muda. Sehingga kalau dilihat dari jauh, Ceu Imas laksana sedang telanjang. Karena warna baju renang seksi itu tersamarkan oleh warna kulit Ceu Imas sendiri.

Dengan bersikap seperti seorang gadis model, Ceu Imas bertolak pinggang di depan sofa yang sedang kududuki. “Aku sengaja beli bikini yang seksi begini. Karena kolam renangnya juga tertutup. Gak akan ada orang luar yang bisa lihat kan ? Paling juga kamu yang lihat ... “ ucapnya sambil tersenyum - senyum.

“Iya ... “ sahutku sambil menjulurkan tangan ke dekat celana bikini kakakku. Karena aku melihat beberapa utas jembut muncul di kanan kirinya. Lalu kutarik jembut yang muncul dari balik celana bikini seksinya itu, sambil berkata, “Baoknya sampai bermunculan gini. Sengaja ?” (baok = jembut)

“Hihihihiiii ... lupa ! Belum digunting ! “ sahutnya sambil duduk di samping kiriku, “Gak apa - apa deh. Yang lihat kan adikku sendiri. Terus ... katanya mau kangen - kangenan sama aku. Biasanya kalau sedang kangen, kamu senang duduk di atas pangkuanku. “

“Sekarang aku sudah gede. Pasti berat buat Euceu nanti. Sini Euceu aja yang duduk di pangkuanku, “ sahutku sambil menarik tangan kakakku sampai dia benar - benar duduk di atas kedua pahaku, dengan posisi membelakangiku.

Sambil mendekap pinggang Ceu Imas dari belakang, aku berbisik di dekat telinga kakakku, “Ceu ... apakah Euceu merasakan getaran lain saat ini ?”

“Getaran ? Horny maksudmu ?”

“Iya. Kalau aku sih ada. Mungkin karena sekarang sudah dewasa. Jadi punya pikiran yang lain dari biasanya. “

“Aku juga merasakannya Sep. Tapi kita kakak beradik. Jadi ... ah ... susah jelasinnya. “

Aku terdiam. Tapi diam - diam tangan kananku merayap ke balik celana bikini Ceu Imas. Menyentuh jembut lebat dan celah hangat yang agak basah.

“Sep ... kalau disentuh ke situ ... aku gak kuat nahan nafsu nanti, “ Ceu Imas berusaha mengeluarkan tanganku dari balik celana bikininya.

Tapi aku mempertahankan tanganku agar tetap di balik celana bikini itu. Apalagi jari tengahku sudah telanjur menyelinap ke dalam celah memek Ceu Imas. “Kata orang, wikwik dengan saudara lebih enak daripada wikwik dengan orang lain Ceu, “ kataku.

“Gak tau. Aku kan belum pernah wikwik sama kamu ... satu - satunya saudaraku. Dududuuuuh .... Seeeep ... kalau jarimu masuk - masuk gini ... aku bisa gak tahan lho. “

“Aku juga udah ngaceng berat Ceu, “ sahutku sambil menurunkan celana pendek putihku dengan tangan kiri, sementara jari tangan kanan tetap berada di dalam celah memek Ceu Imas. Lalu kupelorotkan celana pendekku.

“Tuh lihat Ceu ... ngaceng sekali ...” ucapku sambil menarik tangan kananku dari balik cawat bikini Ceu Imas, sambil memamerkan kontolku yang sudah ngaceng berat.

Ceu Imas bangkit berdiri di lantai, lalu memutar badannya jadi menghadap padaku. Menghadap ke arah kontolku yang sedang menunjuk ke atas.

“Woooow ... kontolmu kok jadi panjang sekali gini Sep ... !” seru Ceu Imas sambil memegang kontol ngacengku dengan tangan gemetaran. “Dahulu, waktu kamu masih suka kumandiin, rasanya kontolmu biasa - biasa aja .... “

“Iya, “ sahutku, “ Dahulu Euceu kan sering mandi bersama denganku. Tapi gak pernah ngaceng seperti ini ... “

“Terus sekarang maumu gimana ?” tanya Ceu Imas sambil memegang kontol ngacengku dengan tangan kiri dan mengusap - usap puncaknya dengan tangan kanan.

“Terserah Ceu Imas. Aku mau nurutin apa yang Ceu Imas mau aja. “

“Sekarang gini aja deh, “ kata Ceu Imas sambil mengeluarkan sebotol baby lotion dari tas kecilnya, “Sepasang pahaku akan menjepit kontolmu. Lalu kamu geser - geserkan kontolmu yang sedang kujepit oleh pahaku .... sebentar ... “

Ceu Imas melepaskan cawet bikininya, sehingga memeknya tampak jelas di mataku. Lalu ia menelentang di bed, sambil melumuri kedua pangkal pahanya dengan baby lotion. Memeknya pun dilumuri baby lotion itu.

“Ayo sini ... pangkal pahaku sudah licin. Untuk menjepit kontolmu.

Cepat kulepaskan celana pendekku dan merayap ke atas perut kakakku.

Kontolku dipegang oleh Ceu Imas, lalu dijepit oleh sepasang pahanya.

Lalu ia mengucurkan baby lotion lagi ke arah kontolku. Dan berkata, “Kontolmu geser - geserin lurus aja dari atas ke bawah. Anggap aja jepitan pahaku ini liang memek. Tapi ingat ... jangan dimasukin ke dalam memekku ya. Soalnya kita ini kakak beradik kandung. “

“Lalu apa enaknya buat Ceu Imas sendiri ?” tanyaku.

“Kan itilku akan tergesek - gesek oleh kontolmu, “ sahutnya sambil melepaskan ikatan tali penutup toketnya (yang gak bisa disebut beha atau bra).

Aku pun melepaskan baju kaus putihku, agar sama - sama telanjang. Lalu kucoba mengikuti pengarahannya. Mengentotkan kontolku yang berada di dalam jepitan sepasang pangkal paha Ceu Imas. Ternyata lumayan enak juga. Nyaris sama enaknya dengan manual alias ngocok.

Belasan menit aku mengentot jepitan pangkal paha Ceu Imas. Sedangkan Ceu Imas hanya memeluk bahuku sambil memejamkan matanya.

Mungkin Ceu Imas punya perasaan bersalah karena telah memberikan “pengarahan” yang kini sedang kujalankan. Sehingga matanya lebih banyak terpejam daripada terbuka.

Aku sendiri tidak punya perasaan bersalah. Karena aku yakin bahwa sebenarnya Ceu Imas membutuhkan sentuhan lelaki setelah 3 bulan hidup menjanda. Bahkan diam - diam aku mencoba untuk mengubah arah ... bukan ke arah kasur di bawah pangkal paha kakakku, melainkan ke arah mulut memeknya ... !

Setelah berusaha mengubah arah kontol, aku merasa moncong kontolku sudah berada di ambang mulut memek Ceu Imas yang juga terlicinkan oleh baby lotion itu.

Dan ... blessssss ..... kontolku langsung membenam ke dalam liang memek Ceu Imas. Lalu aku mulai mengentot liang memek kakakku yang ternyata enak sekali ini.

“Aseeep ... ! Ini kok dimasukin ke dalam memek ?” cetus Ceu Imas sambil menatapku dengan wajah kaget.

“Iya ... gak sengaja Ceu, “ sahutku sambil menghentikan entotanku, “Ternyata liang memek Ceu Imas luar biasa enaknya. Terus harus diapain Ceu ? Cabut lagi ?”

Ceu Imas malah mendekap pinggangku sambil berkata lirih, “Udah kepalang basah Sep. Lanjutin aja ... “

Aku girang sekali mendengar ucapan kakakku itu. Lalu kulanjutkan entotanku sambil mencium bibir kakakku. Ia pun membalas dengan lumatan.

Meski begitu, setelah ciuman kami terlepas, Ceu Imas berkata terengah, “Semoga kita akan semakin saling menyayangi sampai tua renta kelak, ya Sep. “

“Iya Ceu, “ sahutku sambil melambatkan entotanku, “Kalau dengan suami atau istri, pada suatu saat bisa aja putus bercerai. Tapi kita ... sampai kapan pun akan tetap saudara. Takkan ada putusnya. “

“Iya Seeep ... aaaaah ... kontolmu luar biasa panjangnya Sep ... sampai gak bisa masuk semua ya ?”

“Iya ... mentok di dasar liang memek Euceu.... “
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd