Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 52



8 hari kemudian, rumah yang sudah kubeli dari Mbak Masitoh itu sudah kosong. Semua barang - barang diangkut ke rumah barunya yang lebih kecil. Dengan janji, kapan pun aku kangen padanya, boleh datang ke rumah barunya itu. Begitu juga kalau dia yang kangen, dia akan mengirim WA padaku. Cukup dengan mengetik 2 hurup saja : AK yang artinya aku kangen.

Tapi setelah rumah itu kosong, aku memanggil Mbak Vira, arsitek langganan Tante Sharon yang lalu jadi langgananku juga.

Mbak Vira sudah cukup berdedikasi padaku. Karena gambar untuk semua FOku, hotel baruku yang belum selesai itu, perluasan pabrik garmentku, adalah hasil karya Mbak Vira.

Kali ini Mbak Vira kuundang untuk hadir di rumah besar yang kubeli dari Mbak Masitoh itu.

Setelah menunggu sekitar sejam, akhirnya Mbak Vira muncul dari dalam sebuah taksi. Tidak seperti biasanya. Dan mengenakan gaun span biru tua. Tidak seperti biasanya juga. Karena biasanya ia selalu mengenakan celana panjang dengan blouse atau baju kaus.

“Kenapa pakai taksi ?” sambutku ketika arsitek bertubuh bohay itu menghampiriku.

“Mobilku lagi diservice di bengkel Boss, “ sahutnya sambil menjabat tanganku.

“Rasanya baru sekali ini aku melihat Mbak Vira memakai gaun. “

“Hihihiii ... iya. Kan biasanya langsung ke lokasi yang banyak pasir dan debunya. Kalau sekarang kan Boss bilang ditunggu di rumah yang mau direnovasi. Jadi sekali - kali ingin kelihatan perempuan aja. Hihihiii ... “

“Memang Mbak tidak salah, “ sahutku, “Dengan mengenakan gaun itu, Mbak bukan cuma kelihatan cantik, tapi juga seksi sekali. “

“Ah, masa sih ?!” Mbak Vira tersipu.

“Serius, “ sahutku, “Oke ... sekarang silakan Mbak periksa rumah ini. Bagian luar mau pun bagian dalamnya. Juga silakan ditinjau di helaman belakangnya, karena aku ingin dibuatkan kolam renang di situ. Lalu pagar di sekelilingnya diganti dengan pagar besi. Dan aku ingin renovasi rumah ini dikebut. Karena pemiliknya akan membangun sebuah hotel yang jauh lebih besar daripada hotelku yang gambar designnya dibuatkan oleh Mbak tempo hari. “

“Begitu Boss ? Wah, seandainya gambar perencanaannya diserahkan padaku, bisa dapat duit banyak dong. “

“Bisa ... sangat bisa. Tapi ada sesuatu yang akan kusampaikan, “ sahutku.

“Ada yang penting Boss ?” tanya Mbak Vira dengan pandangan menyelidik.

“Kita sudah cukup lama berhubungan baik kan ?” aku balik bertanya.

“Iya. “

“Tapi kita belum pernah melakukan hubungan pribadi, sekadar untuk menghibur batin kita. “

“Hubungan pribadi yang seperti apa Boss ?”

“Mmm ... kita kan bisa berbagi rasa satu sama lain, supaya hubungan kita semakin dekat dan semakin solid. “

Mbak Vira menatapku dengan sorot ragu. Lalu tertunduk dan berkata, “Bukannya gak mau, tapi aku kan sudah punya suami Boss. “

“Suami yang hanya bisa berjumpa sepuluh bulan sekali kan ?”

“Iya. Dia itu sepuluh bulan di laut, dua bulan di darat. “

“Dan Mbak wanita normal kan ? Maksudku, bukan wanita frigid ?”

“Iiiih ... masa Boss nyangka aku wanita frigid ?!”

Aku tersenyum sambil memegang kedua tangannya dan berkata, “Makanya jangan ragu menerima ajakanku. Karena sejak awal kita berjumpa, aku sudah punya perasaan suka kepada Mbak. Tapi kupendam saja perasaan itu di dalam hati, karena takut merusak hubungan bisnis kita. Dan sekarang sudah tiba di puncaknya. Aku terpaksa harus buka mulut. Tidak memendam di dalam hati terus. “

Dengan suara perlahan Mbak Vira menyahut, “Aku juga punya perasaan itu sih. Tapki aku sadar diri. Bahwa Boss terlalu muda dariku. Lagian aku kan sudah punya suami. “

“Sekarang silakan Mbak selesaikan dulu pengukuran dan pemeriksaan bagian yang harus direnovasi. Tadinya rumah ini mau kuratakan dengan tanah, lalu dibangun rumah baru. Tapi setelah memeriksanya secara teliti, sayang juga kalau dibongkar habis. Karena kelihatannya masih kokoh. Tinggal mengubah di sana - sini, supaya bisa menjadi rumah megah dan mewah. Dinding - dindingnya juga lapisi sama marmer atau keramik impor. “

“Iya, “ Mbak Vira mengangguk, “Aku mau kerja dulu ya Boss. “

“Silakan, “ aku mengangguk.

Mbak Vira mengeluarkan theodolit dan meteran dari dalam tas kerjanya.

Lalu mengukur - ukur ke sana - sini, sementara aku masuk ke dalam mobilku. Menyalakan mesin mobil dan mengaktifkan AC, kemudian membunyikan musik dari audio mobilku. Cukup lama aku menunggu Mbak Vira bekerja, sampai akhirnya ketiduran di dalam mobilku.

Entah berapa lama aku ketiduran di dalam mobilku. Sampai ketika aku terbangun, kulihat Mbak Vira sedang menghitung dengan kalkulator dan menulisnya di note booknya.

Aku pun turun dari mobilku, untuk menghampiri Mbak Vira/ “Bagaimana ? “ tanyaku.

“Rumahnya masih kokoh. Lima puluh tahun lagi juga masih kuat. Keinginan Boss untuk melapisi dindingnya dengan batu marmer, bisa dilaksanakan. Gentengnya memang harus diganti. Kolam renang bisa dibuat, menyesuaikan dengan bentuk tanahnya. “

“Baguslah. Mau diborong sama Mbak Vira aja atau mau diserahkan pada kontraktor ?” tanyaku.

“Sama kontraktor aja Boss. “

“Kirain Mbak mau belajar jadi kontraktor. “

“Untuk sementara ini sih baru siap membuat gambar perencanaan aja Boss.”

“Oke deh. Aku percayakan aja sama Mbak Vira segala sesuatunya untuk renovasi rumah ini. Mbak cuma harus ingat, pemilik rumah ini nanti bukan kelas ecek - ecek. Jadi rumah ini harus disulap menjadi rumah yang sangat megah dan mewah. “

“Siap Boss. “

“Lalu sudah siap juga untuk kuculik sekarang ?” tanyaku sambil memegang pergelangan tangan arsitek cantik dan seksi itu.

Mbak Vira menatapku dengan senyum malu - malu. “Mau diculik ke mana Boss ?” tanyanya dengan suara agak bergetar.

“Ke hotelku aja. Biar bisa sambil menginspeksi orang - orang yang sedang kerja. “ sahutku sambil menuntun Mbak Vira ke dekat pintu mobilku sebelah kiri depan. Lalu kubuka pintunya dan kupersilakan Mbak Vira masuk ke dalam mobilku.

Dari tadi mesin mobilku tidak kumatikan. Bahkan AC dan musik pun masih aktif.

Mbak Vira pun sudah duduk di samping kiriku. Namun aku belum mennggerakkan mobilku. Karena aku ingin meyakinkan diriku sendiri dahulu, bahwa arsitek “bening” ini sudah siap untuk bertualang berssamaku.

Kulingkarkan lengan kiriku di lehernya sambil menatap wajah beningnya. “Hampir setahun kita berkenalan. Dan selama ini kita seolah tidak saling membutuhkan secara pribadi. “

Mbak Vira menatapku dengan senyum manis di bibirnya. Lalu kupagut bibir itu ke dalam ciuman mesraku. Yang spontan disambut dengan lumatan hangat, Dengan remasan lembut di bahuku.

“Sebenarnya aku takut Boss ... “ ucapnya setelah ciuman dan lumatanku terlepas.

“Takut apa ?”

“Takut ketagihan nantinya, “ sahut Mbak Vira, “Karena kalau sudah terjadi yang pertama, bisa terjadi yang kedua, ketiga dan selanjutnya. Lalu apakah Boss akan selalu hangat seperti ini kelak ?”

“Tentu saja. Karena aku bukan lelaki yang suka berubah - ubah pendirian. Kita harus tetap kompak sampai kapan pun. Kenapa bisa takut begitu ? “ aku mulai menggerakkan mobilku ke jalan aspal.

“Karena pada dasarnya ... aku ini mmm ... aku ini wanita yang kesepian Boss ... “ sahutnya perlahan, “Karena itu aku sudah bisa membayangkan ... hubungan dengan Boss yang tampan dan masih sangat muda ... pasti akan membuatku adiktif. “

Aku tidak menanggapinya. Karena mulai konsentrasi pada jalan yang akan dilewati oleh mobilku.

Dalam perjalanan menuju hotelku, sikap dan perilaku Mbak Vira lain dari biasanya. Kepalanya disandarkan ke bahu kiriku. Dan sesekali ia mencium pipiku dengan mesranya.

Mungkin diam - diam wanita berusia 29 tahun itu mulai jatuh hati padaku. Dan aku memang akan memperlakukannya dengan baik. Karena Mbak Vira itu emas bagiku. Baik dari sudut fisik mau pun ketrampilan di dalam bidangnya.

Aku akan sangat membutuhkan Mbak Vira di hari - hari mendatang. Karena Mbak Manti sudah menyetujui untuk membangun hotel dan perumahan elit di kota ini. Tanahnya sudah tersedia, tinggal master plan-nya yang harus dibuatkan oleh Mbak Vira.

Bukan cuma itu. Sebagian dari tanah - tanah milik Mbak Manti yang berada di kota - kota besar, akan dibangun gedung convention hall. Hal itu pun atas dasar usulku. Karena pada masa kini convention hall yang bagus sangat diminati oleh masyarakat yang akan mengadakan resepsi pernikahan, khitanan, syukuran dan sebagainya.

Bahkan di zaman sekarang kalau mau menikah, harus bertanya kepada gedung dahulu, bukan kepada dukun seperti zaman baheula. Kalau zaman dulu orang bertanya kepada dukun untuk menentukan hari tanggal dan bulan yang “baik” untuk menikah, di zaman sekarang harus bertanya kepada pengurus gedung resepsi (convention hall) kapan bisa menyewa gedung ? Maklum sudah banyak yang mengantri untuk menyewa gedung - gedung seperti itu.

Semua rencana pembangunan itu kusampaikan kepada Mbak Vira dalam perjalanan menuju hotelku. Tentu saja dia sangat bersemangat mendengar rencanaku yang memang sudah disetujui oleh Mbak Manti Rumantini itu.



Setibanya di hotel, aku langsung menuju bagian belakang di mana mobilku biasa diparkir. Mbak Vira turun duluan, sambil memperhatikan hotel baru yang belum selesai dibangun itu.

“Hotel baru itu kira - kira berapa bulan lagi selesai ?” tanyaku sambil melingkarkan lengan kiriku di pinggang Mbak Vira.

“Kontraktornya bagus. Gerak cepat. Mungkin tiga bulan lagi juga sudah bisa grand opening, “ sahut Mbak Vira.

Aku mengangguk - angguk sambil membayangkan biaya yang harus dikeluarkan setalah hotel baruku selesai. Karena di setiap kamar hotel itu harus ada furniture dan beberapa barang elektronik. Semua perabotannya harus yang mahal dan up to date, untuk memuaskan para tamu yang menginap kelak.

Lalu aku mengajak Mbak Vira masuk ke dalam kamar tak bernomor itu. Kamar pribadiku itu.

“Wow ... ternyata ada kamar seluas dan semewah ini Boss ?!” serunya setelah berada di dalam kamar pribadiku.

“Mbak baru sekarang masuk ke dalam kamar ini ya ?”

“Iya, “ Mbak Vira mengangguk, “Selama ini saya kan diterima di ruang kerja atau ruang tamu Boss. “

“Itu pintu menuju ruang kerjaku, “ kataku sambil menunjuk pintu yang menuju ruang kerja.

“Wah ... ideal sekali. Ruang kerja berdampingan dengan ruang pribadi. Jadi kalau udah letih bekerja, tinggal lurusin pinggang di sini, “ ucap Mbak Vira sambil menepuk tempat tidurku.

“Punggung Mbak akan kuluruskan di situ. Biar hilang pegel - pegelnya, “ sahutku sambil tersenyum.

Di luar dugaan, Mbak Vira malah membenamkan wajahnya ke dadaku, sambil berkata lirih, “Aku sudah pasrah sama Boss. Cuma mohon agar jangan habis manis sepah dibuang. “

“Mbak tentu sudah tau sifatku seperti apa, “ sahutku sambil mendesakkan Mbak Vira sampai terjengkang ke atas bed, “Aku selalu teguh pada janji kan ?”

“Iya, “ sahutnya.

“Dan aku akan selalu membutuhkan Mbak sampai kapan pun, “ ucapku sambil melepaskan kancing kancing gaun biru tua Mbak Vira yang berderet dari bagian leher sampai ke perutnya.

Lalu Mbak Vira sendiri yang menanggalkan gaunnya. Sehingga tinggal bra dan celana dalam serba hitam yang masih melekat di tubuhnya.

Namun aku sudah bisa melihat betapa indahnya tubuh arsitek cantik itu. Tubuhnya tidak terlalu tinggi. Mungkin sekitar 165 sentimeteran. Bodynya tidak gemuk, namun meski masih berbeha, aku sudah bisa menilai bahwa toketnya berukuran sedang - sedang saja. Namun bokongnya itu ... semok benar ... !

Inilah salah satu kelebihan yang bisa kudapatkan dari wanita yang 10 tahun lebih tua dariku. Bisa langsung menuju bukit ena-ena, karena mereka pun membutuhkannya ... !

Tanpa banyak basa - basi lagi aku pun melepaskan busanaku, hanya celana dalam yang kubiarkan tetap melekat di tubuhku. Lalu kuterkam tubuh indah dan menggiurkan itu dengan sepenuh hasrat birahiku.

Ternyata Mbak Vira menyambutku dengan lebih hangat lagi. Ia memagut bibirku ke dalam ciuman dan lumatan bibirnya sambil meremas - remas bokongku. Ia pun menanggalkan behanya, sehingga sepasang toketnya terbuka sepenuhnya. Sepasang toket yang berukuran sedang namun tampak masih segar, masih mancung ke depan.

Aku pun menyambut kemunculan sepasang buah dada yang menggemaskan itu, dengan celucupan dan remasan.

Dalam kesempatan ini pula aku menyelinapkan tanganku ke balik celana dalam Mbak Vira. Sampai menjamah jembut jarang dan celah memek yang terasa masih sangat rapat, laksana liang memek perawan ... ?!

Ya ... jari tengahku yang kuselundupkan ke dalam celah memek Mbak Vira, telah membuktikan semuanya itu. Maka ketika Mbak Vira masih celentang, aku melorot turun sambil memelorotkan celana dalam Mbak Vira.

Arsitek cantik berbody seksi dan natural itu terdiam pasrah, sambil menatap langit - langit kamar pribadiku. Padahal aku sedang mengusap - usap permukaan memeknya yang berjembut tipis dan jarang ini. Lalu kuciumi memeknya sambil merenggangkan jarak di antara kedua paha putih mulusnya.

Lalu kungangakan mulut memek Mbak Vira yang berjembut jarang tipis ini. Kuamati bagian dalamnya, masih tertutup rapat. Bukti apa ini ?

Tapi aku tak mau memikirkannya. Yang jelas kontolku sudah ngaceng berat. Sudah ingin secepatnya dijebloskan ke dalam liang memek arsitek cantik sekaligus seksi itu.

Lalu dengan sangat bernafsu kujilati memek Mbak Vira. Awalnya ia seperti kaget. Tapi lalu terdiam pasrah sambil menahan - nahan nafasnya. Terlebih setelah aku menggunakan jemari tanganku untuk menggesek - gesek kelentitnya yang sudah tegang.

“Hhhhhhh .... Bossssss .... hhhhhhhh ... hhhhhhhhhhhhh .... Bosssss .... hhhhhhhh ... hhhhh ... hhhhhhhhhhh .... hhhhhhhhhhaahhhhhhhh .... hhhhhheeehhhhhhhhhhhhh ... Bosssssss .... “

Cukup lama aku menjilati memek Mbak Vira sambil menggesek - gesek kelentitnya dengan ujung jari tanganku. Sementara air liurku pun dialirkan terus ke dalam mulut memek Mbak Vira.

Setelah mulut memek Mbak Vira benar - benar basah, aku pun melepaskan celana dalamku. Lalu meletakkan moncong kontolku di mulut memek Mbak Vira.

Setelah posisinya kuanggap ngepas, kudorong kontolku sekuat tenaga. Tapi kontolku malah melengkung dan tidak berhasil masuk. Lalu kudorong lagi sekuatnya. Malah meleset ke bawah.

Untuk itu aku terpaksa menjilati lagi mulut memek Mbak Vira sampai benar - benar banjir oleh air liurku. Kemudian kurenggangkan jarak di antara kedua pahanya sejauh mungkin. Dan kuletakkan kembali moncong kontolku dengan cermat, agar tidak melengkung dan meleset lagi. Kali ini aku mendorongnya dengan hati - hati, sampai terasa kepala kontolku melesak masuk, karena aku tidak terlalu kuat mendorongnya. Lalu kudesakkan lagi kontolku ... sedikit demi sedikit, sampai terasa masuk separohnya.

Lega hatiku kini. Kemudian aku menghempaskan dadaku ke atas sepasang toket yang masih berbentuk indah itu.

Dan mulailah aku menariknya perlahan - lahan, lalu membenamkannya lagi perlahan - lahan juga.

“Kewanitaan Mbak luar biasa sempitnya. Kayak memek perawan saja rasanya, “ ucapku pada saat kontolku mulai mengentot liang memeknya pelan - pelan.

Mbak Vira hanya menatapku sambil tersenyum. Tanpa melontarkan kata - kata sepatah pun.

Lama kelamaan liang memek Mbak Vira mulai beradaptasi dengan ukuran kontolku yang sedang - sedang saja diameternya, tapi memang panjangnya di atas rata - rata. Sehingga aku bisa mengentotnya dalam kecepatan standar.

Desahan dan rintihan Mbak Vira pun mulai terdengar. “Oooooo .... ooooohhhh ... Bosss ... oooooo ... oooohhhh ... bagaimana kalau aku nanti mencintai Boss ... takkan jadi bahan tertawaan ? Oooooh ... betul Boss ... makanya aku mau dibeginiin sama Boss juga ... sebenarnya aku sudah mulai jatuh hati pada Boss ... ooooohhhhh ... makanya aku mohon ... jangan habis manis sepah dibuang ya Bosss ... oooooh .... oooooh ... “

Di antara dengus - dengus nafasku yang tak beraturan, aku pun menjawab, “Tenang Mbak ... uuuuuuh ... biar bagaimana pun Mbak Vira akan mendapat tempat yang sangat istimewa di hatiku ... uuuughhhhh ... uuuuughhhhh ... “

“Terima kasih Boss ... oooooooh ... ini ... luar biasa indahnya Bossss ... indah sekaliiii ... ooooohhhhh ... Boooossssss .... oooooo .... ooooooohhhhhhhh ... Bossss ... ini sangat indah Bossssss ... ooooooo .... oooooohhhhhhhh ... “ Mbak Vira merintih - rintih terus sambil mendekap pinggangku.

Terlebih setelah aku menjilati lehernya, mencelucupi puting toketnya, bahkan juga menjilati ketiaknya yang harum deodorant dan bersih dari bulu. Mbak Vira sampai terkejang - kejang dibuatnya. Lalu berkali - kali ia memagut dan melumat bibirku yang selalu diikuti dengan ucapan, “Aku cinta sama Boss ... oooooooo .... ooooohhhhhhhhh ... ini benar - benar cinta Boss .... ooooohhhhhh .... so please ... jangan habis manis sepah dibuang ya Boss ... ooooo .... oooooh .... “

Tiba - tiba aku teringat sesuatu yang terlupakan. Lalu aku mengangkat badanku dengan menahannya oleh kedua telapak tanganku, agar aku bisa melihat kontolku yang sedang mengentot liang memek arsitek cantik itu.

Ternyata ada garius - garis darah di batang kontolku ... !

Bukti apa ini ?

Maka sambil mengentotnya, aku bertanya terengah, “Mbak ... aaa ... apakah Mbak sedang datang bulan ?”

“Nggak, baru tiga hari yang lalu bersih. Ja ... jadi sekarang aku sedang da ... dalam masa subur Boss ... “

Aku terdiam dan berniat ingin secepatnya ejakulasi. Sementara tadi, Mbak Vira sudah mencapai orgasmenya, tapi aku tidak mempedulikannya. Karena mengentot liang memek yang luar biasa sempitnya ini ... luar biasa nikmatnya ... !

Maka ketika gejala - gejala akan terjadinya orgasme kedua, ketika Mbak Vira sedang berkelojotan, aku pun menggencarkan entotanku. Kontolku maju mundur dan maju mundur terus dengan cepatnya.

Kemudian Mbak Vira mengejang tegang, tepat pada saat aku pun sedang menancapkan kontolku sedalam mungkin.

Detiki - detik terindah dalam persetubuhan pun terjadi. Bahwa ketika liang memek Mbak Vira sedang mengedut - ngedut, kontolku pun sedang mmengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku .

Cretttttttt ... croooooooooooooooooootttttttt ...croooooooooooooootttttt ..cretgtttcretttttt ... croooooooooooooooooooottttttt ... croooooottttttttttttt .... !

Lalu aku terkapar lemas di atas perut Mbak Vifra.

Namun tiba - tiba aku mencabut batang kemaluanku, karena ingin melihat sesuatu di bawah memek Mbak Vira.

Ternyata benar ... ada genangan darah sebesar sendok makan di bawah memek Mbak Vira. Genangan darah yang sudah mengering.

“Mbak ... mungkinkah Mbak masih perawan sebelum kita melakukannya tadi ?” tanyaku.

“Sangat mungkin. Karena aku tak pernah melakukannya dengan siapa pun kecuali dengan Boss sekarang, “ sahutnya.

“Tapi ... Mbak sudah punya suami kan ? “ tanyaku lagi.

“Waktu itu ... “ tuturnya, “ketika kami baru disahkan oleh penghulu dalam acara akad nikah, nakhoda datang untuk menjemput suamiku. Karena ada kapalnya harus segera meninggalkan pelabuhan, untuk mengirimkan muatan barang - barang ke benua Afrika. Jadi ... kami tidak pernah mengalami malam pertama, karena suamiku harus berangkat pada malam itu juga. “

“Terus ?”

“Sampai sekarang suamiku belum pulang juga. Karena ada kontrak baru yang harus dijalaninya. “

“Sudah berapa lama suami Mbak tidak pulang - pulang ?”

“Hampir dua tahun. “

“Selama itu dia sama sekali gak pernah mengirim uang ?”

“Jangankan kiriman uang. Kirim berita juga cuma lewat chat. Cuma tanya apa kabar ? Setelah dijawab, ia cuma bilang aku sehat tapi sedang dibuk nih. Selalu begitu. “

“Sekarang lihatlah ... ini saksi utama yang menandakan Mbak Vira masih perawan sebelum aku menyetubuhi Mbak tadi, “ kataku sambil menunjuk ke ceceran darah yang sudah mengering di bawah kemaluan Mbak Vira.

Mbak Vira memperhatikan darah yang sudah mengering di kain seprai putih itu dengan senyum di bibir sensualnya, “Syukurlah kalau aku masih perawan tadi. Jadi aku tidak salah pilih, untuk menyerahkan kesucianku kepada lelaki yang sekarang sudah semakin kucintai. “

Lalu Mbak Vira mencium bibirku dengan lengket nya.

“Lalu bagaimana kalau suami Mbak pulang nanti ?” tanyaku setelah ciuman Mbak Vira terlepas.

“Dia tak boleh menyentuhku. Karena aku akan mengajukan gugatan cerai besok juga, “ sahut Mbak Vira tegar. “Mulai saat ini, hanya Boss yang boleh menyentuhku. “

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Lalu kata Mbak Vira lagi, “Aku takkan meminta dinikahi secara resmi oleh Boss. Karena aku juga sadar kalau Boss terlalu muda bagiku. Yang penting, ijinkan aku untuk tetap mencintai Boss sampai kapan pun. “

Buat lelaki lain yang mengalami hal sama denganku, mungkin ucapan Mbak Vira itu akan merupakan beban. Tapi aku menghadapinya dengan santai saja. Karena aku selalu berprinsip, Whatever will be, will be ... apa yang harus terjadi, terjadilah.



Pada hari hari berikutnya, aku semakin sibuk mengurus lahan - lahan bisnis Mbak Manti.

Sampai pada suatu hari ...

Sore itu aku masih berada di dalam ruang kerjaku. Sedang memantau bisnis propertiku, khususnya bisnis yang menyangkut aset - aset Mbak Manti. Sudah ada calon buyer yang berminat untuk membeli beberapa bidang tanah yang terletak di daerah Banyuwangi dan Mojokerto. Karena itu aku berniat untuk terbang ke Surabaya besok pagi.

Tiba - tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar. Setelah kusuruh masuk, muncul seorang petugas security. “Selamat sore Big Boss. Ada tamu yang mengaku tantenya Big Boss. “

“Persilakan masuk aja, “ sahutku dengan perasaan heran. Siapa pula yang mengaku tanteku itu ?

Tak lama kemudian seorang wanita setengah baya muncul di ambang pintu dan kupersilakan masuk ke dalam ruang tamu owner. Sebelum berjabatan tangan dengan wanita yang mengenakan celana jeans dan berjaket kulit itu, aku masih kebingungan, karena aku merasa belum mengenal dia.

“Maaf ... ini siapa ya ?” tanyaku.

“Kamu pasti lupa sama tante, “ sahutnya, “Masih ingat kalau ibumu punya adik bernama Lien ?”

“Ingat - ingat lupa. Maksudnya adik ibu kandungku ?”

“Iya. Pasti kamu sudah lupa Sep. Karena terakhir kita berjumpa pada waktu usiamu baru tiga atau empat tahun. “

“Ooooh ... iya ... iyaaa ... aku masih ingat almarhumah Ibu bilang punya adik bernama Lien. “

Wanita cantik itu memegang tanganku sambil berkata, “Jangan bilang almarhumah. Ibumu masih hidup Sep. “

“Haaaa ?!” aku terkejut. Sangat terkewjut. Karena yang aku tahu, Ibu sudah meninggal akibat kapal laut yang ditumpanginya tenggelam dan jasadnya tidak diketemukan.

“Kalau sudah almarhumah, mana makamnya ?”

“Sebentar Tante ... silakan duduk dulu ... aku ingin mendapatkan keterangan yang sejelas mungkin, “ ucapku sambil meraih pergelangan tangan Tante Lien dan mengajaknya duduk berdampingan di sofa ruang tamu owner hotel.

Setelah duduk, Tante Lien mulai menuturkan kisah yang sudah lama sekali terjadi itu. “Pada saat itu, ayahmu memergoki ibumu sedang selingkuh dengan lelaki lain. Ayahmu marah sekali. Lalu menjatuhkan talak tiga dan mengusir ibumu. Karena itu ibumu pergi bersama selingkuhannya itu. Ibumu dibawa ke sebrang lautan yang jauh ... jauh sekali. Dari Manado saja harus pakai pesawat terbang lagi ke Miangas. Lalu dari Miangas harus kapal laut menuju ke sebuah pulau kecil yang jauh ke mana - mana. Di situlah ibumu tinggal bersama lelaki yang kemudian menjadi suaminya itu. “

“Sebentar ... Tante tau dari mana kalau aku tinggal di hotel ini ?” tanyaku.

“Dari Imas. Kalau Imas sih masih ingat sama tante. Lalu dia cerita mengenai kamu yang sudah sukses. Bahkan Imas pun dijodohkan lewat jalur bisnismu kan ?”

“Terus Ibu sampai sekarang masih tinggal bersama suaminya itu ?”

“Suaminya sudah meninggal, karena kapalnya tenggelam. Nah ... jadi yang meninggal itu sebenarnya suaminya. Kalau ibumu sih masih hidup. Bahkan ibumu juga yang menyuruh mencari Imas dan Asep. Karena biar bagaimana juga dia itu ibumu Sep. “

“Apakah dari suaminya itu Ibu punya anak ?” tanyaku.

“Tidak, “ Tante Lien menggeleng. “Jadi anaknya ya cuma kamu dan Imas aja Sep. “

“Terus ... dari mana Ibu mendapatkan uang untuk kehidupan sehari - harinya ?”

“Dagang ikan di pasar. Tapi ... yahhh ... begitulah. Penghasilannya tidak seberapa. Paling juga dua atau tigapuluhribu sehari. Karena dagangnya juga di pasar kecil. “

“Tigapuluhribu sehari cukup untuk menyambung hidup ?”

“Dicukup - cukupkan saja. Makanya tiap bulan tante suka transfer duit ke rekening tabungannya. Kasihan keadaan ibumu itu Sep. “

Aku tertunduk dalam perasaan haru yang mendalam. Aku tidak marah kepada Ayah yang telah membohongiku selama ini. Mungkin saking geramnya Ayah pada Ibu saat itu, dengan tegar Ayah mengatakan bahwa kapal laut yang Ibu tumpangi tenggelam, Dan mayat Ibu tidak diketemukan. Mungkin kebohongan itu Ayah ucapkan saking murkanya saja kepada Ibu yang telah menyelingkuhinya.

“Terus .. Tante sendiri sekarang tinggal di mana ?” tanyaku.

“Di kota kecil dekat Manado Sep. “

“Suami Tante orang sana ?”

“Nasibku sama dengan ibumu Sep. Sama - sama janda. “

“Usia Tante beda berapa tahun dengan Ibu ?”

“Jauh. Beda sepuluh tahun. Kan dari ibumu masih ada dua orang adiknya. Laki - laki semua. Jadi setelah ibumu ada Oom Nara dan Oom Tardi. Tante anak bungsu. Ohya, pernah ketemu sama Oom Nara dan Oom Tardi ?”

“Belum, “ aku menggeleng, “Hanya keluarga Ayah yang sering bertemu sih. “

Tiba - tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... ! Kulihat hapeku, ternyata dari Ceu Imas.

Lalu :

“Hallo Ceu ... “

“Tante Lien sudah ke situ ?”

“Udah. Ini lagi ngobrol dengannya. “

“Kalau aku sih masih ingat sama Tante Lien. Tapi kamu ... mungkin sudah gak ingat. Karena terakhir Tante Lien bertamu ke rumah pada saat kamu masih kecil. Paling juga baru tiga tahunan. “

“Iya. Tapi Ibu memang pernah bilang kalau beliau punya adik perempuan yang bernama Lien. “

“Terus bagaimana rencanamu mengenai Ibu yang ternyata masih ada itu ?”

“Nanti aku kirim uang, biar Ibu terbang ke sini. “

“Iya. Kamu tentu bijak untuk menanggapi keadaan yang menggembirakan itu. “

“Iya Ceu. “

“Kalau kamu keberatan, biar nanti Ibu tinggal di rumahku aja. “

“Jangan. Aku akan kasih Ibu rumah yang layak huni. Untuk kehidupan sehari - harinya, biar aku yang menanggungnya. “

“Tapi rumahnya harus dicari dulu kan ? Nah sebelum rumahnya ada, biarin Ibu tinggal di rumahku. “

“Rumahnya sudah ada Ceu. Peralatannya sudah lengkap semua. Ibu tinggal masuk aja ke rumah itu. Nanti kalau Ibu pengen bertamu ke rumah Euceu kan jadi punya harga diri. Bukan gelandangan yang bertamu ke rumah anak dan menantunya. “

“Iya, iyaaa .... terus rencananya gimana ? Kamu mau jemput ibu ke sana atau gimana ?”

“Mau minta tolong sama Tante Lien aja. Soalnya sekarang aku sedang sibuk sekali. Besok pagi juga harus terbang ke Surabaya untuk mengurus bisnisku. “

“Iya, iyaaa. Aku percaya Asep tahu jalan terbaik buat ibu kita. Tapi masalah Ibu sebaiknya kita rahasiakan aja. Jangan sampai Ayah tau. “

“Iya Ceu. “

Setelah hubungan seluler dengan Ceu Imas ditutup, aku menelepon Tante Marsha. “Tante ... tolong siapkan makanan selengkap mungkin. Ini ada adik ibuku yang baru datang dari Manado, “ kataku.

“Siap Big Boss tersayaaaang ... “ sahut Tante Marsha membuatku tersenyum sendiri.

Lalu aku menepuk lutut Tante Lien yang bercelana jeans itu sambil bertanya, “Gimana Tante bersedia kan menjemput Ibu ke sini ? Masalah biaya untuk tiket pesawat dan sebagainya aku yang nanggung. “

“Iya, “ Tante Lien mengangguk, “Imas bilang Asep sudah sukses besar. Sehingga ayahmu pun mengandalkan Asep segalanya kan ?”

“Kebetulan aja ada rejekinya Tante. Ceu Imas sih terkadang suka terlalu membesar - besarkan aku, “ sahutku.

“Tapi Imas bilang, sekarang Asep sudah punya hotel, punya pabrik garment dan banyak factory outletnya. “

Tak lama kemudian seorang pelayan rumah makanku datang. “Makanan sudah disiapkan di meja makan Big Boss, “ ucapnya sambil membungkuk sopan.

“Iya, terima kasih, “ sahutku.

“Ayo kita makan dulu Tante, “ ajakku sambil menuntun Tante Lien menuju kamar pribadiku yang ada ruang makannya juga.

Di atas meja makanku sudah penuh dengan beraneka ragam masakan. Sehingga Tante Lien berkata, “Waaah ... ini segala makanan mahal sudahn terhidang. Apakah Asep tiap hari makan begini ?”

“Ah, ini kebetulan ada tamu penting aja. Tiap hari makan begini juga bisa, karena rumah makan di depan itu punyaku juga, “ sahutku sambil menarik dua kursi yang berdampingan. Lalu Tante Lien duduk di sebelah kiriku. Dan aku duduk di sebelah kanannya.

“Syukurlah, “ kata Tante Lien, “Berarti tante gak sia - sia datang ke sini. Karena kamu sudah sukses. Ohya, bangunan tinggi yang di belakang itu untuk apa ?”

“Untuk hotel juga Tante. Nanti yang di belakang itu hotelnya. Sementara yang sudah ada ini entah mau dijadikan apa. Aku juga masih bingung. Karena sayang sama kayu jatinya. “

“Umurmu sekarang berapa tahun Sep ? “ tanyanya sambil mulai menyantap makanan yang sudah terhidang..

“Sembilabelas, “ sahutku mulai makan juga.

“Aku melihatmu dahulu masih kecil. Enambelas tahun yang lalu. Berarti saat itu kamu baru tiga tahun Sep. “

“Iya mungkin. Aku belum ingat saat itu Tante. Tapi Ibu pernah cerita pada saat aku berusia lima tahun mengenai Tante Lien, Oom Nara dan Oom Tardi. Pada saat usiaku baru lima tahun juga Ibu mendadak hilang dari rumah. Beberapa bulan kemudian Ayah bilang Ibu tewas dalam kapal laut yang tenggelam. “

“Mungkin saat itu ayahmu sedang marah sekali kepada ibumu. Yah, memang harus seperti itu jalannya. “

“Sekarang ayahmu sudah kawin lagi kan ?”

“Sudah. Dua orang istrinya. “

“Oh ... punya istri dua sekarang ?”

“Iya. “

“Bakal nurun nih sama anaknya. Kata Imas, cewekmu banyak ya. “

“Banyak sih nggak. Tapi aku kan masih dalam masa memilih - milih. Belum serius pada pernikahan. “

“Usiamu kan baru sembilanbelas. Kumpulin duit dulu aja yang banyak. Baru mikirin kawin. “

“Kawin sih udah sering. Nikah yang belum. Hahahaaa ... !”

“Cewek - cewek yang dekat denganmu dicobain semua ?”

“Iya. Supaya kalau putus gak nyesel, karena udah ngerasain dalemannya. Hahahaaaa. “

“Dalemannya enak semua ?”

“Semuanya enak. Tapi ada yang mengesankan ada yang tidak. “
 
Part 52



8
hari kemudian, rumah yang sudah kubeli dari Mbak Masitoh itu sudah kosong. Semua barang - barang diangkut ke rumah barunya yang lebih kecil. Dengan janji, kapan pun aku kangen padanya, boleh datang ke rumah barunya itu. Begitu juga kalau dia yang kangen, dia akan mengirim WA padaku. Cukup dengan mengetik 2 hurup saja : AK yang artinya aku kangen.

Tapi setelah rumah itu kosong, aku memanggil Mbak Vira, arsitek langganan Tante Sharon yang lalu jadi langgananku juga.

Mbak Vira sudah cukup berdedikasi padaku. Karena gambar untuk semua FOku, hotel baruku yang belum selesai itu, perluasan pabrik garmentku, adalah hasil karya Mbak Vira.

Kali ini Mbak Vira kuundang untuk hadir di rumah besar yang kubeli dari Mbak Masitoh itu.

Setelah menunggu sekitar sejam, akhirnya Mbak Vira muncul dari dalam sebuah taksi. Tidak seperti biasanya. Dan mengenakan gaun span biru tua. Tidak seperti biasanya juga. Karena biasanya ia selalu mengenakan celana panjang dengan blouse atau baju kaus.

“Kenapa pakai taksi ?” sambutku ketika arsitek bertubuh bohay itu menghampiriku.

“Mobilku lagi diservice di bengkel Boss, “ sahutnya sambil menjabat tanganku.

“Rasanya baru sekali ini aku melihat Mbak Vira memakai gaun. “

“Hihihiii ... iya. Kan biasanya langsung ke lokasi yang banyak pasir dan debunya. Kalau sekarang kan Boss bilang ditunggu di rumah yang mau direnovasi. Jadi sekali - kali ingin kelihatan perempuan aja. Hihihiii ... “

“Memang Mbak tidak salah, “ sahutku, “Dengan mengenakan gaun itu, Mbak bukan cuma kelihatan cantik, tapi juga seksi sekali. “

“Ah, masa sih ?!” Mbak Vira tersipu.

“Serius, “ sahutku, “Oke ... sekarang silakan Mbak periksa rumah ini. Bagian luar mau pun bagian dalamnya. Juga silakan ditinjau di helaman belakangnya, karena aku ingin dibuatkan kolam renang di situ. Lalu pagar di sekelilingnya diganti dengan pagar besi. Dan aku ingin renovasi rumah ini dikebut. Karena pemiliknya akan membangun sebuah hotel yang jauh lebih besar daripada hotelku yang gambar designnya dibuatkan oleh Mbak tempo hari. “

“Begitu Boss ? Wah, seandainya gambar perencanaannya diserahkan padaku, bisa dapat duit banyak dong. “

“Bisa ... sangat bisa. Tapi ada sesuatu yang akan kusampaikan, “ sahutku.

“Ada yang penting Boss ?” tanya Mbak Vira dengan pandangan menyelidik.

“Kita sudah cukup lama berhubungan baik kan ?” aku balik bertanya.

“Iya. “

“Tapi kita belum pernah melakukan hubungan pribadi, sekadar untuk menghibur batin kita. “

“Hubungan pribadi yang seperti apa Boss ?”

“Mmm ... kita kan bisa berbagi rasa satu sama lain, supaya hubungan kita semakin dekat dan semakin solid. “

Mbak Vira menatapku dengan sorot ragu. Lalu tertunduk dan berkata, “Bukannya gak mau, tapi aku kan sudah punya suami Boss. “

“Suami yang hanya bisa berjumpa sepuluh bulan sekali kan ?”

“Iya. Dia itu sepuluh bulan di laut, dua bulan di darat. “

“Dan Mbak wanita normal kan ? Maksudku, bukan wanita frigid ?”

“Iiiih ... masa Boss nyangka aku wanita frigid ?!”

Aku tersenyum sambil memegang kedua tangannya dan berkata, “Makanya jangan ragu menerima ajakanku. Karena sejak awal kita berjumpa, aku sudah punya perasaan suka kepada Mbak. Tapi kupendam saja perasaan itu di dalam hati, karena takut merusak hubungan bisnis kita. Dan sekarang sudah tiba di puncaknya. Aku terpaksa harus buka mulut. Tidak memendam di dalam hati terus. “

Dengan suara perlahan Mbak Vira menyahut, “Aku juga punya perasaan itu sih. Tapki aku sadar diri. Bahwa Boss terlalu muda dariku. Lagian aku kan sudah punya suami. “

“Sekarang silakan Mbak selesaikan dulu pengukuran dan pemeriksaan bagian yang harus direnovasi. Tadinya rumah ini mau kuratakan dengan tanah, lalu dibangun rumah baru. Tapi setelah memeriksanya secara teliti, sayang juga kalau dibongkar habis. Karena kelihatannya masih kokoh. Tinggal mengubah di sana - sini, supaya bisa menjadi rumah megah dan mewah. Dinding - dindingnya juga lapisi sama marmer atau keramik impor. “

“Iya, “ Mbak Vira mengangguk, “Aku mau kerja dulu ya Boss. “

“Silakan, “ aku mengangguk.

Mbak Vira mengeluarkan theodolit dan meteran dari dalam tas kerjanya.

Lalu mengukur - ukur ke sana - sini, sementara aku masuk ke dalam mobilku. Menyalakan mesin mobil dan mengaktifkan AC, kemudian membunyikan musik dari audio mobilku. Cukup lama aku menunggu Mbak Vira bekerja, sampai akhirnya ketiduran di dalam mobilku.

Entah berapa lama aku ketiduran di dalam mobilku. Sampai ketika aku terbangun, kulihat Mbak Vira sedang menghitung dengan kalkulator dan menulisnya di note booknya.

Aku pun turun dari mobilku, untuk menghampiri Mbak Vira/ “Bagaimana ? “ tanyaku.

“Rumahnya masih kokoh. Lima puluh tahun lagi juga masih kuat. Keinginan Boss untuk melapisi dindingnya dengan batu marmer, bisa dilaksanakan. Gentengnya memang harus diganti. Kolam renang bisa dibuat, menyesuaikan dengan bentuk tanahnya. “

“Baguslah. Mau diborong sama Mbak Vira aja atau mau diserahkan pada kontraktor ?” tanyaku.

“Sama kontraktor aja Boss. “

“Kirain Mbak mau belajar jadi kontraktor. “

“Untuk sementara ini sih baru siap membuat gambar perencanaan aja Boss.”

“Oke deh. Aku percayakan aja sama Mbak Vira segala sesuatunya untuk renovasi rumah ini. Mbak cuma harus ingat, pemilik rumah ini nanti bukan kelas ecek - ecek. Jadi rumah ini harus disulap menjadi rumah yang sangat megah dan mewah. “

“Siap Boss. “

“Lalu sudah siap juga untuk kuculik sekarang ?” tanyaku sambil memegang pergelangan tangan arsitek cantik dan seksi itu.

Mbak Vira menatapku dengan senyum malu - malu. “Mau diculik ke mana Boss ?” tanyanya dengan suara agak bergetar.

“Ke hotelku aja. Biar bisa sambil menginspeksi orang - orang yang sedang kerja. “ sahutku sambil menuntun Mbak Vira ke dekat pintu mobilku sebelah kiri depan. Lalu kubuka pintunya dan kupersilakan Mbak Vira masuk ke dalam mobilku.

Dari tadi mesin mobilku tidak kumatikan. Bahkan AC dan musik pun masih aktif.

Mbak Vira pun sudah duduk di samping kiriku. Namun aku belum mennggerakkan mobilku. Karena aku ingin meyakinkan diriku sendiri dahulu, bahwa arsitek “bening” ini sudah siap untuk bertualang berssamaku.

Kulingkarkan lengan kiriku di lehernya sambil menatap wajah beningnya. “Hampir setahun kita berkenalan. Dan selama ini kita seolah tidak saling membutuhkan secara pribadi. “

Mbak Vira menatapku dengan senyum manis di bibirnya. Lalu kupagut bibir itu ke dalam ciuman mesraku. Yang spontan disambut dengan lumatan hangat, Dengan remasan lembut di bahuku.

“Sebenarnya aku takut Boss ... “ ucapnya setelah ciuman dan lumatanku terlepas.

“Takut apa ?”

“Takut ketagihan nantinya, “ sahut Mbak Vira, “Karena kalau sudah terjadi yang pertama, bisa terjadi yang kedua, ketiga dan selanjutnya. Lalu apakah Boss akan selalu hangat seperti ini kelak ?”

“Tentu saja. Karena aku bukan lelaki yang suka berubah - ubah pendirian. Kita harus tetap kompak sampai kapan pun. Kenapa bisa takut begitu ? “ aku mulai menggerakkan mobilku ke jalan aspal.

“Karena pada dasarnya ... aku ini mmm ... aku ini wanita yang kesepian Boss ... “ sahutnya perlahan, “Karena itu aku sudah bisa membayangkan ... hubungan dengan Boss yang tampan dan masih sangat muda ... pasti akan membuatku adiktif. “

Aku tidak menanggapinya. Karena mulai konsentrasi pada jalan yang akan dilewati oleh mobilku.

Dalam perjalanan menuju hotelku, sikap dan perilaku Mbak Vira lain dari biasanya. Kepalanya disandarkan ke bahu kiriku. Dan sesekali ia mencium pipiku dengan mesranya.

Mungkin diam - diam wanita berusia 29 tahun itu mulai jatuh hati padaku. Dan aku memang akan memperlakukannya dengan baik. Karena Mbak Vira itu emas bagiku. Baik dari sudut fisik mau pun ketrampilan di dalam bidangnya.

Aku akan sangat membutuhkan Mbak Vira di hari - hari mendatang. Karena Mbak Manti sudah menyetujui untuk membangun hotel dan perumahan elit di kota ini. Tanahnya sudah tersedia, tinggal master plan-nya yang harus dibuatkan oleh Mbak Vira.

Bukan cuma itu. Sebagian dari tanah - tanah milik Mbak Manti yang berada di kota - kota besar, akan dibangun gedung convention hall. Hal itu pun atas dasar usulku. Karena pada masa kini convention hall yang bagus sangat diminati oleh masyarakat yang akan mengadakan resepsi pernikahan, khitanan, syukuran dan sebagainya.

Bahkan di zaman sekarang kalau mau menikah, harus bertanya kepada gedung dahulu, bukan kepada dukun seperti zaman baheula. Kalau zaman dulu orang bertanya kepada dukun untuk menentukan hari tanggal dan bulan yang “baik” untuk menikah, di zaman sekarang harus bertanya kepada pengurus gedung resepsi (convention hall) kapan bisa menyewa gedung ? Maklum sudah banyak yang mengantri untuk menyewa gedung - gedung seperti itu.

Semua rencana pembangunan itu kusampaikan kepada Mbak Vira dalam perjalanan menuju hotelku. Tentu saja dia sangat bersemangat mendengar rencanaku yang memang sudah disetujui oleh Mbak Manti Rumantini itu.



Setibanya di hotel, aku langsung menuju bagian belakang di mana mobilku biasa diparkir. Mbak Vira turun duluan, sambil memperhatikan hotel baru yang belum selesai dibangun itu.

“Hotel baru itu kira - kira berapa bulan lagi selesai ?” tanyaku sambil melingkarkan lengan kiriku di pinggang Mbak Vira.

“Kontraktornya bagus. Gerak cepat. Mungkin tiga bulan lagi juga sudah bisa grand opening, “ sahut Mbak Vira.

Aku mengangguk - angguk sambil membayangkan biaya yang harus dikeluarkan setalah hotel baruku selesai. Karena di setiap kamar hotel itu harus ada furniture dan beberapa barang elektronik. Semua perabotannya harus yang mahal dan up to date, untuk memuaskan para tamu yang menginap kelak.

Lalu aku mengajak Mbak Vira masuk ke dalam kamar tak bernomor itu. Kamar pribadiku itu.

“Wow ... ternyata ada kamar seluas dan semewah ini Boss ?!” serunya setelah berada di dalam kamar pribadiku.

“Mbak baru sekarang masuk ke dalam kamar ini ya ?”

“Iya, “ Mbak Vira mengangguk, “Selama ini saya kan diterima di ruang kerja atau ruang tamu Boss. “

“Itu pintu menuju ruang kerjaku, “ kataku sambil menunjuk pintu yang menuju ruang kerja.

“Wah ... ideal sekali. Ruang kerja berdampingan dengan ruang pribadi. Jadi kalau udah letih bekerja, tinggal lurusin pinggang di sini, “ ucap Mbak Vira sambil menepuk tempat tidurku.

“Punggung Mbak akan kuluruskan di situ. Biar hilang pegel - pegelnya, “ sahutku sambil tersenyum.

Di luar dugaan, Mbak Vira malah membenamkan wajahnya ke dadaku, sambil berkata lirih, “Aku sudah pasrah sama Boss. Cuma mohon agar jangan habis manis sepah dibuang. “

“Mbak tentu sudah tau sifatku seperti apa, “ sahutku sambil mendesakkan Mbak Vira sampai terjengkang ke atas bed, “Aku selalu teguh pada janji kan ?”

“Iya, “ sahutnya.

“Dan aku akan selalu membutuhkan Mbak sampai kapan pun, “ ucapku sambil melepaskan kancing kancing gaun biru tua Mbak Vira yang berderet dari bagian leher sampai ke perutnya.

Lalu Mbak Vira sendiri yang menanggalkan gaunnya. Sehingga tinggal bra dan celana dalam serba hitam yang masih melekat di tubuhnya.

Namun aku sudah bisa melihat betapa indahnya tubuh arsitek cantik itu. Tubuhnya tidak terlalu tinggi. Mungkin sekitar 165 sentimeteran. Bodynya tidak gemuk, namun meski masih berbeha, aku sudah bisa menilai bahwa toketnya berukuran sedang - sedang saja. Namun bokongnya itu ... semok benar ... !

Inilah salah satu kelebihan yang bisa kudapatkan dari wanita yang 10 tahun lebih tua dariku. Bisa langsung menuju bukit ena-ena, karena mereka pun membutuhkannya ... !

Tanpa banyak basa - basi lagi aku pun melepaskan busanaku, hanya celana dalam yang kubiarkan tetap melekat di tubuhku. Lalu kuterkam tubuh indah dan menggiurkan itu dengan sepenuh hasrat birahiku.

Ternyata Mbak Vira menyambutku dengan lebih hangat lagi. Ia memagut bibirku ke dalam ciuman dan lumatan bibirnya sambil meremas - remas bokongku. Ia pun menanggalkan behanya, sehingga sepasang toketnya terbuka sepenuhnya. Sepasang toket yang berukuran sedang namun tampak masih segar, masih mancung ke depan.

Aku pun menyambut kemunculan sepasang buah dada yang menggemaskan itu, dengan celucupan dan remasan.

Dalam kesempatan ini pula aku menyelinapkan tanganku ke balik celana dalam Mbak Vira. Sampai menjamah jembut jarang dan celah memek yang terasa masih sangat rapat, laksana liang memek perawan ... ?!

Ya ... jari tengahku yang kuselundupkan ke dalam celah memek Mbak Vira, telah membuktikan semuanya itu. Maka ketika Mbak Vira masih celentang, aku melorot turun sambil memelorotkan celana dalam Mbak Vira.

Arsitek cantik berbody seksi dan natural itu terdiam pasrah, sambil menatap langit - langit kamar pribadiku. Padahal aku sedang mengusap - usap permukaan memeknya yang berjembut tipis dan jarang ini. Lalu kuciumi memeknya sambil merenggangkan jarak di antara kedua paha putih mulusnya.

Lalu kungangakan mulut memek Mbak Vira yang berjembut jarang tipis ini. Kuamati bagian dalamnya, masih tertutup rapat. Bukti apa ini ?

Tapi aku tak mau memikirkannya. Yang jelas kontolku sudah ngaceng berat. Sudah ingin secepatnya dijebloskan ke dalam liang memek arsitek cantik sekaligus seksi itu.

Lalu dengan sangat bernafsu kujilati memek Mbak Vira. Awalnya ia seperti kaget. Tapi lalu terdiam pasrah sambil menahan - nahan nafasnya. Terlebih setelah aku menggunakan jemari tanganku untuk menggesek - gesek kelentitnya yang sudah tegang.

“Hhhhhhh .... Bossssss .... hhhhhhhh ... hhhhhhhhhhhhh .... Bosssss .... hhhhhhhh ... hhhhh ... hhhhhhhhhhh .... hhhhhhhhhhaahhhhhhhh .... hhhhhheeehhhhhhhhhhhhh ... Bosssssss .... “

Cukup lama aku menjilati memek Mbak Vira sambil menggesek - gesek kelentitnya dengan ujung jari tanganku. Sementara air liurku pun dialirkan terus ke dalam mulut memek Mbak Vira.

Setelah mulut memek Mbak Vira benar - benar basah, aku pun melepaskan celana dalamku. Lalu meletakkan moncong kontolku di mulut memek Mbak Vira.

Setelah posisinya kuanggap ngepas, kudorong kontolku sekuat tenaga. Tapi kontolku malah melengkung dan tidak berhasil masuk. Lalu kudorong lagi sekuatnya. Malah meleset ke bawah.

Untuk itu aku terpaksa menjilati lagi mulut memek Mbak Vira sampai benar - benar banjir oleh air liurku. Kemudian kurenggangkan jarak di antara kedua pahanya sejauh mungkin. Dan kuletakkan kembali moncong kontolku dengan cermat, agar tidak melengkung dan meleset lagi. Kali ini aku mendorongnya dengan hati - hati, sampai terasa kepala kontolku melesak masuk, karena aku tidak terlalu kuat mendorongnya. Lalu kudesakkan lagi kontolku ... sedikit demi sedikit, sampai terasa masuk separohnya.

Lega hatiku kini. Kemudian aku menghempaskan dadaku ke atas sepasang toket yang masih berbentuk indah itu.

Dan mulailah aku menariknya perlahan - lahan, lalu membenamkannya lagi perlahan - lahan juga.

“Kewanitaan Mbak luar biasa sempitnya. Kayak memek perawan saja rasanya, “ ucapku pada saat kontolku mulai mengentot liang memeknya pelan - pelan.

Mbak Vira hanya menatapku sambil tersenyum. Tanpa melontarkan kata - kata sepatah pun.

Lama kelamaan liang memek Mbak Vira mulai beradaptasi dengan ukuran kontolku yang sedang - sedang saja diameternya, tapi memang panjangnya di atas rata - rata. Sehingga aku bisa mengentotnya dalam kecepatan standar.

Desahan dan rintihan Mbak Vira pun mulai terdengar. “Oooooo .... ooooohhhh ... Bosss ... oooooo ... oooohhhh ... bagaimana kalau aku nanti mencintai Boss ... takkan jadi bahan tertawaan ? Oooooh ... betul Boss ... makanya aku mau dibeginiin sama Boss juga ... sebenarnya aku sudah mulai jatuh hati pada Boss ... ooooohhhhh ... makanya aku mohon ... jangan habis manis sepah dibuang ya Bosss ... oooooh .... oooooh ... “

Di antara dengus - dengus nafasku yang tak beraturan, aku pun menjawab, “Tenang Mbak ... uuuuuuh ... biar bagaimana pun Mbak Vira akan mendapat tempat yang sangat istimewa di hatiku ... uuuughhhhh ... uuuuughhhhh ... “

“Terima kasih Boss ... oooooooh ... ini ... luar biasa indahnya Bossss ... indah sekaliiii ... ooooohhhhh ... Boooossssss .... oooooo .... ooooooohhhhhhhh ... Bossss ... ini sangat indah Bossssss ... ooooooo .... oooooohhhhhhhh ... “ Mbak Vira merintih - rintih terus sambil mendekap pinggangku.

Terlebih setelah aku menjilati lehernya, mencelucupi puting toketnya, bahkan juga menjilati ketiaknya yang harum deodorant dan bersih dari bulu. Mbak Vira sampai terkejang - kejang dibuatnya. Lalu berkali - kali ia memagut dan melumat bibirku yang selalu diikuti dengan ucapan, “Aku cinta sama Boss ... oooooooo .... ooooohhhhhhhhh ... ini benar - benar cinta Boss .... ooooohhhhhh .... so please ... jangan habis manis sepah dibuang ya Boss ... ooooo .... oooooh .... “

Tiba - tiba aku teringat sesuatu yang terlupakan. Lalu aku mengangkat badanku dengan menahannya oleh kedua telapak tanganku, agar aku bisa melihat kontolku yang sedang mengentot liang memek arsitek cantik itu.

Ternyata ada garius - garis darah di batang kontolku ... !

Bukti apa ini ?

Maka sambil mengentotnya, aku bertanya terengah, “Mbak ... aaa ... apakah Mbak sedang datang bulan ?”

“Nggak, baru tiga hari yang lalu bersih. Ja ... jadi sekarang aku sedang da ... dalam masa subur Boss ... “

Aku terdiam dan berniat ingin secepatnya ejakulasi. Sementara tadi, Mbak Vira sudah mencapai orgasmenya, tapi aku tidak mempedulikannya. Karena mengentot liang memek yang luar biasa sempitnya ini ... luar biasa nikmatnya ... !

Maka ketika gejala - gejala akan terjadinya orgasme kedua, ketika Mbak Vira sedang berkelojotan, aku pun menggencarkan entotanku. Kontolku maju mundur dan maju mundur terus dengan cepatnya.

Kemudian Mbak Vira mengejang tegang, tepat pada saat aku pun sedang menancapkan kontolku sedalam mungkin.

Detiki - detik terindah dalam persetubuhan pun terjadi. Bahwa ketika liang memek Mbak Vira sedang mengedut - ngedut, kontolku pun sedang mmengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku .

Cretttttttt ... croooooooooooooooooootttttttt ...croooooooooooooootttttt ..cretgtttcretttttt ... croooooooooooooooooooottttttt ... croooooottttttttttttt .... !

Lalu aku terkapar lemas di atas perut Mbak Vifra.

Namun tiba - tiba aku mencabut batang kemaluanku, karena ingin melihat sesuatu di bawah memek Mbak Vira.

Ternyata benar ... ada genangan darah sebesar sendok makan di bawah memek Mbak Vira. Genangan darah yang sudah mengering.

“Mbak ... mungkinkah Mbak masih perawan sebelum kita melakukannya tadi ?” tanyaku.

“Sangat mungkin. Karena aku tak pernah melakukannya dengan siapa pun kecuali dengan Boss sekarang, “ sahutnya.

“Tapi ... Mbak sudah punya suami kan ? “ tanyaku lagi.

“Waktu itu ... “ tuturnya, “ketika kami baru disahkan oleh penghulu dalam acara akad nikah, nakhoda datang untuk menjemput suamiku. Karena ada kapalnya harus segera meninggalkan pelabuhan, untuk mengirimkan muatan barang - barang ke benua Afrika. Jadi ... kami tidak pernah mengalami malam pertama, karena suamiku harus berangkat pada malam itu juga. “

“Terus ?”

“Sampai sekarang suamiku belum pulang juga. Karena ada kontrak baru yang harus dijalaninya. “

“Sudah berapa lama suami Mbak tidak pulang - pulang ?”

“Hampir dua tahun. “

“Selama itu dia sama sekali gak pernah mengirim uang ?”

“Jangankan kiriman uang. Kirim berita juga cuma lewat chat. Cuma tanya apa kabar ? Setelah dijawab, ia cuma bilang aku sehat tapi sedang dibuk nih. Selalu begitu. “

“Sekarang lihatlah ... ini saksi utama yang menandakan Mbak Vira masih perawan sebelum aku menyetubuhi Mbak tadi, “ kataku sambil menunjuk ke ceceran darah yang sudah mengering di bawah kemaluan Mbak Vira.

Mbak Vira memperhatikan darah yang sudah mengering di kain seprai putih itu dengan senyum di bibir sensualnya, “Syukurlah kalau aku masih perawan tadi. Jadi aku tidak salah pilih, untuk menyerahkan kesucianku kepada lelaki yang sekarang sudah semakin kucintai. “

Lalu Mbak Vira mencium bibirku dengan lengket nya.

“Lalu bagaimana kalau suami Mbak pulang nanti ?” tanyaku setelah ciuman Mbak Vira terlepas.

“Dia tak boleh menyentuhku. Karena aku akan mengajukan gugatan cerai besok juga, “ sahut Mbak Vira tegar. “Mulai saat ini, hanya Boss yang boleh menyentuhku. “

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Lalu kata Mbak Vira lagi, “Aku takkan meminta dinikahi secara resmi oleh Boss. Karena aku juga sadar kalau Boss terlalu muda bagiku. Yang penting, ijinkan aku untuk tetap mencintai Boss sampai kapan pun. “

Buat lelaki lain yang mengalami hal sama denganku, mungkin ucapan Mbak Vira itu akan merupakan beban. Tapi aku menghadapinya dengan santai saja. Karena aku selalu berprinsip, Whatever will be, will be ... apa yang harus terjadi, terjadilah.



Pada hari hari berikutnya, aku semakin sibuk mengurus lahan - lahan bisnis Mbak Manti.

Sampai pada suatu hari ...

Sore itu aku masih berada di dalam ruang kerjaku. Sedang memantau bisnis propertiku, khususnya bisnis yang menyangkut aset - aset Mbak Manti. Sudah ada calon buyer yang berminat untuk membeli beberapa bidang tanah yang terletak di daerah Banyuwangi dan Mojokerto. Karena itu aku berniat untuk terbang ke Surabaya besok pagi.

Tiba - tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar. Setelah kusuruh masuk, muncul seorang petugas security. “Selamat sore Big Boss. Ada tamu yang mengaku tantenya Big Boss. “

“Persilakan masuk aja, “ sahutku dengan perasaan heran. Siapa pula yang mengaku tanteku itu ?

Tak lama kemudian seorang wanita setengah baya muncul di ambang pintu dan kupersilakan masuk ke dalam ruang tamu owner. Sebelum berjabatan tangan dengan wanita yang mengenakan celana jeans dan berjaket kulit itu, aku masih kebingungan, karena aku merasa belum mengenal dia.

“Maaf ... ini siapa ya ?” tanyaku.

“Kamu pasti lupa sama tante, “ sahutnya, “Masih ingat kalau ibumu punya adik bernama Lien ?”

“Ingat - ingat lupa. Maksudnya adik ibu kandungku ?”

“Iya. Pasti kamu sudah lupa Sep. Karena terakhir kita berjumpa pada waktu usiamu baru tiga atau empat tahun. “

“Ooooh ... iya ... iyaaa ... aku masih ingat almarhumah Ibu bilang punya adik bernama Lien. “

Wanita cantik itu memegang tanganku sambil berkata, “Jangan bilang almarhumah. Ibumu masih hidup Sep. “

“Haaaa ?!” aku terkejut. Sangat terkewjut. Karena yang aku tahu, Ibu sudah meninggal akibat kapal laut yang ditumpanginya tenggelam dan jasadnya tidak diketemukan.

“Kalau sudah almarhumah, mana makamnya ?”

“Sebentar Tante ... silakan duduk dulu ... aku ingin mendapatkan keterangan yang sejelas mungkin, “ ucapku sambil meraih pergelangan tangan Tante Lien dan mengajaknya duduk berdampingan di sofa ruang tamu owner hotel.

Setelah duduk, Tante Lien mulai menuturkan kisah yang sudah lama sekali terjadi itu. “Pada saat itu, ayahmu memergoki ibumu sedang selingkuh dengan lelaki lain. Ayahmu marah sekali. Lalu menjatuhkan talak tiga dan mengusir ibumu. Karena itu ibumu pergi bersama selingkuhannya itu. Ibumu dibawa ke sebrang lautan yang jauh ... jauh sekali. Dari Manado saja harus pakai pesawat terbang lagi ke Miangas. Lalu dari Miangas harus kapal laut menuju ke sebuah pulau kecil yang jauh ke mana - mana. Di situlah ibumu tinggal bersama lelaki yang kemudian menjadi suaminya itu. “

“Sebentar ... Tante tau dari mana kalau aku tinggal di hotel ini ?” tanyaku.

“Dari Imas. Kalau Imas sih masih ingat sama tante. Lalu dia cerita mengenai kamu yang sudah sukses. Bahkan Imas pun dijodohkan lewat jalur bisnismu kan ?”

“Terus Ibu sampai sekarang masih tinggal bersama suaminya itu ?”

“Suaminya sudah meninggal, karena kapalnya tenggelam. Nah ... jadi yang meninggal itu sebenarnya suaminya. Kalau ibumu sih masih hidup. Bahkan ibumu juga yang menyuruh mencari Imas dan Asep. Karena biar bagaimana juga dia itu ibumu Sep. “

“Apakah dari suaminya itu Ibu punya anak ?” tanyaku.

“Tidak, “ Tante Lien menggeleng. “Jadi anaknya ya cuma kamu dan Imas aja Sep. “

“Terus ... dari mana Ibu mendapatkan uang untuk kehidupan sehari - harinya ?”

“Dagang ikan di pasar. Tapi ... yahhh ... begitulah. Penghasilannya tidak seberapa. Paling juga dua atau tigapuluhribu sehari. Karena dagangnya juga di pasar kecil. “

“Tigapuluhribu sehari cukup untuk menyambung hidup ?”

“Dicukup - cukupkan saja. Makanya tiap bulan tante suka transfer duit ke rekening tabungannya. Kasihan keadaan ibumu itu Sep. “

Aku tertunduk dalam perasaan haru yang mendalam. Aku tidak marah kepada Ayah yang telah membohongiku selama ini. Mungkin saking geramnya Ayah pada Ibu saat itu, dengan tegar Ayah mengatakan bahwa kapal laut yang Ibu tumpangi tenggelam, Dan mayat Ibu tidak diketemukan. Mungkin kebohongan itu Ayah ucapkan saking murkanya saja kepada Ibu yang telah menyelingkuhinya.

“Terus .. Tante sendiri sekarang tinggal di mana ?” tanyaku.

“Di kota kecil dekat Manado Sep. “

“Suami Tante orang sana ?”

“Nasibku sama dengan ibumu Sep. Sama - sama janda. “

“Usia Tante beda berapa tahun dengan Ibu ?”

“Jauh. Beda sepuluh tahun. Kan dari ibumu masih ada dua orang adiknya. Laki - laki semua. Jadi setelah ibumu ada Oom Nara dan Oom Tardi. Tante anak bungsu. Ohya, pernah ketemu sama Oom Nara dan Oom Tardi ?”

“Belum, “ aku menggeleng, “Hanya keluarga Ayah yang sering bertemu sih. “

Tiba - tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... ! Kulihat hapeku, ternyata dari Ceu Imas.

Lalu :

“Hallo Ceu ... “

“Tante Lien sudah ke situ ?”

“Udah. Ini lagi ngobrol dengannya. “

“Kalau aku sih masih ingat sama Tante Lien. Tapi kamu ... mungkin sudah gak ingat. Karena terakhir Tante Lien bertamu ke rumah pada saat kamu masih kecil. Paling juga baru tiga tahunan. “

“Iya. Tapi Ibu memang pernah bilang kalau beliau punya adik perempuan yang bernama Lien. “

“Terus bagaimana rencanamu mengenai Ibu yang ternyata masih ada itu ?”

“Nanti aku kirim uang, biar Ibu terbang ke sini. “

“Iya. Kamu tentu bijak untuk menanggapi keadaan yang menggembirakan itu. “

“Iya Ceu. “

“Kalau kamu keberatan, biar nanti Ibu tinggal di rumahku aja. “

“Jangan. Aku akan kasih Ibu rumah yang layak huni. Untuk kehidupan sehari - harinya, biar aku yang menanggungnya. “

“Tapi rumahnya harus dicari dulu kan ? Nah sebelum rumahnya ada, biarin Ibu tinggal di rumahku. “

“Rumahnya sudah ada Ceu. Peralatannya sudah lengkap semua. Ibu tinggal masuk aja ke rumah itu. Nanti kalau Ibu pengen bertamu ke rumah Euceu kan jadi punya harga diri. Bukan gelandangan yang bertamu ke rumah anak dan menantunya. “

“Iya, iyaaa .... terus rencananya gimana ? Kamu mau jemput ibu ke sana atau gimana ?”

“Mau minta tolong sama Tante Lien aja. Soalnya sekarang aku sedang sibuk sekali. Besok pagi juga harus terbang ke Surabaya untuk mengurus bisnisku. “

“Iya, iyaaa. Aku percaya Asep tahu jalan terbaik buat ibu kita. Tapi masalah Ibu sebaiknya kita rahasiakan aja. Jangan sampai Ayah tau. “

“Iya Ceu. “

Setelah hubungan seluler dengan Ceu Imas ditutup, aku menelepon Tante Marsha. “Tante ... tolong siapkan makanan selengkap mungkin. Ini ada adik ibuku yang baru datang dari Manado, “ kataku.

“Siap Big Boss tersayaaaang ... “ sahut Tante Marsha membuatku tersenyum sendiri.

Lalu aku menepuk lutut Tante Lien yang bercelana jeans itu sambil bertanya, “Gimana Tante bersedia kan menjemput Ibu ke sini ? Masalah biaya untuk tiket pesawat dan sebagainya aku yang nanggung. “

“Iya, “ Tante Lien mengangguk, “Imas bilang Asep sudah sukses besar. Sehingga ayahmu pun mengandalkan Asep segalanya kan ?”

“Kebetulan aja ada rejekinya Tante. Ceu Imas sih terkadang suka terlalu membesar - besarkan aku, “ sahutku.

“Tapi Imas bilang, sekarang Asep sudah punya hotel, punya pabrik garment dan banyak factory outletnya. “

Tak lama kemudian seorang pelayan rumah makanku datang. “Makanan sudah disiapkan di meja makan Big Boss, “ ucapnya sambil membungkuk sopan.

“Iya, terima kasih, “ sahutku.

“Ayo kita makan dulu Tante, “ ajakku sambil menuntun Tante Lien menuju kamar pribadiku yang ada ruang makannya juga.

Di atas meja makanku sudah penuh dengan beraneka ragam masakan. Sehingga Tante Lien berkata, “Waaah ... ini segala makanan mahal sudahn terhidang. Apakah Asep tiap hari makan begini ?”

“Ah, ini kebetulan ada tamu penting aja. Tiap hari makan begini juga bisa, karena rumah makan di depan itu punyaku juga, “ sahutku sambil menarik dua kursi yang berdampingan. Lalu Tante Lien duduk di sebelah kiriku. Dan aku duduk di sebelah kanannya.

“Syukurlah, “ kata Tante Lien, “Berarti tante gak sia - sia datang ke sini. Karena kamu sudah sukses. Ohya, bangunan tinggi yang di belakang itu untuk apa ?”

“Untuk hotel juga Tante. Nanti yang di belakang itu hotelnya. Sementara yang sudah ada ini entah mau dijadikan apa. Aku juga masih bingung. Karena sayang sama kayu jatinya. “

“Umurmu sekarang berapa tahun Sep ? “ tanyanya sambil mulai menyantap makanan yang sudah terhidang..

“Sembilabelas, “ sahutku mulai makan juga.

“Aku melihatmu dahulu masih kecil. Enambelas tahun yang lalu. Berarti saat itu kamu baru tiga tahun Sep. “

“Iya mungkin. Aku belum ingat saat itu Tante. Tapi Ibu pernah cerita pada saat aku berusia lima tahun mengenai Tante Lien, Oom Nara dan Oom Tardi. Pada saat usiaku baru lima tahun juga Ibu mendadak hilang dari rumah. Beberapa bulan kemudian Ayah bilang Ibu tewas dalam kapal laut yang tenggelam. “

“Mungkin saat itu ayahmu sedang marah sekali kepada ibumu. Yah, memang harus seperti itu jalannya. “

“Sekarang ayahmu sudah kawin lagi kan ?”

“Sudah. Dua orang istrinya. “

“Oh ... punya istri dua sekarang ?”

“Iya. “

“Bakal nurun nih sama anaknya. Kata Imas, cewekmu banyak ya. “

“Banyak sih nggak. Tapi aku kan masih dalam masa memilih - milih. Belum serius pada pernikahan. “

“Usiamu kan baru sembilanbelas. Kumpulin duit dulu aja yang banyak. Baru mikirin kawin. “

“Kawin sih udah sering. Nikah yang belum. Hahahaaa ... !”

“Cewek - cewek yang dekat denganmu dicobain semua ?”

“Iya. Supaya kalau putus gak nyesel, karena udah ngerasain dalemannya. Hahahaaaa. “

“Dalemannya enak semua ?”

“Semuanya enak. Tapi ada yang mengesankan ada yang tidak. “
Mantaaafff bro @Otta ....makasih apdetnya....mat Naral...klo merayakannya...en mat taon baru juga...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd