Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 53





Setelah selesai makan di ruang makan pribadiku, Tante Lien duduk di sofa yang tidak jauh dari meja makanku.

Aku menelepon kitchen dulu, minta agar meja makanku dibersihkan kembali.

Lalu aku duduk di samping Tante Lien.

“Tante, “ ucapku, “besok pagi aku harus terbang ke Surabaya, untuk mengurus bisnisku di kota itu. Sebaiknya Tante ikut aku ke Surabaya. Nanti dari Surabaya Tante bisa terbang ke Manado untuk menjemput Ibu. “

Tante Lien terdiam sejenak. Lalu berkata, “Asep ... kalau seperti itu, aku pasti letih sekali nanti. Bayangin aja, aku kan baru tiba di kota ini. Lalu harus terbang ke Manado ... terbang lagi ke Miangas ... lalu naik speedboat ke pulau kecil tempat ibumu tinggal. Lalu aku harus balik lagi ke sini untuk mengantarkan ibumu. “

“Terus Tante maunya gimana ?” tanyaku.

“Ibumu bisa terbang sendirian di sini. Ibumu masih kuat kok. Kan ibumu belum tua - tua amat. Baru empatpuluhlima tahun. “

“Ibu punya hape ?”

“Punya. “

Lalu kuambil hapeku dan kuserahkan kepada Tante Lien. “Coba Tante telepon Ibu sekarang. Biar aku tau apa yang diinginkan oleh Ibu. Soal biaya tiket, sekarang juga bisa kutransfer ke rekening tabungan Ibu. “

Tante Lien mengangguk. Lalu memijat beberapa angka di hapeku.

“Keluarin suaranya, supaya aku bisa ikut dengar, “ kataku.

Tante Lien mengangguk dan mengikuti permintaanku :

Lalu terdengar suara wanita ... suara ibu kandungku ... !

“Hallo ... maaf ini siapa ya ?”

“Ini Lien Kak. “

“Ohya. Gimana Lien ? Sudah ketemu sama Asep ?”

“Sudah. Ini Asep ada di depanku. Kak Mala mau bicara sama dia ?”

“Iya ... iya ... “

Tante Lien menyerahkan hape padaku.

“Hallo Bu ... ini Asep, “ kataku dengan jantung berdegup kencang.

“Ooooh ... Aseeeep ... anakku sayang ... gimana keadaanmu sekarang ? Sehat - sehat aja Nak ?”

“Sehat Bu. Semoga Ibu juga sehat ya, “ sahutku dengan mata berkaca - kaca.

“Sehat Sep. Ibu senang sekali dapat berita dari Imas tadi, yang bilang kamu sudah sukses. Ibu bahagia sekali mendengarnya. “

“Iya Bu. Tadinya aku mau minta tolong Tante Lien untuk menjemput Ibu ke sini. Tapi Tante Lien bilang, bakalan capek jemput Ibu, lalu balik lagi ke sini. Jadi ... bagaimana kalau Ibu terbang sendirian ke sini ? Nanti duit untuk beli tiket dan sebagainya akan kutransfer ke rekening tabungan Ibu. “

“Iya. Kasian juga tantemu kalau harus bolak - balik begitu. Biar ibu terbang sendirian ke sana. Tapi makan waktu lama. Karena ibu sekarang tinggal di pulau kecil yang dari Manado juga jauh lagi. “

“Iya Bu. Tante Lien sudah bicara soal itu. Pokoknya kalau sudah tiba di bandara, aku dan Tante Lien akan menjemput Ibu ke bandara. Gimana ... bisa Bu ?”

“Jemput di bandara juga gak usah Sep. Ibu bisa nyari alamatmu nanti. SMSkan aja alamat tempat tinggalmu sekarang. Tapi ingat Sep ... Ayah jangan dikasihtau ya. Ibu tak mau berjumpa dengan dia lagi. “

“Iya Bu. Nomor rekening tabungan Ibu kan ada sama Tante Lien. Sekarang juga akan kutransfer dana untuk biaya perjalanan Ibu. “

“Iya, terima kasih anakku sayang. “

Setelah hubungan seluler dengan Ibu ditutup, aku meminta nomor rekening Ibu kepada Tante Lien. Lalu lewat mobile banking aku mentransfer sejumlah dana ke nomor rekening ibuku.

Lalu muncul pemberitahuan dari bank, bahwa nominal yang kutransfer sudah masuk ke rekening Ibu.

“Tante gak bawa pakaian ganti ?” tanyaku kepada Tante Lien yang masih duduk di sofa.

“Bawa, “ sahut Tante Lien, “Tasnya disimpan di kantor security. “

Mendengar pengakuan Tante Lien itu aku langsung memijat nomor security office. Lalu kusuruh petugas security agar membawa tas Tante Lien ke ruang kerjaku.

Lalu kuambilkan tas itu dari ruang kerjaku. “Sekarang Tante mau nginap di sini kan ?” tanyaku sambil menyerahkan tas yang kujinjing kepada Tante Lien.

“Terserah Asep. Tugas tante kan udah selesai. Menemui Imas sudah. Menemui Asep juga udah. “

“Tapi aku besok mau ke Surabaya. Gimana ? Mau ikut ?” tanyaku.

“Ya kalau diajak pasti ikutlah. Tapi di Surabaya nanti Tante harus ngerjain apa ?” Tante Lien balik bertanya.

“Gak usah ngerjain apa - apa. Tante bisa duduk manis aja di hotel, sementara aku mau meeting dengan pengusaha - pengusaha dari Jatim. “

“Iya deh, “ sahut Tante Lien sambil duduk di pinggiran bed, untuk melepaskan jaket kulitnya yang sejak datang tadi melekat terus di badannya.

Tiba - tiba aku menyaksikan sesuatu yang “lain”. Bahwa di balik jaket kulit itu Tante Lien mengenakan semacam kaus singlet tipis berwarna coklat muda. Dan ... bentuk toket gedenya tampak jelas di balik kaus singlet itu.

Si dede gak kenal kompromi. Langsung bangun setelah menyaksikan sesuatu yang merangsang itu. Tanganku pun seperti disedot daya magnetis, langsung mendekat ke bagian yang berputing di puncaknya itu. Tapi telapak tanganku hanya mendekat, tak berani memegangnya.

Tapi Tante Lien justru menarik tanganku dan menyelinapkannya ke balik baju yang mirip kaus singlet itu sambil berkata, “Peganglah ... toket tante masih bagus nggak ?”

Telapak tanganku yang sudah menempel di permukaan toket kiri adik ibuku itu spontan meremasnya perlahan. “Masih kencang gini Tan ... “ ucapku perlahan.

“Ya iyalah. Tante kan rajin senam dan lari pagi. “

“Pantesan ... “ gumamku sambil mengeluarkan tanganku dari baju kaus singlet tipis itu.

“Yang kupakai ini sejenis bikini. Bukan kaus singlet. Lebih praktis soalnya. Tanpa harus mengenakan beha dan celana dalam lagi, “ kata Tante Lien.

“Coba lihat seperti apa bentuk bikininya, “ ucapku.

Tante Lien mengangguk. Lalu melepaskan celana jeansnya.

Memang benar. Yang tadi kusangka kaus singlet wanita itu ternyata bikini yang terbuat dari bahan kaus. Jadi dengan bikini itu Tante Lien tak usah memakai bra dan celana dalam lagi.

“Kalau mau melepaskannya bagaimana ?” tanyaku dengan nada serius.

“Bisa ditarik ke bawah, bisa ditarik ke atas juga, “ sahutnya.

“Di tarik ke atas ? “ tanyaku bingung.

“Iya, “ sahut Tante Lien sambil menelentang dengan kedua kaki mengangkang di pinggiran bed, “kan ada kancing perekat di bawah meki tante Sep. Coba buktikan deh. “

Sebenarnya aku sudah tahu bahwa pakaian ada yang kancingnya pakai kancing perekat. Tapi aku pura - pura bego dan memegang kancing perekat yang berada di bawah kemaluan Tante Lien. Niatku cuma satu, ingin melihat seperti apa memek Tante Lien yang berperawakan tinggi bohay itu.

Lalu kubuka kancing perekat yang berbentuk segi empat itu. Dan ... kulihat sebentuk mulut memek yang masih terkatup, sementara labia mayoranya tersembul keluar.

Tante Lien diam saja sambil memandang plafon kamar pribadiku yang terbuat dari kayu jati itu. Begitu pula ketika aku sedang meraba - raba labia mayoranya, ia diam saja.

Tapi ketika kuselinapkan jari tengahku ke dalam celah memek Tante Lien, terdengar suaranya, “Seeeep .... !”

“Kenapa Tante ?” tanyaku.

“Gak kenapa - kenapa ... tapi kalau sudah dicolok - colok gitu, pasti tante jadi kepengen Sep ... “

“Kepengen apa ? ” tanyaku lagi, pura - pura bodoh.

“Kepengen di ... digituin ... “

“Pengen dicobain dalemannya ? “ tanyaku sambil membuka mulut memek yang tebal labia mayoranya itu. Lalu menyelusupkan telunjuk dan jari tengahku ke dalamnya.

“Iya. Hihihiiii ... memangnya Asep mau ?” tanyanya dengan mata tetap menatap plafon kamar pribadiku.

“Tante sendiri mau nggak ? ”

“Mau. Tapi jangan sampai ibumu tau nanti. “

“Tentu aja ini akan jadi rahasia berdua Tante, “ sahutku sambil memaju mundurkan telunjuk dan jari tengahku di dalam celah memek Tante Lien.

Tante Lien tetap memandang ke atas. Tak mau memandang ke arahku. Mungkin karena dia malu padaku, karena biar bagaimana pun aku ini keponakannya. Tapi ketika celah memek Tante Lien sudah basah, diam - diam kupelorotkan celana panjang dan celana dalamku. Sehingga kontolku yang sudah ngaceng ini tak tertutup apa - apa lagi.

Lalu, ketika Tante Lien masih menatap ke atas, kuletakkan kepala kontolku di ambang mulut memek tanteku yang sudah basah ini. Lalu kudorong sekuatnya dan ... blessssss ... kontolku mulai membenam ke dalam liang memek tanteku. Semua ini kulakukan dalam posisi berdiri agak membungkuk di lantai bertilamkan karpet merah. Sementara Tante Lien tetap celentang mengangkang dengan bokong semoknya berada di atas pinggiran bed.

“Duuuududuuuuuh ... ini apa yang dimasukin ke dalam memek tante Sep ?” tanya Tante Lien dengan mata tetap memandang ke atas.

“Kontolku Tante. Kan tante tadi bilang daleman Tante pengen dicobain sama aku. “

“Haaaa ?! Kontolmu sudah dimasukin Sep ? ” Tante Lien mulai memandang ke arahku. Sambil menarik bikininya ke atas, sampai lepas lewat kepalanya. Sehingga tubuh tanteku yang putih mulus itu jadi telanjang bulat kini.

Aku pun melepaskan baju kausku, lalu berusaha untuk melepaskan celana panjang dan celana dalamku.

Setelah sama - sama telanjang bulat, kami bergerak ke tengah bed, tanpa melepaskan kontolku dari liang memek Tante Lien. Setelah berada di tengah bed, aku bisa fulll berada di atas badan Tante Lien. Sehingga aku bisa meremas toketnya sambil mengayun kontolku.

Pada awalnya Tante Lien terlihat canggung. Tapi beberapa menit kemudian ia mulai menggeol - geolkan pantat semoknya, dengan gerakan seperti membentuk angka delapan. Sehingga kontolku mulai terombang - ambing sesuai dengan geolan pantat semok tanteku.

Semuanya itu Tante Lien lakukan sambil merintih - rintih histeris.

“Ooooooo ... oooooh ... Seeep ... ooooohhhh ... akhirnya tante bisa merasakan kontol anak muda yang masih belasan tahun gini ... ternyata beda rasanya ... karena ereksinya sempurna ... keras sekali kontolmu Seeep ... ooooohhhh ... gak nyangka aku bakal dientot oleh keponakanku sendiri .... ooooohhhh ... ooooooooo .... oooooohhhh .... Seeeeep ... kontolmu kok panjang sekali Seeep ... sampai gak bisa masuk semuanya yaaa ... oooooo.... ooooh .... “

“Tapi ... uuuuughhhh .... enak kan dientot sama kontol panjang ... uuuuughhhhh ... “ sahutku di antara dengus - dengus nafasku.

“Iiiii .... iiiiyaaaa ... luar biasa enaknya Seeeep ... jauh lebih enak daripada dientot mantan suamiku dahulu ... karena terasa kontolmu terus - terusan menyundul dasar liang memekku Seeeep ... oooooh .... Seeeep ... gak nyangka keponakanku punya kontol segini panjangnya ... ooooh ....Seeeep ... entot terus Seeeep ... entooooooottttttt ... entooooooootttttttt teruuuuuusssss Seeeeeeeep ...... oooooh ... enaaaak sekaliiiiiiiiiii ... Seeeep ... kontolmu enaaaaaaaak .... “

“Memek Tante juga licin tapi legit ... uuuuughhhhh ....luar biasa enaknya Tanteeeee .... memek Tante enaaaaaakkkkkkk ! ”

“Stttt ... jangan terlalu keras. Nanti kedengaran ke luar Sep. “

“Kamar ini kedap suara. Kita menjerit - jerit juga takkan terdengar ke luar. Nih aku mau teriak yaaaa ... hooooooiiii ! Aku lagi ewean sama Tanteeee ... ternyata ngewe Tante ini enaaaaaakkkkk !!! Ewean ini enaaaaaaaaakkkkk !!!”

“Huuuuushhhh ... jangan terriak - teriak gitu ah. Tante jadi hilang rasa nih, enaknya jadi hilang ... ” ucap Tante Lien sambil membungkam mulutku dengan telapak tangannya.

Aku menahan tawaku. Lalu melanjutkan persetubuhan tanpa rencana ini.

Bokong Tante Lien pun bergeol - geol kembali. Membuat kontolku ditarik ke sana - sini, dibesot - besot dan diremas - remas oleh liang memek tanteku.

Aku pun mulai menanggapinya dengan meremas toket kanannya yang masih layak remas, sambil menjilati lehernya yang mulai keringatan, disertai dengan gigitan - gigitan kecil.

Hal ini membuat Tante Lien semakin mendesah - desah dan merintih -rintih histeris :

“Hhhhhhhhh ... Seeeeep ... pantaslah kamu punya banyak cewek ... hhhhhh ... semua yang kamu sentuh biiiii ... bisa membuatku ... seperti melayang - layang gini Seeep ... oooooo .... ooooohhhhh .... Aseeeeep .... enak sekali Seeeep ... iyaaaaaaa ... ooooooh .... iyaaaaaa .... tante pasti ketagihan Seeeep .... oooooh ... kamu memang sangta perkasa Seeep ... ooooohhhhh .... entot lebih keras lagi Seeeep ... tante sudah hampir lepas niiiiiii ... entot yang kerassss ... iyaaaaaaa ... iyaaaa .... entooooooottttttt ..... entoooooooottttt .... aaaaaaaa.... aaaaaaaahhhhh ... Aseeeeeep ........ “

Suara Tante Lien tidak terdengar lagi karena ia sedang menahan nafasnya sambil mencengkram sepasang bahuku. Lalu ia menjambak rambutku pada saat liang memeknya mengedut - ngedut di puncak orgasmenya.

Lalu ia menggeliat dan terkapar lemas sambil memejamkan matanya. Entotanku pun kuhentikan sejenak. Untuk menikmati indahnya liang memek Tante Lien yang masih mengedut - ngedut, sambil mengalirkan lendir libidonya ke sekujur kontolku.

Tak lama kemudian kelopak mata Tante Lien terbuka. Menatapku dengan sayu sambil berkata lirih, “Terima kasih Sep .... ternyata kamu bukan cuma tampan, tapi juga perkasa sekali ... ini pertama kalinya tante rasakan lagi sejak menjanda ... sejak setahun yang lalu ... tapi ... kamu belum ngecrot ya ? ”

“Belum. Santai aja Tante. Nanti setelah Tante orgasme tiga kali, baru aku akan ejakulasi, “ sahutku sambil mengusap - usap pipi Tante Lien yang keringatan.

“Emang bisa ? Tante tak pernah merasakan orgasme lebih dari satu kali. “

Kucabut kontolku dari liang memek Tante Lien. Lalu merebahkan diri di sampingnya, dengan kontol yang masih ngaceng.

Tante Lien sudah pulih kembali. Tanpa disuruh ia berjongkok sambil memegang kontolku. “Gilaaaa ... kontolmu memang panjang sekali Sep, “ ucapnya sambil memegang kontolku. Sambil mengarahkannya ke mulut memeknya.

Lalu Tante Lien menurunkan bokongnya, sehingga kontolku membenam lagi ke dalam liang memeknya yang masih basah dan licin itu.

Lalu Tante Lien mulai mengayun bokong semoknya. Dengan sendirinya liang memek tanteku membesot - besot kontolku dengan lincahnya.

Dalam posisi WOT ini ada yang lucu. Bahwa ketika pertama kalinya bokong Tante Lien diturunkan, ketika moncong kontolku mentok di dasar liang memeknya, Tante Lien seperti kaget. Dan ketika ia melanjutkan ayunan bokong sedmoknya, ia tak berani menurunkan bokongnya terlalu jauh. Mungkin takut dasar liang memeknya “menabrak” moncong kontolku lagi.

Namun kelucuan ini tak berlangsung lama. Karena setelah beberapa menit ia mengayun bokonbgnya dengan cara seperti itu, akhirnya dia menurunkan bokongnya sampai kontolku terbenam sepenuhnya di dalam liang memeknya. Dan moncong kontolku jadi sering “berdesakan” dengan dasar liang memeknya.

Akibatnya, beberapa menit kemudian Tante Lien ambruk ke atas dadaku, di saat tengah menikmati orgasme keduanya ... !

“Oooooh ... kontolmu memang terlalu enak Sep ... tante udah lepas lagi barusan, “ kata Tante Lien lirih.

“Terus ... lanjutkan jangan ?”

“Iiiiih ... ya lanjutkan dong. Pengen ngerasain disemprot sama air mani anak muda. Pasti hangat dan nikmat rasanya, “ sahut Tante Lien sambil menggulingkan badannya ke samping, sehingga kontolku tercabut dari liang memeknya.

Tadinya aku mengajak Tante Lien melanjutkannya dalam posisi doggy. Tapi Tante Lien menolak. Mungkin karena sudah merasa letih. Tante Lien mengajakku melanjutkannya dalam posisi missionary lagi. Dia menelentang sambil mengusap - usap memeknya yang pasti sudah becek di dalamnya.

Tanpa buang - buang waktu, kumasukkan lagi kontol ngacengku ke dalam liang memek Tante Lien yang memang masih basah oleh lendir libidonya. Tapi tidak terlalu becek.

Ketika aku mulai mengentot liang memek legit itu, Tante Lien pun tampak bersemangat lagi untuk meladeni entotanku. Dengan menggeol - geolkan bokong semoknya lagi.

Maka kontolku mulai diobang - ambingkan lagi, laksana perahu kecil di tengah lautan. Kontolku dibawa ke kanan, ke kiri, ke atas dan ke bawah.

Namun aku tetap mempertahankan entotanku, tetap maju mundur di dalam jepitan liang memek Tante Lien. Meski Tante Lien edan - edanan menggeolkan pantatnya, aku tetap stabil mengentot liang memek yang licin namun legit itu.

Desahan dan rintihan histeris pun mulai berlontaran lagi dari mulut Tante Lien. “Oooooh ... Seeep ... oooooh .... ooooo ..... ooooooh .... ini luar biasa indahnya Seeeep ... ayooo entot tante sepuasmu Seeep ... kontolmu memang luar biasa enaknyaaaaa ... entoooot teruuuuussss .... entooooooootttttt ... entoooooooooooootttttttttt .... iyaaaaa ... iyaaaaaa ... oooooh .... ooooooo .... ooooooohhhhhh ... gak nyangka kamu seperkasa ini Seeeep ... entottttttttttt ... entooooooooooooooootttttt .... “

Di tengah rintihan histeris itu, aku masih sempat menggoda tanteku, “Kita ini lagi ngapain Tante ?”

“Lagi eweaaaan ... ewean sama keponakan yang gagah perkasa, “ sahutnya.

“Enakan mana diewe sama aku dan diewe sama mantran suami Tante ?”

“Enakan diewe sama kamu Sayaaaaaaang .... ooooooh .... Aseeeeeep .... entot terus Seeeeeeep ... makin lama makin enak nih Seeeeep ... “

Lalu aku membisiki telinganya, “Heunceut Tante juga enak sekaliiii ... “

“Hihihiiiii ... heunceut .... udah lama gak dengar istilah itu .... heunceut beureum ... heunceut badag ... heunceut bekeh ... heunceut molongo .... hihihiii ... aaaaaah .... Seeeeep .... Aseeeeep ... ini kayaknya aku mau lepas lagi Seeeep ... “

“Aku juga Tante ... kayaknya udah deket - deket mau ngecrot nih ... “ sahutku sambil mempercepat entotanku. Seolah sedang memompa liang heunceut Tante Lien dengan gencarnya. Sehingga terdengar suara kecipak - kecipuk dari dalam memek Tante Lien yang sudah becek ini.

“Ayo barengin Sep ... barengiiin ... ooooohhhhh ... Aseeeeeeeeeeeepppp .... “ Tante Lien menggeliat sambil menahan nafasnya. Lalu sekujur tubuhnya mengejang tegang.

Pada saat yang sama kutancapkan kontolku yang sudah hampir ngecrot ini sedalam mungkin. Sampai terasa moncong kontolku mendorong dasar liang memek Tante Lien.

Pada saat itu Tante Lien meremas sepasang bahuku, sementara aku pun meremas sepasang toket gedenya.

Lalu terasa benar liang memek Tante Lien mengedut - ngedut, disusul oleh mengejut - ngejutnya kontolku yang tengah menyemprotkan lendir pejuhku ...

Croooooooooootttttttt ... crettttt ... crooooooooooooooooooooooootttttttttt ... cretcretttt ... crooooooooooooooootttttttttttttt ... croooooooooooottttttttt ... !

Lalu aku terkulai di atas perut Tante Lien yang sudah duluan terkulai lemas.

“Beneran tiga kali orgasme, “ ucap Tante Lien setelah kontolku melemas dan terlepas sendiri dari liang memek Tante Lien.

“Gimana rasanya diewe keponakan Tante ? “ tanyaku sambil menepuk - nepuk memek Tante Lien yang bersih dari bulu. Ikut trend masa kini.

“Luar biasa nikmatnya. Nanti kalau tante ketagihan gimana ?” tanyanya.

“Gampang. Besok di Surabaya bisa dilanjutkan. “

“Tante takkan ikut ke Surabaya Sep. Mau nginep di rumah Imas aja. Mumpung lagi di kota ini. Lagian kalau kamu masih di Surabaya lantas ibumu datang, gimana ?”

“Beneran gak mau ikut nih ?” tanyaku.

“Iya Sayang. Nanti setelah kamu pulang dari Surabaya kan bisa ngewe tante lagi. ”

“Ya udah. Sekarang aku mau mandi dulu ah. Biar nyenyak tidurnya. “

“Tante juga mau mandi, “ kata Tante Lien sambil membuka tas pakaiannya.

“Di dalam kamar mandi banyak kimono Tante. Gak usah bongkar tas itu. Semuanya tersedia di kamar mandi. “

Tante Lien mengangguk. Lalu mengikuti langkahku menuju kamar mandi, dalam keadaan sama - sama telanjang bulat.

“Tuh ... kimono dan handuk seratus persen baru tinggal pilih. Sabun, sikat gigi dan odol juga tinggal pilih, “ kataku setelah berada di dalam kamar mandi.

Biasanya kalau sudah mandi bareng begini, pasti aku berusaha untuk melakukan “sesuatu”. Tapi mengingat besok pagi mau terbang ke Surabaya, aku tidak melakukannya.

Bahkan ketika aku tidur bersama Tante Lien pun, aku tidak berusaha menggodanya. Supaya besok pagi aku terbang ke Surabaya dalam keadaan benar - benar fresh.



Keesokan paginya kami menggunakan 2 taksi. Yang satu untuk Tante Lien menuju rumah Ceu Imas, yang satu lagi untukku menuju bandara. Tentu saja aku sudah mentransfer sejumlah dana ke nomor rekening tabungan Tante Lien. Untuk kebutuhannya di kota ini.

Tiket pesawat terbang dan booking kamar hotel five star di Surabaya sudah diatur semua oleh sebuah biro perjalanan.

Ketika pesawat mendarat di bandara Juanda Sidoarjo, hari masih pagi. Mudah -mudahan tidak terlambat tiba di hotel yang sudah kubooking. Dari bandara menuju hotel itu kupakai taksi. Dan tiba di hotel ketika jam tanganku sudah menunjukkan pukul 10.15 pagi. Tidak terlambat, karena janjinya akan ketemuan dengan calon buyer jam 11 pagi.

Setelah meletakkan koper pakaian di dalam kamar yang terletak di lantai 7, kukenakan pakaian formal. Berjas dan berdasi. Kemudian turun ke lantai satu. Karena janjiannya akan ketemuan di lobby hotel.

Di lobby aku mencari - cari wanita yang mengenakan gaun orange dengan motif bunga teratai merah di bagian dadanya.

Ada ! Seorang wanita setengah baya yang cantik, mengenakan gaun berwarna orange dengan motif bunga teratai di bagian dadanya, tampak sedang duduk di sofa yang melingkari lobby merapat ke dinding. Aku pun menghampirinya.

“Bu Davina ?” tanyaku sopan.

“Oh, betul. Ini dengan Dek Yosef ?” tanyanya sambil berdiri.

“Betul Bu, “ sahutku sambil menjabat tangannya yang halus dan hangat. “Ibu bawa rombongan berapa orang ?” tanyaku.

“Aku datang sendirian Dek. “

“Wah kalau hanya kita berdua yang mau berunding, gak usah pakai meeting room. “

“Ya iyalah. Buat apa nyewa meeting room mahal - mahal. Lalu di mana kita mau merundingkannya ? Di sini aja ?”

“Kalau Ibu tidak berkeberatan, mendingan di kamarku saja, di lantai tujuh. “

“Boleh, “ sahutnya. Lalu ia melangkah di sampingku menuju pintu lift.

Begitu masuk ke dalam lift, harum parfum yang dikenakan oleh calon buyer tanah itu tersiar ke penciumanku. Hanya ada kami berdua di dalam lift.

Ketika lift mulai bergerak, tiba - tiba Bu Davina berbisik ke telingaku, “Nanti di kamar jangan perkosa aku ya. “

Aku kaget mendengar bisikan itu. Lalu menjawab sekenanya, “Owh ... seumur hidup aku belum pernah memperkosa Bu. Kecuali ... “

“Kecuali apa ?” tanyanya.

“Kecuali kalau Ibu yang menginginkannya. Hihiii ... maaf ... just a joke. “

Bu Davina malah tersenyum sambil mencubit perutku. Mudah - mudahan aja bisnisnya lancar ya. Biar moodnya datang. “

“Siap Bu. “

Setelah berada di dalam kamar di lantai 7 itu, Bu Davina kuajak berunding di depan meja makan. “ Selain di Mojokerto dan Banyuwangi, apakah ada tanah lainnya lagi yang mau dijual ? ” tanyanya.

“Banyak Bu. Semuanya ada seratusduapuluhtiga bidang, “ sahutku sambil men-start laptopku.

“Haaaa ? Di mana aja ?”

Sebagai jawaban, kuperlihatkan monitor laptopku sambil berkata, “Ini semua aset yang ada di Jawa Timur. “

Bu Davina memperhatikannya dengan serius. “O my God ... lahan - lahannya ada di daerah strategis semua Dek. Lantas semuanya mau dijual ?”

“Iya Bu. Bukan hanya yang di Jawa Timur. Yang di Jawa Tengah juga mau dijual semua. “

“Ada yang di Jawa Tengah segala ? Coba lihat daftarnya. “

Aku mengangguk. Lalu mengotak atik laptopku, sampai muncul daftar lahan yang di Jawa Tengah. Semuanya punya Mbak Manti, yang sudah dikuasakan penuh padaku mau dijual atau diapakan juga.

“Yang di Jawa Tengah malah lebih banyak ya, “ kata Bu Davina sambil memperhatikan monitor laptopku.

“Iya Bu. Yang di Jateng ada seratuslimapuluhtujuh bidang. “

“Tapi sertifikat aslinya tidak dibawa semua kan ?”

“Dibawa semua. Karena tadinya aku mau mencari buyer lain, kecuali kalau Ibu mau membelinya semua. “

“Aku sudah hafal semua harga pasaran tanah baik di Jatim mau pun di Jateng. Coba hitung semua Dek. Kalau ditotalkan jadi berapa harga untuk semua tanah di kedua propinsi itu. “

Aku mengeluarkan kalkulator dari dalam tas kerjaku. Kalkulator yang bisa menghitung sampai trilyunan.

Ketika Bu Davina sedang menghitung dengan oret - oretan di buku notesnya, aku pun menghitung lewat kalkulator besarku.

Sampai lebih dari seperempat jam aku menghitung, akhirnya muncul deretan angka sebagai harga semua tanah yang di Jatim dan Jateng itu. Lalu kuperlihatkan deretan angka yang tampil di kalkulatorku kepada Bu Davina.

Wanita cantik itu mengangguk - angguk sambil berkata, “Hampir sama nominalnya dengan hitunganku. “

“Sedikit di bawah harga pasaran Bu, “ kataku.

“Begitu ya. “

“Mau dibeli semua Bu ?”

“Ya, “ Bu Davina mengangguk sambil tersenyum, “Kebetulan dananya ada kalau segitu sih. Tapi aku mau bicara jujur ya. “

“Mengenai apa Bu ? “

Tiba - tiba Bu Davina memegang tanganku, “Dek Yosef punya daya pesona yang bikin aku gemes. Sepertinya kita harus charge dulu, supaya semangat bisnis kita berkobar. “

“Bukannya mau menyelesaikan masalah bisnis dulu Bu ?”

“Masalah tanah sudah deal. Besok pagi kita ke notaris untuk menyelesaikan semuanya. Tapi sekarang aku ingin dicharge dulu sama Dek Yosef ... “

“Jadi sekarang Ibu yang mau memperkosa aku ? Hihiiiihiii ... “

“Iya. Dek Yosef punya apa sih ? Belum pernah aku langsung gemes begini sama cowok, “ kata Bu Davina sambil melingkarkan lengannya di leherku. Lalu mencium bibirku dengan hangatnya.

Diam - diam kuturunkan kancing zipper celana panjangku, lalu kusembulkan kontolku yang sudah ngaceng ini sambil berkata, “Punya ini Bu ... “

“O my God ... “ Bu Davina terbelalak sambil menggerakkan tangannya ke arah kontolku yang sedang menunjuk ke arah wanita yang kutaksir usianya 35 tahunan itu.

“Ini sih dua kali ukuran normal, “ kata Bu Davina sambil memegang kontolku dengan tangan agak gemetaran.

“Ayolah ... siapa takut ?” cetusnya sambil melepaskan kontgolku dari genggamannya. Lalu ia menghampiri bed sambil menanggalkan gaun orangenya. Bahkan celana dalamnya juga dilepaskan. Tinggal beha putih yang masih melekat di badannya.

Jujur, aku terkejut mengalami semuanya ini. Karena tadi aku hanya memikirkan bisnis semata. Tapi sekarang aku jadi fokus ke arah tubuh indah yang tinggal mengenakan beha saja itu. Sementara memeknya yang hanya berjembut di bagian atasnya sebesar kartu domino seolah strip hitam saja itu, seolah sedang menantangku untuk mengentotnya ... !

Aku memang sering, sering sekali mendapatkan kejutan seperti ini. Tapi sepanjang tidak ada pihak yang dirugikan, apa salahnya kalau kuikuti saja alur yang sudah tersurat di lembaran kehidupanku ini ?
Makasih bro @Otta ....apdet part 53nya...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd