Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 44




Ketika Bunda sudah merebahkan diri di atas bed, dalam keadaan telanjang bulat, aku seolah menyaksikan bidadari yang sudah siap mengucurkan keindahan dan kenikmatan bagiku. Ini tidaklah berlebihan. Karena aku berani membandingkan Bunda dengan perempuan - perempuan yang pernah kugauli. Dan istri Ayah yang bernama Sari ini kunilai menduduki peringkat pertama. Dalam hal ini pula aku kagum kepada Ayah, karena baik Mama Lanny mau pun Bunda Sari, kuanggap di atas rata - rata kecantikannya.

Tapi aku tak menduga kalau aku direstui untuk menggauli Bunda, seperti yang swering kulakukan kepada Mama. Sehingga di dalam hati aku berharap, sering - sering sajalah Ayah mendapatkan istri baru. Karena nantinya aku pun akan kebagian untuk ikut menikmatinya.

Ketika aku merayap ke atas perut dan dada Bunda, aku mendapat sambutan dengan pelukan dan ciuman hangatnya. Lalu terdengar bisikan Bunda, “Nanti jangan dijilatin memek bunda ya. Soalnya sekafrang juga sudah basah. Langsung masukin aja. “

“Jadi Bunda ingin langsung dimasukin ?” tanyaku.

“ Iya. Bunda udah gak sabaran, ingin tau seperti apa rasanya disodok oleh kontol sepanjang itu. “

Aku tersenyum dan mengangguk. Lalu melorot ke bawah. Sementara Bunda sudah merentangkan paha putih mulusnya, sehingga paha kanan dan paha kiri seolah sudah menjadi garis lurus, sedangkan mulut memeknya tampak sudah membuka.

Kuselidik keadaan memek Bunda dengan jari tengahku. Ternyata memang sudah basah.

Sehingga aku pun tak mau buang - buang waktu lagi. Kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Bunda yang berwarna pink itu, lalu kudorong dengan sekuat tenaga.

Blesssssss ... kontolku mulai membenam ke dalam liang memek yang masih lumayan sempit ini. Lalu kudorong lagi kontolku sekuatnya agar membenam lebih dalam. Namun akhirnya mentok di dasasr liang memek Bunda.

“Duuuuh ... saking panjangnya ... gak bisa masuk semuanya ya ?” cetus Bunda sambil meringis.

“Gak apa - apa Bunda. Yang penting kontolku bisa salaman terus sama dasar liang memek Bunda, “ sahutku sambil menghempaskan dadaku ke atas sepasang toket Bunda.

“Hiiihiiihiii ... iyaaa ... tapi enak sekali lho Sep. Ayo mainkan cerutu kulitnya. “

Aku pun mulai mengayun kontolku di dalam liang memek Bunda yang masih sempit tapi licin ini. Kedua kaki Bunda pun menjepit bagian atas bokongku. Dan ini berarti aku bisa membenamkan kontolku sedalam mungkin.

Dan ... o my God ... memek Bunda ini luar biasa enaknya. Liang memeknya memang dangkal, sehingga menyisakan bagian pangkal kontolku yang tidak masuk ke dalam liang memek Bunda Sari. Tapi dinding liang memeknya ini terasa benar bergerinjal - gerinjal.

Inilah saatnya tangan dan mulutku beraksi, sebagai “bumbu” persetubuhan dengan ibu tiri baruku ini.

Mungkin Ayah tidak mengenal trik ini. Tapi aku sudah terbiasa mengentot sambil menjilati titik - titik sensitif wanita yang sedang menjadi pasangan seksualku.

Maka ketika Bunda tidak melingkarkan kakinya di bokongku lagi, lalu mulai menggeolkan pantatnya dengan geolan yang aduhai, aku pun menyerudukkan mulutku ke leher jenjangnya. Untuk menjilati lehernya selahap mungkin, diksertai gigitan - gigitan kecil, yang ternyata membuat Bunda bergetar - getar. Mungkin karena saking nikmatnya. Namun goyangan bokong gedenya malah semakin menjadi - jadi. Diiringi desah - desah nafas dan rintihan - rintihan histerisnya.

“Ooooooh ... Aseeeep .... oooooohhhh .... di ... diewe sama kamu sangat beda rasanya Seeep ... ooooh .... setiap sentuhan dan gerakanmu sangat enak .... aaaaaaaah ... kalau begini, bunda pasti ketagihan nanti Seeeep ... ooooohhhh .... Aseeeeeppppp ... bunda pasti ketagihan ... karena gaya dan rasa kontolmu ini ... aaaaaahhhh ... me ... mengalir dari ujung kaki sampai ke ubun - ubun .... aaaaah ... kalau seperti ini rasanya ... ditidurin sepuluh kali sehari juga bunda mauuuuuu ... Seeeeepppp .... ini luar biasa enaknya Seeeep ... entotlah bunda sepuasmu Sayaaaaang .... enak sekaliiiiii .... oooooh ... bunda gak nyangka bakal merasakan yang seenak ini ... Aseeeeeep .... Aseeeeeeep ... enaaaaaaaaaaaaaaaakkkkk .... ini asli enaaaak Seeeeeep .... ooooooo ... ooooooooooooohhhhh .... ooooooooo .... oooooooohhhhhh ... entottt terusssss Seep ... entooooooooootttttttt ..... oooooooooooohhhhhhhh .... iyaaaaaa ... iyaaaaaa .... “

Ketika aku mengemut pentil toket kiri sambil meremas toket kanannya, Bunda semakin bergairah untuk mengayun bokong gedenya, memutar - mutar, meliuk - liuk dan menghempas - hempas dengan desahan dan rintihan yang tiada hentinya.

Keringatku pun mulai bercucuran. Bercampur aduk dengan keringat ibu tiriku yang jelita dan memancarkan nafas birahi sangat kuat ini.

Namun beberapa saat kemudian Bunda mulai mengggeliat - geliat sambil menahan nafasnya. Lalu nafas Bunda tertahan ddengan sekujur tubuh mengejang tegang.

Aku pun menanggapinya dengan menggencarkan entotanku yang terus - terusan dasar liang memeknya. Lalu kutancapkan kontolku sedalam mungkin, tanpa mengayunnya lagi.

Pada saat itulah kurasakan detik - detik paling indah dalam persetubuhan. Bahwa ketika menghembuskan kembali nafasnya yang barusan tertahan, liang memeknya terasa bergerak - gerak erotis.

“Ooooh .... biasanya bunda sulit sekali lepasnya Sep. Tapi barusan ... sangat cepat lepasnya. Pertanda Asep memang luar biasa memuaskannya. Terima kasih ya Sep. “

Aku cuma tersenyum. Bunda mencium bibirku dengan hangatnya. “Tapi ... Asep belum ngecrot ya ?”

“Belum. Santai aja, “ sahutku.

Tiba - tiba aku teringat pada Bu Emi (ibunya Ima) yang pernah kusetubuhi di hutan bambuku. Hal itu menimbulkan kenangan tersendiri bagiku. Lalu apa salahnya kalau Bunda kuajak ke sana ?

Lalu kucabut kontolku dari liang memek Bunda. “Bunda ... kita lanjutkan di hutan bambu yuk. “

“Hutan bambu ? Di mana itu ?” tanya Bunda.

“Di gunung. Hutan bambu itu punyaku. Jadi kita bebas melakukannya di sana. “

Bunda menanyakan nama daerah pegunungan itu. Setelah kujawab, Bunda langsung setuju.

“Tapi harus minta ijin dulu sama Ayah, Sep, “ kata Bunda.

Iya, “ aku mengangguk dan mengambil handphoneku.

Sengaja suaranya kukeluarkan lewat speaker hapeku. Supaya Bunda bisa mendengarkan suara Ayah nanti.

Lalu ... :

“Hallo Sep. Ada apa ?”

“Ayah ... aku mau bawa Bunda jalan - jalan ke hutan bambuku. Boleh nggak ?”

“Boleh. Bunda paling senang tuh diajak piknik gitu. “

“Tapi pulangnya aku akan membawa Bunda ke hotelku. Boleh nggak ?”

“Mmm ... ke hotelmu ? Bundanya mau diajak nginap di hotelmu ?”

“Iyalah. Kan Bunda biar menikmati suasana kota juga Yah. “

“Iya boleh. Apa sih yang gak boleh buat anak kesayangan ayah ?! Tapi jangan terlalu lama ya. “

“Iya, iya. Paling lama juga semingguan Ayah. “

“Seminggu ? Mmm ... iya dah. Tapi ajak Bunda senang - senang di kota ya. Biar sekalian refreshing gitu. Ayah kan sibuk di kebun dan sawah terus. Belum sempat menyenangkan hati Bunda. “

“Iya Ayah. Bereslah itu. Bunda mau kusenangkan kok di kota. “

“Nanti semua pintu harus dikunci ya. Ayah kan selalu bawa kunci cadangan. “

“Beres itu. Terima kasih ya Ayah. Aku semakin sayang sama Ayah. “

“Ayah juga sangat sayang sama kamu Sep. “

Begitu selesai aku berbicara dengan Ayah lewat ponselku, Bunda tampak ceria sekali. “Jadi bunda mau dibawa ke hotelmu ?”

“Iya. Dalam seminggu ke depan, aku lagi santai. Gak ada kegiatan berat. Karena itu aku ingin bersenang - senang sama Bunda. “

“Sep ... bunda punya usul nih, “ kata Bunda yang tengah mengenakan kembali kimononya.

“Usul apa Bun ?” tanyaku.

“Kalau bunda mau dibawa ke hotel, gak usah ke hutan bambu dulu. Mending langsung aja ke hotel. “

“Oke, “ aku mengangguk.

“Tapi ... bagaimana kalau bunda ajak adik bunda ? Biar dia juga ikut merasakan senangnya nginap di hotel punya Asep. “

“Lho ... kalau bawa adik Bunda ... kita gak bebas wikwik dong nanti. “

“Justru bunda ingin memanjakan Asep juga. Kebetulan adik bunda itu menjanda sejak setahun yang lalu. Jadi ... hihihiiii ... nanti Asep bakal dimanjakan sama dua memek. Memek Bunda dan memek adik bunda. “

Aku tercengang. Tapi tertarik juga pada usul Bunda itu. Maka lalu kataku, “Kalau begitu, panggil aja adik Bunda itu ke sini. Kita harus pahit - pahitan dulu sama dia. Jangan sampai nanti malah membuat acara kita terganggu oleh kehadirannya. “

“Biasanya sih dia itu sangat penurut sama bunda. Tapi soal yang satu itu gak tau. Bunda mau telepon dia dulu ya, “ kata Bunda sambil mengeluarkan handphone dari tas kecilnya yang tergeletak di atas meja kecil dekat bed.

Aku melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Tapi aku masih bisa mendengarkan suara Bunda yang sedang berbicara dengan adiknya :

“Ira ... ke rumahku sekarang ya. Tapi dandan dulu yang cantik. “

“Emangnya mau ngapain Teh ?”

“Mau ngajak kamu senang - senang di kota. Kita nginap di hotel selama seminggu. Pokoknya kita senang - senang di kota nanti. “

“Wah, asyik dong. Pake apa ke kotanya nanti ?”

“Pake mobil anak sambungku. Ayo cepetan dandan sana. “

“Iya Teh, iyaaa... “

Lalu Bunda membuka pintu kamar mandi. “Mandi Sep ?”

“Iya. Tapi pakaianku ada di dalam koper. Kopernya ada di dalam bagasi mobilku. Jadi gak bisa ganti baju nih. “

“Nanti kan bisa ganti baju di dalam mobil. Mau disabunin sama bunda ?”

“Gak Bun. Mending tungguin adik Bunda sana. Nanti gak bisa masuk, karena semua pintu keluar dikunci. “

“Eh iya ya. Bunda mau ke bawah dulu ya Asep Sayang, emwuaaaah ... “ kata Bunda diakhiri dengan kecupan lembut di pipiku. Lalu Bunda keluar dari kamar mandi. Sementara aku melanjutkan mandi sampai benar - benar bersih.

Setelah selesai mandi, terpaksa kupakai celana denim dan baju kaus yang sudah agak kusut itu. Kemudian aku menyisir rambutku yang sudah waktunya dicukur. Dan melangkah ke arah tangga untuk menuruninya.

Ternyata adik Bunda sudah tiba. Mungkin rumahnya memang tidak jauh dari rumah Ayah ini. Bahkan kulihat Bunda sedang bisik - bisik di dekat telinga adiknya.

Setelah melihatku berdiri di belakang mereka, barulah Bunda menghentikan bisikannya.

“Nah ini anak sambungku Ra. Ayo kenalan dulu, “ kata Bunda kepada adiknya.

Pada saat itulah mataku seolah tak berkedip, karena menyaksikan kecantikan adik Bunda yang ... yaaaa ... pokoknya cantik sekali.

Waktu berjabatan tangan ia menyebut namanya, “Ira. “

Aku pun menyebutkan namaku. Lalu bertanya kepada Bunda, “Bun ... aku harus nyebut apa sama adik Bunda ini ?”

“Harusnya manggil Bibi padanya, “ ucap Bunda, “Tapi usianya hampir sama dengan Asep. Sebentar, usia Asep sekarang berapa tahun ?”

“Seminggu lagi sembilanbelas tahun Bun, “ sahutku.

Lalu Bunda menoleh ke arah adiknya, “Kamu sembilanbelas taun juga kan ?”

“Iya, dua bulan yang lalu aku sembilanbelas. “

“Nah ... berarti umur kalian cuma beda duabulan lebih seminggu kan ? Jadi saling panggil nama aja deh, gak usah pake sebutan Bibi atau Tante dan sebagainya. “

“Jadi aku panggil Ira aja ya, “ ucapku sambil menggandeng pinggang Ira untuk duduk berdampingan di sofa. Ira duduk di sebelah kiriku, Bunda duduk di sebelah kananku.

“Bagaimana Bun ? Udah bilang sama Ira soal acara kita nanti ?” tanyaku sambil mengusap - usap paha Bunda yang masih memakai kimono dan pahanya muncul di antara kedua sisi kimononya yang terbuka.

“Udah. Cuma dia takut hamil katanya. “

“Soal itu sih jangan takut. Nanti kusediakan pil KB di hotelku. Kalau Bunda gimana ? Gak takut hamil juga ? ”

“Bunda kan masih ikutan KB, sejak sebelum menikah dengan suami pertama sampai sekarang. Soalnya bunda belum siap hamil kalau belum jelas masa depan anak bunda kelak. “

Aku mengangguk - angguk sambil tersenyum. Lalu menoleh ke kiri, ke arah Ira, “Sejak kapan Ira jadi janda ?” tanyaku.

Bunda yang menjawab, “Dia itu menikah pada waktu usianya baru tujuhbelas. Enam bulan kemudian bercerai. “

“Iya begitu Ra ?” tanyaku.

“Iya, “ sahut Ira, “ Gak tahan sih punya suami yang terlalu pencemburu gitu. Kadang - kadang kalau sudah cemburu, kayak orang gila perilakunya juga. “

“Punya istri secantik Ira tentu saja bikin suami cemburu. Takut ada yang godain. “

“Tapi dia itu sama kenek angkot cemburu, sama tukang ojek cemburu juga. Ya pusing lah. Mending kalau hidupnya udah mapan sih. Dalam sebulan paling juga ngasih belanja limaratusribu. Hihihiiii ... “ Ira ketawa sambil menutupi mulut dengan tangannya.

“Nasib bunda juga hampir sama dengan nasib Ira, “ kata Bunda, “ Perkawinan bunda hanya bertahan delapan bulan. Lalu bubar jalan. “

“Oh iya, nanti takkan dimarahin sama ayahnya Asep Teh ?” tanya Ira sambil memandang ke arah Bunda.

“Sudah diijinkan, boleh nginap di hotel Asep selama seminggu. Pokoknya boleh bersenang - senang bersama Asep di kota selama tujuh hari tujuh malam, “ sahut Bunda.

Aku menambahkan, “Bahkan wikwik sama Bunda juga diijinkan. Baik hati kan ayahku ?”

“Masa ?!” Ira seperti yang kurang percaya.

“Asep kan anak kesayangan ayahnya. Apa pun yang dimiliki oleh ayahnya, boleh dimiliki oleh Asep juga. “

“Waauw ... enak punya suami gitu sih, “ kata Ira, “Eh Teh Sari gak mau dandan dulu ?”

“Hihihiii, sampai lupa saking senengnya ngobrol, “ Bunda melingkarkan lengannya di leherku, lalu mencium bibirku, “Emwuuuuah ... !”

Setelah Bunda masuk ke dalam kamarnya, aku menoleh ke arah Ira yang saat itu mengenakan gaun katun berwarna abu - abu polos. Begitu sederhana pakaiannya, tapi tidak kampungan. Aku yakin kalau Ira sudah didandani dan dibawa jalan ke tempat umum, pastik Ira akan menarik perhatian orang - orang. Karena Ira (yang belakangan aku tahu nama lengkapnya Irawati) memang cantik sekali. Tak kalah dengan kecantikan Bunda Sari.

“Bunda juga ibu sambung yang baik, “ kataku sambil menggenggam tangan kanan Ira, “Apa yang sudah dimilikinya, bisa menjadi milik adiknya juga. “

“Tadi udah begituan sama dia ?” tanya Ira perlahan.

“Udah. Tapi aku belum ngecrot, karena keburu ada rencana untuk nginap di hotelku itu. Nanti di hotel akan kucrotkan di meki Ira. “

“Duh ... degdegan ngedengerinnya juga ... “

“Biar gak degdegan, aku mau cium bibirmu ya, “ ucapku sambil mendekatkan bibirku ke bibir Ira. Ternyata Ira malah merapatkan bibirnya ke bibirku, sambil memejamkan matanya. Maka kupagut bibirnya ke dalam lumatanku. Namun tak sekadar memeluk dan melumat bibirnya, tanganku yang bebas merayap dari betisnya sampai ke lutut, lalu menyelinap ke balik gaun katunnya, merayapi pahanya yang licin sampai ke pangkalnya.

Tapi ketika tanganku berusaha menyelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya, Ira memegang pergelangan tanganku yang sedang di balik gaunnya sambil menariknya. Dan berkata, “Nanti di hotel kjukasihkan semuanya. Jangan pegang ke situ dulu, soalnya aku gampang horny. “

“Aku hanya ingin tahu membandingkan memek Bunda dengan memek Ira, “ sahutku setengah berbisik.

“Punya dia sih gundul sejak kecil sampai sekarang. Kalau punyaku biasa aja, ada jembinya. “

Aku pun tak mau memaksakan kehendakku. “Owh ... ya udah. “

“Sep ... “

“Kenapa ?”

“Aku takut dibegituin sama Asep. “

“Takut apa ? “ tanyaku.

“Takut jatuh cinta sama Asep. Soalnya Asep tampan gini sih, “ sahut Ira sambil mengusap - usap pipiku.

“Kalau calon istri, aku sudah punya. Tapi kalau Ira mau, bisa kujadikan simpananku. Mau gak ?”

Ira menatapku dengan sorot pasrah. “Mau, “ sahutnya hampir tak terdengar.

“Mau tapi diselidik memek aja gak mau. Padahal aku cuma ingin tau sebentar aja. Takkan masuk - masukin jari segala, “ kataku bernada merajuk.

“Janji takkan masukin jari ke dalamnya ya, “ sahut Ira sambil merenggangkan pahanya. Maka dengan sigap kuselundupkan tanganku ke balik gaun abu - abu itu. Tanganku meluncur dengan cepat dari lutut sampai ke pangkal pahanya. Lalu kuselinapkan ke balik celana dalamnya. Tanganku mulai bersentuhan dengan rambut pendek - pendek, mungkin cuma 1 sentimeteran.

“Sudah berapa hari jembutnya dicukur ?”

“Seminggu yang lalu, “ sahut Ira, “ Udah tumbuh lagi ya ?”

“Iya. Tapi pendek - pendek. Masih enak jilatinnya nanti, “ ucapku sambil mengleuarkan kembali tanganku dari balik celana dalam Ira. Untuk membuktikan bahwa aku ini orang yang menepati janji.

Namun setelah mengeluarkan tanganku dari celana dalam Ira, dengan gerakan cepat kuturunkan kancing zipper celana denimku. Lalu kusembulkan kontolku yang sudah ngaceng berat ini.

“Asep ... !” seru Ira tertahan, dengan mata terbelalak memandang ke arah kontolku.

“Kan biar adil. Barusan aku megang memek Ira, sekarang giliran Ira megangin kontolku, “ kataku sambil menarik tangan Ira agar memegang kontolku.

“Waaau ... panjang sekali Sep. Ini penis apa penggebuk bola kasti ?” cetusnya sambil memegang kontolku dengan tangan agak gemetaran.

“Heheheee ... nanti bakal disembunyiin di dalam memek Ira, “ kataku sambil memasukkan kembali kontolku ke balik celana dalam dan celana denimku.

Tak lama kemudian Bunda pun muncul dari kamarnya. Dalam keadaan sudah mengenakan spanrok dan blouse serba hitam, sambil menjinjing tas berwarna hitam pula.

“Yahhh lupa. Aku gak bawa pakaian untuk ganti Teh, “ kata Ira seperti kaget.

“Biar aja lah. Nanti baik Bunda mau pun Ira akan kubelikan pakaian di kota. Biar cukup untuk nginep seminggu, “ kataku.

“Bunda, “ kataku lagi, “Aku mau ngambil mobil dulu ya. Bunda dan Ira tunggu di pertigaan aja ya. “

“Iya. Di depan toko pupuk nunggunya ya Sep, “ sahut Bunda.

“Ya, “ sahutku sambil mengambil remote control mobil di atas televisi, lalu melangkah ke arah pintu depan.

Ayah nyebut mobilku dititipkan di garasi rumah Pak Daman. Padahal Pak Daman sudah meninggal. Tinggal istrinya yang masih ada. Dan istri almarhum Pak Daman itu mantan kepala sekolahku waktu aku masih di SD. Tapi rumah itu tetap terkenal sebagai rumah Pak Daman saja. Padahal mungkin seharusnya disebut rumah Bu Anjani, nama istrinya yang masih hidup.

Mengingat pemilik rumah bergarasi itu mantan kepala sekolahku, aku pun jadi agak sungkan ketika tiba di depan rumahnya. Lalu mengetuk pintu depan rumah bergaya aristokrat (ningrat) itu.

Ternyata Bu Anjani sendiri yang membuka pintu depan itu. Mengingat wanita itu mantan kepala sekolahku dahulu, aku mencium tangannya sambil berkata, “Saya anaknya pa Jaja Bu. “

“Ohya ?! Kok rasa - rasanya kenal denganmu ... “ Bu Anjani mengernyitkan dahinya.

“Iya. Saya kan mantan murid di sekolah Ibu. “

“Iya, iya, iya ... aaaaah ... kamu Asep kan ?”

“Waktu lulus ujian SD, kamu juara sekolah kan ?”

“Hehehee ... iya Bu, “ sahutku sopan, “Apakah Ibu belum pensiun sekarang ?”

“Belum. Masih lama pensiun sih, sekitar delapan tahun lagi. Kata Pa Jaja, kamu sudah sukses sekarang ya ?”

“Hehehee ... Ayah sih suka promosiin anaknya, “ sahutku sambil menyerahkan secarik kartu namaku, “Ini kartu nama saya Bu. Kapan - kapan kalau Ibu mau nginap di hotel saya, bisa dikasih discount deh Bu. “

Bu Anjani membaca kartu namaku. Lalu berkata, “Yeee ... ini hotel yang di depannya ada rumah makan ya ?”

“Iya Bu. Pernah makan di rumah makan saya ?”

“Sering. ibu sekarang kan jadi kepala sekolah yang sekolahnya gak jauh dari hotel Asep. Rumah makan Asep itu langganan guru - guru lho. “

“Kalau kebetulan mampir lagi di rumah makannya, silakan Ibu perlihatkan kartu nama itu, supaya bisa bertemu dengan saya, kalau kebetulan sayanya sedang berada di kantor. “

“Iya iyaaa ... , “ sahut Bu Anjani sambil menepuk bahuku, “Sudah punya istri ?”

“Belum Bu. Belum menemukan calon istri yang secantik Ibu, “ sahutku. Mungkin inilah salah satu kelebihanku. Meski aku hanya mengucapkan kalimat pendek, pipi Bu Anjani kemerahan dibuatnya.

“Memangnya ibu masih cantik gitu ?” tanya Bu Anjani sambil ... mencubit perutku ... ! Ini jelas termasuk “kode khusus” bagiku. Maka aku merasa harus mengerti pada kode itu.

“Masih Bu, “ sahutku, “DI mata saya, ibu tak berubah sedikit pun. Tetap cantik seperti waktu menjadi kepala sekolah saya. “

“Hihihiiii ... Asep, Asep ... kapan - kapan ibu mau main ke hotelmu deh. Boleh kan ?”

“Sangat boleh. Saya sekarang standby di hotel terus, karena sedang membangun hotel baru yang di belakangnya itu. “

“Wow ... bangunan yang bertingkat dan baru dibangun kerangkanya aja itu ?”

“Betul Bu. Ohya, saya mau ngambil mobil yang dititipkann oleh ayah saya di garasi Ibu. “

“Oh iya, iya. Kok cepet pulang ? Kirain mau bermalam di rumah ayahmu. “

“Tadinya memang mau menginap. Tapi acaranya berubah, karena ada urusan mendadak di kota Bu. “

“Owh gitu ya. Silakan kalau mau ngambil mobil sih. Pintu garasinya memang dikunci. Ayo ke depan garasi aja, ibu mau buka kuncinya dari dalam. Eeeh ... kok sampai lupa mempersilakan duduk ya Sep. Maaf ... kelupaan, gara - gara keasyikan ngobrol tadi. “

“Gak apa, sayanya juga agak keburu - buru Bu. “

Lalu aku keluar dari rumah Bu Anjani. Dan menuju garasi yang berdampingan dengan rumah bergaya aristokrat itu.

Tak lama kemudian pintu garasi terbuka lebar. Tampak di dalam garasi, di samping mobilku ada sedan buatan Eropa juga tapi sudah tua sekali. Mungkin sedan tua itu punya Bu Anjani.

“Ibu kalau ke sekolah pakai mobil ini ? “ tanyaku sambil memegang sedan tua yang harganya pasti di bawah 50 juta itu.

“Wah, gak Sep. Mobil ini hanya untuk mengenang almarhum suami ibu aja. Kalau mau ke sekolah, ibu pakai itu, “ sahutnya sambil menunjuk ke sebuah skuter Italia yang diletakkan di sudut.

“Owh, kalau gitu saya mohon pamit dulu ya Bu, “ ucapku sambil mencium tangan Bu Anjani. Gak tahunya Bu Anjani mencium pipi kanan dan pipi kiriku. Menciumku, bukan sekadar merapatkan pipi dengan pipi seperti biasanya. Spontan saja aku memeluk pinggangnyha dengan tangan agak gemetaran.

Namun batinku tidak gemetaran. Aku malah memberanikan diri membisiki telinganya, “Seminggu ke depan saya agak santai. Mampir ke hotel saya ya Bu. Ingin ngobrol panjang sama Ibu. Sambil bernostalgia masa kecil. “

Bu Anjani mengepit sepasang pipiku dengan kedua gtelapak gtangannya. “Asep suka sama ibu ?”

“Sangat suka Bu, “ sahutku jadi pede.

Bu Anjani tersenyum dan ... mencium bibirku dengan hangatnya ... !

Setelah ciumannya dilepaskan, kupegang kedua tangan mangtan kepala sekolahku itu. “Terima kasih Bu. Kalau tidak sedang ditunggu orang sih, rasanya saya masih ingin berlama - lama ngobrol sama Ibu. Tapi sayangnya saya punya urusan yang penting sekarang. “

“Iya, “ Bu Anjani mengangguk sambil tersenyum manis, “Urusan bisnis harus didahulukan. Seminggu lagi ibu akan datang ke hotel Asep. “

“Saya tunggu Bu. Tapi call dulu ya, biar saya ada di hotel nanti, “ kataku sambil membuka pintu kanan depan sedan hitamku. Lalu duduk di belakang setir. Menghidupkan mesin mobil dan membuka jendela kaca di samping kananku, karena Bu Anjani berdiri di situ. Lagi - lagi Bu Anjani membuat poerasaanku jadi tak menentu. Karena dia membungkuk, untuk mencium bibirku lagi, diikuti dengan ucapan, “Hati - hati di jalan ya Sep. Jangan ngebut. “

“Iya. Terima kasih. Ibu juga semoga sehat selalu yaaa ... “

Bu Anjani mengangguk sambil tersenyum manis. OMG ... betapa manisnya senyum Bu Anjani itu.



Sedanku dihentikan di depan toko pupuk. Bunda dan Ira masuk ke dalam mobilku.

Bunda duduk di sampingku, Ira duduk di seat belakang.

“Kok lama ngambil mobilnya Sep, “ kata Bunda setelah mobilku bergerak di atas jalan aspal.

“Iya. Diajak ngobrol dulu sama istri almarhum Pak Daman. Kan istri Pak Daman itu mantan kepala sekolahku dahulu di masa SDku Bun. “

“Owh ... kirain ada masalah pada mobil ini, “ kata Bunda.

“Sejak kumiliki, mobil ini sih gak pernah ada masalah Bun. “

“Rasanya duduk di mobil mahal gini nyaman sekali ya. Kayak gak bergerak saking halusnya. Ohya, nanti Ira minta didahulukan ena-enanya Sep. “
“Yeeey ... Teteh bisa aja ngarangnya. Bohong Sep, aku gak ngomong gitu,” kata Ira dari belakangku.

“Santai aja Ra. Aku memang mau mendahulukan Ira. Karena kalau dengan Bunda sudah tadi di rumah, “ sahutku, “Beli pakaiannya besok aja ya. Aku juga udah gak sabar ingin wikwik dulu. “

“Nanti bakal dikeroyok lho. Kuat gak ?” tanya Bunda.

“Lihat aja nanti. Aku malah sangat bersemangat, karena bakal menikmati dua macam memek. Yang gundul dan yang pendek - pendek jembutnya. “

“Emang memek Ira udah diperiksa tadi ?” tanya Bunda.

“Udah. Jembutnya abis dicukur seminggu yang lalu. Sekarang udah tumbuh lagi, tapi masih pendek - pendek, “ sahutku.

“Aku udah tau titit Asep idiiiiiiih ... panjang sekali ... hihihihii ... “ kata Ira dari belakangku.

“Hihihihiiiii ... ! ” Bunda ketawa kecil, “Jadi kalian udah saling periksa tadi ?”

“Udah. Kan biar jangan jual kucing dalam karung, “ sahutku.

Lalu kami semua ketawa dengan gaya ketawa masing - masing.



Setibanya di parkiran hotelku, “Itu bangunan apa Sep ? “ tanya Ira sambil menunjuk ke calon hotel baruku yang sedang dibangun.

“Untuk hotelku juga. Nantinya hotel lama akan dijadikan rumah makan semua. Hotel baruku di sana, “ sahutku.

“Tuh kan ... kalau kamu maju kerja di hotel, tinggal ngomong aja sama Asep, “ kata Bunda.

“Ira akan menjadi simpananku Bun. Gak usah kerja di hotel segala. Duduk manis aja di rumah, “ sahutku sambil memutar kunci pintu kamar pribadiku. Lalu kubuka pintunya dan masuk ke dalam. Bunda dan Ira pun masuk ke dalam.

“Waaaah ... semua kamar seperti ini bentuk dan fasilitasnya Sep ?” tanya Bunda sambil memandang ke sekeliling kamar pribadiku.

“Ini kamar tidak bernomor dan tidak disewakan, karena hanya boleh dipakai olehku sendiri Bun. Kamar - kamar yang disewakan sih lebih kecil. Fasilitasnya juga tidak selengkap kamar ini. “

“Pantesan kamar ini kelihatannya seperti kamar hotel bintang lima. Ternyata ini kamar pribadi boss ya, “ kata Bunda.

“Sep ... aku mau bersih - bersih dulu di kamar mandi ya, “ kata Ira.

“Iya, “ sahutku, “di kamar mandi banyak kimono baru. Pilih dan pakai aja sama Ira. “

“Siiip deh, “ sahut Ira sambil membuka pintu kamar mandi, lalu masuk ke dalamnya.

Bunda duduk di sofa. Aku pun duduk merapat di samping kanannya. Lengan kiriku melingkari pinggang Bunda. Tangan kananku meraih kepalanya dan bibirku menciumnya dengan sepenuh gairahku.

Bunda pun membalas dengan lumatan mesra, sementara tangan kananku menyelinap ke balik spanrok hitamnya, langsung menyelundup ke balik celana dalamnya. Sampai menemukan celah lembut di mulut memek tanpa jembut itu.

“Seep ... bunda kalau udah dicolek - colek sama jari begini, suka gak kuat menahan nafsu, “ kata Bunda setengah berbisik.

“Ya udah. Kalau begitu Bunda aja yang akan kusetubuhi duluan ya, “ sahutku sambil memainkan jariku semakin nnakal di dalam celah memek Bunda.

“Iya ... ooooh ... bunda udah horny berat nih Sep ... “

“Bunda harus telanjang dulju. Untuk ngasih contoh sama Ira, “ sahutku.

Bunda pun buru - buru melepaskan segala yang melekat di tubuh seksinya. Lalu naik ke atas bed dalam keadaan sudah telanjang bulat.

Aku pun sudah menelanjangi diriku sendiri. Lalu merayap ke atad perut Bunda, sambil memegang kontolku dan meletakkannya di mulut memek Bunda yang sudah basah itu. Kemudian kudorong kontolku sekuat tenaga. Blesssss .... langsung melesak amblas ke dalam memek ibu tiri keduaku ini.

Bunda langsung memeluk leherku sambil berkata, “Bunda sudah tergila - gila padamu Sep. Makanya disetubuhi berapa kali pun sama Asep, bunda siap. “

“Iya Bun. Aku pun harus jujur mengatakan bahwa Bunda punya pesona yang mendalam di hatiku. Dan ... memek Bunda enak sekali, “ sahutku. Tapi Bunda tentu tidak gtahu, bahwa aku sedang membayangkan Bu Anjani. Dan berniat untuk mendapatkan wanita STW itu. Karena aku tahu bahwa berhubungan dengan STW itu berbeda dengan berhubungan dengan cewek remaja. Nikmatnya berhubungan dengan STW, aku bisa mendapatkan pelayanan khusus. Pelayanan “all you can eat”. Sementara kalau berhubungan dengan cewek remaja, pelayanannya “ini jangan itu jangan”.

“Nanti bandingkan sama memek Ira enakan mana ya, “ kata Bunda.

“Nggak ah. Nggak mau membanding - banding. Setiap memek punya rasa dan kesan masing - masing, “ sahutku sambil mulai mengayun kontolku. Sambil membayangkan sedang mengentot Bu Anjani ... !
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd