Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Season II nya nanti di thread ini juga atau pindah suhu? Btw terima kasih akhirnya selesai season I. Semoga terus lanjut menulisnya
 
Episode 2



Part 01



Setahun kemudian ...

Sang Waktu berputar sedemikian cepatnya, sehingga tanpa terasa usiaku sudah 20 tahun. Dan banyak yang telah terjadi di dalam kehidupanku. Bahwa aku sudah menikahi Dhea, Gabby dan Anggraeni. Sehingga aku sudah maksimal punya istri yang sah 4 orang. Tidak bisa lebih lagi. Yang membuatku bahagia adalah bahwa mereka berempat kelihatan kompak, tidak pernah terjadi perselisihan.

Sementara itu Manti, istri pertamaku, sudah melahirkan seorang bayi cowok yang tampan dan lucu. Anak dari Manti itu sudah kuberi nama Jun Harjuna. Jun diambil dari bulan kelahirannya di bulan Juni. Harjuna mengambil dari tokoh pewayangan yang konon paling tampan (Arjuna), tapi kutambah hurup H di depannya, supaya tidak terlalu sama dengan tokoh dalam dunia pewayangan itu.

Bagaimana dengan Mamih dan Danke ? Lalu apakah aku mulai jadi alim dan tidak bertualang lagi ?

Mamih sudah punya izin menetap permanen di Italia dan tidak punya rencana untuk pulang ke tanah air. Mamih bahkan pernah menghubungiku lewat ponsel, bahwa Mamih kerasan tinggal di Italia. Mengenai klien yang sudah ada di dalam waiting list, Mamih kirimkan padaku semua. Mamih bilang terserah Yosef, apakah mereka mau didaftar ulang olehku atau tidak. Yang jelas Mamih sudah menyatakan retired dari kegiatannya sebagai pengelola gigolo. Bahkan salonnya pun sudah ditutup dan akan dijual.

Semua nama wanita yang ingin membookingku beserta nomor handphonenya dikirimkan padaku. Dan nomor handphoneku sudah diberikan kepada mereka.

Mungkin Mamih ingin “menghapus jejak” sebagai mucikari gigolo. Dan namanya di Italia jadi bersih dari segala kegiatan negatif.

Lalu bagaimana dengan Danke alias Dadang ?

Aku berhasil menjodohkan Danke dengan mantan istri Bernard yang orang Jerman itu. Aku tahu bahwa Alida, mantan istri Bernard itu ingin menjadi WNI, karena sudah merasa kerasan tinggal di negara yang alamnya indah, penduduknya ramah dan makanannya enak - enak ini. Alida minta otlong padaku agar dia bisa secepatnya menjadi WNI.

Aku menyarankan agar dia menjadi mualaf, kemudian menikah dengan lelaki Indonesia. Itu pun tetap tidak bisa cepat. Dibutuhkan waktu lebih dari 5 tahun untuk menjadi WNI setelah menikah dengan lelaki Indonesia.

Lalu kuundang Danke, kuundang juga Alida untuk sekadar minum kopi di sebuah café.

Maksud utamaku, ingin menjodohkan Danke dengan wanita bule itu. Missiku berhasil. Danke menyatakan ketertarikannya kepada Alida, terlebih setelah kubisiki bahwa wanita muda asal Jerman itu tajir melintir.

Alida yang sudah menjadi mualaf, menyatakan setuju untuk menikah dengan Danke. Lalu dengan upacara sederhana Danke menikah dengan Alida di sebuah hotel. Kemudian Alida dibawa ke rumah Danke dan menetap di sana pada hari - hari berikutnya.

Dadaku semakin lapang, karena telah berhasil membantu Danke menata masa depannya secara lebih meyakinkan. Karena Alida membawa modal yang tidak sedikit dari negaranya. Dengan demikian, aku merasa telah membalas hutang budiku kepada Danke. Ya, kalau aku tidak dibawa oleh Danke ke kota ini, mungkin aku masih menjadi kuli pasar di kampungku.

Selanjutnya Danke tinggal menjalankan perusahaan Alida yang sudah dirintis lebih dari setahun di Indonesia.

Mengenai hotel baruku yang sudah dibuka dan dipimpin oleh Antoinette sebagai general manager. Gadis berkebangsaan Perancis itu sudah pernah memimpin sebuah hotel bintang lima di kota lain dan sudah lancar berbahasa Indonesia. Sedangkan kedudukan dirut masih kubiarkan kosong. Aku sendiri menduduki jabatan komisaris utama.

Tentang masalah hotel baruku yang berbintang empat itu, akan kuceritakan belakangan.

Lalu bagaimana dengan pribadiku sendiri ? Apakah setelah punya istri 4 orang itu aku tidak akan bertualang lagi ?

Inilah masalahnya. Karena adventurous spirit (jiwa petualang) masih berkobar di dalam diriku. Salah satu contoh adalah ketika aku punya proyek pembangunan pabrik garmentku yang baru, yang letaknya di pinggiran sebuah kota, yang letaknya sekitar 60 kilometer dari kotaku. Kebetulan proyek itu letaknya tidak jauh dari rumah orang tua Manti yang kini tinggal ibunya yang masih ada, karena ayahnya meninggal 9 bulan yang lalu.

Aku memang ingin pembangunannya memuaskan, karena pabrik yang kedua ini jauh lebih besar daripada pabrik pertama. Target marketingnya pun berbeda. Kalau pabrik lama target pemasarannya untuk ekspor ke timur tengah, maka pabrik kedua ini target pemasarannya di dalam negeri saja, paling jauh mungkin ekspor ke Malaysia, Brunei dan sekitarnya.

Karena itu aku mengawasi pembangunannya seteliti mungkin. Karena aku merasakan pabrik pertama banyak kesalahan dalam membangunnya, sehingga aku merasakan ada beberapa bagian yang kurang efektif. Dan aku tak mau kesalahan itu terulang pada pembangunan pabrik baruku. Itulah sebabnya aku dibelain menginap di rumah mertuaku, seperti yang dianjurkan oleh Manti, istri pertamaku.

Umi Saida, ibunya Manti, tentu saja menyambutku dengan kedua tangan terbuka. Bahkan wanita keturunan Arab yang selalu berhijab dan berbaju jubah itu menyediakan kamar yang berdampingan dengan kamarnya. Di situlah aku ditempatkan selama aku masih harus mengawasi pembangunan pabrik garment baru itu.

Umi Saida sangat memanjakanku setelah aku bertempat tinggal untuk sementara di rumah menterengnya. Terutama dalam hal makanan, segala masakan yang terbuat dari daging kambing dan sapi dihidangkannya dengan bumbu ala timur tengah.

Meski punya beberapa orang pembantu, namun kalau masak makanan yang akan dihidangkan untukku, Umi Saida selalu memasaknya sendiri.

Namun yang membuatku bertanya - tanya, terjadi pada suatu malam, sehabis makan malam, aku dan Umi Saida duduk di ruang keluarga yang bernuansa timur tengah asesori dan perabotannya (meski almarhum suaminya orang Jawa). Pada saat itulah Umi berkata, “Lama berjauhan sama Manti, tentu Yosef sering dilanda rindu ya. “

“Iya sih, “sahutku, “Tapi baik aku mau pun Manti kan sama - sama sibuk, Umi. “

“Di antara kamar umi dan kamar Yosef kan ada pintu. Nah pintu itu tidak dikunci Yos. Jadi kalau Yosef rindu pada Manti, masuk aja ke kamar umi. Siapa tau umi bisa meredakan kerinduan Yosef pada Manti. “

Aku terheran - heran mendengar ucapan wanita 50 tahunan yang masih kelihatan cantik itu. Tapi aku hanya bisa menatapnya dengan seksama.

“Yosef ngerti nggak maksud umi ?” tanya Umi Saida.

“Umi bersedia mewakili Manti untuk mengobati kerinduanku pada Manti ?” aku balik bertanya.

Umi mengangguk sambil melayangkan tatapan dan senyum yang mengandung arti beda dari biasanya. “Ataukah umi yang harus masuk ke kamar Yosef ?” tanyanya sambil memegang tanganku. Hawa hangat pun terpancar dari kehangatan telapak tangan Umi.

“Umi serius ?” tanyaku.

Umi menatapku. Lalu merapatkan pipi kanannya ke pipi kiriku. Dan bertanya perlahan, “Apakah umi masih memenuhi syarat untuk mewakili Manti ?”

“Tentu aja masih memenuhi syarat, “ sahutku, “Umi masih kelihatan cantik sekali di mataku. Bahkan kalau bicara soal kecantikan, Umi lebih cantik daripada Manti. “

“Kalau gitu, umi tunggu di kamar umi ya. “

“Iya Umi. setelah isi perutku turun, aku akan masuk ke dalam kamar Umi. “

Umi tampak senang. Tampak semakin cantik di mataku. Lalu ia mengecup pipi kiriku. Dan berdiri sambil berkata, “Umi tunggu ya. “

“Iya Umi. Paling juga seperempat jam lagi isi perutku sudah turun. “

Jujur, sebenarnya aku agak shock pada semuanya ini. Sehingga aku harus menenangkan diri selama beberapa menit, untuk menghadapi apa yang akan terjadi nanti.

Aku memang kagum dan hormat kepada Umi sebagai ibu mertuaku. Karena itu aku tak mau berpikir macam - macam kepada wanita yang kesehariannya selalu berpakaian serba tertutup itu. Tapi kini aku memang mulai berpikiran macam - macam. Seperti apa bentuk Umi yang STW cantik berdarah Arab itu ?

Seperempat jam kemudian aku berdiri dan melangkah masuk ke dalam kamarku sendiri. Pintu keluar pun kukunci. Lalu melangkah ke pintu yang menuju kamar Umi itu. Memang benar pintunya tidak dikunci. Dan Umi sudah menungguku di sofa dalam kamarnya yang luas ini. Masih mengenakan pakaian yang dipakai sejak sore tadi. Berbaju jubah hitam dengan hijab berwarna hitam pula.

Aku pun duduk di samping kanan Umi Saida, yang langsung disambut dengan lingkaran lengan kanan Umi di pinggangku.

Aku masih terdiam pasif. Tapi ketika Umi menggores -goreskan bibirnya di bibirku, dengan gairah bergejolak kusambut dengan pagutan dan ciuman lengket, sementara tanganku meremas - remas baju jubah hitamnya tepat di bagian pahanya.

Sambil balas melumat bibirku, Umi menarik ujung baju jubahnya, sehingga kedua kakinya mulai terbuka sampai lututnya. Ketika aku melirik ke arah sepasang betisnya yang putih cemerlang itu, nafsuku makin menggila. Aku tetap saling lumat bibir dengan Umi Saida, tapi tanganku mulai menggerayangi betisnya yang indah dan seakan memancarkan cahaya saking putihnya itu.

Umi malah merenggangkan sepasang kakinya, seolah mempersilakanku untuk menggerayangi betisnya sampai lututnya. Aku memang semakin bergairah mengusap - usap betisnya yang licin padat dan putih cemerlang. Sampai ke lututnya. Tapi tentu saja aku tak mau berhenti sampai di lututnya. Aku menyelinapkan tanganku ke balik baju jubahnya, untuk merayapi pahanya yang juga padat licin ... bahkan sampai pangkalnya. Bahkan sampai menjamah bulu lebat ... bulu kemaluan alias jembutnya. Berarti Umi sudah mempersiapkan diri untuk menikmati kejantananku, sehingga di balik baju jubah hitam itu tiada celana dalamnya. Mungkin sebelum aku masuk ke dalam kamarnya, Umi sengaja melepaskan celana dalamnya, untuk “memudahkan” seranganku.

Benar saja. Ketika jemariku sedang menggerayangi jembut lebatnya, Umi semakin merenggangkan kedua belah paha padat, licin dan hangatnya. Sehingga ketika aku melepaskan bibirnya dari lumatanku, jemari tanganku pun mulai menyelinap ke dalam celah memeknya yang licin dan hangat.

Umi Saida spontan memelukku erat - erat, dengan nafas tak beraturan.

Lalu Umi berbisik, “Ternyata umi yang sangat membutuhkannya Yos. Lebih dari setahun umi tidak merasakannya, sejak ayahnya Manti sakit berbu;an - bulan dan akhirnya meninggal. “

“Kita saling membutuhkan Umi, “ sahutku, “Sejak awal aku sudah kepincut sama Umi. Tapi aku gak berani memulai, takut dianggap kurang ajar. Karena Umi ini mertuaku. Tapi setelah tau Uni juga mau ... aku gak mau munafik. Aku memang terpesona oleh Umi. “

“Terpesona sama wanita yang sudah tua ?” tanya Umi seperti sedang mengujiku.

“Sejak dulu aku memang suka wanita yang usianya lebih tua dariku. Kalau bicara soal umur, kan Umi juga tau kalau Manti lebih tua dariku, “ kataku. Sementara telunjuk dan jari tengahku sudah kugerak - gerakkan maju mundur di dalam celah memek Umi.

“Oooo ..... oooooh ... Yooosss ... umi udah gak kuat nahan hasrat ... ooooh ... “ Umi ter[ejam - pejam sambil memelukku erat - erat.

“Bajunya boleh dibuka Umi ?” tanyaku sambil menarik jemariku dari liang memek yang belum kelihatan oleh mataku.

“Iya ... tolong lepasin sama Yosef, “ sahut Umi sambil berdiri membelakangiku yang sudah berdiri juga. Kulihat ada kancing zipper di baju jubah bagian punggungnya. Lalu kuturunkan kancing zipper itu. Dan ... dengan mudahnya baju jubah itu jatuh ke lantai. Sehingga Umi langsung telanjang bulat. Hanya jilbab hitam yang masih melekat di kepalanya.

Dugaanku benar. Bahwa Umi tidak mengenakan beha juga, bukan hanya tidak bercelana dalam.

Luar biasa .... ! Wanita Arab STW itu tampak masih segar, seolah baru berusia 30 tahunan ... ! Sekujur tubuhnya tampak belum ada keriput sedikit pun. Kulitnya yang putih mulus itu cemerlang sekali, seolah memancarkan sinar tipis. Sepasang toket gedenya memang sudah menurun, tapi masih natural. Bokong gede Umi pun membuatku gemas, ingin meremas dan menepuk - nepuknya.

Pada umumnya wanita Arab yang sudah berumur, perutnya buncit, badannya gemuk dan sebagainya. Tapi perut dan pinggang Umi tampak kecil, pertanda Umi suka merawatnya yang entah dengan cara apa.

Umi melangkah ke arah bed, lalu ia merebahkan diri di situ. Sementara aku sedang menanggalkan setiap benda yang melekat di badanku. Hanya celana dalam yang kubiarkan masih melekat pada tempatnya.

Lalu aku merayap ke atas perut Umi.

Tanpa kusuruh, Umi pun melepaskan jilbabnya. Sehingga rambut panjangnya yang ikal dan hitam legam itu tergerai lepas.

Semakin jelaslah betapa cantik dan seksinya wanita STW berdarah Arab itu. Memang aku tidak salah ngomong tadi. Bahwa kalau dibandingkan dengan Manti pun, Umi Saida lebih cantik. Bahkan Manti tidak kelihatan ada darah Arabnya sedikit pun.

“Langsung masukin aja Yos. Punya umi sudah basah ... “ kata Umi sambil menyelinapkan tangannya ke balik celana dalamku. Dengan sigap aku pun melepaskan celana dadlamku. Sehingga kontolku yang sudah ngaceng berat ini tak tertutup apa - apa lagi.

“Ufff ... panjang sekali ... !” seru Umi sambil duduk dan memegang kontol ngacengku. Lalu Umi merebahkan diri lagi sambil menarik kontolku dan mencolek - colekkannya ke mulut memeknya yang berjembut lebat itu.

Umi tak cuma mencolek - colekkan moncong kontolku ke mulut memeknya yang masih tampak jelas meski jembutnya lebat sekali. Tapi juga mengarahkan kontolku agar tepat sasaran.

Kemudian Umi memberi isyarat agar aku mulai membenamkan kontolku.

Tanpa buang - buang waktu lagi kudorong kontolku sekuat mungkin. Ternyata sempit sekali liang memek Umi ini. Sehingga aku hanya bisa mendorongnya sedikit demi sedikit sampai masuk separohnya. Berhenti dulu dan berkata, “Umi seperti belum pernah melahirkan ... “

“Memang belum pernah melahirkan, “ sahut Umi, membuatku kaget.

“Lalu Manti dan Mbak Ayu .... ?” tanyaku mengambang.

“Mereka anak - anak tiri umi. Tapi sudah kuanggap laksana anak kandung umi. Jangan bahas masalah ini dengan Manti nanti ya. “

“Mmmm ... pantesan punya Umi masih sempit gini lubangnya, “ ucapku sambil mulai mengayun kontolku perlahan - lahan.

“Iya ... belum pernah mengeluarkan kepala dan badan bayi sih ... ooooooh ... kontolmu memang luar biasa panjangnya Yos ... terasa mentok sampai dasarnya ... oooooh ... ini luar biasa Yoooosssss ... “ cetus Umi bernada rintihan.

Entah kenapa, aku sangat bergairah mengentot memek Umi Saida yang luar biasa enaknya ini. Kalau diibaratkan masakan, memek Umi ini lengkap bumbunya. Sehingga aku sangat bernafsu untuk “melahapnya”.

Tangan dan mulutku pun mulai beraksi. Untuk menjilati leher Umi disertai dengan gigitan - gigitan kecil, sementara tangan kiriku mulai meremas - remas toket kanannya yang masih sangat enak buat diremas.

Umi pun tidak terdiam kaku seperti patung. Ia mulai menggeol - geolkan bokong gedenya, dengan gayanya sendiri, bukan geol karawang. Geolan Umi hanya membuat memeknya menengadah dan menukik. Dengan sendirinya bokong semoknya pun maju mundur terus.

Sebenarnya gerakan bokong Umi cukup efektif. Karena dengan goyangan mendongak dan menukik itu, kelentitnya bisa terus - terusan bergesekan dengan badan kontolku.

Itulah yang membuat Umi sangat menikmati persetubuhan ini.

Ketika aku mulai menjilati lehernya disertai gigitan - gigitan kecil, Umi mulai lepas kontrol. Dan merintih sejadi - jadinya, “Yoseeeefff ... oooo ... ooooohhhhh ... Yoooseeef ... uuuuuhhhhh ... Yoooooossssss ... ooooooohhhhh .... Yoooossssssss ... oooooohhhh ... Yoooooooossssssss ... ini nikmat sekali Yooooooooosssss ... nikmaaaaaaaaatttttttttttt ... Yooooooooosssss ... oooooooooh ... kontolmu terusan menyodok - nyodok dasar liang memekku Yooooooossssss ... oooohhhhh .... Yoseeeeeefffff .... Yoseeeeeffff ... ini enak sekaliiiii ... Yooooossssssss ... ooooooo ... ooooohhhhhh ... “

Merasa liang memek Umi mulai licin, aku pun mulai menggencarkan entotanku. Sambil mengemut dan menyedot - nyedot pentil toket kirinya yang terasa tegang. Bahkan pada suatu saat, ketika tangan Umi berada di dekat kepalanya, kuserudukkan mulutku ke ketiaknya yang berbulu lebat juga seperti memeknya. Wewangian khas timur tengah tersiar ke penciumanku. Membuatku makin bersemangat menjilati, mengigit - gigit dan menyedot - nyedot ketiak berbulu lebat dan mulai berkeringat tapi harum itu.

Ternyata titik peka Umi Saida berada di ketikanya juga. Begitu mulutku beraksi di ketiaknya, Umi semakin meraung - raung laksana seekor singa betina yang sedang naik birahi.

“Yooooossss .... ooooh ... Yoooooosssss ... oooooo .... oooooooh Yoseeeeefff ... ooooo .... oooooohhhh ... Yoseeeeeef ! Ooooooo .... oooooohhhhh .... Yoooooossss !! Oooooo ... ooooohhhhh Yoooooosssssseeeeffff ... !! ”

Bahkan pada suatu saat raungan Umi terhenti, karena sedang berkelojotan lalu mengejang sambil menahan nafasnya. Aku tahu Umi sedang menikmati orgasmenya. Ketika moncong kontolku menancap di dasar liang memeknya, aku merasakan kedutan - kedutan erotis itu.

Tapi Umi hanya menghentikan geolan bokong semoknya sekitar 2-3 detik, lalu ia menggoyangkan kembali bokongnya, seolah belum orgasme. Kelentitnya pun bergesekan lagi dengan badan kontolku terus - menerus.

Tiada pernyataan sepatah kata pun bahwa ia telah mencapai orgasme barusan. Maka aku pun bersikap masa bodoh saja. Kugencarkan kembali entotan kontolku di dalam liang memek yang sudah becek ini. Sambil memagut bibirnya ke dalam lumatanku. Umi pun membalas dengan lumatan yang sangat lahap. Bahkan ketika lidahku agak terjulur, Umi menyedotnya ke dalam mulutnya. Lalu menggelutkan lidahnya pada lidahku. Sementara goyangan bokong semoknya semakin menggila.

Cukup lama aku mengentot Umi dengan gerakan hardcore ini. Sehingga tubuhku mulai bersimbah keringat. Bercampur aduk dengan keringat Umi.

Aku merasa letih juga karena sudah mengentot Umi hampir sejam. Sampai Umi mulai berkelojotan lagi. Spontan aku pun mempercepat entotanku, karena aku pun merasa pejuhku sudah berada di ambang moncong kontolku. Dan ... ketika Umi mengejang tegang, aku pun spontan menancapkan kontolku sedalam mungkin, sehingga moncong kontolku mentok dan mendorong dasar liang memek Umi.

“Aaaa ... aaaaaaaaaaaaahhhhhhh .... “ rintih Umi waktu melepaskan nafasnya yang barusan tertahan sesaat. DIsusul dengan berkedut - kedutnya liang memek Umi, disambut dengan mengejut - ngejutnya kontolku yang sedang memuntahkan lendir kenikmatanku. Cretttttttt ... croooooooooooooooooooootttttttttttt ... croooooooooooooottt ... cretttcrettt ... croooooooooooooootttt ... croooooooooooooooooooooooooootttttttttt ... !

Aku pun terkulai di atas perut Umi. Dengan keringat semakin membanjir.

Lalu terdengar suara Umi lirih, “ Terima kasih ya Yosef Sayaaaang ... umi benar - benar puas dengan keperkasaanmu. “

“Tadi Umi dua kali orgasme ?” tanyaku.

“Iya. Umi selalu begitu. Orgasme pertama terasa belum puas. Orgasme kedua barulah umi merasa benar - benar puas. Tapi barusan dibarengin ya meletusnya ?”

“Iya. Biar nikmat. “

“Gak apa. Kalau umi nanti hamil pun gak apa - apa. “

“Memangnya Umi masih bisa hamil ?”

“Tentu aja bisa, “ sahut Umi, “Memangnya Yosef pikir umur umi sekarang berapa ?”

“Kalau dilihat dari penampilan sih seperti tigapuluh tahunan gitu. “

“Tepatnya umur umi hanya lebih tua dua tahun daripada Manti. Dan lebih muda daripada Ayu. “

“Berarti umur Umi sekarang baru tigapuluhenam tahun ?”

“Iya. “

“Kata Manti, usia Umi sudah limapuluh tahun. “

“Hihihiiii ... kalau soal umur, umi gak pernah bicara yang benar dengan Manti. Biarin aja dia nebak - nebak sendiri. Kalau umur umi sudah limapuluhan sih pasti ada keriput - keriputnya. Silakan aja Yosef periksa secara teliti, apakah di badan dan wajah umi ada keriputnya ?”

“Gak ada, “ sahutku sambil mencabut kontolku dari liang memek Umi, “Tadi pun aku sudah curiga, kenapa umur limapuluh seperti baru tigapuluh tahunan ? Ternyata ... hehehe ... pantesan memek Umi masih enak sekali.”

“Sayangnya memek umi berjembut lebat ya. Gak seperti memek anak - anak muda zaman sekarang. Yosef mau kan cukurin jembut dan bulu ketek umi ?”

“Boleh. Sekarang ?”

“Sebentar lagi, sekalian mandi. Mau kan mandi bareng umi ?”

“Mau banget Umi Sayaaaang ... “ sahutku disusul dengan kecupan hangatku di pipi Umi.

Umi tersenyum sambil mengusap - ussap rambutku yang masih basah oleh keringat.

“Ayo mandi, “ katanya sambil turun dari bed.

Aku pun turun dan mengikuti langkah Umi menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi,setelah sama - sama mandi sebersih mungkin, aku benar - benar mencukur gundul memek Umi. Juga membersihkan ketiaknya dari bulu ketek. Sebenarnya aku agak ragu waktu membersihkan bulu ketiaknya, karena menurutku bulu ketiak itu malah menimbulkan daya rangsang yang menggiurkan. Tapi karena Umi maunya dibersihkan semua, aku pun melaksanakan keinginannya.

Setelah jembutnya kucukur bersih, aku seperti menemukan memek baru lagi. Sehingga setelah selesai membersihkan jembutnya, aku yang masih berjongkok di depan Umi, langsung menjilati memek plontos itu dengan sepenuh gairahku.

“Yooooossss ... ooooh Yooooosssss ... kalau dijilatin gini ... nanti kalau umi mau lagi gimana ? Yoooossss ... oooohhhhh ... Yooooosssssss .... awas ya ... nanti umi balas ngemut kontolmu yaaaa ... ooooh Yoooossss ... Umi bener - bener jadi horny lagi Yosssss ... ooooh ... udah Yoooosssss ... masukin lagi aja kontolmu ... tuuuuh ... kontolmu juga udah ngaceng lagi kan ? Masukin lagi aja Yooossss ... “

Mendengar permintaan Umi, aku pun berdiri sambil mengarahkan kontolku yang sudah ngaceng lagi ini ke mulut memek plontos itu.

Umi bersandar di dinding kamar mandi yang dilapisi batu pualam itu, Lalu membiarkan aku menjebloskan kontolku lagi ke dalam liang memeknya yang aduhai ... kecil nian lubangnya ini ... !

Umi pun mendekapku ketika kontolku mulai “memompa” liang kewanitaannya.

Stttt ... blessss ... sttt ... blessss ... stttt ... blesssss ... sttttt ... blesssssss ... stttttt ... blesssss ... ... ... !

Rintihan histerisnya pun terdengar lagi di dalam kamar mandi pribadi Umi ini. “Oooohhh ... Yooosss ... sambil berdiri begini pun ... terasa sekali panjangnya kontolmu Yossss ... oooohhhh ... terasa sekali nyundul - nyundul dasar liang memek umi Yossss ... oooooo ... oooooh ... Yoooosssssss .... oooohhhhh ... Yoooosssss ... umi pasti bakal ketagihan nanti Yoooosssss ... kalau proyeknya sudah selesai ... harus sering ke sini yaaaaaaaaa ... kalau disetubuhi sama kontol sepanjang ini sih ... tiap malam juga umi maaaauuuuuu ... Yoooossss ... oooooh ... Yoooossss ... oooohhhhhh ... Yooooossssss ... umi jadi makin sayang sama kamu Yooossss ... umi sayang Yoseeeeef ... sayang sekali Yooosss ... nanti kalau sudah pulang ke kotamu, harus sering ke sini ya Yossss ... “

“Iya ... uuuughhhh .... Umi Sayaaang, “ sahutku di antara dengus - dengus nafasku, “Kalau pabriknya sudah jadi ,,, uuughhh ... aku bakal sering nginap di sini nanti ... aku juga bakal ketagihan ...uuughhh ... karena memek Umi ... uuughhh ... memek Umi luar biasa enaknyaaaa ... uuughhh ... “

Lalu kupagut dan kulumat bibir Umi dengan lahap. Umi pun membalas dengan menyedot lidahku ke dalam mulutnya. Dan ketika lidahnya terjulur, giliran aku yang menyedotnya ke dalam mulutku, untuk dielus - elus oleh ujung lidahku.

Sementara kontolku makin garang menggasak liang memek Umi. Tanganku pun mulai asyik meraba - raba pantatnya yang sangat padat kencang itu. Padahal tadinya ingin meremas pantat gede itu, tapi ternyata susah karena licin dan kelewat padat.

Meski pun bersetubuh sambil berdiri begini, tak urung Umi mencapai orgasmenya lagi. Lalu ia mengajak pindah ke meja yang dilapisi batu pualam. Meja untuk washtafel di sebelah kirinya, sementara di sebelah kanannya kosong. Mungkin biasanya yang kosong itu untuk menyimpan alat - alat mandi atau pakaian yang mau dicuci. Tapi kini Umi naik ke atas meja batu pualam itu. Lalu mendekam seperti kucing mau menangkap tikus, dengan bokong semok ditunggingkan.

Aku langsung mengerti apa yang harus kulakukan. Bahwa aku harus menyetubuhinya sambil berdiri di lantai, sementara memek Umi yang ditunggingkan itu sejajar dengan tingginya selangkanganku.

Tanpa kesulitan aku berhasil membenamkan kembali kontolku ke dalam liang memek yang baru selesai orgasme itu. Lalu kutepuk sepasang pantat gede itu dengan agak kuat, Plaaaaaakkkk ... ploooookkkkkkkk ... !

“Iyaaa, “ sambut Umi, “Sambil kemplangin bokong umi Yosss ... ! “

Aku tersenyum sendiri. Lalu mulai mengentot Umi yang sedang menungging di atas meja batu pualam itu. Sambil mengemplangi bokong super semoknya itu.

Plaaaaaakkkk ... plooooooookkkkk .... plaaaaaaaaaaaakkkkk .... plooooooooookkkkk ... plaaaaaaaaaakkkkk ... ploooooooooookkkkkk ... plaaaaaaakkkkk ... plooookkkkkkk ..... !

Sementara kontolku makin ganas mengentot liang memek Umi yang memang luar biasa enaknya ini.

Bokongnya dikemplangin terus begini, Umi malah merintih histeris, “Iyaaaa .. kemplangin terus Yossss ... lebih kuat lagi juga gak apa - apa ... iyaaaaa ... Yoooooossss ... ooooh ... enak Yooossss ... enaaaaaaaak ... aaaauuuuuuuuuuuuuuuuh ... Yoooossss ... enak sekali Yosssss ... kontolmu iniiiii ... terus - terusan nonjok dasar liang memek umiiii .... enaaaaaaak ... enaaaaaaak ... oooooohhhh ... enak Yosssss ... enak sekaliiiiii ... oooooh ... Yoooosssssssss ... oooohhhhhh ... “

Cukup lama kami bersetubuh dalam posisi seperti ini. Umi menungging di atas meja marmer, sementara aku mengentotnya sambil berdiri di atas lantai kamar mandi.

Dengan sendirinya keringat kami bercucuran kembali.

Sampai pada suatu saat, ketika Umi bergual - geol klepek - klepek, aku pun siap untuk mencapai puncak kenikmatan keduaku berbarengan puncak kenikmatan keempat bagi Umi.

Benar saja. Ketika Umi menungging sambil mengejang, kubenamkan kontolku sedalam mungkin. Lalu ... ketika liang memek Umi mengedut - ngedut, kusambut dengan mengejut - ngejutnya kontolku yang tengah memuntah lendir surgawiku.

Crettttt ... croooooooooooooootttttt ... crooooooooooooootttttttt ... crettttt ... crooooootttttt ... croooooooooooooooooottttt ... !

Kubiarkan kontolku tetap berada di dalam jepitan liang memekj Umi. Sampai akhirnya Umi yang mencabut kontolku dari liang memeknya.

“Terima kasih Yosef Sayang. Ini sesuatu yang paling indah di dalam hidup umi, “ kata Umi sambil turun dari meja marmer itu.

Kami terpaksa mandi lagi, karena bersimbah keringat lagi.

Setelah berpakaian kembali, aku mencium bibir Umi semesra mungkin. Lalu kembali ke kamarku yang berdampingan dengan kamar Umi.

Jujur, aku tidak pernah menduga kalau akan mengalami semuanya itu. Karena tadinya kupikir Umi yang tampak taat beribadah, takkan mau bertualang bersamaku. Namun ternyata Umi memang membutuhkannya. Membutuhkan sentuhan lawan jenisnya, karena sudah cukup lama Umi tidak merasakan nikmatnya disentuh lelaki.

Lalu aku tidur dengan nyenyaknya di dalam kamar yang disediakan untukku ini. Dengan kepuasan sedalam lautan.



Keesokan paginya, ketika aku baru bangun, Umi masuk ke dalam kamarku lerwat pintu yang menghubungkan kamarku dengan kamarnya itu.

“Baru bangun ?” tanya Umi sambil mengusap - usap rambutku.

“Iya Umi, “ sahutku, “Tadi malam pergulatannya lumayan meletihkan kan ?”

Umi menanggapinya dengan bisikan, “Iya. Memek umi sampai terasa mau jebol, ditonjok - tonjok terus sama kontol Yosef. Hihihiiii ... “

“Tapi Umi puas kan ?” tanyaku.

“Luar biasa puasnya, “sahut Umi, “Makanya umi mau ngasih hadiah sama Yosef. Hadiahnya bukan barang tapi cewek Arab yang dijamin masih perawan. “

“Haaaa ?! Gak salah denger nih kupingku ?”

“Dengar dulu ya, “ Umi duduk di pinggiran bed, “Cewek itu sebenarnya keponakanku. Dia umi rawat sejak bayi merah, karena kedua orang tuanya meninggal dalam perang hebat di negara asal umi. Jadi dia itu anak yatim piatu. Umi bawa ke Indonesia dan umi rawat sebelum menikah sama ayahnya Manti. Setelah dia besar dan bisa mandiri, umi kasih sebuah rumah untuk tempat tinggalnya. Sekarang usianya sudah delapanbelas tahun. Kalau Yosef mau, akan umi kasihkan sama Yosef. Tapi umi mohon sayangi dia, karena dia itu anak yatim piatu. Sekarang orangnya ada di depan. Umi panggil dia dulu ya. Nanti umi bawa ke sini, tapi lewat pintu keluar itu. Bukan lewat pintu rahasia kita. “

Aku cuma mengangguk dengan benak bingung. Lalu aku melangkah ke pintu arah keluar, bukan pintu menuju kamar Umi.

Kuputar kunci pintu itu, lalu kubuka.

Dan Umi menghampiriku bersama seorang cewek Arab yang ... aduhai ... cantik sekali cewek itu ... !

Umi masuk ke kamarku bersama cewek yang katanya keponakan Umi itu.

Di sofa kamarku, Umi menyuruh cewek itu berkenalan denganku. Ia pun mengulurkan tangannya, lalu berjabatan tangan denganku sambil menyebut nama masing - masing.

“Yosef ... “

“Aisha ... “
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd