Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Tul gan..
Cerita nya jdi terkesan receh..
Lagian spt tdk ori, semua memek hrs plontos..
Yg kreatif n natural coba bikin cerita nya gan..
Setahu ane, kisah nyata gak bisa request.
Suhu @Otta hanya menggubah catatan pribadi
tokoh yang disamarkan namanya menjadi Asep
alias Yosef , Itu jawaban dari suhu @Otta lewat inbox
Soal wibawa, kita harus maklum karena latar belakang
pendidikan Asep cuma sampai SMP. Gak tau kalau kelak
mencari pendidikan tambahan sih
 
Part 19



Ayah kelihatan sangat gembira menyaksikan tanah darat dan sawah yang sudah kubeli dari sebagian hasil penjualan sahamku. Wajahnya berseri - seri terus. Mungkin sambil membayangkan apa yang akan dilakukannya dengan sawah dan tanah untuk kebun itu.

Yang sangat mengejutkan Ayah, ketika aku berkata, “Sawah dan tanah darat ini sedang dibuatkan sertifikat hak milik oleh notaris. Semuanya atas nama Ayah. Nanti kalau sudah selesai, Ayah tinggal menandatanganinya saja. “

“Masya Allah .... kamu sampai segitunya pada ayah Seeep ... “ Ayah merangkul dan memelukku. Mama juga ikut memelukku dari belakang.

“Jadi nanti tanah dan sawah ini mau diapakan, terserah Ayah. Aku hanya menyarankan, jangan ayah sendiri yang menggarapnya. Pekerjakan saja tukang nyangkul beberapa orang. Ayah cukup duduk manis saja sambil mengawasi mereka mencangkul, membersihkan rumput dan memberi pupuk. Kalau air takkan kekurangan, karena tanah ini berdampingan dengan sungai di sana. Tinggal mengakalinya saja bagaimana agar bisa membasahi tanah yang Ayah tanami ... ya terserah Ayahlah memanfaatkan tanah dan sawah ini. Karena aku sendiri gak punya pengalaman dalam hal bercocok tanam. “

“Rumah lama Ayah kan sudah direnovasi sama Ceu Imas. Ayah bisa tinggal di sana, karena jarak dari rumah lama ke sini tidak jauh. Atau mau dibuatkan rumah di tanah ini, atau mau tinggal di rumahku juga silakan, “ sambungku.

“Iya Sep. Terima kasih buat semuanya ini. Ayah doakan semoga rejekimu semakin berlimpah ruah. “

“Amiiin ... “ ucapku.

Begitulah ... aku berusaha untuk membahagiakan hati Ayah. Karena kalau tidak ada Ayah, tentu aku pun takkan pernah ada.

ayah memutuskan untuk tinggal di rumah lamanya yang sudah direnovasi oleh Ceu Imas. Karena tanah dan sawah yang kubelikan untuk Ayah tidak jauh jaraknya dari rumah lama Ayah.

Sementara Mama tentu saja akan tetap tinggal di rumahku. Karena Mama harus mengurus FO dan ... Mama sedang menjadi milikku sepenuhnya selama masa kehamilannya sampai melahirkan kelak.

Lalu aku teringat sesuatu yang belum pernah kuceritakan baik kepada Ayah mau pun Mama.

Tapi aku bukan mau menceritakannya, melainkan ingin membuktikannya. Tentang hotal yang sudah menjadi milikku itu.

Dan aku menganggap Mama sebagai yang paling pertama untuk mengetahui dan menikmatinya. Maka pada suatu malam, ketika Mama baru pulang dari FO, aku sudah mengenakan celana pendek dan baju kaus serba putih. Mengingatkanku pada pengalaman di Singapura. Karena selama aku berada di wisma bersama 7 ibu - ibu itu, aku selalu memakai celana pendek dan baju kaus setiap kali mau “bertempur” dengan mereka.

“Mama udah mandi sore ?” tanyaku.

“Udah, tadi di FO. Kenapa ?”

Aku mau mengajak Mama ke suatu tempat. Untuk mengubah - ubah pandangan, biar jangan monoton. “

“Iya Sayang. Tapi ini mama baru ganti pakaian di FO sebelum pulang barusan. Apa perlu ganti pakaian dulu gak ?”

“Gak usah. Mama ini mengenakan pakaian apa pun tetap cantik di mataku. “

Mama tersenyum. Lalu mengecup pipiku, disusul dengan bisikan, “Mama makin cinta sama kamu Sayang. “

Pada saat itu Mama mengenakan celana panjang beludru biru tua dan blouse putih. Seperti seragam SMP hihihiii ... ! Tapi aku memang bukan sekadar gombal. Dalam pakaian apa pun Mama tetap cantik di mataku.

Mama hanya memakai sandal kulit putih, aku pun hanya memakai sandal kulit cokelat muda. Lalu kami masuk ke dalam sedan hitamku.

Entah kenapa, kalau memakai sedan hitam yang memang mahal ini, aku selalu pede. Meski cuma mengenakan sandal jepit dan celana pendek, aku pede saja. Tapi kalau naik angkot, pasti aku malu mengenakan celana pendek dan cuma bersandal jepit. Jangan - jangan penumpang lain pada curiga padaku, karena menyangka aku ini copet yang sedang mencari sasaran di angkutan umum.

“Ini mau ke mana Sayang ?” tanya Mama ketika sedanku sudah kuluncurkan menuju hotelku.

“Mau ke tempat yang Mama belum pernah menginjaknya, “ sahutku.

Mama terdiam dan tak bertanya lagi.

Jam di dashboard mobilku sudah menunjukkan pukul 20.30 ketika mobilku tiba di areal parkir hotel. Kemudian kugandeng lengan Mama menuju lobby hotelku.

“Selamat malam Big Boss ... !” ucap dua orang karyawan hotel serempak.

Aku cuma mengangguk sambil tersenyum. Lalu melangkah ke arah ruang kerjaku. Pada waktu mau membelok ke arah pintu ruang kerjaku, lagi - lagi aku berpapasan dengan salah seorang karyawan hotelku. Lagi - lagi ia mengucapkan selamat malam Big Boss.

Maka ketika aku masuk ke dalam ruang kerjaku, Mama bertanya setengah berbisik, “Kenapa mereka manggil big boss semua Sayang ?”

“Karena aku pemilik hotel ini, “ sahutku.

“Ohya ?!” Mama memegang kedua bahuku sambil menatapku dengan sorot ceria sekali, “Sejak kapan kamu punya hotel ini ? Kok mama baru tau sekarang ?”

“Memang belum lama Mam. Baru beberapa hari, “ sahutku, “Ini ruang kerjaku. “

“Wah, ruang kerja owner hotel sih keren gini ya, “ Mama memandang ke seputar ruang kerjaku.

“Belum keren Mam. Hotel ini masih akan dibangun di depan dan di belakangnya, “ ucapku sambil menuntun tangan Mama menujukamar tak bernomor itu. “Dan ini kamar tak bernomor. Kamar ini hanya boleh dipakai oleh owner atau keluarganya. “

‘Wah ... fasilitasnya seperti hotel bintang lima ya. “

“Belum ... belum menuju ke sana. Ayo kita lihat ke belakang ... tanahnya masih sangat luas dan harus dibangun kalau modalnya sudah siap. “

Aku membuka pintu besi yang ada di tembok pembatas antara hotel dan tanah yang belum dibangun apa - apa. Tanah yang belum dibangun itu jauh lebih luas daripada tanah yang sudah dibangun hotel. Tapi bukan tanah kosong, karena penuh dengan pohon buah - buahan. Ada pohon rambutan, duku, manggis, nangka dan banyak lagi. Bahkan ada juga sebuah saung untuk duduk - duduk sambil menikmati keindahan panorama di sekeliling, karena hotel dan tanah yang belum dibangun ini berada di ketinggian, sehingga bisa menyaksikan pemandangan di bawah sana. Tapi kalau sudah malam begini, hanya kelap - kelip lampu yang berserakan di bawah sana, laksana ribuan kunang - kunang yang tengah berkerumun di sana sini. Saat itu bulan pun muncul dan menyinari bumi meski cuma cahaya remang - remang.

“Meski malam hari, kelihatan indah pemandangan di bawah sana ya, “ ucap Mama sambil berdiri memandang kotaku dari ketinggian ini.

Aku yang berdiri di belakang Mama, lalu mendekap pinggangnya. Tapi sebenarnya aku sedang berusaha melepaskan kancing celana beludru biru Mama. Dan setelah membuka dua buah kancing, kuselinapkan tangan kananku ke balik celana dalam Mama.

“Sayaaang .... “ gumam Mama ketika aku sudah menyelinapkan jariku ke celah memeknya dalam gelapnya malam dibawah sinar rembulan ini.

“Setelah Mama hamil, perasaan memek Mama ini makin enak aja ... “ bisikku.

“Iya, tapi kalau dicolek - colek begini, mama jadi horny Sayaaaang ... “

“Mau main di gubuk itu ? “ tanyaku sambil menunjuk ke gubuk yang tak berdinding itu.

“Jangan di situ ah. Mendingan di kamar yang gak bernomor tadi itu. Di sini sih banyak nyamuk. Takut ada ular pula. “

“Ayo deh kalau begitu, “ ucapkuy sambil mengeluarkan tyangan dari balik celana dalam dan celana beludru Mama.

Mama memasang kembali kancing - kancing yang kubuka tadi. Kemudian berjalan di sampingku, sambil mendekap pinggangku dan merapatkan pipinya ke pipiku.

Setibanya di dalam kamar tak bernomor itu, Mama langsung menanggalkan celana beludru biru dan blouse putihnya. Bahkan bra dan celana dalamnya pun ditanggalkan.

Aku pun menanggalkan celana pendek dan baju kaus serba putihku. Sehingga aku pun jadi telanjang seperti Mama, karena aku tak mengenakan celana dalam sejak berangkat dari rumah tadi.

Tapi Mama malah melangkah ke arah meja makan yang terbuat dari kayu jati itu sambil berkata, “Hitung - hitung latihan, di sini aja mainnya yok. “

Mama naik ke atas meja jati itu dengan kedua kaki dikangkangkan.

“Maksudnya latihan untuk apa ?”tanyaku sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini.

‘Kalau mama sudah buncit, kan bagusnya perut mama jangan dihimpit. Kasihan anak kita kegencet - gencet nanti. Jadi kalau asep mainnya sambil berdiri, mama celentang di sini kan lebih aman, “ sahut Mama sambil celentang di atas meja makan jati itu, dengan bokong berada di pinggiran meja dan kedua kakinya terjuntai ke arah lantai.

Aku mengangguk sambil berdiri di depan memek Mama yang sejajar dengan pinggiran meja jati itu. Kemudian kuletakkan kepala kontolku di permukaan memek Mama, seolah tengah mengukur tinggi meja jati itu. Kalau ketinggian akan kupendekkan besok. Tapi ternyata tinggi meja jati itu sejajar dengan posisi kontolku pada waktu aku sedang berdiri begini.

Kemudian kuseret kursi stelan meja makan ini. Kursi itu kuletakkan di antara kedua kaki Mama yang terjuntai ke lantai. Aku pun duduk di kursi itu, menghadap ke arah memek Mama yang memang jadi lebih enak sejak mama mulai hamil ini.

Lalu aku mulai menjilati memek Mama, sambil menggesek - gesek kelentitnya dengan ujung jempol kiriku.

Mama pun mulai menggeliat - geliat. Sambil mendesah - desah.

Belasan menit aku menjilati memek Mama. Sampai memeknya bvenar benbar basah. Lalu aku berdiri dan membenamkan kontolku dengan mudahnya ke dalam liang memek Mama yang sudah dibasahi air liurku ini.

Malam itu memang bukan malam yang terindah. Tapi Mama bilang peristiwa di hotelku itu jadi kenangan yang takkan terlupakan di sepanjang hidupnya.

Mungkin karena aku cepat ejakulasi dalam persetubuhan di pinggiran meja jati ini. Sehingga Mama tidak kepayahan meladeni durasi ngentotku yang biasanya bisa berjam - jam ini.

Kemudian kuajak Mama tidur di atas bed. Dan menjelang tidur itulah aku berkata, “Kalau Mama bukan istri ayah, pasti aku akan menikahi Mama. “

“Gak bisa Sayang. Seandainya Ayah meninggal duluan pun, mama tetap tidak bisa dinikahi olehmu. Makanya mama anjurkan agar kamu menjadikan Hui Ying sebagai calon istrimu. Mama rela kalau kamu memperistrikan Hui Ying. “

Aku terdiam. Apakah aku memang mencintai Hui Ying dan ingin agar dia menjadi calon istriku ? Ataukah karena Hui Ying kelihatan sekali chinesenya sehingga aku cuma ingin memanfaatkan dia untuk mengelola FOku ?

Entahlah. Aku sulit menjawabnya, karena di dalam kehidupanku banyak sekali sosok perempuan yang harus kupikirkan. Terutama Tante Sharon dan Mbak Mona. Bukan karena mereka tajir melintir, tapi keseriusan mereka dalam mendambakan anak yang mereka kandung dan mereka lahirkan sendiri.

Dan yang jelas, aku belum pernah memikirkan nikah. karena usiaku belum cukup untuk menjadi nakhoda rumah tangga.

Menjelang subuh, ketika aku masih tertidur nyenyak, tiba - tiba aku terjaga, karena merasakan “sesuatu” yang bergerak - gerak di permukaan kontolku. Tadinya kupikir ada ular merayapi kontolku, karena mama tadi bilang takut ada ular di tanah yang berada di belakang hotel.

Ketika kubuka mataku ... ternyata Mama sedang menyelomoti kontolku ... !

Aku terpejam - pejam dalam nikmat yang Mama berikan dalam permainan oralnya.

Tentu saja kontolku langsung ngaceng setelah sadar bahwa Mama tengah menyepongku.

Tapi kubiarkan saja Mama menyelomoti dan mnengurut - urut kontolku. Aku cuma ingin tahu sampai di mana aksi Mama di sepagi buta ini.

“Tadi waktu di atas meja, Mama belum kenyang ya, “ kataku.

Mama menatapku, lalu mengangguk dan menjawab, “Ya iyalah. Biasanya Ayang bikin mama tiga atau empat kali orgasme. Tapi tadi malam ... mama belum apa - apa udah ngecrot duluan. “

“Hihihihihiii ... ayolah masukin. Mama mau main di atas kan ?”

“Nggak, “ Mama menggeleng, “mama ingin main di bawah. Biar terasa romantisnya. “

Kemudian Mama menelentang diri di sampingku. “Ayo genjot lagi memek mama Sayang, “ ucap Mama sambil mengusap - usap memeknya.

Kata orang bersetubuh menjalang subuh itu sehat. Karena fisik telah beristirahat sekian jam, sehingga sperma pun menjadi segar.

Sisa - sisa kantukku pun sudah hilang. Karena melihat Mama sudah siap untuk kuentot sepuasku. Maka tanpa banyak bicara lagi aku memegang kontolku. Mama pun memegangi kontolku yang sudah berada di depan memeknya, kemudian mencolek - colekkan moncongnya ke mulut memek Mama yang terasa sudah agak basah.

Lalu kudorong kontolku sekuatnya.

Blessss ... melesak lagi ke dalam liang kenikmatan Mama. Yang disambut oleh pelukan Mama di leherku, kemudian kami saling lumat bibir sementara kontolku mulai diayun maju mundur di dalam liang kewanitaan Mama tersayangku.

Aku sudah tahu titik paling sensitif pada badan Mama adalah pada ketiaknya. Kalau sedang bercanda, Mama paling takut kalau kujamah dan kugelitik ketiaknya. Tapi pada waktu sedang kusetubuhi, Mama paling tergetar - getar kalau ketiaknya sudah kujilati dan kusedot - sedot.

Maka kali ini aku tidak mendahulukan leher Mama untuk sasaran lidah, bibir dan gigiku. Melainkan ketiaknya.

Ya ... ketika entoanku mulai intensif, kujilati ketiak Mama habis - habisan, disertai gigitan dan sedotan sekuat mungkin.

Mama benar - benar tergetar. Sampai seperti menggigil dibuatnya.

Aku pun semakin bersemangat untuk menjilati ketiak kanan dan ketiak kirinya secara bergantian.

Akibatnya ... belasan menit kemudian Mama berkelojotan. Lalu mengejang sambil menahan nafasnya. Pada saat itulah kutancapkan kontolku sedalam mungkin. Tanpa kugerakkan lagi. Namun mulutku tetap nyungsep di ketiak kiri Mama .... !

“Haaaaaaaaahhhh ..... “ Mama melepaskan nafasnya yang tertahan selama beberapa detik barusan. Terasa pula liang memeknya berkedut - kedut kencang.

Lalu terdengar suara Mama, “Curang iiiih ... ! Udah tau ketiak mama paling sensitif. Malah langsung digasak. Ya jelas mama langsung orgasme. “

“Kan ini sudah hampir pagi Mam, “ sahutku, “Mama kan harus ngurus FO. Lupa ya ?”

“Ke FO sih datang jam sepuluh juga gak apa - apa. Karyawan juga baru pada datang jam sembilanan. “

“Oke, kalau gitu mau dilanjutin lagi sekarang ?” tantangku.

“Udah keburu ngilu Sayang. Nanti malam aja lanjutinnya di rumah, “ sahut Mama.

Akhirnya aku dan Mama siap - siap untuk pulang. Mumpung belum terbit matahari. Malu rasanya keluar dari hotel dalam pakaian sembrono begini.

Beberapa saat kemudian sedan hitamku mulai kuluncurkan di jalan aspal. Menuju rumahku yang tak begitu jauh dari hotelku.

Kebetulan fajar baru menyingsing. Matahari belum terbit. Bahkan setibanya di rumah, matahari belum juga muncul dari peraduannya.





H
ari demi hari pun berlalu tanpa terasa.

Pada suatu hari aku sedang duduk di café yang baru beberapa hari dibuka. Hanya untuk memesan espresso double shoot. Tanpa gula, karena menurut para pakar, kopi itu akan bermanfaat bagi peminumnya asalkan jangan pakai gula.

Seorang cewek tinggi langsing berkulit putih cemerlang membawa espresso pesananku. Dan ketika ia meletakkan cangkir kopi di mejaku, pandangannya sempat bertemu dengan pandanganku. Ia tampak terkejut dan bergumam, “Asep ?!”

Hmmm .. aku tahu siapa cewek itu. Anggraeni yang biasa dipanggil Enny. Cewek sekampungku yang dahulu sombong sekali. Tapi aku berusaha untuk melupakan kesombongannya. Dan balik menyapa, “Enny ?! Ini café punyamu ?” tanyaku.

“Bukan, “ ia menggeleng, “aku hanya pegawai di sini. “

“Kamu kan anak orang kaya. Masa jadi pelayan café ?!”

“Itu masa lalu Sep. Perusahaan ayahku sudah bangkrut. Tanah, rumah dan segala isinya sudah disita, “ sahutnya sambil menunduk, sambil mendekap baki yang tadi dipakai alas secangkir kopi untukku.

Aku agak kaget juga mendengar pengakuan Enny Anggraeni yang dahulu sangat sombong dan menolak cintaku. Maklum saat itu aku cuma kuli pasar.

“Terus sekarang di mana kamu tinggal ?”

“Kos di daerah yang daerah yang dekat - dekat sini aja. Kalau bisa, tukaran nomor hape dong. Nanti obrolannya dilanjutkan di hape setelah aku pulang. Ngobrol dengan pelanggan di sini sangat dilarang. “

Kukeluarkan hapeku sambil berkata, “Sebutkan aja nomormu, biar kumisscall dari sini. “

Enny Anggraeni menyebutkan nomornya dua kali. Lalu kupijat nomor yang disebutkan dua kali itu.

Terdengar bunyi getaran dari seragam waiter yang Enny kenakan. Pasti karena handphonenya disilent.

“Ya udah, terima kasih ya Sep. Maaf aku gak boleh lama - lama di dekat meja pelanggan. Nanti disambung di hape aja jam sembilan malam ke atas, “ ucap Anggraeni sambil membungkuk sopan. Kemudian meninggalkanku.

Aku pun menikmati kopi pahitku sambil menyalakan rokokku. Belakangan aku suka beli rokok, tapi beli sebungkus pun baru habis dalam seminggu. Karena aku bukan perokok. Hanya suka iseng saja sekali - sekali.

Terawanganku pun melayang - layang. Teringat kesombongan Anggraeni waktu masih sekampung dahulu. Bahkan pernah meludah segala waktu kusapa di jalan. Sakit juga hatiku kalau ingat itu semua. Maklum pada saat itu rumah orangtua Enny paling megah di kampungku. Mobil pun punya lebih dari satu. Tapi seingatku, mobil punya orang tua Enny hanya mobil rakitan di Indonesia. Bukan built up seperti sedan pemberian Mbak Mona itu.

Tanah milik orangtua Enny pun luas sekali. Bahkan ada tanahnya yang dijadikan lapangan bulutangkis. Dan setiap orang yang mau memakai lapang bulutangkis itu ditarik bayaran yang entah berapa tarifnya.

Orang tua Enny pun sombong sekali. Bahkan ibunya pernah belanja di pasar. Pada waktu mau pulang, dia memanggilku, “Hey kuli ! Bawa belanjaanku ke mobil merah di depan tuh. “

Lalu kuangkat dan kubawa belanjaan yang cukup banyak dan berat itu. Tapi ibunya Enny itu hanya ngasih duit seribu rupiah. Padahal saat itu biaya parkir saja sudah duaribu.

Tapi dunia ini selalu berputar. Ada siang, ada pula malam.

Dahulu aku cuma kuli pasar, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupku sehari - hari. Sementara orangtua Enny dahulu kaya raya. Sehingga aku ini hanya dianggap sebutir debu bagi mereka.

Dunia mereka dahulu terang benderang, sementara duniaku saat itu gelap gulita.

Tapi sekarang sudah terbalik. Dunia mereka jadi gelap gulita, sementara duniaku jadi terang benderang.

Lalu apakah aku harus menyoraki mereka yang sudah tenggelam akibat kesombongan mereka ? Tidak. Aku sendiri belum tahu masa depanku kelak seperti apa. Segala kemungkinan bisa terjadi.

Karena itu aku harus selalu waspada. Untuk selalu bersikap ramah kepada siapa pun. Apalagi di FO, aku sudah menatar para karyawatiku, bahwa pembeli itu adalah raja. Harus diperlakukan sebaik mungkin.

Dalam kewaspadaan ini, aku pun tetap berpedoman pada kalimat, “Jangan lebih besar pasak daripada lubangnya. Jangan lebih besar pengeluaran daripada pendapatan. “

Kalimat sederhana itulah yang kupegang selama ini.

Kalau dipikir lebih jauh, membeli mobil pun aku tak pernah. Padahal aku sudah sangat mampu membelinya. Kedua mobilku hadiah dari orang lain, dari Tante Sharon dan Mbak Mona.

Lalu kapan aku akan membeli mobil dari kocekku sendiri ? Entahlah. Aku malah berpikir, makin banyak punya mobil, makin banyak pajak yang harus kubayar. Belum lagi biaya perawatan dan lain - lainnya.

Setelah kopiku habis, aku pun berdiri dan melangkah ke depan. Pada saat yang sama, Enny sedang berdiri di ambang pintu café. Ia mengangguk sopan padaku. Pada waktu aku masuk ke dalam mobilku, Enny masih memandangku dari ambang pintu café. Dan ketika aku menjalankan mobilku di pelataran parkir, aku masih sempat melambaikan tanganku lewat jendela kaca di sampingku yang kubuka. Enny membalas dengan lambaian tangan yang berada di depan dadanya. Mungkin dia takut ditegur atasannya kalau melambaikan tangan yang teracung ke atas.



Malamnya, jam 21.15 aku memijat nomor hape Enny yang sudah kusaving di ponselku.

Enny : “Hallo Sep. Aku baru pulang nih. “

Aku : “Jadi sekarang sudah di kos-kosan ?”

Enny : “Iya. “

Aku : “Tadi di café seperti ada yang mau kamu sampaikan. Ada apa ?”

Enny : “Aku cuma mau minta maaf atas perilakuku di masa lalu padamu. Jangan dendam padaku ya Sep. “

Aku : “Gak apa. Aku udah ngelupain semuanya. “

Enny : “Terima kasih kalau udah ngelupain. Sekarang kamu ada perasaan kasihan gak sama aku ?”

Aku : “Kenapa harus kasihan ? Kamu kan masih cantik, masih bisa bernafas secara normal. “

Enny : “Soalnya aku mau minta tolong Sep. “

Aku : “Minta tolong apa ?”

Enny : “Aku pengen kerja di tempat yang gajinya bisa mencukupi kebutuhan hidupku. “

Aku : “Memangnya di café itu berapa gajimu ?”

Enny : “Cuma sejuta. “

Aku terdiam. Kalau pengakuan Enny benar, bahwa gajinya cuma sejuta, cukup buat apa ? Gaji ART di rumahku saja jauh lebih besar dari gaji Enny.

Aku : “Memangnya ayahmu benar - benar sudah bangkrut ?”

Enny : “Bukan cuma bangkrut. Papa sudah meninggal dunia. Setelah semuanya disita oleh pengadilan, Papa kena stroke berat. Beberapa hari kemudian Papa meninggal. “

Aku : “Aku sudah lama meninggalkan kampung. Jadi baru dengar sekarang kabar duka itu. “

Enny : “Pada waktu kita masih sama - sama ABG, kamu pernah nembak aku kan ?”

Aku : “Terus kenapa ?”

Enny : “Sekarang tembakanmu masih berlaku gak ?”

Aku : “Itu kan masa lalu. Sekarang sih kita temenan aja. “

Enny : “Kirain masih seperti dahulu. “

Aku : “Sekarang sih kalau sekadar ingin saling lampiaskan nafsu birahi, aku mau. Jadi sekadar saling bagi rasa aja sih apa salahnya. “

Enny : “Gila ... aku masih perawan tau ?!”

Aku : “Gak apa - apa. Memangnya kalau perawan gak bisa saling menikmati soal itu ?”

Enny : “Iiih ... dengernya juga merinding. “

Aku : “Semua cewek yang belum pengalaman, begitu. Tapi kalau sudah tau rasanya, pasti ketagihan. “

Enny : “Gak ah. Aku gak mau. “

Aku : “Ya udah. Kalau gak mau, aku juga takkan maksa. “

Lama gak terdengar suara. Lalu hubungan seluler pun kututup.

Aku tersenyum sendiri. Dan berkata di dalam hati, Dahulu loe nolak cinta gue dengan kasar dan sombong. Bahkan ketika gue sapa di jalan, loe sampe meludah segala. Loe pikir gue gak sakit hati ? Loe pikir gue gak bisa dendam ?

Tapi beberapa saat kemudian handphoneku berdenting satu kali. Ternyata si Enny lagi yang memanggil.

Aku : “Ya, kenapa ?”

Enny : “Kalau kita sampai begituan, kamu bisa jamin ?”

Aku : “Jamin apanya ?”.

Enny : “Jaminan bahwa aku bisa bekerja dengan gaji yang mencukupi untuk kebutuhanku ?”

Aku : “O, soal itu ? Kujamin deh. “

Enny : “Kamu mau menempatkan aku di mana ?”

Aku : “Di perusahaanku sendiri. “

Enny : “Di perusahaanmu ? Di mana alamatnya ?”

Aku : “Nanti kalau udah deal, aku kasih alamatnya. “

Enny : “Boleh aku tau berapa gaji yang akan kuterima ?”

Aku : “Kira - kira empat atau lima kali gajimu di café sekarang. “

Enny : “Serius ?”

Aku : “Seriuslah. “

Enny : “Oke ... deal deh. Semoga kamu puas dan tidak dendam lagi padaku. “

Aku : “Maksudmu ?”

Enny : “Kamu masih sakit hati karena pernah kutolak waktu kita masih sama - sama ABG kan ? Terus sekarang kamu seolah menuntut kesucianku untuk meredakan dendammu. Tapi gak apa. Cuma aku mau tau selanjutnya hubungan kita gimana ?”

Aku : “Kalau di kantor, hubungan kita sebagai boss dan karyawatinya. Tapi di luar kantor, kita bisa jadi teman baik. “

Enny : ”Kirain di luar kantor kita seperti pacaran. “

Aku : “Hmmmm ... “

Enny : “Ya udah, tolong kirim alamat kantormu lewat WA ya. Dan kapan aku harus datang menghadap padamu. “

Aku : “Besok pagi juga bisa ketemu aku di kantor. “

Enny : “Iya deh. Kebetulan aku giliran libur besok. “

Lalu kuketik nama dan alamat hotelku di WA yang lalu kukirimkan ke WA Enny.

Kemudian terdengar lagi suara Enny :

Enny : “Kok ini alamat hotel ? Apakah hotel itu sekadar untuk kencan kita atau gimana ?”

Aku : “Aku pemilik hotel itu. Tapi namaku di hotel Yosef, bukan Asep lagi. “

Enny : “Waduh, namamu jadi keren gitu. Tapi gak apa - apa. Kamu memang pantes pakai nama Yosef. “

Aku : “Ya udah. Aku tunggu besok jam sembilan pagi. Jangan sampai telat. Karena kalau telat, aku sudah pergi untuk urusan lain. “

Enny : “Siap Boss. “

Aku mengepalkan tanganku kuat - kuat. Yessssss ... ! Akhirnya akan terbalas juga sakit hatiku !

Tapi aku bukan penjahat. Kalau sakit hatiku sudah terobati, apa salahnya kalau dia jadi pacarku. Bukankah Anggraeni cewek tercantik di kampungku ? Bukankah ia malah semakin cantik setelah berjumpa lagi di café tadi ? Kalau dia hanya ingin jadi pacarku, apa masalahnya kalau sikap dan perilakunya sudah baik ? Jadi pacar kan tidak sama dengan calon istri ... !



Esok paginya aku degdegan juga dibuatnya. Karena tak dapat kupungkiri, bahwa Anggraeni pernah jadi idola masa ABGku. Masa ABGku yang penuh penderitaan dan sakit hati ... !

Biasanya kalau mau maju ke medan “perang”, aku hanya mengenakan celana pendek dan baju kaus. Tapi kali ini aku mengenakan pakaian lengkap. Memakai stelan jas dengan dasi yang termahal. Supaya Anggraeni terpukau melihatku yang sudah menjelma menjadi manusia sukses. Bukan lagi kuli pasar kecil seperti di masa laluku yang gelap gulita itu.

Setibanya di hotelku, aku langsung melangkah ke ruang kerjaku. Seorang petugas security muncul dan membungkuk, “Maaf Boss ... ada tamu bernama Anggraeni yang katanya sudah janji untuk menghadap kepada Boss. “

“Iya, suruh dia masuk, “ sahutku.

“Siap Boss. “

Lalu petugas security itu meninggalkan ruang kerjaku. Tak lama kemudian ia muncul lagi bersama Anggraeni yang mengenakan gaun putih bersih membuatku terpukau. Betapa cantiknya Anggraeni yang dahulu pernah menolak cintaku itu. Ya ... kini dia bahkan lebih cantik lagi daripada masa ABGnya. Tapi Anggraeni pun tampak seperti mengagumiku. Mungkin karena aku mengenakan pakaian formal, berjas dan berdasi.

Tapi aku bersikap dingin saja. Seolah tidak ada yang luar biasa di depan mataku.

Setelah petugas security itu berlalu, kusuruh Anggraeni duduk di kursi yang menghadap ke meja kerjaku.
 
Ini adalah update KEDUA untuk hari ini.
Perlu para suhu ketahui, bahwa kisah nyata ini berdasarkan
gubahan saya berdasarkan catatan pribadi seseorang yang
di sini disamarkan namanya menjadi Asep alias Yosef.
Sebenarnya banyak perempuan dalam kisah Yosef yang terpaksa
saya lewatkan. Di antaranya, ada nenek2, ada yang bau badan dsb.
Karena kalau semuanya digubah, bisa membuat para suhu bergidik.
Maklum sosok yang disamarkan namanya jadi Asep atau Yosef itu
sedang ngetop2nya di salon Mamih.
Untuk itu, bila ada kekurangannya saya mohon maaf.
Silakan pantau terus kisah ini, semoga para suhu tidak kecewa bila
masih ada kekurangan dan kesalahannya.
 
Bimabet
Ini adalah update KEDUA untuk hari ini.
Perlu para suhu ketahui, bahwa kisah nyata ini berdasarkan
gubahan saya berdasarkan catatan pribadi seseorang yang
di sini disamarkan namanya menjadi Asep alias Yosef.
Sebenarnya banyak perempuan dalam kisah Yosef yang terpaksa
saya lewatkan. Di antaranya, ada nenek2, ada yang bau badan dsb.
Karena kalau semuanya digubah, bisa membuat para suhu bergidik.
Maklum sosok yang disamarkan namanya jadi Asep atau Yosef itu
sedang ngetop2nya di salon Mamih.
Untuk itu, bila ada kekurangannya saya mohon maaf.
Silakan pantau terus kisah ini, semoga para suhu tidak kecewa bila
masih ada kekurangan dan kesalahannya.
saya apresiasi bro nggak menggunggah bagian yang disturbing dan udah menyaring hal-hal yang begitu. sekali lagi trims updatenya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd