Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Hemmm.. selalu deg degan ketika baca lunjutan cerita Suhu.. selalu saja menarik dan excitingly..
 
Part 63



M
ama Lanny menyambut kedatanganku dengan wajah ceria. Sambil menahan perut buncitnya dengan tangan kiri, Mama masih menyempatkan diri untuk mencium bibirku dengan mesranya.

“Mama sudah sering kontraksi. Makanya mama harus secepatnya ke rumah sakit bersalin, seperti yang sudah dianjurkan oleh dokter, “ kata Mama.

“Iya. Langsung aja kita ke rumah sakit bersalin sekarang. Mana barang - barang harus dibawa Mam ?” tanyaku.

“Cuma tas itu. Semua kebutuhan mama sudah dikumpulkan di situ. “

Maka kuangkat dan kujinjing tas besar itu, kubawa ke sedan baruku dan kumasukkan ke dalam bagasinya. Mama pun mengikuti langkahku dari belakang.

“Sudah ada mobil baru lagi Sep ?” tanya Mama Lanny.

“Iya ... hadiah dari orang. Jadi aku punya mobil tiga sekarang. Semuanya pemberian orang. Gak ada yang kubeli sendiri. “

Mama Lanny mengusap - usap rambutku sambil berkata, “Orang baik akan dikelilingi oleh orang - orang baik juga Sayang. “

Aku cuma tersenyum. Lalu membuka pintu mobil kiri depan. Dan membantu Mama masuk ke dalam mobil deep brownku.

“Ayah perlu dikabarin kalau Mama akan melahirkan ?” tanyaku setelah sedan deep brownku meluncur di jalan aspal.

“Gak usah, “ sahut Mama Lanny, “Ayah kan udah bilang, mama ini sudah seratus persen milik Asep. Jadi meski resminya mama ini istri Ayah, tapi sebenarnya mama ini kepunyaan Asep. “

“Memang walau pun Mama bercerai dengan Ayah, tetap aja aku gak bisa menikahi Mama kan ?” cetusku.

“Iya. Bekas istri ayah tidak boleh dinikahi oleh anaknya. Itu hukumnya, kata Ayah. “

“Hmm ... tenang aja Mam. Biar bagaimana Mama akan tetap menjadi tanggungjawabku seratus persen. “

“Lewat handphone Ayah sudah menyerahkan mama kepada Asep. Apalagi setelah Ayah tahu kalau mama ingin punya anak banyak. Minimal tiga orang lah. Ayah semakin tegar untuk minta kepada Asep agar menghamili mama lagi setelah anak di dalam kandungan ini lahir nanti. “

“Memangnya Mama ingin punya anak berapa orang ?” tanyaku.

“Maksimal lima orang, minimal tiga orang. “

“Hahahaaa ... aku senang mendengar keinginan Mama itu. Aku sendiri merasakan sepinya di masa kecilku. Karena kakakku hanya Ceu Imas sebagai satu - satunya saudaraku. Setelah Ceu Imas menikah, aku cuma glatak glutuk sendirian aja di rumah. Dan aku ingin agar anak - anakku jangan sampai ada yang merasakan seperti pahit getirnya masa laluku. “

“Betul. Mama juga pernah merasakan kesepian dan kepahitan di masa kecil mama. Makanya mama ingin agar kita punya anak sebanyak mungkin. “

“Boleh aja kita punya anak banyak. Tapi kita harus menyiapkan masa depan mereka. Karena setiap anak bukan hanya cukup diberi makanan dan pakaian. Yang sangat penting adalah pendidikan mereka. Karena kalau harta bisa habis kalau digerus terus - terusan. Tapi ilmu akan melekat terus di dalam jiwaraga mereka. “

Beberapa saat kemudian kami tiba di rumah sakit bersalin yang paling ngetop di kotaku (judulnya rumah sakit ibu dan anak). Aku hanya mengantarkan sampai pintu ruangan pemeriksaan. Lalu menunggu di kursi tunggu yang tak jauh dari pintu itu.

Beberapa saat kemudian aku mendapat penjelasan dari seorang perawat, bahwa Mama Lanny langsung dibawa ke ruang bersalin yang letaknya berdampingan dengan ruang pemeriksaan.

Pada saat itulah aku mendadak jadi serius. Berdoa sebisanya, semoga Tuhan menyelamatkan Mama Lanny dan bayi yang akan lahir ke dunia itu.

Untuk menghilangkan kesal karena harus menunggu sampai persalinan selesai, aku melangkah ke depan rumah sakit. Untuk nongkrong di café yang letaknya nyaris berdampingan dengan rumah sakit, hanya terhalang oleh sebuah kantor saja.

Di café itulah aku meminta espresso double shoot, minta croissant isi daging dan pisang keju lilit yang dipamerkan di etalase. Lalu mengambil tempat duduk di smoking area.

Dalam suasana seperti inilah aku membutuhkan rokok. Kebetulan cafenya punya smoking area. Sehingga aku bisa menikmati kopi sambil merokok. Karena kata orang, minum kopi tanpa rokok sama juga bo’ong.

Maka ketika pesananku datang, aku bisa menyalakan rokokku. Sambil merenungkan diriku sendiri. Tentang langkah - langkah yang telah dilakukan dan akan kulakukan.

Aku sudah tahu jenis kelamin bayi yang dikandung oleh Mama Lanny. Jenisnya cewek. Sementara yang sudah dilahirkan oleh Tante Sharon dan Mbak Mona adalah bayi cowok.

Bagiku bayi laki - laki atau perempuan sama saja. Kata orang, kalau punya anak cowok, seolah memiliki perisai. Sedangkan punya anak cewek laksana memiliki bunga. Kedua jenis kelamin itu merupakan buah penyemangat hidup. Yang harus dipikirkan adalah masa depan mereka. Jangan sampai anak - anakku mengalami kepahit-getiran seperti yang pernah kualami di masa kecilku.

Lebih dari sejam aku duduk di café itu. Wajar kalau nanti ada “biaya duduk”, alias harus membayar lebih mahal dari semestinya. Tapi aku sudah membayar duluan tadi. Tak mungkin datang tagihan baru lagi.

Tiba - tiba handphoneku berdenting. Haaa ?! Mama Lanny yang telepon ?

“Hallo Mam ... “

“Maaf ... ini dengan Pak Asep ?”

“Iya. Ada apa ya ?”

“Ini saya memakai handphone istri Bapak. Cuma untuk memberitahu bahwa istri Pak Asep sudah melahirkan. “

“Oke .. oke ... segera akan menuju ke dalam lagi. Ini cuma duduk di depan kok. “

Lalu bergegas aku masuk lagi ke dalam. Seorang perawat mempersilakanku masuk ke ruang bersalin, sebelum Mama Lanny dipindahkan ke ruang perawatan.

“Ini puterinya Mas, “ kata seorang perawat di ruang bersalin itu. Tadi manggil Pak di telepon, sekarang manggil Mas. Mungkin karena baru ngeh kalau aku ini masih sangat muda.

Di ruang bersalin, seorang perawat memperlihatkan bayi yang di tangannya sudah diberi gelang untuk tanda, agar jangan sampai tertukar dengan bayi lain.

“Ingin mengais bayinya ?”” tanya seorang perawat.

“Tidak, “ aku menggeleng, “belum berani membopongnya. Tolong dekatkan saja padaku, karena aku harus adzan di dekat telinganya. “

Suster itu mkengangguk. Ia mengangkat bayi yang belum diberi nama itu dan mendekatkan telinganya ke mulutku.

Aku memang sudah banyak dosa. Tapi apa salahnya kalau aku mengikuti ritual itu. Lalu aku membacakan adzan di dekat telinga bayi yang belum bernama itu. Kemudian bayi itu diletakkan lagi di box bayi yang ada rodanya. Lalu box bayi itu didorong beriringan dengan hospital bed Mama Lanny yang didorong duluan.

Mama Lanny dan bayi kami dimasukkan ke dalam kamar perawatan VVIP seperti yang kuminta. Box bayi ditaruh di sisi bed Mama Lanny. Kemudian dua orang perawat itu keluar lagi.

Barulah aku berani mencium dahi Mama Lanny sambil berkata, “Selamat ya ... anak kita cantik sekali, seperti mamanya. “

“Terimakasih Sep ... mama jadi punya keturunan sekarang. Mau dikasih nama apa anaknya ? Nanti kan harus minta akte kelahiran, tentu harus sudah ada namanya, “ kata Mama Lanny.

“Aku beri nama Zelita. Ingat, hurup awalnya Z, bukan J. Supaya tidak terlalu pasaran. “

“Zelita ... hurup awalnya zet. “

“Iya. “

“Hmmm ... bagus namanya. Terima kasih papa Asep ... “ kata Mama Lanny sambil tersenyum.

“Iyaaa ... kebayang nanti kalau anaknya udah besar. Kalau aku pulang, dia berlari - lari menyongsong kedatanganku ... sambil berteriak Papaaa .... Papaaaaaa .... !”

Mama Lanny tersenyum manis.

“Kusangka tadi bakal dicezar. Ternyata lahiran normal ya. “

“Iya. Kan dokter yang selalu memeriksa kandunganku juga udah bilang, bahwa semuanya normal, jadi tidak perlu dicezar katanya. “

“Kita harus bersyukur. Karena kalau dicezar, nanti perut mulus Mama akan ada bekas operasinya, “ kataku.

“Iya. Tapi waktu ngedennya tadi sakit sekali, “ sahut Mama Lanny.



Dua hari kemudian, Mama Lanny sudah diizinkan pulang. Aku sendiri yang menjemputnya ke rumah sakit dan membawanya pulang.

Setibanya di rumah, aku memberikan sesuatu kepada Mama Lanny.

“Ini sebagai tanda bahagianya hatiku. Untuk Zelita. Tapi kalau Mama mau, silakan aja bagi dua. Buat Mama dua, buat Zelita dua. “

“Apa ini ? Kok berat banget ?” tanya Mama Lanny waktu menerima kotak itu. Kotak berisi 4 balok logam mulia hadiah dari Bu Haryani itu.

“Ya Tuhaaan ... ini logam mulia ?” tanya Mama Lanny sambil melotot.

“Iya. Kadar emasnya sembilanpuluhsembilan koma sembilanpuluhsembilan persen. Kalaui emas yang biasa dipakai perhiasan, kadarnya lebih rendah. Itu satu balok beratnya limaratus gram. Jadi semuanya dua kilogram . “

“Kalau dijadikan perhiasan sih sayang Sep. Mendingan disimpan aja, untuk masa depan anak kita nanti. Lagian kalau orang chinese sih jarang mentingin perhiasan emas. “

“Terserah Mama mau dijadikan apa. Yang jelas, itu sebagai tanda bahagianya hatiku aja. “



Kelahiran anakku lewat rahim ibu tiriku, memang mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Apalagi kalau lahir dari rahim Manti, istri tercintaku, pasti aku akan lebih bahagia lagi. Karena secara resmi aku punya anak yang tidak perlu dirahasiakan. Berbeda dengan anak yang terlahir dari rahim Mama Lanny. Karena aku harus merahasiakannya. Harus mengatakan bahwa bayi itu adikku. Padahal sebenarnya anak biologisku.

Lalu aku jadi ingat Manti, yang berkali - kali kuniatkan hendak ke rumahnya, tapi ada saja halangannya. Sehingga baru kali inilah aku bisa menyempatkan diri datang ke rumah yang merupakan mahar perkawinanku dengan Manti.

Sengaja aku memakai sedan lamaku, sedan pemberian Mbak Mona itu. Karena kalau aku memakai sedan baruku, takut banyak pertanyaan dari Manti yang sudah menjadi istriku.

Setibanya di rumah Manti, aku disambut dengan sorakan gembira istriku yang sudah cukup lama tidak kutemui.

“Akhirnya Papa datang juga ... ooooh ... kangennya aku padamu Pap, “ ucap Manti setelah puas menciumi pipi dan bibirku.

Tak lama kemudian Manti menyerahkan sebuah amplop padaku.

“Apa ini ?” tanyaku heran.

“Baca aja sendiri, “ sahut Manti sambil tersenyum.

Lalu kubuka amplop ini dan kukeluarkan isinya. Hanya selembar kertas ... tapi tulisannya sangat mengejutkan. Surat itu ditandatangani oleh seorang dokter spesialis kandungan. Yang menyatakan bahwa Manti sudah hamil 10 minggu ... !

“O my God !” seruku, “Jadi Mama sudah hamil ?!”

Manti mengangguk sambil tersenyum. “Yang ngebet ingin punya anak Mbak Ayu. Tapi malah aku yang hamil duluan. “

Aku mengusap - usap perut Manti sambil berkata, “Belum kelihatan hamil ya. “

“Belum dong. Kan baru dua bulan lebih hamilnya juga. Nanti kalau sudah empat atau lima bulan ke atas, baru kelihatan buncitnya, “ sahut Manti sambil tersenyum.

“Pantesan aku ingat terus sama Mama. Tapi setiap kali mau ke sini, ada aja halangannya. Urusan keluargalah, urusan bisnislah ... pokoknya sudah lima kali mau ke sini, baru sekarang terlaksana. Padahal mungkin anakku sudah memanggil - manggil terus, ingin diusap - usap seperti ini, “ ucapku tanpa menghentikan usapanku di perut Manti.

Aku bahagia bercampur terharu mendapatkan kenyataan ini. Sehingga diam - diam mataku berkaca - kaca.

“Papa jangan nangis dong, “ kata Manti sambil mengusap - usap punggungku.

“Ini tangis bahagia Sayang. Bukan tangis sedih, “ sahutku.

Manti mencium pipiku, “Papa bahagia karena mau punya anak kan ?” tanyanya.

Aku mengangguk sambil berusaha untuk tersenyum, meski perasaanku masih diselimuti rasa haru.

Lalu aku mengalihkan perhatianku. “Kalau lagi hamil muda suka ngidam kan ? Apa yang Mama idamkan ?” tanyaku.

“Memangnya kalau aku minta sesuatu, pasti dikabulkan ?” Manti balik bertanya.

“Apa pun yang Mama minta akan kukabulkan. “

“Beneran nih ?”

“Bener. Asal jangan minta pesawat jet pribadi atau kapal pesiar aja. “

Manti berpikir sejenak. Lalu berkata, “Yang kuidamkan, Papa harus mau menggauli Tiara. “

“Haaa ?! Tiara sekretaris Mama itu ? Kok ngidamnya aneh. “

“Tiara sudah tiga tahun bekerja padaku. Dia itu cerdas, jujur dan ulet. Aku kuatir dia keburu punya cowok, karena dia memang cantik. Yang aku takutkan, dia resign lalu jadi ibu rumah tangga sejati, atau bisa juga dia membelot ke perusahaan lain. Sedangkan aku sangat membutuhkannya. Makanya aku ingin Papa runtuhkan hati dia sampai bisa menjadi milik Papa. Supaya dia tetap setia pada kita. “

“Hihihiiii ... Mama kok ngidamnya aneh gitu sih. “

“Kan kata orang, wanita yang sedang ngidam itu suka yang aneh - aneh keinginannya. Ayo tepatin janjinya. Please. “

“Tadi kata Mama runtuhkan hatinya sampai menjadi milikku. Meruntuhkan hati cewek itu tidak mudah Sayang. “

“Alaaaaa ... sama lelaki setampan Papa sih cewek mana pun pasti bisa diruntuhkan hatinya. Nanti aku bantu deh supaya dia mengikuti keinginanku. Sekarang aku call dia biar datang ke sini ya. “

“O my God ... istri tercintaku ini kok ngidamnya aneh gini. Ya udah terserah Mama aja deh. “

“Nah gitu dong. Berarti Papa memang lelaki yang tepat janji, “ kata Manti sambil memegang handphonenya. Lalu menelepon sekretarisnya yang bernama Tiara itu.

“Hallo ... kamu masih di kantor ? .... ya udah. Sekarang kamu ke rumahku ya. ... cepet yaaa ... he’eh. “

Setelah hubungan seluler dengan sekretarisnya itu ditutup, Manti berkata, “Nanti aku akan membujuknya dulu di chatting room. Papa tunggu aja di dalam kamar kita. Kalau aku berhasil membujuknya, aku akan menyerahkan dia ke tangan Papa. “

“Tapi jangan di kamar kita. Kamar yang di sebelahnya aja. Soalnya kata orang - orang tua, jangan suka memberikan kamarmu kepada tamu. Itu pantangan besar katanya. “

“Ya udah. Kalau gitu Papa tunggu kamar yang di sebelah kamar kita aja. Jangan dulu muncul, karena mungkin aku harus rada lama harus membujuknya. “

“Iya Mama Sayaaang, “ ucapku yang disusul dengan kecupan mesra di bibirnya, “Mama ngidamnya aneh sekali. “

Manti cuma tersenyum. Aku pun langsung masuk ke kamar yang bersebelahan dengan kama utama.

Tak lama kemudian Manti membawa sebuah kue black forest di atas baki. Dan menyerahkannya padaku sambil berkata, “Silakan dicicipi kue buatanku sendiri. Kalau kurang enak mohon maaf ya. “

“Haaa ?! Black forest ini buatan Mama sendiri ?”

“Iya Papa Sayang. “

“O my God, seorang trilyuner membuat kue sendiri ?! Hebaaat ... ! Hebat sekali !”

Manti tersipu - sipu dan menyahut, “Sejak kecil aku sudah dibiasakan mengerjakan apa pun yang biasa dikerjakan oleh wanita. “

Aku lalu memotong kue black forest itu, lalu meletakkannya di piring kecil yang tersedia di atas baki. Dan dengan garpu kecil kumakan kue itu di depan Manti.

“Wow ... rasanya sangat istimewa ... !” ucapku sambil mengacungkan jempolku.

“Beneran enak atau hanya sekadar mau menghiburku doang ?” tanyanya.

“Serius. Meski dibalut cokelat, kuenya terasa dibuat oleh bahan - bahan elit. Ada aroma menteganya yang bukan margarine, cokelatnya pun pasti cokelat impor. Benar kan ?”

“Iya. Hihihiiii ... tajam juga syaraf perasa Papa. Nah tuh ... motor Tiara sudah terdengar ... aku tinggal dulu ya Pap. “

“Iya, “ aku mengangguk. Lalu melanjutkan menyantap kue istimewa buatan istriku ini.

Biarlah istriku melakukan approach pada sekretarisnya. Toh “tugas” yang harus kulaksanakan nanti adalah tugas menyenangkan. Apa susahnya ngebor memek ?! Wkwkwkwkwkwkkkk .... !

Cukup lama istriku berbicara dengan sekretarisnya di chatting room. Lebih dari sejam mereka berbicara. Entah apa saja yang mereka bicarakan. Sehingga aku agak kesal juga menunggunya.

Namun akhirnya Manti masuk sendirian ke dalam kamar tempatku menunggu. “Ternyata dia masih perawan Pap, “ kata Manti setengah berbisik, “ Makanya tadi aku membujuknya dengan segala cara. Sampai akhirnya dia setuju dengan catatan aku sudah menjanjikan beberapa hal padanya. Antara lain, dia boleh pindah ke rumah ini. Dan Papa harus rajin menggaulinya nanti. Tapi usahakan jangan sampai dia hamil. Karena kalau dia hamil, aku yang repot di kantor nanti. Ohya, nanti silakan kunci pintu kamar ini. Aku akan memantaunya dari cctv aja. “ Manti menunjuk ke beberapa kamera cctv yang terpasang di kamar ini.

Aku cuma mengangguk - angguk tanpa menjawab secara lisan.

Aku memang sering berjumpa dengan Tiara di kantor perusahaan Manti. Bahkan aku sudah tahu juga bahwa Tiara itu berusia 22 tahun. Dan bekerja sebagai sekretaris Manti sejak usianya baru 19 tahun.

Manti merasa Tiara sebagai orang yang sangat cerdas. Karena seperti yang dikatakannya tadi, Tiara itu cerdas, jujur dan ulet. Itulah sebabnya Manti sangat takut kehilangan Tiara. Lebih takut lagi kalau Tiara membelot ke perusahaan lain, lalu membocorkan rahasia perusahaan Manti. Karena setiap perusahaan tentu punya trik khusus untuk mengembangkan ekspansinya. Dan rahasia serta trik - trik itu sudah dikuasai oleh Tiara. Sehingga Manti tidak usah repot - repot menjelaskan segalanya lagi kepada sekretarisnya itu.

Mengenai bentuk Tiara, memang cantik seperti yang dikatakan oleh istriku tadi. Bodynya sedang - sedang saja. Tingginya sekitar 165 sentimeter, mungkin. Yang lain - lainnya tiada yang menonjol. Kulitnya pun sawomatang. Tidak putih seperti Manti.

Tak lama kemudian Tiara masuk ke dalam kamar ini, diantar oleh istriku yang hanya sampai ambang pintu sambil berkata, “Titip Tiara ya Pap. Jangan disakiti. “

“Iya Mam, “ sahutku. Sementara istriku menutupkan kembali pintu, tidak masuk ke dalam.

Tinggallah aku dan Tiara berdua di dalam kamar ini. Tiara yang masih mengenakan seragam kantornya, span rok dan blazer serba abu - abu dan blouse putih.

Melihat Tiara bersikap canggung dan malu - malu, aku pun bangkit dan memegang pergelangan tangannya. “Istriku sangat menyayangi Tiara. Makanya dia ingin agar Tiara menjadi bagian dari keluarganya, “ kataku setelah Tiara duduk di atas sofa, berdampingan denganku.

“Iya Boss. Beliau takut saya salah jalan juga dalam pergaulan, “ sahutnya sambil tersipu - sipu, mungkin karena merasa sedang diamati olehku.

“Wanita yang sedang ngidam, keinginannya suka yang aneh - aneh, “ kataku.

“Iya, “ Tiara mengangguk.

“Terus ... Tiara udah siap untuk melaksanakan permikntaan istriku ?” tanyaku to the point.

“Siap Boss. Tapi selanjutnya bagaimana ? Apakah Boss akan melanjutkan hubungan dengan saya yang jelek ini atau gimana ?” tanyanya.

“Jangan bilang dirimu jelek Ra. Kamu ini cantik, “ ucapku yang kuikuti dengan kecupan hangat di pipi gadis yang usianya 3 tahun lebih tua dariku itu.

“Tapi saya item Boss. “

“Kulitmu agak gelap. Bukan item kayak orang Afrika. Justru wanita bule ingin memiliki kulit seperti kulitmu, sehingga mereka sering berjemur di pantai di musim panas, agar kulitnya jadi gelap. Karena kulit berwarna gelap itu dianggap lebih seksi daripada kulit putih. “

“Maaf Boss ... apakah Boss yang segini muda dan tampannya punya perasaan suka kepada saya ?” tanyanya sambil mengusap - usap punggung tanganku yang sedang memegang tangan kanannya.

“Kalau gak suka, pasti kutolak keinginan istriku itu, “ sahutku sambil mendekatkan bibirku ke bibirnya.

Tiara menatapku dengan sorot pasrah. Sehingga aku pun langsung beraksi. Dengan memagut bibirnya ke dalam ciuman lengketku.

Tiara malah melingkarkan lengannya di leherku. Sambil melumat bibirku dengan hangatnya.

“Saya masih merasa seperti bermimpi, “ ucapnya perlahan setelah ciuman kami terurai.

Sebenarnya aku juga merasa seperti bermimpi. Karena tak pernah kuduga sebelumnya harus “mengeksekusi” sekretaris istriku ini.

“Aku juga gak nyangka kalau hari ini tiba - tiba saja istriku meminta agar memilikimu Ra. Tapi semuanya ini membuatku bersemangat, karena sejak lama aku punya perasaan suka padamu. Hanya saja aku tak berani macam - macam, takut istriku ngambek. Ternyata malah sebaliknya. “

“Sejak saya melihat Boss di kantor, saya juga punya perasaan suka. Tapi saya tau diri. Karena Boss suami majikan saya. Lagian kelihatannya Boss lebih muda dari saya. “

“Cuma beda tiga tahun. Tiara duapuluhdua tahun kan ?”

“Iya. Boss di bawah duapuluh tahun ya ?”

“Betul. Setahun lagi duapuluh. Tapi pemikiranku sudah dewasa kok. “

“Iya sih. Makanya bisa jadi pengusaha besar juga, tentu karena sudah dewasa pemikirannya. Menikah dengan wanita yang sama - sama pengusaha pula. “

“Ya, begitulah kira - kira. By the way, Tiara beneran masih perawan ?”

“Masih Boss. Silakan aja buktikan nanti, “ sahutnya yang mulai berani menatapku, tanpa malu - malu lagi.

“Memang aku mau membuktikannya. Lalu ... istriku akan menjamin masa depanmu nanti. Aku sendiri pun akan mentransfer dana secara rutin tiap bulan ke rekening tabunganmu nanti. “

“Iya Boss. Asal jangan bikin saya hamil aja. “

“Jangan takut soal itu sih. Aku bawa pil kontrasepsi di mobilku. Santai aja. Tunggu sebentar ya, “ ucapku sambil berdiri. Lalu aku melangkah ke luar. Menuju mobilku. Untuk mengambil pil kontrasepsi 1 strip dari laci dashboard. Dan kembali lagi ke dalam kamar yang berdampingan dengan kamar utama itu.

Setelah masuk lagi ke dalam kamar itu, kututup dan kukunci pintunya, seperti yang disarankan oleh istriku tadi.

Aku duduk di samping Tiara lagi. “Nah ini pil anti hamilnya. Baca aja aturan pakainya yang tercantuim di belakang strip ini, “ kataku sambil memberikan pil - pil itu kepada Tiara.

Tiara membaca aturan pakai yang tercantum di belakang strip pil kontrasepsi itu. Lalu mengangguk - angguk sambil tersenyum.

Aku pun mulai beraksi.Melingkarkan lengan kiriku di lehernya, lalu mencium bibirnya lagi, sementara tanganku mulai memegang lututnya. Lalu menyelinap ke balik spanrok abu - abunya. Mengusap - usap pahanya yang mulai menghangat ... merayapkan tanganku sampai ke pangkal pahanya yang lebih hangat lagi.

Ketika tangan kananku sudah menyelundup ke balik celana dalamnya, Tiara memejamkan matanya sambil melumat bibirku dengan lahapnya. Sementara aku sudah menjamah bulu kemaluan yang lumayan lebat, tapi tidak sulit untuk menemukan kelentitnya. Di titik paling sensitif itulah ujung jariku mulai bermain. Menggesek - gesek kelentitnya yang sudah kutemukan tapi belum kelihatan oleh mataku.

Tiara pun mulai mendesah - desah perlahan, “Aaaaah .... aaaaa ... aaaaa ... aaaaahhhh ... aaaaaaa ... aaaaa ... aaaaaaahhh ... Bossss .... aaaaaa ... aaaaaa ...aaaaaaaahhh ... aaaaaaa .... aaaaaaaa ... aaaaaaaahhhh ... Bosssss ... uuuuuuuuuu ... uuuuuuhhhhhh ... Bossssss ... “

“Pindah ke atas bed yuk, “ bisikku sambil menghentikan aksiku.

Tiara mengangguk. Lalu berdiri dan mengikuti langkahku menuju bed yang ukurannya lumayan lebar.

“Lepasin dulu semua pakaianmu Ra, “ kataku ketika Tiara masih berdiri di samping bed.

“Harus telanjang Boss ?”

“Ya iyalah. Jangan minta aku yang menelanjangimu ya. Nanti kesannya aku memperkosa Tiara. Bukan atas dasar suka sama suka. “

Tiara mengangguk sambil tersenyum. Lalu melepaskan blazer abu - abunya, blouse putihnya, spanrok abu - abunya, juga beha putihnya, Lalu menggantungkan semuanya itu di kapstok. Tinggal celana dalam yang masih melekat di badannya.

Aku pun melakukan hal yang sama. Melepaskan pakaianku sehelai demi sehelai. Cuma celana dalam yang kubiarkan masih melekat di badanku.

Setelah menggantungkan semua pakaianku di kapstok, terkecuali celana dalam yang masih menutupi kontolku, aku melangkah ke bed lagi, di mana Tiara sudah duduk sambil menutupi sepasang toketnya dengan kedua telapak tangannya.

“Maaf Boss ... saya mau pipis dulu. ACnya dingin banget, “ kata Tiara sambil turun lagi dari bed.

“Iya. Ceboknya yang bersih ya. Soalnya nanti memekmu akan kujilatin. “

“Haaa ?!” Tiara seperti kaget. Tapi lalu ia melangkah ke pintu kamar mandi. Dan masuk ke dalamnya.

Barusan Tiara bilang ACnya dingin banget. Aku pun merasakan hal yang sama. Maka kuambil remote control AC. Ternyata memang rendah sekali suhunya. 16 derajat celcius. Maka kunaikkan sampai 24 derajat celcius. Jadi tidak terlalu dingin lagi.

Sambil menunggu Tiara di kamar mandi, aku berpikir mengenai Manti. Ini untuk kedua kalinya Manti memintaku untuk menggauli wanita lain. Dahulu aku diminta untuk menggauli kakaknya, Mbak Ayu. Sekarang aku diminta untuk menggauli sekretarisnya. Apakah istriku seorang cuckold ? Bukankah yang berjiwa cuckold tak cuma pria, karena wanita pun ada yang cuckold ? Entahlah. Mungkin nanti akan kukupas mengenai masalah cuckold, cuckolding, fetish, masochisme dan sebagainya, sebagai hasil penelitian psikoanalis. Yang jelas, seorang cuckold akan bangkit nafsunya jika melihat pasangannya bersetubuh dengan orang lain.

Tak lama kemudian, Tiara sudah muncul dari pintu kamar mandi, dengan celana dalam yang masih melekat di badannya. Lalu naik ke atas bed, di mana aku sudah duduk dan menunggunya.

“Sekarang gak terlalu dingin lagi kan ?” tanyaku sambil meraih pinggang Tiara ke dalam dekapanku.

“Iya, “ Tiara mengangguk, “Dinaikkan suhu ACnya sama Boss ?”

Aku mengangguk sambil bergerak. Menelentangkan Tiara, lalu menghempaskan dadaku ke sepasang toketnya yang lumayan gede, tapi masih indah sekali bentuknya.

Ketika aku meremas toket kirinya perlahan, wow ... masih kencang sekali toket Tiara ini. “Toketnya seperti belum pernah dijamah cowok, “ kataku.

“Memang belum pernah Boss. Dahulu, waktu masih punya pacar, setiap kali tangannya mau menjamah toket, selalu saya meronta dan menepiskan tangannya. “

“Sekarang punya pacar gak ?”

“Kalau punya sih masa saya mau masuk ke kamar ini. “

“Berarti baru satu kali aja pernah pacaran ?”

“Iya Boss. Pacaran sama cowok yang gak jelas masa depannya, buang - buang waktu dan energi saja Boss. “

“Bagus. Harusnya semua cewek berpendirian seperti kamu Ra. “

Tiara tak bisa menjawab, karena bibirku sudah menyumpal mulutnya, dengan lumatan yang membuat Tiara terpejam - pejam.

Setelah puas melumat bibirnya, aku melorot turun, untuk mencelucupi pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas toket kanannya dengan lembut.

Tubuh Tiara mulai menghangat. Namun aku melorot lagi, untuk menjilati pusar perutnya. Membuat Tiara menggelinjang geli.

Namun aku masih menurunkan wajahku, sampai berada di atas celana dalam putihnya.

Celana dalam putih itu pun kuturunkan perlahan - lahan, sehingga bentuk kemaluannya yang berjembut lebat itu makin lama makin tampak jelas di mataku.

Tiara diam saja ketika aku melepaskan celana dalamnya, lalu mengusap - usap memeknya yang berjembut lebat itu. Untungnya labia mayora dan selubung kelentit Tiara tidak ditumbuhi bulu sama sekali. Sehingga aku dengan mudah bisa menciuminya, mengangakannya selebar mungkin untuk meneliti bagian dalam memeknya.

Setelah yakin Tiara masih perawan, aku pun mulai menjilati memeknya dengan nafsu yang semakin bergejolak.

Tiara mulai menggeliat - geliat. Kedua tangannya meremas - remas kain seprai. Nafasnya pun terengah - engah, kadang tertahan, kadang terlepas.

Terlebih setelah ujung jempol kiriku menggesek - gesek kelentitnya ... Tiara pun mulai mendesah dan merintih. “Aaaaaaaaaahhhhh .... Bosssss ... aaaaaaaaaah ... aaaaaaah ... aaaaaaaaaah ... Bossssss ... ooooooo ....oooooooooohhhhhh .... Bosssss ... oooooo ... ooooooooooooohhhhhh ... Bossssss .... ooooooohhhhhh .... “

Aku pun mengalirkan air liurku ke dalam memek Tiara, untuk memudahkan penetrasi nanti.

Setelah yakin air liurku sudah banyak yang mengalir ke bagian dalam memek Tiara, kurenggangkan jarak di antara sepasang paha Tiara, lalu kuletakkan kepala kontolku di ambang mulut memeknya.

Dan setelah merasa arahnya tepat, kudorong kontolku sekuat mungkin.

Hmmmm ... melesak masuk sedikit demi sedikit. Siapa bilang mengambil keperawanan sulit sekali ? Asalkan tau persis “jalan”nya, bisa cepat belah durennya.

Setelah kontolku masuk separohnya, kurapatkan dadaku dengan dada Tiara. Lalu mulai mengayun kontol ngacengku pelan - pelan dulu.

Setelah liang memek Tiara mulai beradaptasi dengan ukuran kontolku, aku pun mulai benar - benar mengentotnya.

Tiara pun mulai mendesah - desah dan merintih - rintih histeris lagi. “Aaaaaaaaaahhhh ... aaaaaaaaaaaahhhhhh .... Bosssss ... uuuuuuuuuu .... uuuuuuuuuuhhhhhhh ... Bosss ... aaaaaaaaaaahhhh ... Bosssssss ... aaaaaaaaaaahhhhhh .... Bossssss ... ooooooooo ... ooooooooooooohhhhhhh ... Bosssssssssssss .... oooooooooo .... ooooooohhhhhhhh ... saya se ... seperti melayang - layang gini Bosssssss .... ooooooooh .... ooooooooooo .... Bosssssss ... “

Pada saat itu pula aku mengangkat badanku dengan menahannya lewat kedua telapak tanganku. Untuk menyaksikan pergerakan kontolku yang sedang maju mundur di dalam liang memek super sempit ini.

Ternyata kontolku sudah merah oleh lapisan tipis darah.

Darah perawan Tiara ... !
Makasih apdetnya bro @Otta ....
 
duh lupa menghitung berapa memek perawan yg di lobangi same si Bos.. mantap Bos. tengkiyu updatenya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd