Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Episode 2


Part 09





P
eristiwa di puncak bukit itu memang takkan terlupakan. Karena aku seolah habis - habisan menghadapi Bu Mulyati dan sopirnya.

Tadinya Bu Mulyati ingin berlama - lama menikmati pemandangan malam di puncak bukit itu. Tapi karena hujan gerimis mulai turun, BU Mulyati mengajak buru - buru pulang ke villanya. Karena jalanan menuruni bukit itu kemungkinan bakal licin kalau hujannya turun deras.

Akhirnya kami pulang ke villa Bu Mulyati.

“Kalau tidak awan, sebenarnya sekarang ini waktunya. Untuk menikmati indahnya panorama di sekitar bukit itu pada waktu bulan sedang purnama. Tapi sayang, tadi banyak awan menyelimuti langit, sehingga bulannya tidak kelihatan, “ kata Bu Mulyati ketika limousinenya sudah meninggalkan puncak bukit.

Aku menilai Bu Mulyati iru seorang wanita yang haus. Atau mungkin sedang puber kedua. Entahlah. Yang jelas waktu menuju villanya, Bu Mulyati terus - terusan menggenggam kontolku yang sudah lemas, disertai remasan - remasan lembut. Sementara bibirku berkali - kali dipagut dan dilumatnya.

Lalu bagaimana dengan diriku sendiri ? Apakah Bu Mulyati sosok yang sangat menarik bagiku atau lebih menarik Mbak Satiyah yang punya bokong dan toket aduhai itu ?

Aku merasa Bu Mulyati punya nilai plus plus plus. Karena aku pernah menggauli ibu kandungku, tapi Ibu tidak mau mengulangi di hari - hari berikutnya. Bahkan ketika aku setengah memaksa ingin mengulangi peristiwa pertama itu, Ibu malah menangis dan dengan suara terbata - bata bilang lebih baik dibunuh saja daripada harus mengulangi dosa yang amat besar itu. Sehingga setelah Tante Lien tinggal bersama Ibu, maka tanteku itulah sasaranku. Ibu juga tahu itu. Tapi Ibu tidak melarangku. Bahkan Ibu pernah berkata lebih baik menggauli Tante Lien daripada menggauli Ibu.

Dan Bu Mulyati ini bukan hanya punya kemiripan, tapi seolah sama persis dengan ibu kandungku.

Karena itu aku merasa mendapatkan pengganti Ibu. Bukan sekadar agak mirip seperti Tante Lien.

Itulah sebabnya aku pun menanggapi kedahagaan Bu Mulyati setelah tiba di villanya. Karena Bu Mulyati mengajakku tidur sekamar dengannya, sementara Mbak Satiyah tidur di kamar lain.

Ya ... malam itu aku seolah pengantin baru yang habis - habisan menggauli Bu Mulyati dengan segenap kejantananku. Hal ini membuat Bu Mulyati senang. Karena dia pun merasa diriku ini lain dari almarhum suaminya yang jauh lebih tua darinya semasa masih hidup.

Entah berapa kali Bu Mulyati mencapai orgasmenya malam itu. Sehingga akhirnya dia tertidur dengan nyenyaknya. Dengan nafas kepuasan yang telah berkali - kali dicapainya.

Aku pun tertidur nyenyak dalam pelukan Bu Mulyati.

Namun esok paginya, ketika aku masih nyenyak tertidur, aku merasa ada yang bergerak - gerak di permukaan kontolku. Sehingga kelopak mataku terbuka dengan berat karena masih ngantuk dan letih.

Ternyata Bu Mulyati tengah menyelomoti kontolku dengan lahapnya. Spontan nafsuku terbangkitkan dan menggumuli wanita STW itu dengan segenap kejantanan yang kumiliki.

Maka permainan surgawi itu pun terjadi lagi dengan massive-nya. Dalam saat seperti inilah aku merasa telah menemukan sosok wanita yang kucari selama ini. Sosok pengganti ibu kandungku yang tak mau mengulangi dosa besar itu.

Lebih dari sejam kami melakukannya di dalam kamar Bu Mulyati itu. Di pagi yang sudah terang benderang ini. Dan aku merasa sesuatu yang lain. Bahwa aku dan Bu Mulyati saling membutuhkan.

Sehingga setelah air maniku termuntahkan di dalam liang memek wanita STW yang cantik itu, kami tetap laksana sepasang kekasih yang telah lama sekali tidak berjumpa, lalu saling lampiaskan kerinduan kami.

Meski sudah berkali - kali orgasme lagi di pagi ini, Bu Mulyati tetap memperlakukanku dengan mesra. Seperti perlakuan seorang kekasih pada lelaki yang sangat dicintainya.

Sampai pada suatu saat, ketika kami sudah berpakaian kembali dan duduk berdampingan di atas sofa dalam kamar, Bu Mulyati berkata, “Sepertinya Yosef juga menyukaiku ya. “

“Bukan sepertinya. Aku memang suka sama Ibu, “ sahutku sambil melingkarkan lenganku di pinggang ramping Bu Mulyati.

“Kok bisa ? Aku kan sudah tua. Umurku sudah empatpuluhenam. Sudah punya dua orang anak. Yang kecil malah kira - kira sebaya denganmu. “

“Pokoknya Bu Mul punya nilai khusus di hatiku, “ kataku sambil mengeluarkan hapeku. Lalu mencari foto - foto Ibu di hapeku. Setelah kutemukan, kuperlihatkan foto - foto ibu kandungku kepada Bu Mul. Sambil berkata, “Ibu pernah melihat wanita ini ? Wajahnya sangat mirip dengan Ibu. “

Bu Mulyati memperhatikan foto - foto Ibu dengan sorot serius. “Iiii ... ini siapa ? Memang mirip aku ... mirip sekali ... “

“Itu ibu kandungku Bu, “ sahutku.

“Ohya ?! Siapa namanya ?”

“Rosmala. “

“Apa ?! Rosmala ?! Siapa nama ayahnya ?”

“Nama kakekku maksudnya ?”

“Iya. “

“Nama kakekku dari pihak ibu adalah Somantri. “

“O my God !” Bu Mulyati memegang dan mengguncang kedua bahuku.

“Ada apa Bu ?”

“Ibumu adalah saudara kembarku. Dan Somantri itu nama ayahku ... !”

“Serius Bu ... ?! “

“Serius. Tapi sejak bayi merah aku diadopsi oleh pasangan suami istri yang tidak punya anak kandung. Walau pun begitu, sebelum ibu angkatku meninggal, masih sempat menjelaskan bahwa aku ini bukan anak kandungnya. Kemudian almarhum menjelaskan semuanya. Bahwa aku ini anak Somantri. Dan aku punya saudara kembar bernama Rosmala. Namaku sendiri tadinya Rosmali, tapi kemudian diganti menjadi Mulyati. Ayah angkatku yang mengganti namaku. “

“Jadi sejak diadopsi oleh orang tua angkat, Ibu belum pernah berjumpa dengan ibuku ?” tanyaku.

“Belum, “ Bu Mulyati menggeleng, “Setelah kedua orang tua angkatku meninggal, aku sudah berusaha mencari saudara kembarku. Tapi menurut berita yang kudengar, saudara kembarku itu sudah meninggal dalam suatu kecelakaan kapal laut yang tenggelam di lautan. “

“Aku pun mendengar hal seperti itu. Bahwa ibu kandungku tewas ketika kapal laut yang ditumpanginya tenggelam di lautan. Tapi ternyata berita itu tidak benar. Baru setahun lebih aku mengetahui hal yang sebenarnya. Bahwa ibuku masih hidup, “ kataku. Kemudian kujelaskan kenapa Ayah menyebar berita tewasnya Ibu. Karena Ayah memergoki Ibu sedang berduaan dengan lelaki lain. Sehingga pada saat itu juga Ayah menjatuhkan talak tiga pada ibuku. Semuanya kujelaskan, sampai akhirnya Ibu datang dan kuberi rumah untuk tempat tinggalnya bersama Tante Lien.

“Oh ... berarti ibumu punya adik juga yang namanya Lien itu ?” tanya Bu Mulyati.

“Betul, “ aku mengangguk, “nama lengkapnya Rosalin. Tapi aku biasa memanggilnya Tante Lien. “

“Berarti Lien itu adikku juga. Oh ... temukanlah aku dengan ibumu Yos. “

“Santai aja Bu. Untuk mempertemukan Ibu dengan ibuku mudah sekali. Tapi aku mohon agar Ibu jangan menceritakan kepada ibuku tentang kegigoloanku. Sampai saat ini ibuku belum tau kalau aku ini seorang gigolo. “

“Iya, iya ... tapi kamu juga jangan cerita kalau kita sudah berhubungan seks segala, “ kata Bu Mulyati.

“Iya Bu. “

“Nanti kamu harus manggil Tante padaku, jangan ibu - ibuan lagi. “

“Iya. Setelah Ibu bisa membuktikan bahwa Ibu saudara kembar ibuku, pasti aku akan memanggil Tante nanti. Tapi kuharap hubungan kita bisa jalan terus. Aku tidak menuntut bayaran serupiah pun. Karena aku jadi gigolo juga hanya karena hobby saja. Hobby menggauli wanita yang jauh lebih tua dariku. “

“Aku sudah menduga hal itu. Tapi profesi aslimu sebagai apa ?”

“Aku punya hotel, punya beberapa pabrik juga Bu. “

“Terus ... setelah aku dipertemukan dengan ibumu, masih mau menggauliku nggak ?”

“Tentu saja. Kalau Ibu tidak berkeberatan, kita jalin hubungan rahasia aja. Hubungan yang jangan diketahui oleh orang ketiga, kecuali Mbak Satiyah aja. “

“Iya, iyaaa ... aku setuju. Karena meski pun kamu ini keponakanku, tapi aku ingin tetap melanjutkan hubungan kita. Aku sangat membutuhkanmu Yos, “ ucap Bu Mulyati yang diikuti dengan ciuman mesranya di bibirku.

“Lalu bagaimana dengan Mbak Sati ? Apakah harus dilanjutkan juga ?” tanyaku.

“Lanjutkan aja Yos. Supaya dia kerasan bekerja padaku. Kalau hasrat birahinya terpenuhi, pasti dia senang kerja padaku. “

Aku cuma mengangguk - angguk.

Bu Mulyati menepuk bahuku, “Coba tengok dia, lagi ngapain. Aku kan sudah puas. Tinggal dia yang belum. “

“Dia sih udah cukup Bu. Tadi malam dia kan sampai orgasme dua kali, “ sahutku.

“Kalau gitu sekarang antarkan aku ke tempat ibumu aja. Udah penasaran, ingin tau seperti apa saudara kembarku itu. Karena aku dipisahkan dengan saudara kembarku sejak masih bayi dahulu. “

“Oke Bu, “ aku mengangguk sambil mendekap pinggang Bu Mulyati.

“Nanti di depan ibumu, bilang aja kita punya hubungan bisnis ya, “ kata Bu Mulyati alias Tante Rosmali.

“Yes, “ aku mengangguk, “Dan memang aku akan membutuhkan banyak batu andesit untuk proyek - proyekku nanti. “

“Kalau batu untuk pembangunan, aku punya stock banyak Yos. Tinggal bilang aja mau dikirim ke mana nanti. “

Beberapa saat kemudian, setelah makan sarapan pagi, aku sudah berada di dalam limousine hitam Bu Mulyati alias Tante Rosmali. Menuju rumah Ibu.

Di dalam limousine itu aku menelepon Ibu, agar jangan berangkat ke FO dulu, karena aku membawa “seseorang” yang ada kepentingan dengan Ibu dan Tante Lien. Aku memang merahasiakannya dulu siapa yang punya “kepentingan” dengan Ibu dan Tante Lien itu. Karena aku ingin membuat semacam surprise buat mereka.

Mbak Satiyah sudah kukasih alamat lengkap rumah ibuku. Supaya dia tahu ke mana limousine yang dikemudikannya harus menuju.



Setelah limousine hitam ini berhenti, Mbak Satiyah membuka pintu belakang kanan, untuk mempersilakanku turun dari mobil panjang lebar ini.

Ibu menyongsongku di ambang pintu depan. Sementara Bu Mulyati pun turun, mengikuti langkahku.

Seperti biasa kucium tangan Ibu lalu bertanya, “Ibu kenal sama wanita yang bersamaku itu ?”

“Siapa ya ?” Ibu tampak heran melihat sosok Bu Mulyati.

“Dia sangat mirip sama Ibu kan ?” tanyaku lagi.

“Iiii ... iya. Apa ini bukan Rosmali ?” tanya Ibu kepada Bu Mulyati.

Bu Mulyati mengangguk sambil menyahut, “Betul. Aku Rosmali yang sejak kecil diadopsi oleh keluarga Pratomo. “

“Ya Tuhan ! Kamu saudara kembarku, Mali ... “ Ibu memeluk Bu Mulyati alias Tante Rosmali. Dan membawanya ke dalam rumah.

Di dalam rumah Ibu dan saudara kembarnya berpelukan terus sambil menangis.

Tante Lien pun muncul dari dalam kamarnya. “Siapa ?” tanya Tante Lien padaku.

“Dia Tante Rosmali, saudara kembar Ibu, “ sahutku.

“Masya Allah ... ini Teh Mali ?”

“Iya Lien, “ sahut Ibu, “Ini kakakmu ... yang sejak bayi diadopsi oleh keluarga Pratomo. “

Tante Lien pun menghambur ke dalam pelukan Tante Rosmali. Lagi - lagi mereka menangis terisak - isak.

Jujur, mataku sendiri basah menyaksikan detik - detik mengharukan itu.

Lalu Ibu bercerita, bahwa Ibu pernah mendengar dari ibunya (nenekku) tentang saudara kembarnya yang bernama Rosmali, yang diadopsi oleh seorang pengusaha tajir bernama Pratomo. Pak Pratomo dan istrinya yang kata Tante Rosmali sudah meninggal dua - duanya, memang tidak punya anak. Karena itu mereka mendesak kepada kedua orang tua Ibu (kakek dan nenekku) untuk memberikan salah satu dari anak kembar itu pada mereka. Dengan janji bahwa bayi itu akan mereka sayangi seperti kepada anak kandung.

Pada saat itu kehidupan kedua orang tua Ibu masih baru “belajar melangkah”. Masih hidup pas - pasan. Sehingga permintaan Pak Pratomo dan istrinya itu disetujui. Tentu saja ada imbalan yang cukup besar dari pengusaha tajir itu, untuk biaya membesarkan Ibu.

Kemudian bayi itu dibawa ke Hongkong. Karena almarhum Pak Pratomo seorang pengusaha yang perusahaannya berbasis di Hongkong. Dan tidak pernah ada komunikasi lagi dengan kedua orang tua Ibu.

Ibu pun bercerita, bahwa ketika masih remaja, ibunya pernah menceritakan semua itu. Bahwa sebenarnya Ibu punya saudara kembar yang bernama Rosmali. Tapi saudara kembarnya itu diadopsi oleh seorang pengusaha tajir dan dibawa ke luar negeri.

Banyak lagi yang diceritakan oleh Ibu dan Bu Mulyati alias Tante Rosmali.

Sampai pada suatu saat Tante Rosmali bertanya kepada Ibu, “Jadi selain Rosalin, adik kita siapa lagi ?”

“Masih ada dua orang adik kita, “ sahut Ibu, “Dua - duanya lelaki yang sudah pada berkeluarga. Adik langsung Lien, bernama Sena. Dia dan kerluarganya tinggal di Medan. Adik bungsu kita bernama Sanda, tinggal di Bali bersama keluarganya. “

“Wah, nanti kita harus mengadakan reuni. Kebayang meriahnya suasana kekeluargaan kita nanti, “ kata Tante Rosmali.

“Iya aku setuju, “ sahutku, “Kebetulan hotelku ada convention hall-nya. Yang biasa dipakai untuk resepsi pernikahan. Pakai hotelku saja tempat reuniannya. “

“Iya, iya .... “ Tante Rosmali mengangguk - angguk sambil tersenyum ceria, “Sekarang aku bahagia sekali. Dahulu kusangka aku ini anak tunggal yang tidak punya saudara kandung. Padahal ternyata saudaraku ada empat orang. Mala, Lien, Sena dan siapa tadi yang bungsu itu ?”

“Sanda, “ sahut Ibu.

“Ibu dan Tante Mali kelihatan seperti pinang dibelah dua, “ kataku, “Yang duluan lahir siapa ? Ibu dulu apa Tante Mali dulu ?”

“Nggak tau, “ Ibu menggeleng, “ibu gak pernah nanya soal itu sama nenek. “

“Sama ... aku juga gak pernah nanya soal itu pada almarhum ibu angkatku, “ kata Bu Mulyati yang sejak hari ini akan kusebut Tante Mali.

“Ohya, anakmu berapa Li ?” tanya Ibu kepada Tante Mali.

“Dua orang. Yang pertama perempuan, yang kedua laki - laki, “ sahut Tante Mali.

“Hihiiihiii ... sama persis seperti aku. Anak pertamaku perempuan. Dan anak kedua Asep alias Yosef itu, “ kata Ibu sambil menunjuk padaku. “Terus ... dari mana Mali bisa kenal dengan Yosef ?”

“Dalam bisnis. Dia sering membeli bahan bangunan dariku. Akhirnya dia yang ngomong kalau wajahku ini sangat mirip wajah ibunya. Dari situlah mulai terbuka jalan untuk pertemuan kita ini La. “

Aku ikut bahagia melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Ibu, Tante Mali dan Tante Lien.



Dua jam lebih mereka kangen - kangenan di rumah Ibu.

Dan ketika Tante Mali mau pulang, aku memberitahu Mbak Satiyah untuk menujukan limousine hitam itu ke hotelku. Sekaligus memberitahu bahwa di hotel nanti harus memasukkan limousine itu ke area parkir pribadiku.

Di jalan menuju hotelku, Bu Mulyati alias Tante Mali berkata, “Ternyata kamu keponakanku. Berarti tidak salah kalau aku akan tetap menyayangimu laksana perasaan sayang ibu kepada anaknya. “

Aku menyahut, “Dan aku akan tetap menyayangi Tante sebagai seorang ibu sekaligus kekasihku. “

“Syukurlah kalau begitu. Karena kamu juga akan kuanggap sebagai anak sekaligus kekasihku, “ sahut Tante Mali yang diikuti dengan ciuman mesranya di bibirku.

Dengan sigap kusambut ciuman Tante Mali itu dengan lumatan penuh gairah birahi. Karena sosoknya yang hampir 100% mirip Ibu, membuatku punya pelarian.

“Jangan - jangan aku mulai mencintaimu Yos, “ kata Tante Mali setelah ciuman dan lumatan kami terurai.

“Nggak apa - apa. Kita pelihara aja perasaan kita, “ sahutku sambil menyelinapkan tanganku ke balik gaun merah hati yang dikenakan oleh Tante Mali.

Tante Mali malah merenggangkan kedua kakinya, seolah mempersilakan tanganku menggerayangi paha dan apa pun yang ada di balik gaun merah hati itu.

Tanganku memang tak sekadar menggerayangi paha Tante Mali sampai pangkalnya. Tapi juga menyelinap ke balik celana dalamnya, sampai menemukan celah hangat dan licin itu.

“Yossss ... ooooh ... kalau memekku sudah dibeginiin ... pasti aku jadi kepengen wikwik lagi ... oooooh ... “

“Nanti di hotelku kita lakukan lagi Tante. Suasananya pasti beda. Karena kali ini aku akan mengentot tanteku, bukan lagi Bu Mulyati ... “

“Masih jauh hotelmu ?” tanyanya.

“Udah dekat Tante. Sebentar lagi juga nyampe, “ sahutku ketika limousine ini terasa membelok ke pintu masuk jalan khusus menuju depan kamar pribadiku.

“Nah ... udah sampai Tante, “ kataku sambil mengeluarkan tanganku dari balik celana dalam Tante Mali.

Tak lama kemudian limousine ini berhenti di depan pintu kamar pribadiku. Memang menuju kamar pribadiku ada dua pintu. Yang satu pintu dari ruang kerjaku, yang satu lagi pintu yang menghadap ke tempat parkir mobilku.

Setelah turun dari limousine hitam itu, kutunjuk hotelku yang 5 lantai itu. Karena deretan kantor para manager, general manager, direktur dan owner berada di belakang hotel.

“Itu hotelku Tante, “ kataku sambil menunjuk ke hotelku yang berdiri dengan gagahnya di depan kantor.

“Keren sekali, “ sahut Tante Mali sambil memperhatikan bagian belakang hotelku.

“Kita ada di belakang hotel Tante, “ kataku sambil menuntun tangan Tante Mali, menuju pintu kamar pribadiku.

Setelah berada di dalam kamar pribadiku, Tante Mali berseru, “Wooow ... ini kamar hotel juga ? Kok besar sekali ... “

“Ini kamar pribadiku Tante ... nah ... ini pintu menuju ruang tamu owner .... “ kataku sambil membuka pintu menuju ruang tamu owner. Kemudian membuka lagi pintu menuju ruang kerjaku, “Dan ini ruang kerjaku. Ke arah barat sana berderet ruang - ruang kerja manager, general manager dan direktur. “

“Ckkkk ... ckkk ... ckkk ... “ Tante Mali berdecak kagum. Lalu berbisik ke telingaku, “Kalau sudah kaya, seharusnya berhenti jadi gigolo. “

“Kalau yang satu itu, hanya untuk menyalurkan hobby aja Tante. Hobby untuk merasakan bermacam - macam memek setengah baya dan setengah tua. “

“Gitu ya. Wuiiih ... ruang kerjamu luar biasa mewahnya Yos. Asesorinya juga impor semua ya ?”

“Iya Tante. Kan biar nyaman aku berlama - lama duduk di ruang kerja ini. “

“Kalau direkrut, Sheila pasti mau bekerja di sini, “ kata Tante Mali.

“Siapa Sheila ?” tanyaku.

“Anak pertama tante, “ sahut Tante Mali mulai membahasakan tante buat dirinya. Tidak aku - akuan lagi.

“Pendidikan terakhirnya apa ?”

“Cuma tamatan SMA. Soalnya begitu tamat SMA langsung dilamar dan dinikahkan.”

“O, sudah punya suami ?”

“Sekarang sudah janda. Dia bercerai dengan suaminya dua tahun yang lalu. Tante ajak kerja diperusahaan tante sendiri, dia gak mau. Gak enak kerja sama ibu sendiri katanya. “

“Sebenarnya hotelku masih ada yang jauh lebih besar dari hotel ini. Bintang lima pula. Di hotel baru itu aku membutuhkan banyak karyawan dan karyawati. Kalau anak Tante mau bekerja di hotel, suruh aja dia datang sendiri ke sini. Supaya bisa dipikirkan di bagian apa cocoknya nanti. “

“Iya. Nanti tante suruh datang ke sini. “

“Sudah punya anak berapa dari mantan suaminya ?”

“Belum punya anak. Justru suaminya juga menceraikan Sheila karena gak punya anak setelah menikah lima tahun. “

“Umurnya berapa tahun ?”

“Duapuluhlima tahun. “

Hmmm ... 25 tahun sebaya dengan Ceu Imas. Memang orang kembar suka banyak keanehannya. Kalau yang satu kawin, yang satunya lagi kawin juga meski jarak mereka berjauhan. Yang satu punya anak cewek, yang satunya lagi pun punya anak cewek. Aku sering memantau keanehan seperti itu. Jangan - jangan anak kedua Tante Mali sebaya denganku.

“Anak kedua Tante umur berapa ?” tanyaku.

“Duapuluh tahun, “ sahut Tante Mali.

Maaaak ... berarti benar, anak kembar itu suka banyak persamaan dan keanehannya. Anak Tante Mali yang cowok pun ternyata seusia denganku.

“Siapa nama anak kedua Tante itu ?” tanyaku.

“Yoyok. Namanya sih Naryono, tapi suka diyoyok - yoyok sama temannya. Akhirnya dia seneng dipanggil Yoyok di rumah juga.”

“Sudah menikah belum ?”

“Sudah. Dia sih umur sembilanbelas udah punya istri.

“Kerjanya apa ?”

“Bisnis serabutan aja. Tapi penghasilannya lumayan gede. Makanya tante ijinkan untuk kawin muda. “

Banyak persamaannya. Tapi aku mewarisi darah Panjikusumah, dari Ayah. Itu bedanya. Dan aku sudah membuktikannya, bahwa darah yang mengalir dari ayahku, bukan darah biasa. Banyak hal yang tidak biasa, tapi aku tak berani mengungkap semuanya di sini.

Tapi aku lupakan semua itu. Karena aku mengajak Tante Mali ke kamar pribadi yang bersatu dengan ruang kerjaku ini, bukan untujk ngomongin masalah keluarga. Tapi untuk menikmati memek Tante Mali yang pulen abis itu.

Maka dengan ketat kudekap Tante Mali dari belakang sambil berbisik, “Tante sudah punya anak dua yang dewasa - dewasa. Tapi memek Tante luar biasa pulennya. Sampai kapan pun hubungan rahasia kita tak boleh terputus. “

“Terima kasih Yos, “ sahutnya, “tante juga ingin seperti itu. Karena Yos sosok yang luar biasa bagi tante. “

“Terus mau main di mana sekarang ? Di ruang kerjaku ini atau di mana ?” tanyaku sambil meremas - remas perut Tante Mali.

“Di kamarmu aja. Biar tante merasa dihargai, disetubuhi di kamar pribadi big boss hotel ini. “

Aku tersenyum dan menggandeng pinggang Tante Mali menuju kamar pribadiku yang memang sudah ditata habis - habisan itu.

Di kamar pribadiku Tante Mali menanggalkan gaun merah hatinya, sehingga tinggal bra dan celana dalam yang masih melekat di badannya.

Aku pun sudah melepaskan seluruh busanaku. Sampai telanjang bulat. Seperti juga Tante Mali yang sudah menanggalkan bra dan celana dalamnya.

Ketika aku naik ke atas bed, Tante Mali menarikku ke dalam pelukan hangatnya.

Pada saat itulah aku ingin benar - benar membuat Tante Mali puas.

Maka ketika aku sudah menghimpitnya, aku langsung melorot turun untuk menjilati memeknya yang bersih dari jembut itu. Tante Mali punmerentangkan sepasang pahanya selebar mungkin, agar aku leluasa menjilati memeknya.

Bukan hanya menjilatinya. jemari tangan kiriku pun menggesek - gesek kelentitnya. Sementara dua jari tangan kananku dimasukkan ke dalam liang memeknya. Lalu kedua jari tangan kananku ini dientotkan di dalam liang memek Tante Mali.

Karuan saja Tante Mali mulai melenguh - lenguh dan merengek - rengek manja. “Yosss ... oooooohhhhh Yooooooosssss .... aaaaaaaaa .... aaaaaaaahhhhhh ... Yoseeeeffffffffff ... udah Yooooosssss .... masukin aja kontolmu Sayaaaang ... kontolmu aja Yossssssss .... kontoooolmuuuu masukiiiiiiin .... “

Namun aku memang punya target agar Tante Mali kujilatin dan kumainkan dengan jemariku sampai orgasme. Setelah orgasme, barulah kontolku akan kumasukkan ke dalam liang memeknya.

Karena itu mulutku semakin lahap menjilati memeknya, sementara ujung jari tangan kiriku sibuk mengelus - elus kelentitnya. Pada saat lain kujilati dan kuisap - isap kelentit Tante Mali, sementara dua jari tangan kananku dientotkan di dalam liang memeknya.

Tante Mali menggelepar - gelepar dan merintih - rintih histeris. Sampai akhirnya dia mengejang tegang di puncak orgasmenya.

Pada saat itulah kubenamkan kontolku ke dalam liang memek saudara kembar ibuku itu.

Inilah yang sangat kusukai pada Tante Mali. Meski sudah orgasme, liang memeknya tetap pulen. Empuk dan kenyal. Sehingga ketika kontolku mulai kuayun, kurasakan bergesekan dengan dinding liang memek yang lembut dan memanjakan kontolku.

Aku tidak mau membandingkannya dengan ibu kandungku sendiri. Karena aku sudah lupa rasanya, akibat terlalu lama tidak merasakannya lagi.

Yang jelas, aku mulai mengentot lagi Tante Mali yang katanya sudah diganti nama oleh mendiang ortu angkatnya dahulu. Untungnya ortu angkat Tante Mali ngasih tahu bahwa nama asalnya adalah Rosmali, akhirnya ngasih tahu juga bahwa Tante Mali punya saudara kembar bernama Rosmala.

Kali ini aku benar - benar all out menyetubuhi saudara kembar ibuku. Karena setelah tahu bahwa dia itu saudara kembar Ibu, aku jadi semakin bergairah untuk menikmati memeknya yang luar biasa pulen itu.

Tante Mali kubuat sampai 5 kali orgasme. Barulah aku mau memuntahkan air maniku di dalam liang memeknya.

Dan ... ketika baru saja aku mencabut kontolku dari liang memek Tante Mali, tiba - tiba handphoneku berdenting ... tiiiiiiing ... !

Cepat kuraih hapeku dan kulihat, ternyata dari Mama Lanny.

Kuterima call dari ibu tiriku itu di dalam kamar mandi. Ngomongnya pun agak bisik - bisik, takut kedengaran oleh Tante Mali.

Lalu :

“Ya Mam ... ada apa ?”

“Asep Sayang ... mama baru pulang dari dokter kandungan. Ternyata mama udah hamil lagi enam minggu ... “

“Ohya ?! Nanti aku segera pulang Mam. “

Cepat kututup hubungan selulerku dengan Mama Lanny. Lalu berpikir sejenak. Berpikir tentang Mama Lanny yang hamil lagi.

DI bawah ini adalah mulustrasi Mama Lanny. Sekali lagi mohon kepada para suhu yang jam terbangnya sudah tinggi, mohon petunjuk bagaimana caranya membuat spoiler. Terimakasih sebelumnya.


[URL=https://www.imagebam.com/view/ME7VTI6]
[/URL]
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd