Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Episode 2

Part 10A

S
ebenarnya aku mau langsung pulang ke rumah hadiah dari Tante Sharon itu. Tapi gak enak juga seperti mengusir Tante Mali. Untungnya Tante Mali percaya padaku, bahwa call barusan dari “teman bisnisku” yang ngasih berita mendadak, “bahwa aku harus menghadiri meeting di suatu tempat”.

Aku berjanji untuk ketemuan lagi dengan Tante Mali yang tampaknya masih bahagia berdekatan denganku, setelah urusanku selesai.

Mengenai mobil biruku yang ditinggal di villa Tante Mali, aku sudah menyuruh sopir hotel untuk mengambilnya. Sementara aku sendiri ke rumah hadiah dari Tante Sharon itu menggunakan taksi saja.

Setibanya di rumah, Mama Lanny tampak sedang ngobrol dengan Cici Fen dan Cici Hua.

Ohya, aku belum menulis bahwa setelah Zelita berumur 6 bulan, aku dan Mama Lanny terbang ke Pontianak. Lalu melanjutkan perjalanan ke SIngkawang (kampung Mama Lanny). Waktu pulang dari Kalimantan, ada famili Mama Lanny yang diajak ikut ke kotaku. Yaitu Cici Fen dan Hua. Rencana Mama Lanny, Cici Fen akan dijadikan wakil Mama di FO, sedangkan Hua akan diminta jadi pengasuh Zelita. Mengambil babysitter secara sembarangan, takut juga. Karena sering memantau berita babysitter yang macam – macam pada anak yang diasuhnya. Kalau memilih famili bisa tenang. Pergi ke mana – mana tanpa membawa anak juga tenang.

Cici Fen itu seorang janda berusia 30 tahunan. Sementara Hua masih gadis, berusia 18 tahunan.

Cici Fen dan Hua sudah tahu hubungan rahasiaku dengan Mama Lanny. Bahwa sebenarnya Mama Lanny seolah sudah menjadi istriku, tapi secara resminya masih sebagai istri Ayah.

Karena itu Mama Lanny tanpa canggung – canggung langsung memeluk dan menciumiku di depan mata Cici Fen dan Hua.

Zelita yang sedang diasuh oleh Hua pun memburuku. Memeluk kakiku dengan manjanya. Maka kuangkat tubuh anakku yang cantik itu. Menciuminya dan membiarkannya bermain lagi bersama Hua.

Lalu Mama Lanny menarikku ke dalam kamarku yang sudah dijadikan kamarnya juga.

Setelah menutup dan menguncikan pintu, Mama Lanny langsung membuka kancing logam celana jeansku, lalu menurunkan kancing zippernya.

“Mau ngapain nih ?” tanyaku pura – pura tidak mengerti.

“Ini lagi ngidam mungkin. Jadi sering ngebayangin ingin ngemut kontolmu Sayang, “ sahut Mama Lanny sambil menyembulkan kontolku. Lalu ia berjongkok di depan kakiku, sambil menciumi kepala kontolku.

Aku gak enak melihat Mama berjongkok di depan kakiku. Karena itu kulepaskan celana jeans dan celana dalamku, lalu menelentang di atas bed. Mama Lanny pun mengikutiku. Lalu merangkak ke antara kedua belah pahaku yang sudah kurenggangkan. Dan mulai menyelomoti kontolku dengan lahapnya.

Aku pun masih sempat menarik daster Mama Lanny sampai terlepas dari kepalanya. Sehingga aku bisa memainkan sepasang toketnya pada waktu ia semakin massive menyelomoti kontolku.

Mama Lanny melepaskan kulumannya dan berkata, “Aku hanya ingin mengoral kontolmu Sayang. Nanti kalau horny sih entot memek Cici Fen aja ya. “

“Ngaco ... kalau aku udah horny, ya ngentot Mama lah, “ kataku.

“Aku sih jangan diapa – apain dulu. Biar ngedap dulu janinnya, jangan diganggu sama goncangan dulu. Pokoknya aku lagi ngidam. Dan ingin melihat Papa ngentot Cici Feng. Sekalian biar dia kerasan tinggal di sini, “ kata Mama Lanny yang sekali – sekali suka memanggilku Papa, untuk ngajari Zelita agar mau memanggilku Papa juga.

“Kenapa gak nyuruh ngentot Hua aja sekalian ?”

“Hush ... Hua kan masih gadis. Masih perawan. Kalau mau dia sih nanti, harus Papa sendiri yang berjuang. Kalau Cici Fen kan janda. Darah blasteran pula. Ibunya kan orang bule Austria. “

“Iya aku tau Cici Fen itu berdarah campuran chinese-bule. “

“Makanya itu. Biar Papa ngerasain memek kebule – bulean gitu. Kalau memek chinese kan udah tau memekku, memek Hui Ying dan lain – lain. Kalau Papa mau, aku tinggal panggil Cici Fen ke sini. Dia udah mau kok. “

“Emang apa untungnya kalau Cici Fen kuentot ?”

“Dia cerdas sekali dalam menjalankan bisnis kita Sayang. Jadi kalau aku udah mau melahirkan anak kedua kita nanti, FO bisa diwakilkan sama dia untuk memimpinnya. Supaya aku juga tenang pada waktu mau melahirkan nanti. “

Ucapan Mama Lanny itu diikuti dengan melakukan felatio lagi pada kontolku yang sudah ngaceng berat ini.

Sebenarnya aku tertarik juga untuk mengikuti usul Mama Lanny itu. Soalnya sosok Cici Fen yang kebule – bulean itu cantik dan bertubuh bohai. Aku hanya berlagak menolak tadi hanya mau tahu saja apakah Mama Lanny serius atau tidak.

Aku juga tahu bahwa kamar yang bersebelahan dengan kamarku itu dijadikan kamar Cici Fen. Sementara kamar yang satu lagi dijadikan kamar Hua dan Zelita (anakku). Aku juga tahu bahwa di antara kamarku dengan kamar Cici Fen ada pintu yang sewaktu – waktu bisa dibuka.

Setelah cukup lama mengoralku, Mama Lanny mengeluarkan kontolku dari mulutnya. Lalu menunjuk ke pintu yang menuju kamar Cici Fen itu, sambil berkata, “Cici Fen sudah menunggu tuh di kamarnya. Samperin aja sekarang. “

“Iya deh. Demi Mama tercinta, aku mau melakukan apa pun, “ sahutku sambil mengenakan kembali celana dalam dan celana jeansku. Mama Lanny pun mengenakan kembali daster putih bersihnya. Lalu menuntun pergelangan tanganku menuju pintu yang membatasi kamarku dengan kamar Cici Fen.

Ternyata benar, Cici Fen tampak sedang rebahan di bednya dan langsung duduk begitu aku dan Mama Lanny berada di dalam kamar yang bersebelahan dengan kamarku itu.

“Udah siap ?” tanya Mama Lanny sambil memegang bahu Cici Fen yang saat itu mengenakan celana jeans dan baju kaus mirip singlet berwarna abu – abu. Sepointas pun aku bisa tahu bahwa saat itu Cici Fen tidak mengenakan beha, sehingga kedua pentil toketnya membayang di singlet abu – abunya.

“Siap apa ?” Cici Fen balik bertanya.

“Siap wikwik sama Asep ?”

“Hihihiiii ... kamu beneran akan merelakan Asep untuk ena-ena denganku ?” tanya Cici Fen.

“Iya dong, “ sahut Mama Lanny, “ Aku ngidamnya juga ingin lihat Cici wikwik sama Asep. “

“Tapi untuk yang pertama ini aku gak mau ditonton sama kamu Lan, “ kata Cici Fen.

“Jadi aku harus keluar dulu ?” tanya Mama Lanny.

“Iya dong, please ... “ sahut Cici Fen.

“Oke, “ Mama Lanny tersenyum, “Silakan kalian berdua berwikwik ria sepuasnya. Untuk yang pertama ini aku takkan menyaksikannya. Tapi yang kedua, ketiga dan seterusnya, aku harus bisa nonton ya. “

“Iya ... iya ... “ Cici Fen mengangguk – angguk.

Mama Lanny pun mencium pipi Cici Fen. Lalu melangkah ke pintu yang membatasi kamarku dengan kamar Cici Fen. “Tutup dan kunci pintu ini. Biar kalian tenang dan bebas melakukan apa pun, “ kata Mama Lanny sambil membuka pintu itu. Lalu melangkah ke arah kamarku. Pada saat yang sama Cici Fen cekikikan sambil menutupkan pintu itu sekaligus menguncinya.

Lalu wanita muda bertubuh bohai dan berwajah kebule – bulean itu menghampiriku. Memelukku sambil berkata setengah berbisik, “Jujur ... aku sudah lama menunggu kesempatan ini. Karena sejak awal melihatmu, aku langsung jatuh hati Sep. Dan baru sekarang aku berani mengatakannya. “

“Cici kan tau, hubunganku yang sebenarnya dengan Mama Lanny itu bukan suami istri. Dia adalah ibu tiriku. Jadi Cici gak usah menganggap Mama Lanny sebagai rintangan. Karena ... aku juga suka sama Cici, “ sahutku.

“Serius suka sama aku ? “ tanyanya sambil mendekap pinggangku. Dengan tatapan bersinar – sinar.

“Serius. Sejak dulu aku penggemar wanita setengah baya. Apalagi yang cantik dan seksi seperti Cici ini. “

“Syukurlah. Berarti aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku siap kok dijadikan kekasih gelapmu Sep. Karena kamu ... ooooooohhhhh ... tampannya kamu ini ... gemesin, “ kata Cici Fen sambil mengecup bibirku.

Lalu Cici Fen melepaskan celana jeansnya. Disusul dengan pelepasan baju kaus singlet abu – abu itu. Sehingga tinggal celana dalam yang masih melekat di badannya. Celana dalam itu pun akhirnya ditanggalkan, sehingga tubuh bohai itu telanjang bulat kini.

Tubuh yang tinggi montok dengan bokong semok dan toket sudah menurun tapi natural. Membuatku gemas, ingin segera meremasnya.

Tapi setelah menelanjangi dirinya, Cici Fen pun menelanjangiku. Melepaskan segala yang melekat di tubuhku, sehingga aku pun jadi telanjang bulat kini.

Seperti yang telah dilakukan oleh Mama Lanny tadi, Cici Fen pun berjongkok sambil bergumam, “Woooowww ... ternyata ada ya kontol sepanjang ini ... “

Tanpa ragu – ragu lagi Cici Fen menciumi puncak kontolku, sambil mengusap – usap kanjut berisi 2 biji pelerku.

Tapi ketika kelihatan gerakan mulutnya seperti mau menyelomoti kontolku, cepat kuangkat kedua ketiaknya, agar berdiri berhadapan denganku. Lalu kupagut bibir sensual Cici Fen ke dalam ciuman lengket dan lumatanku.

Kemudian kurebahkan Cici Fen di atas bed.

Cici Fen tampak senang sekali dengan perlakuanku padanya. Terlebih setelah aku menghimpitnya dengan ciuman bertubi – tubi di pipi dan bibirnya. Lalu mulutku menyasar juga lehernya.

Sementara itu kontol ngacengku berhimpitan dengan permukaan memeknya yang bersih dari bulu, tanpa disengaja tapi menimbulkan desir nafsu dan kenikmatan tersendiri.

Ketika aku memperhatikan wajah cantiknya dari jarak yang hanya beberapa sentimeter, Cici Fen lebih dominan bulenya daripada chinesenya. Mungkin anatominya pun lebih dominan bulenya. Tapi aku tak mau mempersoalkan hal itu. Yang jelas sejak ia tinggal di rumahku, aku sudah mengincarnya dan menunggu saat yang tepat untuk memilikinya sebagai salah satu koleksi seriusku.

Nafsuku telah membuatku lupa segalanya. Sehingga aku mulai memasang kondom pada kontolku, lalu tak mau berkepanjangan forepolay lagi. Karena setelah kuselidiki memek Cici Fen dengan jemariku, memang sudah cukup basah. Maka tanpa buang – buang waktu lagi kubenamkan kontolku ke dalam liang memeknya.

Tapi tampaknya Cici Fen kurang suka dengan kondom. “Oooooh ... Sep ... jangan pakai kondom dong. Gak enak ... “

“Nanti kalau Cici hamil gimana ?”

“Biar aja. Aku juga ingin merasakan punya anak seperti Lanny. “

“Heheheee ... sebenarnya aku juga gak suka pakai kondom. Tapi biasanya orang bule kan sering memakainya, “ kataku sambil mencabut kontolku dari liang memek yang tembem dan bersih dari bulu itu.

“Aku kan bulenya cuma separoh, “ sahutnya sambil tersenyum.

Setelah melepaskan kondom, kubenamkan lagi kontolku ke dalam liang memek Cici Fen yang ... hmmmm ... ternyata rasanya empuk – empuk kenyal dan ... pulen ... ! Lagi – lagi aku mendapatkan memek yang pulen seperti memek Tante Mali. Cuma bedanya, Cici Fen jauh lebih muda dan belum pernah melahirkan.

Tapi anatomi Cici Fen lebih banyak menuruni ibunya. Meski belum pernah melahirkan, liang memeknya seperti liang memek Gabby dan Antoinette. Lebih besar kalau dibandingkan dengan liang memek wanita Asia pada umumnya. Tapi hal ini justru kusukai. Karena kalau menemukan liang memek yang lebih lebar diameternya, aku bisa langsung menggencarkan entotanku.

Itulah yang kulakukan. Setelah 2 – 3 kali kontolku diayun, aku langsung bisa mengentot dalam kecepatan normal. Cici Fen pun langsung menyambutku dengan pelukan dan ciuman yang bertubi – tubi. Sambil mendesah dan merintih pula, “Aaaaah ... aaaaaaaa ... kontolmu luar biasa panjangnya Seeep ... aaaaaaaa .... aaaaaaaaaahhhh ... sangat enak Seeeep ... aaaaaaahhhhh .... akhirnya aku bisa merasakan juga ... merasakan dientot oleh kontol Asep ... yang sudah lama kulamunkan .... oooooooohhhh ... rasanya kontolmu menabrak – nabrak dasar liang memekku Seeeep ... iiii ... iiiniii luar biasa enaknyaaaaa .... Seeeeeep .... oooooohhhh .... Seeeeep .... oooooo .... ooooooh Seeeep ... “

Di antara dengus nafasku yang tak beraturan, aku pun melontarkan kata – kata, “Uuugh ... cipet Cici juga enak sekali ... uuuughhhh ... uuuugh .... “

“Haaa ... tau cipet segala. Siapa yang ngasih tau ?”

“Mama Lanny, “ sahutku, “uuuuughhhh .... cipet Cici pulen sekali ... uuuughhhhh ... Cici harus jadi milikku nanti yaaaa ... “

“Se ... sekarang juga ... aku udah jadi milikmu Seeep ... aku akan setia padamu ... takkan kubiarkan lelaki lain menyentuhku ... hanya Asep yang boleh menyentuh dan memiliki sekujur tubuhku ... oooooh ... kontolmu ... bikin aku semakin tergila – gila padamu Seeeep ... ooooooooh ... entot terus Seeeeeeep ... sambil emut pentil toketku .... iyaaaaa ... emut terussssss ....iyaaaaaaaaa ... “

Aku memang mulai mengemutg pentil toket kiri Cici Fen. Sambil meremas toket kanannya. Dan setelah puas menyedot – nyedot pentil toketnya, mulutku beralih sasaran. Untuk menjilati lehernya yang sudah mulai berkeringat, disertai dengan gigitan – gigitan kecil. Cici Fen pun semakin klepek – klepek dibuatnya.

Dan pada saat tangannya berada di bawah kepalanya, aku pun menyerudukkan mulutku ke ketiaknya yang juga sudah basah. Ternyata Cici Fen seperti beberapa wanita lain yang sudah kumiliki. Ketika aku mulai menjilati ketiaknya, disertai dengan isapan – isapan kuat, Cici Fen gedebak gedebuk kegelian. Dan justru kegeliannya itu yang membuatnya mulai mengayun bokong semoknya. Dengan gerakan seperti ombak yang sedang berkejaran menbuju pantai. Hal ini membuat kelentitnya mulai bergesekan dengan kontolku terus menerus.

Akibatnya, Cici Fen mulai menggelepar – gelepar. Sementara lidah dan bibirku semakin lahap menjilati ketiaknya yang sudah basah oleh keringat. Kontolku pun semakin gencar mengentot liang memek yang empuk dan kenyal dan pulen ini.

Cici Fen mulai berkelojotan, lalu mengejang tegang seperti ayam sekarat. Nafasnya tertahan. AKu pun sigap menancapkan kontolku sedalam mungkin tanpa mengayunnya lagi.

Lalu detik – detik indah itu terjadi. Liang memek wanita berdarah campuran chinese bule itu berkedut – kedut kencang. Disusul dengan elahan nafas Cici Fen yang barusan tertahan selama 2-3 detik.

Ketika kontolku masih tertanam tanpa menggerakkannya lagi, Cici Fen menatapku dengan sorot puasnya seorang wanita yang baru menikmati orgasmenya.

“Terima kasih Sep, “ ucapnya lirih, “gak nyangka aku akan mengalaminya lagi. Dengan kontol yang memberi kenikmatan yang luar biasa buatku. Ini akan membuatku ketagihan kelak. “

“Aku juga bakal ketagihan pada cipet Cici yang luar biasa pulennya ini, “ sahutku.

“Tapi Asep belum ngecrot kan ?”

“Belum, “ sahutku sambil menggerakkan kontolku perlahan – lahan dulu.

“Mau ganti posisi ?” tanya Cici Fen.

“Boleh. Ganti sama doggy aja, “ ucapku sambil melepaskan kontolku dari genggaman liang memek Cici Fen, “ Biar aku bisa sambil menikmati pantat semok Cici. “

“Hihihiiii ... iyaaaa ... “ sahut Cici Fen sambil tengkurap dan menunggingkan pantat gedenya, sehingga memeknya tampil full di depan mataku.

Berikut adalah mulustrasi Cici Fen

[URL=https://www.ima[URL=https://www.imagebam.com/view/ME7XD7O]gebam.com/view/ME7XD7S]
ME7XD7S_t.jpg
[/URL]
Makasih apdetnya bro @Otta...
 
Episode 2

Part 10A

S
ebenarnya aku mau langsung pulang ke rumah hadiah dari Tante Sharon itu. Tapi gak enak juga seperti mengusir Tante Mali. Untungnya Tante Mali percaya padaku, bahwa call barusan dari “teman bisnisku” yang ngasih berita mendadak, “bahwa aku harus menghadiri meeting di suatu tempat”.

Aku berjanji untuk ketemuan lagi dengan Tante Mali yang tampaknya masih bahagia berdekatan denganku, setelah urusanku selesai.

Mengenai mobil biruku yang ditinggal di villa Tante Mali, aku sudah menyuruh sopir hotel untuk mengambilnya. Sementara aku sendiri ke rumah hadiah dari Tante Sharon itu menggunakan taksi saja.

Setibanya di rumah, Mama Lanny tampak sedang ngobrol dengan Cici Fen dan Cici Hua.

Ohya, aku belum menulis bahwa setelah Zelita berumur 6 bulan, aku dan Mama Lanny terbang ke Pontianak. Lalu melanjutkan perjalanan ke SIngkawang (kampung Mama Lanny). Waktu pulang dari Kalimantan, ada famili Mama Lanny yang diajak ikut ke kotaku. Yaitu Cici Fen dan Hua. Rencana Mama Lanny, Cici Fen akan dijadikan wakil Mama di FO, sedangkan Hua akan diminta jadi pengasuh Zelita. Mengambil babysitter secara sembarangan, takut juga. Karena sering memantau berita babysitter yang macam – macam pada anak yang diasuhnya. Kalau memilih famili bisa tenang. Pergi ke mana – mana tanpa membawa anak juga tenang.

Cici Fen itu seorang janda berusia 30 tahunan. Sementara Hua masih gadis, berusia 18 tahunan.

Cici Fen dan Hua sudah tahu hubungan rahasiaku dengan Mama Lanny. Bahwa sebenarnya Mama Lanny seolah sudah menjadi istriku, tapi secara resminya masih sebagai istri Ayah.

Karena itu Mama Lanny tanpa canggung – canggung langsung memeluk dan menciumiku di depan mata Cici Fen dan Hua.

Zelita yang sedang diasuh oleh Hua pun memburuku. Memeluk kakiku dengan manjanya. Maka kuangkat tubuh anakku yang cantik itu. Menciuminya dan membiarkannya bermain lagi bersama Hua.

Lalu Mama Lanny menarikku ke dalam kamarku yang sudah dijadikan kamarnya juga.

Setelah menutup dan menguncikan pintu, Mama Lanny langsung membuka kancing logam celana jeansku, lalu menurunkan kancing zippernya.

“Mau ngapain nih ?” tanyaku pura – pura tidak mengerti.

“Ini lagi ngidam mungkin. Jadi sering ngebayangin ingin ngemut kontolmu Sayang, “ sahut Mama Lanny sambil menyembulkan kontolku. Lalu ia berjongkok di depan kakiku, sambil menciumi kepala kontolku.

Aku gak enak melihat Mama berjongkok di depan kakiku. Karena itu kulepaskan celana jeans dan celana dalamku, lalu menelentang di atas bed. Mama Lanny pun mengikutiku. Lalu merangkak ke antara kedua belah pahaku yang sudah kurenggangkan. Dan mulai menyelomoti kontolku dengan lahapnya.

Aku pun masih sempat menarik daster Mama Lanny sampai terlepas dari kepalanya. Sehingga aku bisa memainkan sepasang toketnya pada waktu ia semakin massive menyelomoti kontolku.

Mama Lanny melepaskan kulumannya dan berkata, “Aku hanya ingin mengoral kontolmu Sayang. Nanti kalau horny sih entot memek Cici Fen aja ya. “

“Ngaco ... kalau aku udah horny, ya ngentot Mama lah, “ kataku.

“Aku sih jangan diapa – apain dulu. Biar ngedap dulu janinnya, jangan diganggu sama goncangan dulu. Pokoknya aku lagi ngidam. Dan ingin melihat Papa ngentot Cici Feng. Sekalian biar dia kerasan tinggal di sini, “ kata Mama Lanny yang sekali – sekali suka memanggilku Papa, untuk ngajari Zelita agar mau memanggilku Papa juga.

“Kenapa gak nyuruh ngentot Hua aja sekalian ?”

“Hush ... Hua kan masih gadis. Masih perawan. Kalau mau dia sih nanti, harus Papa sendiri yang berjuang. Kalau Cici Fen kan janda. Darah blasteran pula. Ibunya kan orang bule Austria. “

“Iya aku tau Cici Fen itu berdarah campuran chinese-bule. “

“Makanya itu. Biar Papa ngerasain memek kebule – bulean gitu. Kalau memek chinese kan udah tau memekku, memek Hui Ying dan lain – lain. Kalau Papa mau, aku tinggal panggil Cici Fen ke sini. Dia udah mau kok. “

“Emang apa untungnya kalau Cici Fen kuentot ?”

“Dia cerdas sekali dalam menjalankan bisnis kita Sayang. Jadi kalau aku udah mau melahirkan anak kedua kita nanti, FO bisa diwakilkan sama dia untuk memimpinnya. Supaya aku juga tenang pada waktu mau melahirkan nanti. “

Ucapan Mama Lanny itu diikuti dengan melakukan felatio lagi pada kontolku yang sudah ngaceng berat ini.

Sebenarnya aku tertarik juga untuk mengikuti usul Mama Lanny itu. Soalnya sosok Cici Fen yang kebule – bulean itu cantik dan bertubuh bohai. Aku hanya berlagak menolak tadi hanya mau tahu saja apakah Mama Lanny serius atau tidak.

Aku juga tahu bahwa kamar yang bersebelahan dengan kamarku itu dijadikan kamar Cici Fen. Sementara kamar yang satu lagi dijadikan kamar Hua dan Zelita (anakku). Aku juga tahu bahwa di antara kamarku dengan kamar Cici Fen ada pintu yang sewaktu – waktu bisa dibuka.

Setelah cukup lama mengoralku, Mama Lanny mengeluarkan kontolku dari mulutnya. Lalu menunjuk ke pintu yang menuju kamar Cici Fen itu, sambil berkata, “Cici Fen sudah menunggu tuh di kamarnya. Samperin aja sekarang. “

“Iya deh. Demi Mama tercinta, aku mau melakukan apa pun, “ sahutku sambil mengenakan kembali celana dalam dan celana jeansku. Mama Lanny pun mengenakan kembali daster putih bersihnya. Lalu menuntun pergelangan tanganku menuju pintu yang membatasi kamarku dengan kamar Cici Fen.

Ternyata benar, Cici Fen tampak sedang rebahan di bednya dan langsung duduk begitu aku dan Mama Lanny berada di dalam kamar yang bersebelahan dengan kamarku itu.

“Udah siap ?” tanya Mama Lanny sambil memegang bahu Cici Fen yang saat itu mengenakan celana jeans dan baju kaus mirip singlet berwarna abu – abu. Sepointas pun aku bisa tahu bahwa saat itu Cici Fen tidak mengenakan beha, sehingga kedua pentil toketnya membayang di singlet abu – abunya.

“Siap apa ?” Cici Fen balik bertanya.

“Siap wikwik sama Asep ?”

“Hihihiiii ... kamu beneran akan merelakan Asep untuk ena-ena denganku ?” tanya Cici Fen.

“Iya dong, “ sahut Mama Lanny, “ Aku ngidamnya juga ingin lihat Cici wikwik sama Asep. “

“Tapi untuk yang pertama ini aku gak mau ditonton sama kamu Lan, “ kata Cici Fen.

“Jadi aku harus keluar dulu ?” tanya Mama Lanny.

“Iya dong, please ... “ sahut Cici Fen.

“Oke, “ Mama Lanny tersenyum, “Silakan kalian berdua berwikwik ria sepuasnya. Untuk yang pertama ini aku takkan menyaksikannya. Tapi yang kedua, ketiga dan seterusnya, aku harus bisa nonton ya. “

“Iya ... iya ... “ Cici Fen mengangguk – angguk.

Mama Lanny pun mencium pipi Cici Fen. Lalu melangkah ke pintu yang membatasi kamarku dengan kamar Cici Fen. “Tutup dan kunci pintu ini. Biar kalian tenang dan bebas melakukan apa pun, “ kata Mama Lanny sambil membuka pintu itu. Lalu melangkah ke arah kamarku. Pada saat yang sama Cici Fen cekikikan sambil menutupkan pintu itu sekaligus menguncinya.

Lalu wanita muda bertubuh bohai dan berwajah kebule – bulean itu menghampiriku. Memelukku sambil berkata setengah berbisik, “Jujur ... aku sudah lama menunggu kesempatan ini. Karena sejak awal melihatmu, aku langsung jatuh hati Sep. Dan baru sekarang aku berani mengatakannya. “

“Cici kan tau, hubunganku yang sebenarnya dengan Mama Lanny itu bukan suami istri. Dia adalah ibu tiriku. Jadi Cici gak usah menganggap Mama Lanny sebagai rintangan. Karena ... aku juga suka sama Cici, “ sahutku.

“Serius suka sama aku ? “ tanyanya sambil mendekap pinggangku. Dengan tatapan bersinar – sinar.

“Serius. Sejak dulu aku penggemar wanita setengah baya. Apalagi yang cantik dan seksi seperti Cici ini. “

“Syukurlah. Berarti aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku siap kok dijadikan kekasih gelapmu Sep. Karena kamu ... ooooooohhhhh ... tampannya kamu ini ... gemesin, “ kata Cici Fen sambil mengecup bibirku.

Lalu Cici Fen melepaskan celana jeansnya. Disusul dengan pelepasan baju kaus singlet abu – abu itu. Sehingga tinggal celana dalam yang masih melekat di badannya. Celana dalam itu pun akhirnya ditanggalkan, sehingga tubuh bohai itu telanjang bulat kini.

Tubuh yang tinggi montok dengan bokong semok dan toket sudah menurun tapi natural. Membuatku gemas, ingin segera meremasnya.

Tapi setelah menelanjangi dirinya, Cici Fen pun menelanjangiku. Melepaskan segala yang melekat di tubuhku, sehingga aku pun jadi telanjang bulat kini.

Seperti yang telah dilakukan oleh Mama Lanny tadi, Cici Fen pun berjongkok sambil bergumam, “Woooowww ... ternyata ada ya kontol sepanjang ini ... “

Tanpa ragu – ragu lagi Cici Fen menciumi puncak kontolku, sambil mengusap – usap kanjut berisi 2 biji pelerku.

Tapi ketika kelihatan gerakan mulutnya seperti mau menyelomoti kontolku, cepat kuangkat kedua ketiaknya, agar berdiri berhadapan denganku. Lalu kupagut bibir sensual Cici Fen ke dalam ciuman lengket dan lumatanku.

Kemudian kurebahkan Cici Fen di atas bed.

Cici Fen tampak senang sekali dengan perlakuanku padanya. Terlebih setelah aku menghimpitnya dengan ciuman bertubi – tubi di pipi dan bibirnya. Lalu mulutku menyasar juga lehernya.

Sementara itu kontol ngacengku berhimpitan dengan permukaan memeknya yang bersih dari bulu, tanpa disengaja tapi menimbulkan desir nafsu dan kenikmatan tersendiri.

Ketika aku memperhatikan wajah cantiknya dari jarak yang hanya beberapa sentimeter, Cici Fen lebih dominan bulenya daripada chinesenya. Mungkin anatominya pun lebih dominan bulenya. Tapi aku tak mau mempersoalkan hal itu. Yang jelas sejak ia tinggal di rumahku, aku sudah mengincarnya dan menunggu saat yang tepat untuk memilikinya sebagai salah satu koleksi seriusku.

Nafsuku telah membuatku lupa segalanya. Sehingga aku mulai memasang kondom pada kontolku, lalu tak mau berkepanjangan forepolay lagi. Karena setelah kuselidiki memek Cici Fen dengan jemariku, memang sudah cukup basah. Maka tanpa buang – buang waktu lagi kubenamkan kontolku ke dalam liang memeknya.

Tapi tampaknya Cici Fen kurang suka dengan kondom. “Oooooh ... Sep ... jangan pakai kondom dong. Gak enak ... “

“Nanti kalau Cici hamil gimana ?”

“Biar aja. Aku juga ingin merasakan punya anak seperti Lanny. “

“Heheheee ... sebenarnya aku juga gak suka pakai kondom. Tapi biasanya orang bule kan sering memakainya, “ kataku sambil mencabut kontolku dari liang memek yang tembem dan bersih dari bulu itu.

“Aku kan bulenya cuma separoh, “ sahutnya sambil tersenyum.

Setelah melepaskan kondom, kubenamkan lagi kontolku ke dalam liang memek Cici Fen yang ... hmmmm ... ternyata rasanya empuk – empuk kenyal dan ... pulen ... ! Lagi – lagi aku mendapatkan memek yang pulen seperti memek Tante Mali. Cuma bedanya, Cici Fen jauh lebih muda dan belum pernah melahirkan.

Tapi anatomi Cici Fen lebih banyak menuruni ibunya. Meski belum pernah melahirkan, liang memeknya seperti liang memek Gabby dan Antoinette. Lebih besar kalau dibandingkan dengan liang memek wanita Asia pada umumnya. Tapi hal ini justru kusukai. Karena kalau menemukan liang memek yang lebih lebar diameternya, aku bisa langsung menggencarkan entotanku.

Itulah yang kulakukan. Setelah 2 – 3 kali kontolku diayun, aku langsung bisa mengentot dalam kecepatan normal. Cici Fen pun langsung menyambutku dengan pelukan dan ciuman yang bertubi – tubi. Sambil mendesah dan merintih pula, “Aaaaah ... aaaaaaaa ... kontolmu luar biasa panjangnya Seeep ... aaaaaaaa .... aaaaaaaaaahhhh ... sangat enak Seeeep ... aaaaaaahhhhh .... akhirnya aku bisa merasakan juga ... merasakan dientot oleh kontol Asep ... yang sudah lama kulamunkan .... oooooooohhhh ... rasanya kontolmu menabrak – nabrak dasar liang memekku Seeeep ... iiii ... iiiniii luar biasa enaknyaaaaa .... Seeeeeep .... oooooohhhh .... Seeeeep .... oooooo .... ooooooh Seeeep ... “

Di antara dengus nafasku yang tak beraturan, aku pun melontarkan kata – kata, “Uuugh ... cipet Cici juga enak sekali ... uuuughhhh ... uuuugh .... “

“Haaa ... tau cipet segala. Siapa yang ngasih tau ?”

“Mama Lanny, “ sahutku, “uuuuughhhh .... cipet Cici pulen sekali ... uuuughhhhh ... Cici harus jadi milikku nanti yaaaa ... “

“Se ... sekarang juga ... aku udah jadi milikmu Seeep ... aku akan setia padamu ... takkan kubiarkan lelaki lain menyentuhku ... hanya Asep yang boleh menyentuh dan memiliki sekujur tubuhku ... oooooh ... kontolmu ... bikin aku semakin tergila – gila padamu Seeeep ... ooooooooh ... entot terus Seeeeeeep ... sambil emut pentil toketku .... iyaaaaa ... emut terussssss ....iyaaaaaaaaa ... “

Aku memang mulai mengemutg pentil toket kiri Cici Fen. Sambil meremas toket kanannya. Dan setelah puas menyedot – nyedot pentil toketnya, mulutku beralih sasaran. Untuk menjilati lehernya yang sudah mulai berkeringat, disertai dengan gigitan – gigitan kecil. Cici Fen pun semakin klepek – klepek dibuatnya.

Dan pada saat tangannya berada di bawah kepalanya, aku pun menyerudukkan mulutku ke ketiaknya yang juga sudah basah. Ternyata Cici Fen seperti beberapa wanita lain yang sudah kumiliki. Ketika aku mulai menjilati ketiaknya, disertai dengan isapan – isapan kuat, Cici Fen gedebak gedebuk kegelian. Dan justru kegeliannya itu yang membuatnya mulai mengayun bokong semoknya. Dengan gerakan seperti ombak yang sedang berkejaran menbuju pantai. Hal ini membuat kelentitnya mulai bergesekan dengan kontolku terus menerus.

Akibatnya, Cici Fen mulai menggelepar – gelepar. Sementara lidah dan bibirku semakin lahap menjilati ketiaknya yang sudah basah oleh keringat. Kontolku pun semakin gencar mengentot liang memek yang empuk dan kenyal dan pulen ini.

Cici Fen mulai berkelojotan, lalu mengejang tegang seperti ayam sekarat. Nafasnya tertahan. AKu pun sigap menancapkan kontolku sedalam mungkin tanpa mengayunnya lagi.

Lalu detik – detik indah itu terjadi. Liang memek wanita berdarah campuran chinese bule itu berkedut – kedut kencang. Disusul dengan elahan nafas Cici Fen yang barusan tertahan selama 2-3 detik.

Ketika kontolku masih tertanam tanpa menggerakkannya lagi, Cici Fen menatapku dengan sorot puasnya seorang wanita yang baru menikmati orgasmenya.

“Terima kasih Sep, “ ucapnya lirih, “gak nyangka aku akan mengalaminya lagi. Dengan kontol yang memberi kenikmatan yang luar biasa buatku. Ini akan membuatku ketagihan kelak. “

“Aku juga bakal ketagihan pada cipet Cici yang luar biasa pulennya ini, “ sahutku.

“Tapi Asep belum ngecrot kan ?”

“Belum, “ sahutku sambil menggerakkan kontolku perlahan – lahan dulu.

“Mau ganti posisi ?” tanya Cici Fen.

“Boleh. Ganti sama doggy aja, “ ucapku sambil melepaskan kontolku dari genggaman liang memek Cici Fen, “ Biar aku bisa sambil menikmati pantat semok Cici. “

“Hihihiiii ... iyaaaa ... “ sahut Cici Fen sambil tengkurap dan menunggingkan pantat gedenya, sehingga memeknya tampil full di depan mataku.

Berikut adalah mulustrasi Cici Fen

Tengkyu suhu ..... mantab betul
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd